TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN
PENGELOLAAN KECEMASAN Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh: Nama: Dhian Permanasari NIM : 071114013
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN
PENGELOLAAN KECEMASAN Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh:
Nama : Dhian Permanasari NIM : 071114013
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
vi
!!!!
""""
#
!
#
!
#
!
vii ABSTRAK
TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI ULANGAN HARIAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WANAYASA BANJARNEGARA
TAHUN AJARAN 2012/2013
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PENGELOLAAN KECEMASAN
Dhian Permanasari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2013
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara tahun ajaran 2012/2013 dan menyusun usulan topik-topik bimbingan pengelolaan kecemasan.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara tahun ajaran 2012/2013 berjumlah 90 siswa. Penelitian ini menggunakan metode uji coba terpakai yang melibatkan seluruh subjek. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian yang terdiri dari 39 item pernyataan yang bersifat favourable dan unfavourable dengan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach yaitu
r
xx=0,928. Data dianalisis dengan kategorisasi berdasarkan Azwar (1999) yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.viii ABSTRACT
FACES DAILY TESTS OF ANXIETY LEVEL
THE GRADE CLASS VIII STUDENTS OF SMP STATE 1 WANAYASA BANJARNEGARA ACADEMIC YEAR 2012/2013
AND IMPLICATIONS OF THE PROPOSED MANAGEMENT GUIDANCE TOPICS ANXIETY
by
Dhian Permanasari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2013
The study belongs to a descriptive research that aims to determine the level of students’ anxiety in facing the daily exams of the eighth grade students at SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara in 2012/2013 academic year and its implications towards the suggested topics of anxiety management guidance.
The subject in this research is the eighth grade students at SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara in 2012/2013 academic year consisting of 90 students. This study employs a test method which involves the whole subject. The research instrument used is a questionnaire of anxiety levels in facing the daily exams consisting of 39 items that are favourable and unfavourable with the Cronbach Alpha coefficient
r
xx=0,928. The data were analyzed by categorization based on Azwar (1999) there are five categories namely very low, low, moderate, high, and very high.ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga dengan kekuatan dan kesabaran dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Skripsi ini dibuat untuk melengkapi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di bidang Bimbingan dan Konseling.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak. Untu itu, penulis ingin mengucapkan trima kasih kepada :
1. Rohandi Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling.
3. A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A. selaku wakil ketua program studi.
4. Dr.M.M. Sri Hastuti M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan
membimbing penulis dalam rangka menyelesaikan skripsi.
5. Dra. Indriyati Eko P,S.Psi.,M.Si. yang telah membantu penulis dalam
mengolah data SPSS.
6. Puji Kristyaningtyas S.Pd., M.M. selaku kepala sekolah SMP Negeri 1
Wanayasa Banjarnegara yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
penelitian.
7. Seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnega tahun ajaran
2012/2013 atas kerjasamanya dalam pengisian kuesioner Tingkat Kecemasan
x
8. Orang tua, mertua, kakak-kakak, suami, dan anak yang telah mendukung dan
memberi doa kepada penulis.
9. Teman-teman yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca
dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, 5 Juni 2013
xi
HALAMAN JUDUL……… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii
HALAMAN PENGESAHAN……….. iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN………. vi
ABSTRAK……… vii
ABSTRACT………... viii
KATA PENGANTAR………. ix
DAFTAR ISI………. xi
DAFTAR TABEL……… xiv
DAFTAR LAMPIRAN………... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………... 1
B. Rumusan Masalah………... 5
C. Tujuan Penelitian………... 6
D. Manfaat Penelitian………... 6
E. Batasan istilah………... 7
BAB II LANDASAN TEORI A. Remaja...………... 8
1.Pengertian masa remaja... 8
2.Ciri-ciri masa remaja... 9
xii
2.Penyebab kecemasan menghadapi ulangan harian... 11
3.Manifestasi kecemasan menghadapi ulangan harian... 14
C. Ulangan Harian...………... 19
D. Bimbingan Klasikal………... 19
1.Pengertian bimbingan klasikal... 19
2.Tujuan bimbingan klasikal... 20
3.Manfaat bimbingan klasikal... 21
E. Tehnik mengelola kecemasan... 22
1.Mengelola kecemasan pendekatan kognitif... 22
2.Mengelola kecemasan pendekatan behaviour... 24
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian………... 27
B. Subjek Penelitian...……….. 27
C. Instrumen Penelitian... 28
1.Kuesioner Kecemasan... 28
2.Validitas... 31
3.Reliabilitas... 32
4.Uji Daya Diskriminasi... 33
5.Uji Coba... 36
D. Persiapan dan Pelaksanaan Pengumpulan Data... 36
xiii
A. Hasil Penelitian………... 42
1.Tingkat Kecemasan... 42
2.Tingkat kecemasan Setiap Item... 43
B. Pembahasan...………... 46
C. Topik-topik Bimbingan... 49
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 51
B. Saran... 51
xiv
Tabel 1 Kisi-kisi Kuesioner Keceman Menghadapi Ulangan Harian ...29
Tabel 2 Kisi-kisi Kecemasan Setelah Uju Coba...30
Tabel 3 Koefisien Korelasi dan Reliabilitas...33
Tabel 4 Rekapitulasi Skala Kecemasan ...35
Tabel 5 Norma Kategorisasi...38
Tabel 6 Norma Kategorisasi Tingkat Kecemasan...39
Tabel 7 Norma Kategori Item...40
Tabel 8 Norma Kategorisasi Item Kecemasan...41
Tabel 9 Kategorisasi Tingkat Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara Tahun Ajaran 2012/2013...42
Tabel 10 Kategori Item Kecemasan yang dialami Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara Tahun Ajaran 2012/2013...43
Tabel 11 Rekapitulasi manifestasi kecemasan dan item tingi...44
Tabel 12 Rekapitulasi manifestai kecemasan dan item sedang...45
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner kecemasan menghadapi ulangan harian...55
Lampiran 2 Data statistik penelitian...60
Lampiran 3 Tabulasi Data...62
Lampiran 4 Surat ijin penelitian...65
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Di dalam proses pendidikan, pemberian tes hasil belajar bertujuan untuk
mengetahui prestasi belajar (potensial maupun aktual) atau kecakapan baru yang
dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Pengukuran prestasi
belajar ini dapat berupa ulangan harian, ujian tengah semester, ujian akhir semester,
ujian kenaikan kelas dan ujian akhir nasional (UAN).
Tes hasil belajar yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah ulangan
harian. Di setiap mata pelajaran, keberhasilan pencapaian hasil ulangan harian
diatur oleh Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM). Jika siswa tidak
memenuhi SKBM maka dia harus mengikuti remidi. Persepsi tentang tinggi
rendahnya hasil belajar adalah nilai yang tinggi merupakan tanda kesuksesan
belajar sedangkan nilai yang rendah merupakan tanda kegagalan belajar (Azwar,
1996:45). Untuk mendapatkan nilai yang baik siswa memerlukan usaha belajar
yang keras apalagi bila mata pelajaran itu sulit.
