PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WANAYASA BANJARNEGARA
TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN
PENGELOLAAN KECEMASAN Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh: Nama: Dhian Permanasari NIM : 071114013
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WANAYASA BANJARNEGARA TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN
PENGELOLAAN KECEMASAN Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh:
Nama : Dhian Permanasari NIM : 071114013
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
vi
!!!!
""""
#
!
#
!
#
!
vii ABSTRAK
TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI ULANGAN HARIAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WANAYASA BANJARNEGARA
TAHUN AJARAN 2012/2013
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PENGELOLAAN KECEMASAN
Dhian Permanasari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2013
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara tahun ajaran 2012/2013 dan menyusun usulan topik-topik bimbingan pengelolaan kecemasan.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara tahun ajaran 2012/2013 berjumlah 90 siswa. Penelitian ini menggunakan metode uji coba terpakai yang melibatkan seluruh subjek. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian yang terdiri dari 39 item pernyataan yang bersifat favourable dan unfavourable dengan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach yaitu
r
xx=0,928. Data dianalisis dengan kategorisasi berdasarkanviii ABSTRACT
FACES DAILY TESTS OF ANXIETY LEVEL
THE GRADE CLASS VIII STUDENTS OF SMP STATE 1 WANAYASA BANJARNEGARA ACADEMIC YEAR 2012/2013
AND IMPLICATIONS OF THE PROPOSED MANAGEMENT GUIDANCE TOPICS ANXIETY
by
Dhian Permanasari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2013
The study belongs to a descriptive research that aims to determine the level of students’ anxiety in facing the daily exams of the eighth grade students at SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara in 2012/2013 academic year and its implications towards the suggested topics of anxiety management guidance.
The subject in this research is the eighth grade students at SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara in 2012/2013 academic year consisting of 90 students. This study employs a test method which involves the whole subject. The research instrument used is a questionnaire of anxiety levels in facing the daily exams consisting of 39 items that are favourable and unfavourable with the Cronbach Alpha coefficient
r
xx=0,928.The data were analyzed by categorization based on Azwar (1999) there are five categories namely very low, low, moderate, high, and very high.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga dengan kekuatan dan kesabaran dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Skripsi ini dibuat untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di bidang Bimbingan dan Konseling.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak. Untu itu, penulis ingin mengucapkan trima kasih kepada :
1. Rohandi Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling.
3. A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A. selaku wakil ketua program studi. 4. Dr.M.M. Sri Hastuti M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan
membimbing penulis dalam rangka menyelesaikan skripsi.
5. Dra. Indriyati Eko P,S.Psi.,M.Si. yang telah membantu penulis dalam
mengolah data SPSS.
6. Puji Kristyaningtyas S.Pd., M.M. selaku kepala sekolah SMP Negeri 1
Wanayasa Banjarnegara yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
penelitian.
7. Seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnega tahun ajaran
2012/2013 atas kerjasamanya dalam pengisian kuesioner Tingkat Kecemasan
x
8. Orang tua, mertua, kakak-kakak, suami, dan anak yang telah mendukung dan
memberi doa kepada penulis.
9. Teman-teman yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, 5 Juni 2013
xi
HALAMAN JUDUL……… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii
HALAMAN PENGESAHAN……….. iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN………. vi
ABSTRAK……… vii
ABSTRACT………... viii
KATA PENGANTAR………. ix
DAFTAR ISI………. xi
DAFTAR TABEL……… xiv
DAFTAR LAMPIRAN………... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………... 1
B. Rumusan Masalah………... 5
C. Tujuan Penelitian………... 6
D. Manfaat Penelitian………... 6
E. Batasan istilah………... 7
BAB II LANDASAN TEORI A. Remaja...………... 8
1.Pengertian masa remaja... 8
2.Ciri-ciri masa remaja... 9
xii
2.Penyebab kecemasan menghadapi ulangan harian... 11
3.Manifestasi kecemasan menghadapi ulangan harian... 14
C. Ulangan Harian...………... 19
D. Bimbingan Klasikal………... 19
1.Pengertian bimbingan klasikal... 19
2.Tujuan bimbingan klasikal... 20
3.Manfaat bimbingan klasikal... 21
E. Tehnik mengelola kecemasan... 22
1.Mengelola kecemasan pendekatan kognitif... 22
2.Mengelola kecemasan pendekatan behaviour... 24
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian………... 27
B. Subjek Penelitian...……….. 27
C. Instrumen Penelitian... 28
1.Kuesioner Kecemasan... 28
2.Validitas... 31
3.Reliabilitas... 32
4.Uji Daya Diskriminasi... 33
5.Uji Coba... 36
D. Persiapan dan Pelaksanaan Pengumpulan Data... 36
xiii
A. Hasil Penelitian………... 42
1.Tingkat Kecemasan... 42
2.Tingkat kecemasan Setiap Item... 43
B. Pembahasan...………... 46
C. Topik-topik Bimbingan... 49
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 51
B. Saran... 51
xiv
Tabel 1 Kisi-kisi Kuesioner Keceman Menghadapi Ulangan Harian ...29
Tabel 2 Kisi-kisi Kecemasan Setelah Uju Coba...30
Tabel 3 Koefisien Korelasi dan Reliabilitas...33
Tabel 4 Rekapitulasi Skala Kecemasan ...35
Tabel 5 Norma Kategorisasi...38
Tabel 6 Norma Kategorisasi Tingkat Kecemasan...39
Tabel 7 Norma Kategori Item...40
Tabel 8 Norma Kategorisasi Item Kecemasan...41
Tabel 9 Kategorisasi Tingkat Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara Tahun Ajaran 2012/2013...42
Tabel 10 Kategori Item Kecemasan yang dialami Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara Tahun Ajaran 2012/2013...43
Tabel 11 Rekapitulasi manifestasi kecemasan dan item tingi...44
Tabel 12 Rekapitulasi manifestai kecemasan dan item sedang...45
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner kecemasan menghadapi ulangan harian...55
Lampiran 2 Data statistik penelitian...60
Lampiran 3 Tabulasi Data...62
Lampiran 4 Surat ijin penelitian...65
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Di dalam proses pendidikan, pemberian tes hasil belajar bertujuan untuk
mengetahui prestasi belajar (potensial maupun aktual) atau kecakapan baru yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Pengukuran prestasi belajar ini dapat berupa ulangan harian, ujian tengah semester, ujian akhir semester,
ujian kenaikan kelas dan ujian akhir nasional (UAN).
Tes hasil belajar yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah ulangan
harian. Di setiap mata pelajaran, keberhasilan pencapaian hasil ulangan harian diatur oleh Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM). Jika siswa tidak memenuhi SKBM maka dia harus mengikuti remidi. Persepsi tentang tinggi
rendahnya hasil belajar adalah nilai yang tinggi merupakan tanda kesuksesan belajar sedangkan nilai yang rendah merupakan tanda kegagalan belajar (Azwar,
1996:45). Untuk mendapatkan nilai yang baik siswa memerlukan usaha belajar yang keras apalagi bila mata pelajaran itu sulit.
Menempuh ulangan harian pada mata pelajaran yang sulit dapat
menimbulkan kecemasan. Kecemasan menghadapi ulangan harian mungkin sudah dirasakan oleh siswa sebelum menempuh ulangan harian dan pada saat
mengerjakan soal-soal ulangan harian. Kecemasan sebelum menempuh ulangan harian muncul dalam bentuk respon seperti tidak bisa tidur dan tidak dapat berkonsentrasi belajar. Kecemasan pada saat mengerjakan soal-soal ulangan harian
gemetar, tidak konsentrasi, lupa, dan lain-lain. Namun studi ini akan meneliti kecemasan yang dialami siswa pada saat ulangan harian sedang berlangsung.