Menempuh ulangan harian pada mata pelajaran yang sulit dapat
menimbulkan kecemasan. Kecemasan menghadapi ulangan harian mungkin sudah
dirasakan oleh siswa sebelum menempuh ulangan harian dan pada saat
mengerjakan soal-soal ulangan harian. Kecemasan sebelum menempuh ulangan
harian muncul dalam bentuk respon seperti tidak bisa tidur dan tidak dapat
berkonsentrasi belajar. Kecemasan pada saat mengerjakan soal-soal ulangan harian
gemetar, tidak konsentrasi, lupa, dan lain-lain. Namun studi ini akan meneliti
kecemasan yang dialami siswa pada saat ulangan harian sedang berlangsung.
Kecemasan dapat dialami oleh setiap orang, terutama dalam situasi yang
tidak menyenangkan. Kecemasan merupakan kegundahan dan kegelisahan yang
belum jelas objeknya karena respon yang diberikan secara tidak langsung seperti
jantung berdebar-debar (Santrock,2007:529). Seperti halnya ulangan, siswa
menghadapi objek ulangan harian yang tidak jelas seperti cemas oleh karenanya
respon yang diberikan siswa juga tidak langsung seperti sulit konsentrasi. Berbeda
dengan ketakutan, objek ketakutan itu jelas sehingga respon terhadap hal yang
menakutkan itu langsung dapat diamati. Misalnya seorang individu melihat ular
(objek ketakutan), kemudian subyek berteriak dan berlari. Respon berteriak dan
berlari ini adalah perilaku yang dapat diamati. Dengan demikian, perbedaan
kecemasan dan ketakutan adalah terletak pada respon yang diberikan; dapat diamati
atau tidak dapat diamati; objek nyata atau tidak nyata.
Kecemasan yang ingin diteliti adalah kecemasan menghadapi ulangan
harian khususnya pada mata pelajaran yang sulit bagi siswa kelas VIII SMP Negeri
1 Wanayasa Banjarnegara. Pada tanggal 29 Mei 2012 peneliti melakukan
wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling dan guru bidang studi
Matematika SMP Negeri 1 Wanayasa. Peneliti memilih guru Bidang Studi
Matematika karena matapelajaran Matematika termasuk kategori sulit.
Berdasarkan data dari sekolah pada matapelajaran tersebut 70% siswa
mendapat nilai dibawah SKBM yaitu dibawah nilai tujuh. Matapelajaran tersebut
dan banyak siswa yang mengeluhkan kepada guru BK bahwa matapelajaran
tersebut sulit untuk dipelajari siswa.
Tujuan wawancara untuk mengetahui adanya gejala kecemasan siswa
menghadapi ulangan harian. Menurut guru Bimbingan dan Konseling Berdasarkan
alat ungkap masalah yang sudah diisi oleh siswa kelas VIII dan IX, guru BK
menyimpulkan bahwa banyak siswa lebih berorientasi kepada perolehan nilai hasil
belajar yang tinggi sehingga untuk menggapai harapan tersebut membuat siswa
mengalami kecemasan menghadapi ulangan harian, terutama pada mata pelajaran
yang sulit.
Guru bidang studi Matematika menambahkan bahwa ada banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam mempelajari materi Matematika karena khawatir tidak
dapat mengerjakan soal ulangan harian dan berpikir bahwa soal ulangan harian
Matematika itu sulit. Siswa yang mengalami kesulitan mempelajari materi
Matematika akan mengalami kesulitan mendapatkan nilai ulangan harian di atas
SKBM yang diberikan oleh guru yaitu 7. Adanya SKBM tersebut menyebabkan
siswa merasa tidak yakin bisa memperoleh nilai hasil belajar yang baik. Siswa tidak
yakin akan kemampuannya selain karena SKBM sebagai nilai standar dari guru
juga karena siswa mengalami kesulitan belajar dan khawatir tidak naik kelas.
Peneliti akan meneliti kecemasan menghadapi ulangan harian di SMP
Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara kelas VIII ditahun ajaran 2012/2013. Peneliti
ingin meneliti kecemasan di SMP ini karena pada tahun ajaran 2011/2012 banyak
dan bahasa Inggris. Perolehan nilai-nilai dibawah SKBM itu diduga sebagai akibat
dari kecemasan yang dialami siswa ketika mengerjakan soal-soal ulangan harian.
Menurut hasil penelitian Nawangsari (2010) kecemasan siswa dalam
menghadapi ulangan akan berpengaruh terhadap prestasi akademiknya. Sekitar
53% kecemasan dipengaruhi oleh materi pelajaran yang sulit, 26% dipengaruhi
oleh fasilitas yang kurang memadai dan 23% dipengaruhi oleh cara mengajar guru
yang kurang dipahami siswa. Berdasarkan hasil penelitian Triyanti (2010:80),
sekitar 60% kecemasan akan mempengaruhi buruknya/rendahnya prestasi, sekitar
30% kecemasan akan mempengaruhi baiknya/meningkatnya prestasi.
Peneliti ingin mengetahui tingkat kecemasan yang dialami siswa
menghadapi ulangan harian di SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara, karena
banyak siswa yang mendapat nilai dibawah standar (nilai 7) pada ulangan harian
terutama pada matapelajaran yang sulit. Adanya kenyataan tersebut dipengaruhi
oleh ketidak yakinan siswa menghadapi ulangan harian.
Kecemasan ini penting untuk diteliti karena kecemasan akan mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Jika siswa dapat mengelola kecemasan dengan baik maka
tekanan batin dalam diri siswa akan berkurang dan siswa dapat menghadapi
ulangan harian dengan lebih tenang. Siswa yang memiliki kecemasan terus menerus
mengakibatkan tidak termotivasi untuk belajar. Kecemasan akan menekan pribadi
siswa dan terjadi kesulitan pada siswa untuk keluar dari kecemasan itu
(Supratiknya, 1995: 20).
Kecemasan yang dialami oleh siswa tidak dapat dihindari karena setiap
siswa dapat mengelola kecemasan dengan baik maka kecemasan itu akan
berkurang. Apabila kecemasan itu tidak dikelola dengan baik, maka kecemasan
akan meningkat tinggi dan akan menghambat siswa dalam belajar. Kecemasan akan
mengganggu fungsi kinerja kognitif, seperti berkonsentrasi, mengingat,
pembentukan konsep dan pemecahan masalah.
Guru BK di SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara bersama dengan kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, bagian kesiswaan dan para guru dapat menyusun
program pengelolaan kecemasan menghadapi ulangan harian untuk meningkatkan
prestasi akademik siswa. Program pengelolaan kecemasan tersebut disusun supaya
siswa dapat mengelola kecemasan menghadapi ulangan harian sehingga siswa
dapat menempuh ulangan harian dengan kondisi yang menyenangkan dan dapat
mengendalikan manifestasi kognitif, afektif, motorik, dan somatik.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengungkapkan tingkat
kecemasan menghadapi ulangan harian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Wanayasa Banjarnegara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dirumuskan masalah penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara tahun ajaran 2012/2013?
2. Usulan topik-topik bimbingan apa saja yang relevan untuk mengelola
kecemasan menghadapi ulangan harian berdasarkan butir-butir angket
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara tahun ajaran 2012/2013.
2. Menyusun usulan topik-topik bimbingan yang relevan untuk mengelola
kecemasan menghadapi ulangan harian berdasarkan butir-butir angket yang
teridentifikasi memiliki potensi kecemasan yang tinggi.
D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi tambahan tentang kecemasan menghadapi
ulangan harian pada siswa SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara tahun ajaran
2012/2013 dalam rangka pengelolaan kecemasan.
2. Manfaat Praktis
a. Guru Pembimbing/Guru Bimbingan dan Konseling
Guru mendapat gambaran tentang tingkat kecemasan yang dialami
oleh siswa ketika menghadapi ulangan harian dan melalui gambaran tersebut
guru dapat merancang program pengelolaan kecemasan berdasarkan usulan
topik-topik kecemasan.
b. Siswa
Siswa dapat mengelola kecemasan menghadapi ulangan harian
sehingga menjadi lebih tenang dalam menghadapi ulangan harian terutama
pada saat ulangan berlangsung seperti pada saat mengerjakan soal-soal
E. Batasan Istilah
1. Kecemasan adalah suatu kondisi tertekan dan tidak menyenangkan yang
ditandai dengan manifestasi kognitif, afektif, motorik, somatik yang tidak
terkendali. Kondisi yang tidak terkendali dan tidak menyenangkan tersebut
seperti sulit konsentrasi, khawatir, gelisah, dan otot tegang.
2. Ulangan harian merupakan tes hasil belajar yang dilakukan setelah satu
kompetensi dasar selesai dibahas oleh guru. Fungsinya adalah untuk mengukur
pemahaman siswa tentang materi-materi yang termuat dalam kompetensi dasar
tersebut.
3. Kecemasan menghadapi ulangan harian adalah suatu keadaan yang tidak
nyaman yang dialami oleh siswa ketika berlangsungnya proses pengerjaan tes
hasil belajar dalam rangka pengukuran pencapaian kompetensi dasar satu materi
pelajaran yang termanifestasi dalam kognitif, afektif, motorik, dan somatik.
4. Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara adalah siswa yang aktif
8 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Remaja
1. Pengertian masa remaja
Remaja berasal dari kata latin adolescere berarti tumbuh atau menjadi
dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik
(Hurlock,1980:206). Remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa
anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif,
emosional, dan sosial (Santrock,2007:26).
Masa peralihan diantara masa anak-anak dan dewasa mengalami masa
pertumbuhan dan perkembangan fisiknya maupun psikisnya. Masa remaja
bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak,
tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang (Daradjat,1989:23).
Rentang usia remaja dibedakan menjadi tiga yaitu 12 tahun sampai 15
tahun masa remaja awal, 15 tahun sampai 18 tahun masa remaja pertengahan, 18
tahun sampai 22 tahun masa remaja akhir (Santrock,2007:20). Masa remaja awal
berlangsung di masa sekolah menengah pertama (SMP).
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa masa remaja
merupakan masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan
rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses
2. Ciri-ciri masa remaja
Menurut Zulkifli (2003:65-66) ciri-ciri masa remaja ada lima, yaitu:
a. Peningkatan emosional
Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik
terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial,
peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi
baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan
dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk
tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan
bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk
seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang
duduk di awal-awal masa kuliah.
b. Perubahan fisik
Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan
seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan
diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara
cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan
sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat
badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
c. Perubahan sosial
Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis
kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang
d. Perubahan kognitif
Perubahan-perubahan kognitif yang berlangsung selama transisi dari
masa anak-anak hingga masa remaja adalah meningkatnya berpikir abstrak,
idealistik, dan logis.
e. Kecemasan
Pada masa remaja kecemasan akan meningkat karena terjadi
perubahan hormonal yang menyebabkan rasa tidak tenang pada diri remaja.
Kondisi yang belum stabil akan mempengaruhi cara berpikir remaja yang
irasional.
B. Kecemasan
1.Pengertian kecemasan
Kecemasan (anxiety) berasal dari bahasa latin “aungustus” yang berarti
kaku dan “ango anci” yang berarti mencekik. Kecemasan adalah emosi yang
dikarakteristikkan oleh keadaan pemikiran dan pengantisipasian terhadap bahaya
(Hurlock,1980:216). Hal ini muncul dikarenakan keputusasaan individu yang
tidak mampu menyelesaikan masalahnya. Menurut Daradjat (1989:40)
kecemasan adalah manifestasi dari kognitif, afektif, motorik yang tidak
terkendali terjadi ketika individu sedang mengalami tekanan perasaan, konflik,
dan pertentangan batin.
Menurut Arkof (dalam Sundari, 2005:51) kecemasan merupakan suatu
keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap suatu
kesehatan. Maksudnya adalah keadaan yang menimbulkan perasaan kegelisahan
harian. Perasaan gelisah itu membuat siswa kehilangan nafsu makan sehingga
dapat menyebabkan gangguan pencernaan.
Menurut Nevid (2005:163) kecemasan adalah seseorang merasa khawatir
dan berpikir bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi, misalnya siswa
merasa khawatir tidak dapat menjawab pertanyaan soal ulangan harian akibatnya
akan mendapatkan nilai yang tidak baik. Menurut Supratiknya (1995:19)
kecemasan adalah keadaan yang tidak menyenangkan yang muncul dalam
manifestasi somatik berupa rangsangan fisiologis/biologis.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas penulis menarik
kesimpulan bahwa kecemasan merupakan suatu keadaan seseorang pada saat
mengalami tekanan yang ditandai dengan manifestasi koginitif, afektif, motorik,
dan somatik yang tidak terkendali muncul ketika seseorang mengalami keadaan
yang tidak menyenangkan tersebut.
2. Penyebab kecemasan menghadapi ulangan harian
Muhibin (2008:195) menyebutkan penyebab kecemasan menghadapi ulangan
harian, yaitu:
a. Standar nilai bidang studi yang dianggap siswa terlalu tinggi.
b. Siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang optimum sedangkan
siswa menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang siswa
buat sendiri.
c. Siswa berada ditengah-tengah situasi kompetitif yang ketat dan menuntut
d. Hilangnya kemampuan menyebut/melakukan kembali informasi dan
kecakapan yang telah tersimpan dalam memori.
Sejalan dengan pendapat Muhibin, Sukardi (2008:140) menyebutkan empat
penyebab kecemasan menghadapi ulangan harian yaitu:
a. Beberapa mata pelajaran soal ulangan harian ada yang sulit menurut siswa.
b. Beberapa mata pelajaran ada soal-soal yang tidak dimengerti oleh siswa.
c. Siswa terburu-buru ketika mengerjakan soal ulangan harian.
d. Siswa kurang mempersiapkan diri untuk mempelajari materi yang akan
dikeluarkan dalam soal ualangan harian.
Menurut Khaerudin (2009) ada dua penyebab yang mempengaruhi
kecemasan siswa dalam menghadapi ulangan harian yaitu:
a.Internal
Aspek internal adalah stimulus yang berasal dari dalam diri siswa sendiri,
seperti kecerdasan intelektual, kesiapan mental, bahkan kondisi fisik. Bagi
siswa yang memiliki keterbatasan kecerdasan intelektual tentu akan mengalami
kesulitan menghadapi soal-soal tes yang diperuntukkan bagi mereka yang
tingkat kecerdasannya normal dan di atas normal, walaupun batas nilai
ketuntasan belajar adalah 6. Siswa yang memiliki keterbatasan kecerdasan akan
sulit mendapat nilai diatas nilai ketuntasan. Sekuat apapun mereka berusaha dan
menyiapkan diri, tetapi karena kecerdasan mereka terbatas akan sulit berhasil
dengan baik.