Kecemasan dapat dialami oleh setiap orang, terutama dalam situasi yang tidak menyenangkan. Kecemasan merupakan kegundahan dan kegelisahan yang
belum jelas objeknya karena respon yang diberikan secara tidak langsung seperti jantung berdebar-debar (Santrock,2007:529). Seperti halnya ulangan, siswa menghadapi objek ulangan harian yang tidak jelas seperti cemas oleh karenanya
respon yang diberikan siswa juga tidak langsung seperti sulit konsentrasi. Berbeda dengan ketakutan, objek ketakutan itu jelas sehingga respon terhadap hal yang
menakutkan itu langsung dapat diamati. Misalnya seorang individu melihat ular (objek ketakutan), kemudian subyek berteriak dan berlari. Respon berteriak dan berlari ini adalah perilaku yang dapat diamati. Dengan demikian, perbedaan
kecemasan dan ketakutan adalah terletak pada respon yang diberikan; dapat diamati atau tidak dapat diamati; objek nyata atau tidak nyata.
Kecemasan yang ingin diteliti adalah kecemasan menghadapi ulangan harian khususnya pada mata pelajaran yang sulit bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara. Pada tanggal 29 Mei 2012 peneliti melakukan
wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling dan guru bidang studi Matematika SMP Negeri 1 Wanayasa. Peneliti memilih guru Bidang Studi
Matematika karena matapelajaran Matematika termasuk kategori sulit.
Berdasarkan data dari sekolah pada matapelajaran tersebut 70% siswa mendapat nilai dibawah SKBM yaitu dibawah nilai tujuh. Matapelajaran tersebut
dan banyak siswa yang mengeluhkan kepada guru BK bahwa matapelajaran tersebut sulit untuk dipelajari siswa.
Tujuan wawancara untuk mengetahui adanya gejala kecemasan siswa menghadapi ulangan harian. Menurut guru Bimbingan dan Konseling Berdasarkan
alat ungkap masalah yang sudah diisi oleh siswa kelas VIII dan IX, guru BK menyimpulkan bahwa banyak siswa lebih berorientasi kepada perolehan nilai hasil belajar yang tinggi sehingga untuk menggapai harapan tersebut membuat siswa
mengalami kecemasan menghadapi ulangan harian, terutama pada mata pelajaran yang sulit.
Guru bidang studi Matematika menambahkan bahwa ada banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari materi Matematika karena khawatir tidak dapat mengerjakan soal ulangan harian dan berpikir bahwa soal ulangan harian
Matematika itu sulit. Siswa yang mengalami kesulitan mempelajari materi Matematika akan mengalami kesulitan mendapatkan nilai ulangan harian di atas
SKBM yang diberikan oleh guru yaitu 7. Adanya SKBM tersebut menyebabkan siswa merasa tidak yakin bisa memperoleh nilai hasil belajar yang baik. Siswa tidak yakin akan kemampuannya selain karena SKBM sebagai nilai standar dari guru
juga karena siswa mengalami kesulitan belajar dan khawatir tidak naik kelas. Peneliti akan meneliti kecemasan menghadapi ulangan harian di SMP
dan bahasa Inggris. Perolehan nilai-nilai dibawah SKBM itu diduga sebagai akibat dari kecemasan yang dialami siswa ketika mengerjakan soal-soal ulangan harian.
Menurut hasil penelitian Nawangsari (2010) kecemasan siswa dalam menghadapi ulangan akan berpengaruh terhadap prestasi akademiknya. Sekitar
53% kecemasan dipengaruhi oleh materi pelajaran yang sulit, 26% dipengaruhi oleh fasilitas yang kurang memadai dan 23% dipengaruhi oleh cara mengajar guru yang kurang dipahami siswa. Berdasarkan hasil penelitian Triyanti (2010:80),
sekitar 60% kecemasan akan mempengaruhi buruknya/rendahnya prestasi, sekitar 30% kecemasan akan mempengaruhi baiknya/meningkatnya prestasi.
Peneliti ingin mengetahui tingkat kecemasan yang dialami siswa menghadapi ulangan harian di SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara, karena banyak siswa yang mendapat nilai dibawah standar (nilai 7) pada ulangan harian
terutama pada matapelajaran yang sulit. Adanya kenyataan tersebut dipengaruhi oleh ketidak yakinan siswa menghadapi ulangan harian.
Kecemasan ini penting untuk diteliti karena kecemasan akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jika siswa dapat mengelola kecemasan dengan baik maka tekanan batin dalam diri siswa akan berkurang dan siswa dapat menghadapi
ulangan harian dengan lebih tenang. Siswa yang memiliki kecemasan terus menerus mengakibatkan tidak termotivasi untuk belajar. Kecemasan akan menekan pribadi
siswa dan terjadi kesulitan pada siswa untuk keluar dari kecemasan itu (Supratiknya, 1995: 20).
Kecemasan yang dialami oleh siswa tidak dapat dihindari karena setiap
siswa dapat mengelola kecemasan dengan baik maka kecemasan itu akan berkurang. Apabila kecemasan itu tidak dikelola dengan baik, maka kecemasan
akan meningkat tinggi dan akan menghambat siswa dalam belajar. Kecemasan akan mengganggu fungsi kinerja kognitif, seperti berkonsentrasi, mengingat,
pembentukan konsep dan pemecahan masalah.
Guru BK di SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara bersama dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, bagian kesiswaan dan para guru dapat menyusun
program pengelolaan kecemasan menghadapi ulangan harian untuk meningkatkan prestasi akademik siswa. Program pengelolaan kecemasan tersebut disusun supaya
siswa dapat mengelola kecemasan menghadapi ulangan harian sehingga siswa dapat menempuh ulangan harian dengan kondisi yang menyenangkan dan dapat mengendalikan manifestasi kognitif, afektif, motorik, dan somatik.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengungkapkan tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Wanayasa Banjarnegara. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dirumuskan masalah penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara tahun ajaran 2012/2013? 2. Usulan topik-topik bimbingan apa saja yang relevan untuk mengelola
kecemasan menghadapi ulangan harian berdasarkan butir-butir angket
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara tahun ajaran 2012/2013. 2. Menyusun usulan topik-topik bimbingan yang relevan untuk mengelola
kecemasan menghadapi ulangan harian berdasarkan butir-butir angket yang teridentifikasi memiliki potensi kecemasan yang tinggi.
D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi tambahan tentang kecemasan menghadapi
ulangan harian pada siswa SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara tahun ajaran 2012/2013 dalam rangka pengelolaan kecemasan.
2. Manfaat Praktis
a. Guru Pembimbing/Guru Bimbingan dan Konseling
Guru mendapat gambaran tentang tingkat kecemasan yang dialami
oleh siswa ketika menghadapi ulangan harian dan melalui gambaran tersebut guru dapat merancang program pengelolaan kecemasan berdasarkan usulan topik-topik kecemasan.
b. Siswa
Siswa dapat mengelola kecemasan menghadapi ulangan harian
E. Batasan Istilah
1. Kecemasan adalah suatu kondisi tertekan dan tidak menyenangkan yang
ditandai dengan manifestasi kognitif, afektif, motorik, somatik yang tidak terkendali. Kondisi yang tidak terkendali dan tidak menyenangkan tersebut
seperti sulit konsentrasi, khawatir, gelisah, dan otot tegang.
2. Ulangan harian merupakan tes hasil belajar yang dilakukan setelah satu
kompetensi dasar selesai dibahas oleh guru. Fungsinya adalah untuk mengukur
pemahaman siswa tentang materi-materi yang termuat dalam kompetensi dasar tersebut.