Kecemasan yang rendah pada siswa akan mendorong siswa memiliki
apabila kecemasan ini berlebihan, karena terlalu banyaknya tekanan baik dari
dalam diri dan terutama dari luar, maka kecemasan ini akan berdampak negatif
terhadap kesiapan mereka menghadapi ulangan. Dengan kata lain mereka yang
terlalu cemas dan takut cenderung akan menjadi tidak siap menghadapi
soal, akan menjadi kurang percaya diri untuk dapat berhasil menyelesaikan
soal-soal dengan baik. Pada akhirnya, dengan kondisi seperti ini jelas peluang untuk
bisa berhasil ulangan mendapat nilai bagus menjadi sangat kecil.
Aspek lain yang tidak kalah pentingnya yang mempengaruhi hasil belajar
adalah kondisi fisik siswa. Tidak bisa dipungkiri kondisi fisik yang tidak baik
seperti sakit ketika mengerjakan soal-soal ulangan menjadi menyebabkan
lemahnya konsentrasi.
b. Eksternal
Aspek eksternal adalah stimulus yang ada di luar diri siswa yang dapat
mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan siswa untuk mendapat nilai bagus,
seperti misalnya lingkungan belajar di rumah atau sekolah, lingkungan fisik
tempat tes berlangsung, fasilitas/sarana dan prasarana yang dimiliki dan
digunakan siswa, baik di rumah maupun di sekolah, situasi dan kondisi pada saat
ulangan berlangsung, dan masalah-masalah teknis yang berkenaan dengan cara
mengisi lembar jawaban dan proses pemeriksaan lembar jawaban.
Para siswa yang memiliki sarana dan prasarana yang memadai dan
didukung oleh lingkungan fisik dan sosial yang baik, tentu akan memiliki
peluang yang sangat besar untuk berhasil dalam mengerjakan soal ulangan
eksternal yang mendukung, mereka akan dengan penuh berkonsentrasi
mempersiapkan dan mengikuti tes hasil belajar. Demikian juga dengan kondisi
sarana dan prasarana di sekolah yang memadai akan membantu para siswa
menguasai kompetensi dasar mata pelajaran yang akan diujikan. Namun jika
sarana prasarana, kurang mendukung akan memunculkan kecemasan pada siswa.
3. Manifestasi Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian
Manifestasi kecemasan adalah suatu bentuk reaksi seseorang ketika
mengalami keadaan yang tertekan dan tidak nyaman terwujud pada reaksi fisik
maupun psikologis (Santrock,2007:550). Menurut Tresna (2011:90-91) Manifestasi kecemasan ketika seseorang menghadapi ulangan harian dapat
dikategorikan menjadi tiga yaitu:
a. Manifestasi kognitif yang tidak terkendali
Adalah munculnya kecemasan sebagai akibat dari cara berpikir
siswa yang tidak terkondisikan yang sering kali memikirkan tentang
kejadian buruk yang akan terjadi dalam menghadapi ulangan harian. Aspek
manifestasi kognitif dalam menghadapi kecemasan ulangan harian yaitu
sulit berkonsentrasi dan mental blocking.
Sulit berkonsentrasi dalam menghadapi ulangan harian terjadi karena
siswa tidak dapat memfokuskan pikirannya untuk ulangan harian. Sulit
berkonsentrasi dalam ulangan harian ditunjukkan dengan gejala kesulitan
dalam membaca dan memahami pertanyaan ulangan harian, kesulitan
berpikir secara sistematis, kesulitan mengingat kata kunci atau konsep
Mental blocking adalah hambatan secara mental atau psikologis yang
menyelubungi pikiran siswa saat mengerjakan soal-soal ulangan harian
sehingga siswa tidak bisa berpikir dengan tenang. Situasi siswa saat
mengalami Manifestasi (kemunculan) mental blocking pada saat membaca
pertanyaan ulangan harian ditunjukkan dengan gejala pikiran kosong, dan
tidak mengerti alur jawaban yang benar saat ulangan harian.
b. Manifestasi afektif yang tidak terkendali
Manisfestasi afektif adalah kecemasan yang muncul sebagai akibat
siswa mengalami perasaan yang berlebihan pada saat menghadapi ulangan
harian yang diwujudkan dalam bentuk perasaan khawatir, gelisah, dan
bingung terutama pada mata pelajaran yang dianggap sulit siswa. Khawatir
dalam menghadapi ulangan harian merupakan perasaan yang mengganggu
sebagai akibat bayangan buruk yang dibuat oleh siswa sendiri.
Bayangan buruk yang dimaksud yaitu siswa khawatir tentang soal
ulangan harian yang terlalu sulit sehingga tidak dapat dijawab, tentang
materi-materi pelajaran yang telah dipelajari namun tidak ditanyakan dalam
ulangan harian.
Gelisah adalah perasaan tidak tentram yang dialami oleh siswa pada
saat ulangan harian sehingga membuatnya tidak percaya diri ketika
mengerjakan atau menjawab soal-soal ulangan harian. Rasa gelisah dalam
menghadapi ulangan harian muncul ketika siswa tidak menemukan jawaban
disediakan tidak cukup untuk menyelesaikan soal-soal ulangan harian, dan
ketika ada siswa yang telah selesai mengerjakan soal-soal ulangan harian.
Perasaan bingung timbul pada saat siswa harus mengambil
keputusan yang sulit dalam menjawab soal-soal pilihan ganda karena
terdapat beberapa alternatif jawaban yang menurutnya benar atau salah
karena pikirannya.
c. Perilaku motorik yang tidak terkendali
Perilaku motorik adalah gerakan tidak menentu seperti gemetar dan
tegang pada otot yang dirasakan oleh siswa ketika menghadapi ulangan
harian. Gemetar adalah suatu gerakan yang dilakukan tanpa sengaja karena
merasakan suatu ancaman ketika menghadapi ulangan harian seperti
diharuskan menjawab soal dengan cepat, diharuskan duduk di barisan kursi
depan, dan keterbatasan waktu ulangan harian. Semua gerakan ini tanpa
disadari dan akan tampak pada bagian tangan, lengan, kepala, kaki, wajah,
dan pita suara.
Menurut Soeitoe (1982:25-26) manifestasi kecemasan menghadapi ulangan
harian ada empat yaitu :
a. Manifestasi kognitif
Munculnya kecemasan sebagai hasil kesalahan dalam melihat
permasalahan atau kejadian. Seseorang yang cemas karena cara berpikir
tentang sesuatu yang akan terjadi pada dirinya dan memandang
permasalahan atau kejadian tersebut sebagai hal yang mengganggu.
pikirannya terhadap ulangan harian khususnya soal-soal ulangan yang
sedang dikerjakan. Siswa yang mengalami manifestasi kognitif dalam
situasi yang tertekan sehingga kemampuan siswa dalam berpikir mengalami
hambatan. Terdiri dari dua kemampuan siswa mengalami hambatan dalam
berpikir yaitu:
a)Pemahaman
Siswa mengalami hambatan dalam memahami soal-soal ulangan harian
yang di berikan oleh guru matapelajaran.
b)Penerapan
Siswa mengalami hambatan dalam menggunakan atau menerapkan
materi yang sudah dipelajari untuk mengerjakan soal-soal ulangan harian.
b. Manifestasi afektif
Kecemasan yang timbul karena suatu keadaan emosional yang
ditandai oleh perasaan bingung, khawatir dan gelisah sehingga siswa tidak
dapat mengerjakan soal-soal ulangan harian. Perasaan bingung muncul pada
saat siswa mengalami situasi keputusasaan untuk memilih jawaban yang
benar dalam soal-soal pilihan ganda dan siswa tidak dapat memecahkan
jawaban pada soal-soal uraian. Perilaku bingung muncul pada saat siswa
mengalami kesulitan memilih jawaban yang benar untuk soal-soal pilihan
ganda.
Khawatir muncul pada situasi siswa merasa terbebani ketika
adanya perasaan yang tidak menyenangkan ketika ulangan harian
berlangsung.
Gelisah terjadi ketika siswa mengalami situasi yang tidak tenang
ketika ulangan harian berlangsung. Gelisah ditandai oleh perilaku gugup,
tidak sabar/tergesa-gesa saat mengerjakan soal, keluar masuk kelas, duduk
yang tidak tenang, tidak percaya diri, menggerakkan tangan atau kaki,
membolak-balikkan kertas, menengok temannya.
c. Manifestasi motorik
Manifestasi motorik adalah suatu keadaan yang tidak nyaman yang
dialami siswa yang berkaitan dengan kerja otot-otot dalam tubuh.
Manifestasi motorik muncul ketika siswa mengalami ketegangan otot dan
gemetar saat ulangan. Ketegangan otot muncul karena posisi tubuh tidak
santai/rileks ketika ulangan berlangsung. Ketegangan otot terjadi pada leher,
bahu, punggung, mata, kaki. Ketegangan otot terjadi pada situasi yang
menegangkan menyebabkan otot terasa kaku atau nyeri.
Gemetar merupakan gerakan otot yang tidak disengaja pada saat
siswa mengerjakan soal-soal ulangan harian. Gemetar muncul pada saat
siswa mengalami situasi yang tidak nyaman yang dianggap genting.
Gemetar muncul pada wajah, kaki, lengan, pita suara, kaget.
d. Manifestasi somatik
Manifestasi kecemasan muncul dalam bentuk fisiologis atau
berkeringat, tangan dan kaki dingin, sering kencing, diare, detak jantung
cepat, pusing, mual, lemas, sesak nafas.
C. Ulangan Harian
Menurut Sukardi (2008:30) ulangan harian adalah “tes yang dilakukan
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam
proses pembelajaran untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar”.
Menurut Dewi (2012) ulangan harian adalah “kegiatan yang dilakukan
secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah
menyelesaikan satu kompetensi dasar atau lebih”. Menurut Handayani (2011)
Ulangan harian adalah “ujian formatif yang berupa tes hasil belajar yang dilakukan
setelah satu kompetensi dasar tertentu selesai dibahas”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ulangan harian adalah kegiatan ujian formatif
yang dilakukan untuk mengukur prestasi belajar siswa setelah satu kompetensi
dasar selesai dibahas.
D. Bimbingan Klasikal
1. Pengertian bimbingan klasikal
Bimbingan klasikal adalah proses pemberian bantuan kepada siswa yang
dilakukan di dalam kelas secara terjadwal agar siswa dapat memahami dirinya,
sehingga ia dapat mengarahkan dirinya dan bertindak secara wajar (Winkel dan
Sri Hastuti,2006:29). Materi bimbingan klasikal mencakup bimbingan pribadi,
bimbingan sosial, bimbingan karir, dan bimbingan belajar.
Bimbingan klasikal adalah bagian dari proses pendidikan yang
kemandirian siswa (Prayitno,2004:91). Layanan bimbingan klasikal bukanlah
suatu kegiatan mengajar atau menyampaikan materi pelajaran, melainkan
menyampaikan informasi yang dapat berpengaruh terhadap tercapainya
perkembangan yang optimal dan kemandirian siswa.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli penulis dapat menyimpulkan
bahwa bimbingan klasikal merupakan proses pemberian bantuan sebagai bagian
dari pendidikan yang dilakukan di dalam kelas secara terjadwal agar siswa dapat
mengarahkan dirinya, bertindak secara wajar, berkembang secara optimal, dan
mandiri.
2. Tujuan bimbingan klasikal
Tujuan bimbingan klasikal ada tiga, sebagai berikut (Winkel dan Sri
Hastuti,2006:149):
a. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek kognitif membantu siswa untuk
merubah cara berpikir/cara pandang yang irasional menjadi rasional.
b. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek afektif membantu siswa mengelola
perasaan, emosi, dan sikap yang menunjukkan penerimaan atau penolakan
terhadap sesuatu.
c. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek psikomotor membantu siswa dalam
mengelola ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh
3. Manfaat bimbingan klasikal
Menurut Winkel dan Sri Hastuti (2006:565-566) bimbingan klasikal bermanfaat
bagi tenaga kerja dan juga para siswa. Manfaat bagi tenaga bimbingan antara
lain :
a. Mendapat kesempatan berkontak langsung dengan banyak siswa sekaligus
mengenal siswa.
b. Menghemat waktu dan tenaga dalam kegiatan yang dilakukan dalam suatu
kelompok, misalnya memberikan informasi yang memang dibutuhkan oleh
siswa.
c. Memperluas ruang geraknya, lebih-lebih bila jumlah alternatif disekolahnya
hanya satu atau dua orang saja.
Manfaat bagi para siswa antara lain:
a. Menjadi lebih sadar akan tantangan yang dihadapi sehingga mereka
memutuskan untuk berwawancara secara pribadi dengan guru bimbingan
konseling.
b. Lebih rela menerima dirinya sendiri, setelah menyadari bahwa
teman-temannya sering menghadapi persoalan, kesulitan, dan tantangan yang kerap
kali sama.
E. Tehnik Mengelola Kecemasan
Menurut Sundari (2005:60) mengelola kecemasan adalah mengatasi
perasaan yang tidak menyenangkan dalam kondisi yang tertekan agar tidak semakin
meningkat. Menurut Erford (2010:87-190) ada 2 pendekatan mengelola kecemasan
yaitu:
1.Pengelolaan kecemasan pendekatan kognitif
Pendekatan kognitif merupakan suatu pendekatan mengelola kecemasan
yang membantu individu merubah perasaan dan perilakunya dengan mengubah
pikiran yang negatif menjadi positif atau irasional menjadi rasional. Tehnik yang
digunakan dalam pendekatan kognitif antaralain:
a. Thought stopping/menghentikan pikiran
Tehnik thought stopping untuk membantu individu menghentikan
pikiran yang negatif serta akan muncul pikiran positif. Konselor
mengatakan berhenti ketika individu berpikir negatif, untuk mengurangi
kemungkinan pikiran negatif terulang kembali. Contohnya siswa diajak
membayangkan kondisi yang tertekan pada saat menghadapi ulangan harian
sampai mengatakan sesuatu, kemudian pembimbing mengatakan
stop/berhenti. Apabila siswa berhenti berpikir negatif maka akan
meningkatkan konsentrasi dan dapat memusatkan perhatian.