3. Kecemasan menghadapi ulangan harian adalah suatu keadaan yang tidak
nyaman yang dialami oleh siswa ketika berlangsungnya proses pengerjaan tes hasil belajar dalam rangka pengukuran pencapaian kompetensi dasar satu materi
pelajaran yang termanifestasi dalam kognitif, afektif, motorik, dan somatik. 4. Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara adalah siswa yang aktif
8 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Remaja
1. Pengertian masa remaja
Remaja berasal dari kata latin adolescere berarti tumbuh atau menjadi dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik
(Hurlock,1980:206). Remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif,
emosional, dan sosial (Santrock,2007:26).
Masa peralihan diantara masa anak-anak dan dewasa mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan fisiknya maupun psikisnya. Masa remaja
bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang (Daradjat,1989:23).
Rentang usia remaja dibedakan menjadi tiga yaitu 12 tahun sampai 15 tahun masa remaja awal, 15 tahun sampai 18 tahun masa remaja pertengahan, 18 tahun sampai 22 tahun masa remaja akhir (Santrock,2007:20). Masa remaja awal
berlangsung di masa sekolah menengah pertama (SMP).
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa masa remaja
2. Ciri-ciri masa remaja
Menurut Zulkifli (2003:65-66) ciri-ciri masa remaja ada lima, yaitu: a. Peningkatan emosional
Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik
terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan
dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan
bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
b. Perubahan fisik
Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan
seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan
sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja. c. Perubahan sosial
Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang
d. Perubahan kognitif
Perubahan-perubahan kognitif yang berlangsung selama transisi dari
masa anak-anak hingga masa remaja adalah meningkatnya berpikir abstrak, idealistik, dan logis.
e. Kecemasan
Pada masa remaja kecemasan akan meningkat karena terjadi perubahan hormonal yang menyebabkan rasa tidak tenang pada diri remaja.
Kondisi yang belum stabil akan mempengaruhi cara berpikir remaja yang irasional.
B. Kecemasan
1. Pengertian kecemasan
Kecemasan (anxiety) berasal dari bahasa latin “aungustus” yang berarti
kaku dan “ango anci” yang berarti mencekik. Kecemasan adalah emosi yang dikarakteristikkan oleh keadaan pemikiran dan pengantisipasian terhadap bahaya
(Hurlock,1980:216). Hal ini muncul dikarenakan keputusasaan individu yang tidak mampu menyelesaikan masalahnya. Menurut Daradjat (1989:40) kecemasan adalah manifestasi dari kognitif, afektif, motorik yang tidak
terkendali terjadi ketika individu sedang mengalami tekanan perasaan, konflik, dan pertentangan batin.
Menurut Arkof (dalam Sundari, 2005:51) kecemasan merupakan suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap suatu kesehatan. Maksudnya adalah keadaan yang menimbulkan perasaan kegelisahan
harian. Perasaan gelisah itu membuat siswa kehilangan nafsu makan sehingga dapat menyebabkan gangguan pencernaan.
Menurut Nevid (2005:163) kecemasan adalah seseorang merasa khawatir dan berpikir bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi, misalnya siswa
merasa khawatir tidak dapat menjawab pertanyaan soal ulangan harian akibatnya akan mendapatkan nilai yang tidak baik. Menurut Supratiknya (1995:19) kecemasan adalah keadaan yang tidak menyenangkan yang muncul dalam
manifestasi somatik berupa rangsangan fisiologis/biologis.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas penulis menarik
kesimpulan bahwa kecemasan merupakan suatu keadaan seseorang pada saat mengalami tekanan yang ditandai dengan manifestasi koginitif, afektif, motorik, dan somatik yang tidak terkendali muncul ketika seseorang mengalami keadaan
yang tidak menyenangkan tersebut.
2. Penyebab kecemasan menghadapi ulangan harian
Muhibin (2008:195) menyebutkan penyebab kecemasan menghadapi ulangan harian, yaitu:
a. Standar nilai bidang studi yang dianggap siswa terlalu tinggi.
b. Siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang optimum sedangkan
siswa menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang siswa
buat sendiri.
c. Siswa berada ditengah-tengah situasi kompetitif yang ketat dan menuntut
d. Hilangnya kemampuan menyebut/melakukan kembali informasi dan
kecakapan yang telah tersimpan dalam memori.
Sejalan dengan pendapat Muhibin, Sukardi (2008:140) menyebutkan empat penyebab kecemasan menghadapi ulangan harian yaitu:
a. Beberapa mata pelajaran soal ulangan harian ada yang sulit menurut siswa. b. Beberapa mata pelajaran ada soal-soal yang tidak dimengerti oleh siswa. c. Siswa terburu-buru ketika mengerjakan soal ulangan harian.
d. Siswa kurang mempersiapkan diri untuk mempelajari materi yang akan
dikeluarkan dalam soal ualangan harian.
Menurut Khaerudin (2009) ada dua penyebab yang mempengaruhi kecemasan siswa dalam menghadapi ulangan harian yaitu:
a. Internal
Aspek internal adalah stimulus yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, seperti kecerdasan intelektual, kesiapan mental, bahkan kondisi fisik. Bagi
siswa yang memiliki keterbatasan kecerdasan intelektual tentu akan mengalami kesulitan menghadapi soal-soal tes yang diperuntukkan bagi mereka yang tingkat kecerdasannya normal dan di atas normal, walaupun batas nilai
ketuntasan belajar adalah 6. Siswa yang memiliki keterbatasan kecerdasan akan sulit mendapat nilai diatas nilai ketuntasan. Sekuat apapun mereka berusaha dan
menyiapkan diri, tetapi karena kecerdasan mereka terbatas akan sulit berhasil dengan baik.
Kecemasan yang rendah pada siswa akan mendorong siswa memiliki
apabila kecemasan ini berlebihan, karena terlalu banyaknya tekanan baik dari dalam diri dan terutama dari luar, maka kecemasan ini akan berdampak negatif
terhadap kesiapan mereka menghadapi ulangan. Dengan kata lain mereka yang terlalu cemas dan takut cenderung akan menjadi tidak siap menghadapi
soal, akan menjadi kurang percaya diri untuk dapat berhasil menyelesaikan soal-soal dengan baik. Pada akhirnya, dengan kondisi seperti ini jelas peluang untuk bisa berhasil ulangan mendapat nilai bagus menjadi sangat kecil.
Aspek lain yang tidak kalah pentingnya yang mempengaruhi hasil belajar adalah kondisi fisik siswa. Tidak bisa dipungkiri kondisi fisik yang tidak baik
seperti sakit ketika mengerjakan soal-soal ulangan menjadi menyebabkan lemahnya konsentrasi.
b. Eksternal
Aspek eksternal adalah stimulus yang ada di luar diri siswa yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan siswa untuk mendapat nilai bagus,
seperti misalnya lingkungan belajar di rumah atau sekolah, lingkungan fisik tempat tes berlangsung, fasilitas/sarana dan prasarana yang dimiliki dan digunakan siswa, baik di rumah maupun di sekolah, situasi dan kondisi pada saat
ulangan berlangsung, dan masalah-masalah teknis yang berkenaan dengan cara mengisi lembar jawaban dan proses pemeriksaan lembar jawaban.
Para siswa yang memiliki sarana dan prasarana yang memadai dan didukung oleh lingkungan fisik dan sosial yang baik, tentu akan memiliki peluang yang sangat besar untuk berhasil dalam mengerjakan soal ulangan
eksternal yang mendukung, mereka akan dengan penuh berkonsentrasi mempersiapkan dan mengikuti tes hasil belajar. Demikian juga dengan kondisi
sarana dan prasarana di sekolah yang memadai akan membantu para siswa menguasai kompetensi dasar mata pelajaran yang akan diujikan. Namun jika
sarana prasarana, kurang mendukung akan memunculkan kecemasan pada siswa.
3. Manifestasi Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian
Manifestasi kecemasan adalah suatu bentuk reaksi seseorang ketika
mengalami keadaan yang tertekan dan tidak nyaman terwujud pada reaksi fisik maupun psikologis (Santrock,2007:550). Menurut Tresna (2011:90-91) Manifestasi kecemasan ketika seseorang menghadapi ulangan harian dapat
dikategorikan menjadi tiga yaitu:
a. Manifestasi kognitif yang tidak terkendali
Adalah munculnya kecemasan sebagai akibat dari cara berpikir siswa yang tidak terkondisikan yang sering kali memikirkan tentang kejadian buruk yang akan terjadi dalam menghadapi ulangan harian. Aspek
manifestasi kognitif dalam menghadapi kecemasan ulangan harian yaitu sulit berkonsentrasi dan mental blocking.
Sulit berkonsentrasi dalam menghadapi ulangan harian terjadi karena siswa tidak dapat memfokuskan pikirannya untuk ulangan harian. Sulit berkonsentrasi dalam ulangan harian ditunjukkan dengan gejala kesulitan
dalam membaca dan memahami pertanyaan ulangan harian, kesulitan berpikir secara sistematis, kesulitan mengingat kata kunci atau konsep
Mental blocking adalah hambatan secara mental atau psikologis yang
menyelubungi pikiran siswa saat mengerjakan soal-soal ulangan harian
sehingga siswa tidak bisa berpikir dengan tenang. Situasi siswa saat mengalami Manifestasi (kemunculan) mental blocking pada saat membaca
pertanyaan ulangan harian ditunjukkan dengan gejala pikiran kosong, dan tidak mengerti alur jawaban yang benar saat ulangan harian.
b. Manifestasi afektif yang tidak terkendali
Manisfestasi afektif adalah kecemasan yang muncul sebagai akibat siswa mengalami perasaan yang berlebihan pada saat menghadapi ulangan
harian yang diwujudkan dalam bentuk perasaan khawatir, gelisah, dan bingung terutama pada mata pelajaran yang dianggap sulit siswa. Khawatir dalam menghadapi ulangan harian merupakan perasaan yang mengganggu
sebagai akibat bayangan buruk yang dibuat oleh siswa sendiri.
Bayangan buruk yang dimaksud yaitu siswa khawatir tentang soal
ulangan harian yang terlalu sulit sehingga tidak dapat dijawab, tentang materi-materi pelajaran yang telah dipelajari namun tidak ditanyakan dalam ulangan harian.
Gelisah adalah perasaan tidak tentram yang dialami oleh siswa pada saat ulangan harian sehingga membuatnya tidak percaya diri ketika
disediakan tidak cukup untuk menyelesaikan soal-soal ulangan harian, dan ketika ada siswa yang telah selesai mengerjakan soal-soal ulangan harian.
Perasaan bingung timbul pada saat siswa harus mengambil keputusan yang sulit dalam menjawab soal-soal pilihan ganda karena
terdapat beberapa alternatif jawaban yang menurutnya benar atau salah karena pikirannya.
c. Perilaku motorik yang tidak terkendali
Perilaku motorik adalah gerakan tidak menentu seperti gemetar dan tegang pada otot yang dirasakan oleh siswa ketika menghadapi ulangan
harian. Gemetar adalah suatu gerakan yang dilakukan tanpa sengaja karena merasakan suatu ancaman ketika menghadapi ulangan harian seperti diharuskan menjawab soal dengan cepat, diharuskan duduk di barisan kursi
depan, dan keterbatasan waktu ulangan harian. Semua gerakan ini tanpa disadari dan akan tampak pada bagian tangan, lengan, kepala, kaki, wajah,
dan pita suara.
Menurut Soeitoe (1982:25-26) manifestasi kecemasan menghadapi ulangan harian ada empat yaitu :
a. Manifestasi kognitif
Munculnya kecemasan sebagai hasil kesalahan dalam melihat
permasalahan atau kejadian. Seseorang yang cemas karena cara berpikir tentang sesuatu yang akan terjadi pada dirinya dan memandang permasalahan atau kejadian tersebut sebagai hal yang mengganggu.
pikirannya terhadap ulangan harian khususnya soal-soal ulangan yang sedang dikerjakan. Siswa yang mengalami manifestasi kognitif dalam
situasi yang tertekan sehingga kemampuan siswa dalam berpikir mengalami hambatan. Terdiri dari dua kemampuan siswa mengalami hambatan dalam
berpikir yaitu: a) Pemahaman
Siswa mengalami hambatan dalam memahami soal-soal ulangan harian
yang di berikan oleh guru matapelajaran. b) Penerapan
Siswa mengalami hambatan dalam menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari untuk mengerjakan soal-soal ulangan harian. b. Manifestasi afektif
Kecemasan yang timbul karena suatu keadaan emosional yang ditandai oleh perasaan bingung, khawatir dan gelisah sehingga siswa tidak
dapat mengerjakan soal-soal ulangan harian. Perasaan bingung muncul pada saat siswa mengalami situasi keputusasaan untuk memilih jawaban yang benar dalam soal-soal pilihan ganda dan siswa tidak dapat memecahkan
jawaban pada soal-soal uraian. Perilaku bingung muncul pada saat siswa mengalami kesulitan memilih jawaban yang benar untuk soal-soal pilihan
ganda.
adanya perasaan yang tidak menyenangkan ketika ulangan harian berlangsung.
Gelisah terjadi ketika siswa mengalami situasi yang tidak tenang ketika ulangan harian berlangsung. Gelisah ditandai oleh perilaku gugup,
tidak sabar/tergesa-gesa saat mengerjakan soal, keluar masuk kelas, duduk yang tidak tenang, tidak percaya diri, menggerakkan tangan atau kaki, membolak-balikkan kertas, menengok temannya.
c. Manifestasi motorik
Manifestasi motorik adalah suatu keadaan yang tidak nyaman yang
dialami siswa yang berkaitan dengan kerja otot-otot dalam tubuh. Manifestasi motorik muncul ketika siswa mengalami ketegangan otot dan gemetar saat ulangan. Ketegangan otot muncul karena posisi tubuh tidak
santai/rileks ketika ulangan berlangsung. Ketegangan otot terjadi pada leher, bahu, punggung, mata, kaki. Ketegangan otot terjadi pada situasi yang
menegangkan menyebabkan otot terasa kaku atau nyeri.
Gemetar merupakan gerakan otot yang tidak disengaja pada saat siswa mengerjakan soal-soal ulangan harian. Gemetar muncul pada saat
siswa mengalami situasi yang tidak nyaman yang dianggap genting. Gemetar muncul pada wajah, kaki, lengan, pita suara, kaget.
d. Manifestasi somatik
berkeringat, tangan dan kaki dingin, sering kencing, diare, detak jantung cepat, pusing, mual, lemas, sesak nafas.
C. Ulangan Harian
Menurut Sukardi (2008:30) ulangan harian adalah “tes yang dilakukan
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar”.
Menurut Dewi (2012) ulangan harian adalah “kegiatan yang dilakukan
secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar atau lebih”. Menurut Handayani (2011)
Ulangan harian adalah “ujian formatif yang berupa tes hasil belajar yang dilakukan setelah satu kompetensi dasar tertentu selesai dibahas”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ulangan harian adalah kegiatan ujian formatif
yang dilakukan untuk mengukur prestasi belajar siswa setelah satu kompetensi dasar selesai dibahas.
D. Bimbingan Klasikal
1. Pengertian bimbingan klasikal
Bimbingan klasikal adalah proses pemberian bantuan kepada siswa yang
dilakukan di dalam kelas secara terjadwal agar siswa dapat memahami dirinya, sehingga ia dapat mengarahkan dirinya dan bertindak secara wajar (Winkel dan
Sri Hastuti,2006:29). Materi bimbingan klasikal mencakup bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan karir, dan bimbingan belajar.