Langkah-langkah tehnik thought stopping yaitu:
a) Konselor dan konseli memutuskan bersama pikiran yang akan
b) Konselor menyarankan konseli untuk menutup matanya dan
membayangkan situasi dimana pikiran negatif mungkin terjadi.
c) Pemikiran negatif konseli akan terganggu oleh perintah berhenti dari
konselor. Kata “berhenti” untuk menggantikan pikiran yang lebih
positif.
d) Konseli berdiam diri kemudian konselor mengajak konseli untuk
berteriak berhenti, sehinngga konseli belajar untuk mengganggu
pikiran negatif dan akan muncul pikiran yang positif. Setelah selesai
konselor menyarankan konseli untuk membuka matanya.
b. Restrukturisasi kognitif
Tehnik restrukturisasi kognitif untuk membantu individu mengubah
pikiran yang negatif menjadi positif. Contoh mengubah pikiran siswa bahwa
soal ulangan harian itu sulit menjadi soal ulangan harian itu mudah
dikerjakan. Ketika siswa berubah pikirannya, kecemasan menghadapi
ulangan harian dapat berkurang dan siswa dapat berkonsentrasi mengerjakan
soal ulangan harian.
Langkah-langkah restrukturisasi kognitif yaitu:
a) Konselor membantu konseli menyadari proses berpikir/cara berpikirnya,
kemungkinan pikiran irasional/negatif berpengaruh pada kehidupannya.
b) Konselor membantu konseli agar dapat mengevaluasi keyakinannya
tentang diri dan orang lain dengan pola pikir logis.
c) Konselor membantu konseli untuk belajar mengubah keyakinan
2.Pengelolaan kecemasan pendekatan behaviour
Pendekatan behaviour merupakan suatu pendekatan mengelola
kecemasan yang membantu individu untuk merubah perilaku. Perubahan
perilaku melalui perubahaan perasaan dan pikiran terlebih dahulu. Tehnik yang
digunakan dalam pendekatan behaviour antaralain:
a. Relaksasi
Tehnik relaksasi adalah tehnik mengatasi kecemasan melalui
pengendoran otot-otot dan syaraf. Relaksasi merupakan suatu kondisi
istirahat pada aspek fisik dan mental. Relaksasi dilakukan dalam keadaan
seluruh tubuh seimbang, tenang tapi tidak tertidur, dan seluruh otot-otot
dalam keadaan rileks dengan posisi tubuh yang nyaman.
Manfaat relaksasi yaitu:
a) Mengurangi ketegangan pada otot, mengurangi gemetar pada kaki dan
tangan, mengurangi mual, pusing, dan badan lemas.
b) Mampu meningkatkan kesehatan secara umum dengan memperlancar
proses metabolisme tubuh, denyut jantung, pernafasan, dan peredaran
darah.
b. Visual/guided imagery (visual/pencitraan diri)
Guided imagery adalah sebuah proses yang menggunakan kekuatan
pikiran, agar individu mampu mengontrol emosi dengan memunculkan
pikiran yang positif, sehingga menghasilkan perilaku baru melalui
komunikasi dalam tubuh melibatkan semua indra (sentuhan, penciuman,
mengarahkan secara lembut seseorang ke dalam keadaan pikiran yang
tenang dan tetap.
Langkah-langkah tehnik guided imagery yaitu:
a) Sebelum memulai tehnik guided imagery pastikan ruangan dalam
keadaan tenang dan nyaman untuk konseli. Musik dapat digunakan untuk
suasana tenang.
b) Konselor membantu konseli bersantai dengan menyarankan konseli
menutup matanya, mengambil lambat nafas dalam-dalam. Kemudian
konselor memandu konseli untuk membayangkan kondisi dan
pengalaman dalam keadaan nyaman, tenang, dan bahagia. Konselor
memandu konseli melalui kata-kata yang menenangkan konseli dengan
suara lirih/lembut. Kemudian konselor menginformasikan kepada konseli
bahwa pemanduan sudah berahir dan konselor menyarankan konseli
untuk perlahan-lahan membukan matanya.
c) Setelah konselor selesai memandu, konselor menyarankan konseli untuk
evaluasi/berdiskusi. Misalnya, dengan petanyaan bagaimana perasaanmu
dan apa yang akan kamu lakukan.
c. Self talk
Self talk adalah suatu teknik yang dapat digunakan untuk membantah
keyakinan-keyakinan irasional dan mengembangkan pikiran sehat yang
akan menyebabkan lebih positif bicara diri. Self talk sebagai sarana bagi
seseorang untuk menangani pesan-pesan negatif yang ia kirimkan pada
memunculkan pernyataan yang positif pada diri sendiri sehingga akan
merubah pikiran negatif menjadi positif.
Langkah-langkah tehnik self talk yaitu :
a) Konselor dan konseli mengidentifikasi dan mengeksplorasi negatif
bicara pada dirinya sendiri.
b) Mengevaluasi pikiran konseli tentang dirinya sendiri untuk
mengetahui pikiran negatif konseli.
c) Konselor membantu konseli bersikap positif dengan berbicara sendiri
melalui kata-kata positif untuk melawan kebiasaan kata-kata negatif,
sehingga akan muncul pikiran positif untuk membentuk perilaku
27 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survey.
Furchan (2005:415-418) mengatakan penelitian deskriptif dengan metode
survei dirancang untuk memperoleh informasi dengan mengumpulkan data
yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Penelitian
ini bersifat deskriptif karena dirancang untuk memperoleh informasi tentang
tingkat kecemasan dalam menghadapi ulangan pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara. Untuk menggambarkan kondisi yang
lengkap dan nyata, maka metode yang dipakai adalah survei, sehingga peneliti
mampu memaparkan secara jelas tentang kecemasan siswa.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah para siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Wanayasa yang berasal dari 3 kelas yaitu VIIIA, VIIIB, VIII C dengan jumlah
siswa perkelas sekitar 30 siswa dan jumlah total 90 siswa. Peneliti
menggunakan subjek penelitian secara populasi karena menggunakan metode
uji coba. Furchan (2005:130) populasi diartikan sebagai keseluruhan subjek
C. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner kecemasan menghadapi ulangan harian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner Kecemasan
dalam Menghadapi Ulangan Harian yang disusun oleh peneliti. Kuesioner
disusun berdasarkan manifestasi kecemasan menurut Tresna (2011) dan
Soeitoe (1982). Manifestasi kecemasan yaitu manifestasi kognitif, afektif,
motorik, dan somatik.
Kuesioner ini terdiri atas pernyataan-pernyataan favourable dan
unfavourable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang sesuai atau
menggambarkan suatu keadaan cemas yang dirasakan siswa ketika
menghadapi ulangan harian. Unfavourable adalah pernyataan yang tidak
menggambarkan suatu keadaan cemas yang dirasakan siswa menghadapi
ulangan harian.