Bimbingan klasikal adalah bagian dari proses pendidikan yang
kemandirian siswa (Prayitno,2004:91). Layanan bimbingan klasikal bukanlah suatu kegiatan mengajar atau menyampaikan materi pelajaran, melainkan
menyampaikan informasi yang dapat berpengaruh terhadap tercapainya perkembangan yang optimal dan kemandirian siswa.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli penulis dapat menyimpulkan bahwa bimbingan klasikal merupakan proses pemberian bantuan sebagai bagian dari pendidikan yang dilakukan di dalam kelas secara terjadwal agar siswa dapat
mengarahkan dirinya, bertindak secara wajar, berkembang secara optimal, dan mandiri.
2. Tujuan bimbingan klasikal
Tujuan bimbingan klasikal ada tiga, sebagai berikut (Winkel dan Sri Hastuti,2006:149):
a. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek kognitif membantu siswa untuk
merubah cara berpikir/cara pandang yang irasional menjadi rasional.
b. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek afektif membantu siswa mengelola
perasaan, emosi, dan sikap yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu.
c. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek psikomotor membantu siswa dalam
mengelola ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh
3. Manfaat bimbingan klasikal
Menurut Winkel dan Sri Hastuti (2006:565-566) bimbingan klasikal bermanfaat
bagi tenaga kerja dan juga para siswa. Manfaat bagi tenaga bimbingan antara lain :
a. Mendapat kesempatan berkontak langsung dengan banyak siswa sekaligus
mengenal siswa.
b. Menghemat waktu dan tenaga dalam kegiatan yang dilakukan dalam suatu
kelompok, misalnya memberikan informasi yang memang dibutuhkan oleh siswa.
c. Memperluas ruang geraknya, lebih-lebih bila jumlah alternatif disekolahnya
hanya satu atau dua orang saja. Manfaat bagi para siswa antara lain:
a. Menjadi lebih sadar akan tantangan yang dihadapi sehingga mereka
memutuskan untuk berwawancara secara pribadi dengan guru bimbingan
konseling.
b. Lebih rela menerima dirinya sendiri, setelah menyadari bahwa
teman-temannya sering menghadapi persoalan, kesulitan, dan tantangan yang kerap
kali sama.
E. Tehnik Mengelola Kecemasan
Menurut Sundari (2005:60) mengelola kecemasan adalah mengatasi
perasaan yang tidak menyenangkan dalam kondisi yang tertekan agar tidak semakin meningkat. Menurut Erford (2010:87-190) ada 2 pendekatan mengelola kecemasan
yaitu:
1. Pengelolaan kecemasan pendekatan kognitif
Pendekatan kognitif merupakan suatu pendekatan mengelola kecemasan
yang membantu individu merubah perasaan dan perilakunya dengan mengubah pikiran yang negatif menjadi positif atau irasional menjadi rasional. Tehnik yang
digunakan dalam pendekatan kognitif antaralain: a. Thought stopping/menghentikan pikiran
Tehnik thought stopping untuk membantu individu menghentikan
pikiran yang negatif serta akan muncul pikiran positif. Konselor mengatakan berhenti ketika individu berpikir negatif, untuk mengurangi
kemungkinan pikiran negatif terulang kembali. Contohnya siswa diajak membayangkan kondisi yang tertekan pada saat menghadapi ulangan harian sampai mengatakan sesuatu, kemudian pembimbing mengatakan
stop/berhenti. Apabila siswa berhenti berpikir negatif maka akan meningkatkan konsentrasi dan dapat memusatkan perhatian.
Langkah-langkah tehnik thought stopping yaitu:
a) Konselor dan konseli memutuskan bersama pikiran yang akan
b) Konselor menyarankan konseli untuk menutup matanya dan
membayangkan situasi dimana pikiran negatif mungkin terjadi. c) Pemikiran negatif konseli akan terganggu oleh perintah berhenti dari
konselor. Kata “berhenti” untuk menggantikan pikiran yang lebih
positif.
d) Konseli berdiam diri kemudian konselor mengajak konseli untuk
berteriak berhenti, sehinngga konseli belajar untuk mengganggu
pikiran negatif dan akan muncul pikiran yang positif. Setelah selesai konselor menyarankan konseli untuk membuka matanya.
b. Restrukturisasi kognitif
Tehnik restrukturisasi kognitif untuk membantu individu mengubah pikiran yang negatif menjadi positif. Contoh mengubah pikiran siswa bahwa
soal ulangan harian itu sulit menjadi soal ulangan harian itu mudah dikerjakan. Ketika siswa berubah pikirannya, kecemasan menghadapi
ulangan harian dapat berkurang dan siswa dapat berkonsentrasi mengerjakan soal ulangan harian.
Langkah-langkah restrukturisasi kognitif yaitu:
a) Konselor membantu konseli menyadari proses berpikir/cara berpikirnya,
kemungkinan pikiran irasional/negatif berpengaruh pada kehidupannya. b) Konselor membantu konseli agar dapat mengevaluasi keyakinannya
tentang diri dan orang lain dengan pola pikir logis.
c) Konselor membantu konseli untuk belajar mengubah keyakinan
2. Pengelolaan kecemasan pendekatan behaviour
Pendekatan behaviour merupakan suatu pendekatan mengelola
kecemasan yang membantu individu untuk merubah perilaku. Perubahan perilaku melalui perubahaan perasaan dan pikiran terlebih dahulu. Tehnik yang
digunakan dalam pendekatan behaviour antaralain: a. Relaksasi
Tehnik relaksasi adalah tehnik mengatasi kecemasan melalui
pengendoran otot-otot dan syaraf. Relaksasi merupakan suatu kondisi istirahat pada aspek fisik dan mental. Relaksasi dilakukan dalam keadaan
seluruh tubuh seimbang, tenang tapi tidak tertidur, dan seluruh otot-otot dalam keadaan rileks dengan posisi tubuh yang nyaman.
Manfaat relaksasi yaitu:
a) Mengurangi ketegangan pada otot, mengurangi gemetar pada kaki dan
tangan, mengurangi mual, pusing, dan badan lemas.
b) Mampu meningkatkan kesehatan secara umum dengan memperlancar
proses metabolisme tubuh, denyut jantung, pernafasan, dan peredaran darah.
b. Visual/guided imagery (visual/pencitraan diri)
Guided imagery adalah sebuah proses yang menggunakan kekuatan
pikiran, agar individu mampu mengontrol emosi dengan memunculkan pikiran yang positif, sehingga menghasilkan perilaku baru melalui komunikasi dalam tubuh melibatkan semua indra (sentuhan, penciuman,
mengarahkan secara lembut seseorang ke dalam keadaan pikiran yang tenang dan tetap.
Langkah-langkah tehnik guided imagery yaitu:
a) Sebelum memulai tehnik guided imagery pastikan ruangan dalam
keadaan tenang dan nyaman untuk konseli. Musik dapat digunakan untuk suasana tenang.
b) Konselor membantu konseli bersantai dengan menyarankan konseli
menutup matanya, mengambil lambat nafas dalam-dalam. Kemudian konselor memandu konseli untuk membayangkan kondisi dan
pengalaman dalam keadaan nyaman, tenang, dan bahagia. Konselor memandu konseli melalui kata-kata yang menenangkan konseli dengan suara lirih/lembut. Kemudian konselor menginformasikan kepada konseli
bahwa pemanduan sudah berahir dan konselor menyarankan konseli untuk perlahan-lahan membukan matanya.
c) Setelah konselor selesai memandu, konselor menyarankan konseli untuk
evaluasi/berdiskusi. Misalnya, dengan petanyaan bagaimana perasaanmu dan apa yang akan kamu lakukan.
c. Self talk
Self talk adalah suatu teknik yang dapat digunakan untuk membantah
keyakinan-keyakinan irasional dan mengembangkan pikiran sehat yang akan menyebabkan lebih positif bicara diri. Self talk sebagai sarana bagi seseorang untuk menangani pesan-pesan negatif yang ia kirimkan pada
memunculkan pernyataan yang positif pada diri sendiri sehingga akan merubah pikiran negatif menjadi positif.
Langkah-langkah tehnik self talk yaitu :
a) Konselor dan konseli mengidentifikasi dan mengeksplorasi negatif
bicara pada dirinya sendiri.
b) Mengevaluasi pikiran konseli tentang dirinya sendiri untuk
mengetahui pikiran negatif konseli.
c) Konselor membantu konseli bersikap positif dengan berbicara sendiri
melalui kata-kata positif untuk melawan kebiasaan kata-kata negatif,
27 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survey.
Furchan (2005:415-418) mengatakan penelitian deskriptif dengan metode survei dirancang untuk memperoleh informasi dengan mengumpulkan data
yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Penelitian ini bersifat deskriptif karena dirancang untuk memperoleh informasi tentang tingkat kecemasan dalam menghadapi ulangan pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara. Untuk menggambarkan kondisi yang lengkap dan nyata, maka metode yang dipakai adalah survei, sehingga peneliti
mampu memaparkan secara jelas tentang kecemasan siswa. B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah para siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Wanayasa yang berasal dari 3 kelas yaitu VIIIA, VIIIB, VIII C dengan jumlah siswa perkelas sekitar 30 siswa dan jumlah total 90 siswa. Peneliti
C. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner kecemasan menghadapi ulangan harian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner Kecemasan dalam Menghadapi Ulangan Harian yang disusun oleh peneliti. Kuesioner
disusun berdasarkan manifestasi kecemasan menurut Tresna (2011) dan Soeitoe (1982). Manifestasi kecemasan yaitu manifestasi kognitif, afektif, motorik, dan somatik.
Kuesioner ini terdiri atas pernyataan-pernyataan favourable dan unfavourable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang sesuai atau
menggambarkan suatu keadaan cemas yang dirasakan siswa ketika menghadapi ulangan harian. Unfavourable adalah pernyataan yang tidak menggambarkan suatu keadaan cemas yang dirasakan siswa menghadapi
ulangan harian.
Kuesioner ini memuat empat alternatif jawaban: Selalu (Sl),
Sering (SR), Kadang-kadang (KDG), dan Tidak Pernah (TP). Skor untuk kedua pernyataan itu berbeda, untuk favorable selalu mendapatkan skor 3, sering mendapat skor 2, kadang-kadang mendapatkan skor 1, tidak pernah
mendapatkan skor 0. Sedangkan pernyatan unfavorable jawaban selalu mendapat skor 0, sering mendapat skor 1, kadang-kadang mendapat skor
Tabel 1
Kisi-kisi Kuesioner Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara Tahun Ajaran 2012/2013 Sebelum Uji Coba
No Manifestasi Indikator Deskriptor Jumlah Item
Fav Unfav
b.2.Ada siswa lain yang mengumpulkan jawaban b.3.Meminta ijin keluar kelas
Tabel 2
Kisi-kisi Kuesioner Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara Tahun Ajaran 2012/2013 Setelah Uji Coba
No Manifestasi Indikator Deskriptor Jumlah Item
Fav Unfav
1 Kognitif a.Sulit Konsentrasi
b. Mental Blocking
2 Afektif a. Perasaan Khawatir
b. Perasaan Gelisah
b.2.Ada siswa lain yang mengumpulkan jawaban b.3.Meminta ijin keluar kelas
2. Validitas
Menurut Donald, dkk (Furchan, 2005:293) validitas menunjuk pada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Menurut Azwar (1999:7) validitas adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan fungsi ukurnya, artinya sejauh mana skala itu mampu mengukur atribut yang dirancang oleh penyusun. Jadi instrumen yang
valid adalah alat ukur yang dapat mengukur apa yang diteliti.
Validitas yang diperiksa dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Validitas isi adalah suatu validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat ukur mencerminkan hal-hal yang akan diukur (Masidjo: 1995:243). Validitas isi pada umumnya ditentukan melalui pertimbangan
para ahli, seperti mengoreksi item-item yang telah dibuat oleh peneliti dan memberikan pertimbangan tentang bagaimana kuesioner tersebut telah
menggambarkan atribut yang hendak diukur.
Dalam penelitian ini, validitas kuisioner dipertimbangkan oleh Dr.M.M.Sri Hastuti, M.S.i. sebagai dosen pembimbing yang sekaligus
sebagai ahli yang telah memiliki kompetensi dibidang bimbingan dan konseling. Pertimbangan ini dilakukan dengan mengoreksi item-item yang
favourable dan unfavourale sehingga kuesioner itu dapat menggambarkan
atau sesuai dengan kecemasan menghadapi ulangan harian. 3. Reliabilitas
Menurut Azwar (1999:83) reliabilitas sebenarnya mengacu kepada
konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh
koefesien reliabilitas (
r
xx) yang angkanya berada pada rentang 0 sampai1,00. Jika koefesien semakin mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya, sebaliknya koefesien yang semakin mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya. Pada umumnya, reliabilitas
dianggap memuaskan jika koefesiennya mencapai minimal
r
xx=0,900.Dalam penelitian ini, peneliti mengukur reliabilitas alat ukur dengan menggunakan koefesien alpha cronbach ( ), analisis perhitungan
reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows versi 17. Hasil reliabilitas yang pertama diperoleh dari hasil perhitungan
alpha cronbach adalah
r
xx= 0,909 dan hasil yang kedua adalahr
xx= 0,928.Hasil perhitungan reliabilitas yang kedua lebih tinggi dari yang pertama, menunjukkan bahwa hasil analisa yang kedua kuesioner
kecemasan menghadapi ulangan harian lebih layak digunakan sebagai penelitian. Perhitungan dilakukan dua kali agar kuisioner itu layak
sangat tinggi sehingga alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini reliable.
Untuk melihat reliabilitas instrumen digunakan pedoman kualifikasi reliabilitas (Masidjo, 1995:246) seperti tampak pada tabel 3.
Tabel 3
Koefesien korelasi dan reliabilitas
Koefesien korelasi Kualifikasi
0,91-1,00 Sangat tinggi
0,71-0,90 Tinggi
0,41-0,70 Cukup tinggi
0,21-0,40 Rendah
Negatif-0,20 Sangat rendah
4. Uji daya diskriminasi/daya beda
Daya beda item adalah kemampuan item dalam membedakan
antara subjek yang memiliki atribut yang diukur dan yang tidak diukur. Tujuan dari daya diskriminasi/daya beda untuk memilih item yang
mengukur atribut yang akan diteliti sehingga menghasilkan item yang valid yang digunakan sebagai skala final. Azwar (1999:59) menyatakan bahwa pengujian daya diskriminasi/daya beda item menghendaki
dilakukannya komputasi koefesien korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan
koefesien korelasi item total (
r
ix), yang dikenal pula dengan sebutaniX – ( i) ( X) / n
r
ix= i ² - ( i)² / n X² – ( X)²/ ndinamai : i = skor item
X = skor skala (skor total) n = banyak subjek
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total,
digunakan batasan
r
ix 0,30. Semua item yang mencapai koefesienkorelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan dan jika
kurang dari 0,30 diinterpretasikan memiliki daya beda yang rendah. Hasil
perhitungan pertama dari 56 item terdapat 17 item yang gugur (
r
ix 0,30),setelah itu menghilangkan item-item yang gugur untuk dianalisa kembali. Hasil perhitungan yang kedua dari 39 item terdapat 3 item yang gugur
karena tidak memenuhi syarat (
r
ix 0,30). Jadi jumlah item yangdigunakan untuk penelitian sebanyak 36 item.