Kuesioner ini memuat empat alternatif jawaban: Selalu (Sl),
Sering (SR), Kadang-kadang (KDG), dan Tidak Pernah (TP). Skor untuk
kedua pernyataan itu berbeda, untuk favorable selalu mendapatkan skor 3,
sering mendapat skor 2, kadang-kadang mendapatkan skor 1, tidak pernah
mendapatkan skor 0. Sedangkan pernyatan unfavorable jawaban selalu
mendapat skor 0, sering mendapat skor 1, kadang-kadang mendapat skor
Tabel 1
Kisi-kisi Kuesioner Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara Tahun Ajaran 2012/2013 Sebelum Uji Coba
No Manifestasi Indikator Deskriptor Jumlah Item
Fav Unfav
1 Kognitif a.Sulit Konsentrasi
b. Mental Blocking
a.1.Pemahaman a.2. Penerapan
a.3.Lupa/sulit mengingat a.4.Tidak dapat
memusatkan perhatian b.1.Pikiran kosong b.2.Tidak mengetahui jawaban benar
1
b. Perasaan Gelisah
c. Perasaan Bingung
a.1.Khawatir tidak dapat menjawab soal
a.2.Khawatir materi yang dipelajari tidak ditanyakan pada soal b.1.Ketika guru mengumumkan waktu hampir habis
b.2.Ada siswa lain yang mengumpulkan jawaban b.3.Meminta ijin keluar kelas
b.4.Tidak sabar/tergesa-gesa mengerjakan soal b.5.Duduk gelisah c.1.Sulit mengambil keputusan pada soal pilihan ganda c.2.Bingung
menguraikan jawaban pada soal uraian
1
a.1.Gemetar pada kaki a.2.Gemetar pada tangan a.3.Gemetar pada wajah b.1.Otot kaku pada bahu b.2.Otot kaku pada leher b.3.Otot kaku pada mata b.4.Otot kaku pada punggung
Jumlah item
a.1.Detak jantung cepat a.2.Pusing
Tabel 2
Kisi-kisi Kuesioner Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara Tahun Ajaran 2012/2013 Setelah Uji Coba
No Manifestasi Indikator Deskriptor Jumlah Item
Fav Unfav
1 Kognitif a.Sulit Konsentrasi
b. Mental Blocking
a.1.Pemahaman a.2. Penerapan
a.3.Lupa/sulit mengingat a.4.Tidak dapat
memusatkan perhatian b.1.Pikiran kosong b.2.Tidak mengetahui jawaban benar
1
2 Afektif a. Perasaan Khawatir
b. Perasaan Gelisah
c. Perasaan Bingung
a.1.Khawatir tidak dapat menjawab soal
a.2.Khawatir materi yang dipelajari tidak ditanyakan pada soal b.1.Ketika guru mengumumkan waktu hampir habis
b.2.Ada siswa lain yang mengumpulkan jawaban b.3.Meminta ijin keluar kelas
b.4.Tidak sabar/tergesa-gesa mengerjakan soal b.5.Duduk gelisah c.1.Sulit mengambil keputusan pada soal pilihan ganda c.2.Bingung
menguraikan jawaban pada soal uraian
1
b.Otot Kaku
a.1.Gemetar pada kaki a.2.Gemetar pada tangan a.3.Gemetar pada wajah b.1.Otot kaku pada bahu b.2.Otot kaku pada leher b.3.Otot kaku pada mata b.4.Otot kaku pada punggung
Jumlah item
a.1.Detak jantung cepat a.2.Pusing
2. Validitas
Menurut Donald, dkk (Furchan, 2005:293) validitas menunjuk pada
sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Menurut Azwar (1999:7) validitas adalah ketepatan dan kecermatan skala
dalam menjalankan fungsi ukurnya, artinya sejauh mana skala itu mampu
mengukur atribut yang dirancang oleh penyusun. Jadi instrumen yang
valid adalah alat ukur yang dapat mengukur apa yang diteliti.
Validitas yang diperiksa dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Validitas isi adalah suatu validitas yang menunjukkan sampai dimana isi
suatu tes atau alat ukur mencerminkan hal-hal yang akan diukur (Masidjo:
1995:243). Validitas isi pada umumnya ditentukan melalui pertimbangan
para ahli, seperti mengoreksi item-item yang telah dibuat oleh peneliti dan
memberikan pertimbangan tentang bagaimana kuesioner tersebut telah
menggambarkan atribut yang hendak diukur.
Dalam penelitian ini, validitas kuisioner dipertimbangkan oleh
Dr.M.M.Sri Hastuti, M.S.i. sebagai dosen pembimbing yang sekaligus
sebagai ahli yang telah memiliki kompetensi dibidang bimbingan dan
konseling. Pertimbangan ini dilakukan dengan mengoreksi item-item yang
telah dibuat peneliti, memberikan komentar pada kalimat item yang
bermakna sama, memberikan petunjuk pada isi item yang tidak sesuai
favourable dan unfavourale sehingga kuesioner itu dapat menggambarkan
atau sesuai dengan kecemasan menghadapi ulangan harian.
3. Reliabilitas
Menurut Azwar (1999:83) reliabilitas sebenarnya mengacu kepada
konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna
kecermatan pengukuran. Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh
koefesien reliabilitas (rxx) yang angkanya berada pada rentang 0 sampai
1,00. Jika koefesien semakin mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi
reliabilitasnya, sebaliknya koefesien yang semakin mendekati angka 0
berarti semakin rendah reliabilitasnya. Pada umumnya, reliabilitas
dianggap memuaskan jika koefesiennya mencapai minimal rxx=0,900.
Dalam penelitian ini, peneliti mengukur reliabilitas alat ukur
dengan menggunakan koefesien alpha cronbach ( ), analisis perhitungan
reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows
versi 17. Hasil reliabilitas yang pertama diperoleh dari hasil perhitungan
alpha cronbach adalah rxx= 0,909 dan hasil yang kedua adalah rxx= 0,928.
Hasil perhitungan reliabilitas yang kedua lebih tinggi dari yang
pertama, menunjukkan bahwa hasil analisa yang kedua kuesioner
kecemasan menghadapi ulangan harian lebih layak digunakan sebagai
penelitian. Perhitungan dilakukan dua kali agar kuisioner itu layak
digunakan untuk penelitian dan konsisten karena peneliti menggunakan
sangat tinggi sehingga alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
reliable.
Untuk melihat reliabilitas instrumen digunakan pedoman
kualifikasi reliabilitas (Masidjo, 1995:246) seperti tampak pada tabel 3.
Tabel 3
Koefesien korelasi dan reliabilitas
Koefesien korelasi Kualifikasi
0,91-1,00 Sangat tinggi
0,71-0,90 Tinggi
0,41-0,70 Cukup tinggi
0,21-0,40 Rendah
Negatif-0,20 Sangat rendah
4. Uji daya diskriminasi/daya beda
Daya beda item adalah kemampuan item dalam membedakan
antara subjek yang memiliki atribut yang diukur dan yang tidak diukur.
Tujuan dari daya diskriminasi/daya beda untuk memilih item yang
mengukur atribut yang akan diteliti sehingga menghasilkan item yang
valid yang digunakan sebagai skala final. Azwar (1999:59) menyatakan
bahwa pengujian daya diskriminasi/daya beda item menghendaki
dilakukannya komputasi koefesien korelasi antara distribusi skor item
dengan distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan
koefesien korelasi item total (rix), yang dikenal pula dengan sebutan
parameter beda item. Untuk menghitung koefesien korelasi item total
iX – ( i) ( X) / n
rix
= i ² - ( i)² / n X² – ( X)²/ ndinamai : i = skor item
X = skor skala (skor total) n = banyak subjek
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total,
digunakan batasan
r
ix 0,30. Semua item yang mencapai koefesienkorelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan dan jika
kurang dari 0,30 diinterpretasikan memiliki daya beda yang rendah. Hasil
perhitungan pertama dari 56 item terdapat 17 item yang gugur (rix 0,30),
setelah itu menghilangkan item-item yang gugur untuk dianalisa kembali.
Hasil perhitungan yang kedua dari 39 item terdapat 3 item yang gugur
karena tidak memenuhi syarat (rix 0,30). Jadi jumlah item yang
digunakan untuk penelitian sebanyak 36 item.