Tabel 4
Rekapitulasi Skala Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara Tahun Ajaran 2012/2013
Jumlah
Item Lolos Gugur
Manifestasi Indikator Deskriptor
F UF F UF F UF
a.1.Khawatir tidak dapat menjawab soal.
a.2.Khawatir materi yang dipelajari tidak ditanyakan pada soal.
b.1.Ketika guru mengumumkan waktu hampir habis.
b.2.Ada siswa lain yang mengumpulkan jawaban
b.3.Meminta ijin keluar kelas.
b.4.Tidak sabar/tergesa-gesa mengerjakan soal.
b.5.Duduk gelisah
c.1.Sulit mengambil keputusan dalam soal pilihan ganda
c.2.Bingung menguraikan jawaban pada soal pilihan ganda
1
b.1.Otot kaku pada bahu
b.2.Otot kaku pada leher
5. Uji coba
Uji coba bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas
instrument, sehingga diperoleh kelayakan penggunaanya sebagai instrument yang handal untuk menggungkapkan hal-hal yang akan diungkap. Pada penelitian ini peneliti melaksanakan uji coba dengan
metode uji coba terpakai. Uji coba terpakai yaitu uji coba instrument yang melibatkan seluruh subjek (kelas VIII sebanyak 90 siswa) sehingga
instrument dalam penelitian ini dapat langsung digunakan untuk penelitian.
D. Persiapan dan pelaksanaan pengumpulan data
1. Menyusun instrument/skala kecemasan menghadapi ulangan harian.
2. Mengkonsultasikan dan uji validitas instrument kepada dosen
pembimbing.
b.3.Otot kaku pada mata
b.4.Otot kaku pada punggung
3. Melaksanakan uji coba terpakai sekaligus penelitian pada siswa kelas VIII
di SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara, pada hari Selasa dan Rabu,
tanggal 6 dan 7 November 2012. E. Teknik analisis data
1. Menentukan skor dari masing-masing alternatif jawaban yang sudah
diberikan oleh subjek penelitian dan membuat tabulasi skor dari masing-masing butir item skala. Langkah selanjutnya menghitung total skor
masing-masing subjek penelitian dan total skor tiap item.
2. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis
statistik deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan mean, standard deviasi serta pengkategorisasian menurut norma yang telah ditentukan peneliti.
a. Kategorisasi tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian secara
umum
Kategorisasi tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian secara umum disusun berdasarkan model distribusi normal dengan kategorisasi jenjang. Tujuan kategorisasi ini adalah untuk menempatkan
subjek penelitian kedalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur.
Menentukan penggolongan kategorisasi penyesuaian diri seluruh responden berdasarkan Azwar (1999:108) yang mengelompokkan tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian, subjek penelitian dibagi
sedang, tinggi, dan sangat tinggi, dengan norma kategorisasi sebagai berikut :
Tabel 5 Norma Kategorisasi
Perhitungan Kategorisasi
X µ-1,5 Sangat rendah
µ-1,5 < X µ-0,5 Rendah µ-0,5 < X µ+0,5 Sedang µ+0,5 < X µ+1,5 Tinggi
X > µ+1,5 Sangat Tinggi
Keterangan:
Xmaksimum teoretik : skor tertinggi yang mungkin diperoleh
subjek penelitian dalam skala.
Xminimum teoretik : skor terendah yang mungkin diperoleh
subjek penelitian dalam skala. Range : yaitu rentangan skor skala.
: standar deviasi, yaitu luas jarak rentangan
yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran.
µ : mean teoretik, yaitu rata-rata teoritis dari skor maksimum dan minimum.
Selanjutnya kategorisasi ini dijadikan sebagai norma/patokan
dalam mengelompokkan skor subjek penelitian berdasarkan tingkatan kecemasan menghadapi ulangan harian. Kategorisasi tinggi rendah
total = 36 item) diperoleh melalui penggolongan dengan perhitungan µ(mean teoretik) : (108+0):2=54
Penentuan kategorisasi tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara
secara umum dapat dilihat dalam tabel 3 sebagai berikut : Tabel 6
Norma Kategorisasi Tingkat Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian Kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara Tahun
Ajaran 2012/2013
Perhitungan Skor Kategori
X µ-1,5
Selanjutnya, data setiap subjek penelitian dikelompokkan berdasarkan item total yang mereka peroleh dalam kategori diatas, sehingga dapat dihitung jumlah dan presentasi kecemasan menghadapi
b. Kategorisasi skor setiap item dalam skala
Kategorisasi skor dari setiap item dalam skala penelitian
dilakukan untuk mendapatkan item-item skala yang dijadikan dasar usulan topik-topik pengelolaan kecemasan. Kategorisasi skor tiap item
skala adalah berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang yang berpedoman pada Azwar (1999:108), yaitu sangat rendah, rendah sedang, tinggi, sangat tinggi. Norma kategorisasi untuk item-item skala
adalah sebagai berikut :
Tabel 7
Norma Kategorisasi Item
Perhitungan Kategorisasi
X µ-1,5 Sangat rendah
µ-1,5 < X µ-0,5 Rendah µ-0,5 < X µ+0,5 Sedang µ+0,5 < X µ+1,5 Tinggi
X > µ+1,5 Sangat Tinggi
Keterangan:
X maksimum teoretik : Skor tertinggi yang mungkin diperoleh
subjek penelitian dalam skala.
Xminimum teoretik : Skor terendah yang mungkin diperoleh subjek penelitian dalam skala.
Range : Rentangan skor skala.
: Standar deviasi, yaitu luas jarak rentangan
µ : mean teoretik, yaitu rata-rata teoretis dari skor maksimum dan minimum.
Selanjutnya kategorisasi ini dijadikan sebagai norma/patokan dalam pengelompokan skor item. Kategorisasi tinggi rendah skor
item-item secara keseluruhan dalam penelitian ini (dengan N=90) diperoleh melalui penggolongan dengan perhitungan sebagai berikut :
X maksimum teoretik : 90x3 = 270
Xminimum teoretik : 90x0 = 0
Range : 270-0 = 270
(teoretik) : 270 : 6 = 45 µ(teoretik) : (270+0):2 = 135
penentuan kategorisasi skor item dapat dilihat dalam tabel sebagai
berikut :
Tabel 8
Norma kategorisasi Skor Item skala Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian Pada Siswa Selas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa
Banjarnegara Tahun Ajaran 2012/2013
Perhitungan Skor Kategorisasi
X µ-1,5 X 135-67,5
X 68 Sangat rendah
µ-1,5 <X µ-0,5 135-67,5<X 135-22,5
68<X 113 Rendah
µ-0,5 <X µ+0,5 135-22,5<X 135+22,5
113<X 158 Sedang
µ+0,5 <X µ+1,5 135+22,5<X 135+67,5
158<X 203 Tinggi
X>µ+1,5 X>135+67,5
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Tingkat Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian
Hasil penelitian tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara tahun ajaran 2012/2013
disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 9
Kategorisasi Tingkat Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara Tahun Ajaran 2012/2013
Kategori Skor Jumlah Persentase
Sangat rendah X 27 2 2%
Rendah 27<X 45 24 27%
Sedang 45<X 63 40 44%
Tinggi 63<X 81 23 26%
sangat tinggi >81 1 1%
Deskripsi hasil data penelitian mengenai tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian pada siswa kelas VIII menunjukkan bahwa 1 siswa (1%)
termasuk dalam kategori sangat tinggi, 23 siswa (26%) termasuk dalam kategori tinggi, 40 siswa (44%) termasuk dalam kategori sedang, 24 siswa (27%)
termasuk dalam kategori rendah, dan 2 siswa (2%) termasuk dalam kategori sangat rendah. Tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian pada siswa kelas VIII yang berada dalam kategori “tinggi”, dan “sangat tinggi” dapat
(27%). Sedangkan tingkat kecemasan yang berada dalam kategori “rendah” dan “sangat rendah” dapat dikategorikan siswa memiliki tingkat kecemasan yang
rendah atau memiliki kemampuan mengelola kecemasan ketika menghadapi ulangan harian, berjumlah 26 orang (29%). Berdasarkan data diatas
menunjukkan bahwa sebagian besar subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat kecemasan pada kategori sedang.
2. Tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian pada setiap item
Data hasil penelitian pada setiap item digunakan untuk melihat aspek kecemasan menghadapi ulangan harian agar siswa dapat mengelola kecemasan
pada manifestasi koginif, afektif, motorik, dan somatik. Hasil tersebut diperoleh dengan cara mengelompokkan skor item kedalam norma kategorisasi menurut Azwar (1999). Pengelompokan item pada setiap kategori berdasarkan item-item
favourable yang mencerminkan kecemasan menghadapi ulangan harian sebagai
acuan untuk membuat topik-topik pengelolaan kecemasan. Dari kategorisasi
tersebut didapat skor-skor item yang termasuk dalam kategorisasi sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Item-item dengan skor yang berada dalam kategori rendah, tinggi, dan sangat tinggi merupakan item-item yang akan
Tabel 10
Kategori Item Kecemasan yang Dialami Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara Tahun Ajaran 2012/2013
Skor Kategori Nomor item Jumlah
X 68 Sangat
rendah 17 1
68<X 113 Rendah 3,6,12,22,29 5
113<X 158 Sedang 1,4,5,8,10,13,19,20,21,
24,25,26,28,32,35,36 16
158<X 203 Tinggi 9,11,14,31,33,34 6
>203 Sangat
tinggi - -
Data dalam tabel 6 menunjukkan bahwa item dengan skor yang berada dalam kategori sangat rendah sebanyak 1 item, item dengan kategori rendah
sebanyak 5 item, item dengan kategori sedang sebanyak 16 item, item dengan kategori tinggi sebanyak 6 item, dan item dengan kategori sangat tinggi tidak
ada. Item-item dengan skor yang termasuk dalam kategori tinggi dan sedang ini mencerminkan tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian dalam manifestasi dan indikator yang diukur tinggi artinya siswa belum mampu
mengelola kecemasan pada manifestasi dan indikator tersebut.
Tabel 11
Rekapitulasi manifestasi kecemasan dan item pada kategori tinggi
Manifestasi Indikator Deskriptor Item
Perasaan menjawab soal-soal ulangan harian yang sulit. mengerjakan soal-soal ulangan harian guru mengumumkan waktu pengerjaan hampir habis.
Motorik Otot kaku Otot kaku pada punggung
Otot punggung terasa kaku pada saat saya mengerjakan soal-soal ulangan harian yang sulit.
Berkeringat Badan mengeluarkan banyak keringat
pada saat saya mengerjakan soal-soal ulangan harian yang sulit.
Somatik Reaksi
fisik/biologis
Sesak nafas Nafas sesak ketika saya mengerjakan
soal-soal ulangan harian yang sulit.
Tabel 12
Rekapitulasi manifestasi kecemasan dan item pada kategori sedang
Manifestasi Aspek Indikator Item
Kognitif Sulit konsentrasi Pemahaman Saya mengalami kesulitan memahami
soal-soal ulangan harian.
Lupa/sulit mengingat
Saya mengalami kesulitan mengingat kata kunci jawaban saat mengerjakan soal-soal ulangan harian.
Tidak dapat
meemusatkan pikiran
Ketka mengerjakan soal-soal ulangan harian saya memikirkan hal lain.
Penerapan Saya mengalami kesulitan menerapkan
materi yang sudah saya pelajari untuk menjawab soal-soal ulangan harian.
Mental blocking Tidak mengetahui
jawaban benar
Saat mengerjakan soal-soal ulangan harian saya kesulitan untuk menemukan jawab yang benar.
Afektif Perasaan khawatir Khawatir materi
yang dipelajari
tidak ditanyakan
pada soal
Saya khawatir materi yang sudah saya pelajari tidak ditanyakan pada soal-soal ulangan harian.
Gelisah Tergesa-gesa
mengerjakan soal
Saya mengerjakan soal-soal ulangan harian dengan tergesa-gesa.
Duduk tidak
tenang
Saya duduk dengan gelisah saat
mengerjakan soal-soal ulangan harian.
Perasaan bingung Sulit mengambil
keputusan pada
soal pilihan ganda
Saya bingung ketika memilih jawaban benar untuk soal-soal ulangan harian yang berbentuk pilihan ganda.
Sulit menguraikan jawaban pada soal uraian
Motorik Gemetar Gemetar pada tangan
Tangan gemetar pada saat saya
mengerjakan soal-soal ulangan harian yang sulit.
Gemetar pada kaki Kaki gemetar pada saat saya mengerjakan
soal-soal ulangan harian yang sulit.
Somatik Reaksi
fisik/biologis
Pusing Kepala pusing ketika saya mengerjakan
soal-soal ulangan harian yang sulit.
Detak jantung
berdebar cepat
Jantung berdetak lebih kencang ketika saya mengerjakan soal-soal ulangan harian yang sulit.
Mual Saya mual pada saat mengerjakan soal-soal
ulangan harian yang sulit.
Badan lemas Badan menjadi lemas pada saat
mengerjakan soal-soal ulangan harian yang sulit.
B. Pembahasan
1. Kategori sangat tinggi dan tinggi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 23 siswa (26%) pada kategori tinggi dan sebanyak 1 siswa (1%) pada kategori sangat tinggi. Kecemasan timbul karena manifestasi afektif yang tidak terkendali, sehingga
menyebabkan perasaan khawatir yang berlebihan pada saat menghadapi ulangan harian. Perasaan khawatir itu muncul karena siswa berpikir dan
membayangkan soal-soal ulangan harian itu sulit, sehingga siswa tidak dapat menjawab soal-soal ulangan harian yang dianggapnya sulit. Perasaan khawatir itu akan mengganggu siswa pada saat mengerjakan soal-soal ulangan harian.
Manifestasi afektif lain yang tidak terkendali disebabkan karena adanya perasaan gelisah. Perasaan gelisah membuat siswa merasa tidak
jawaban sendiri pada saat mengerjakan soal-soal ulangan harian. Perasaan gelisah dialami siswa pada saat mengerjakan soal-soal ulangan harian guru
mengumumkan waktu pengerjaan hampir habis dan ketika ada teman yang sudah mengumpulkan lembar jawab sementara siswa masih harus
menyelesaikan banyak soal. Keadaan itu membuat siswa semakin tidak tenang pada saat mengerjakan soal-soal ulangan harian.
2. Kategori sedang
Hasil penelitian sebanyak 40 siswa (44%) berada pada kategori sedang, kecemasan timbul karena manifestasi kognitif dan afektif yang tidak terkendali. Kecemasan terjadi karena siswa berpikir soal-soal ulangan harian itu sulit untuk
dikerjakan, sehingga akan mengganggu dan menghambat siswa dalam mengerjakan soal-soal ulangan harian. Berpikir tentang sulitnya soal-soal
menyebabkan siswa sulit berkonsentrasi pada saat mengerjakan soal-soal ulangan harian. Sulit konsentrasi ditunjukkan dengan gejala sulit memahami soal-soal ulangan harian, sulit mengingat kata kunci jawaban pada saat
mengerjakan soal-soal ulangan harian, sulit menerapkan materi yang sudah dipelajari untuk menjawab soal-soal ulangan harian. Siswa berpikir tentang
soal-soal yang sulit menyebabkan terjadinya mental blocking, sehingga siswa tidak bisa berpikir tenang pada saat mengerjakan soal-soal ulangan harian. Mental blocking ditunjukkan dengan gejala siswa mengalami kesulitan untuk
menemukan jawaban yang benar.
Siswa berpikir tentang soal-soal ulangan harian yang sulit menyebabkan