Rekapitulasi kecemasan menghadapi ulangan harian disajikan
Tabel 4
Rekapitulasi Skala Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara Tahun Ajaran 2012/2013
Jumlah
Item Lolos Gugur
Manifestasi Indikator Deskriptor
F UF F UF F UF
1.Kognitif a.Sulit konsentrasi
b.Mental blocking
a.1.Pemahaman
a.2.Penerapan
a.3.Lupa/sulit mengingat.
a.4.Tidak dapat memusatkan perhatian.
b.1.Pikiran kosong
b.2.Tidak mengetahui jawaban benar
2.Afektif a.Perasaan khawatir
b.Perasaan gelisah
c.Perasaan bingung
a.1.Khawatir tidak dapat menjawab soal.
a.2.Khawatir materi yang dipelajari tidak ditanyakan pada soal.
b.1.Ketika guru mengumumkan waktu hampir habis.
b.2.Ada siswa lain yang mengumpulkan jawaban
b.3.Meminta ijin keluar kelas.
b.4.Tidak sabar/tergesa-gesa mengerjakan soal.
b.5.Duduk gelisah
c.1.Sulit mengambil keputusan dalam soal pilihan ganda
c.2.Bingung menguraikan jawaban pada soal pilihan ganda
1
3.Motorik a.Gemetar
b.Otot kaku
a.1.Gemetar pada kaki
a.2.Gemetar pada tangan
a.3.Gemetar pada wajah
b.1.Otot kaku pada bahu
b.2.Otot kaku pada leher
5. Uji coba
Uji coba bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas
instrument, sehingga diperoleh kelayakan penggunaanya sebagai
instrument yang handal untuk menggungkapkan hal-hal yang akan
diungkap. Pada penelitian ini peneliti melaksanakan uji coba dengan
metode uji coba terpakai. Uji coba terpakai yaitu uji coba instrument yang
melibatkan seluruh subjek (kelas VIII sebanyak 90 siswa) sehingga
instrument dalam penelitian ini dapat langsung digunakan untuk
penelitian.
D. Persiapan dan pelaksanaan pengumpulan data
1. Menyusun instrument/skala kecemasan menghadapi ulangan harian.
2. Mengkonsultasikan dan uji validitas instrument kepada dosen
pembimbing.
b.3.Otot kaku pada mata
b.4.Otot kaku pada punggung
1
4.Somatik a.Reaksi fisiologis/ biologis
a.1.Detak jantung cepat/berdebar
a.2.Pusing
a.3.Berkeringat
a.4.Sesak nafas
3. Melaksanakan uji coba terpakai sekaligus penelitian pada siswa kelas VIII
di SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara, pada hari Selasa dan Rabu,
tanggal 6 dan 7 November 2012.
E. Teknik analisis data
1. Menentukan skor dari masing-masing alternatif jawaban yang sudah
diberikan oleh subjek penelitian dan membuat tabulasi skor dari
masing-masing butir item skala. Langkah selanjutnya menghitung total skor
masing-masing subjek penelitian dan total skor tiap item.
2. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis
statistik deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan
mean, standard deviasi serta pengkategorisasian menurut norma yang telah
ditentukan peneliti.
a. Kategorisasi tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian secara
umum
Kategorisasi tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian
secara umum disusun berdasarkan model distribusi normal dengan
kategorisasi jenjang. Tujuan kategorisasi ini adalah untuk menempatkan
subjek penelitian kedalam kelompok-kelompok yang terpisah secara
berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur.
Menentukan penggolongan kategorisasi penyesuaian diri seluruh
responden berdasarkan Azwar (1999:108) yang mengelompokkan
tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian, subjek penelitian dibagi
sedang, tinggi, dan sangat tinggi, dengan norma kategorisasi sebagai
berikut :
Tabel 5 Norma Kategorisasi
Perhitungan Kategorisasi
X µ-1,5 Sangat rendah
µ-1,5 < X µ-0,5 Rendah µ-0,5 < X µ+0,5 Sedang µ+0,5 < X µ+1,5 Tinggi
X > µ+1,5 Sangat Tinggi
Keterangan:
Xmaksimum teoretik : skor tertinggi yang mungkin diperoleh
subjek penelitian dalam skala.
Xminimum teoretik : skor terendah yang mungkin diperoleh
subjek penelitian dalam skala.
Range : yaitu rentangan skor skala.
: standar deviasi, yaitu luas jarak rentangan
yang dibagi dalam 6 satuan deviasi
sebaran.
µ : mean teoretik, yaitu rata-rata teoritis dari
skor maksimum dan minimum.
Selanjutnya kategorisasi ini dijadikan sebagai norma/patokan
dalam mengelompokkan skor subjek penelitian berdasarkan tingkatan
kecemasan menghadapi ulangan harian. Kategorisasi tinggi rendah
kecemasan menghadapi ulangan harian pada siswa kelas VIII SMP
total = 36 item) diperoleh melalui penggolongan dengan perhitungan
sebagai berikut :
Xmaksimum teorerik : 36 x 3 = 108
Xminimum teoreti : 36 x 0 = 0
Range : 108 – 0 = 108
(teoretik) : 108 : 6 = 18
µ(mean teoretik) : (108+0):2=54
Penentuan kategorisasi tingkat kecemasan menghadapi ulangan
harian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara
secara umum dapat dilihat dalam tabel 3 sebagai berikut :
Tabel 6
Norma Kategorisasi Tingkat Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian Kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara Tahun
Ajaran 2012/2013
Perhitungan Skor Kategori
X µ-1,5 X 54-27
X 27 Sangat rendah
µ-1,5 <X µ-0,5 54-27<X 54-9
27<X 45 Rendah
µ-0,5 <X µ+0,5 54-9<X 54+9
45<X 63 Sedang
µ+0,5 <X µ+1,5 54+9<X 54+27
63<X 81 Tinggi
X>µ+1,5 X>61,5+30,75
>81 Sangat tinggi
Selanjutnya, data setiap subjek penelitian dikelompokkan
berdasarkan item total yang mereka peroleh dalam kategori diatas,
sehingga dapat dihitung jumlah dan presentasi kecemasan menghadapi
ulangan harian pada siswa kelas VIII dalam kategori (sangat
b. Kategorisasi skor setiap item dalam skala
Kategorisasi skor dari setiap item dalam skala penelitian
dilakukan untuk mendapatkan item-item skala yang dijadikan dasar
usulan topik-topik pengelolaan kecemasan. Kategorisasi skor tiap item
skala adalah berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang
yang berpedoman pada Azwar (1999:108), yaitu sangat rendah, rendah
sedang, tinggi, sangat tinggi. Norma kategorisasi untuk item-item skala
adalah sebagai berikut :
Tabel 7
Norma Kategorisasi Item
Perhitungan Kategorisasi
X µ-1,5 Sangat rendah
µ-1,5 < X µ-0,5 Rendah µ-0,5 < X µ+0,5 Sedang µ+0,5 < X µ+1,5 Tinggi
X > µ+1,5 Sangat Tinggi
Keterangan:
X maksimum teoretik : Skor tertinggi yang mungkin diperoleh
subjek penelitian dalam skala.
Xminimum teoretik : Skor terendah yang mungkin diperoleh
subjek penelitian dalam skala.
Range : Rentangan skor skala.
: Standar deviasi, yaitu luas jarak rentangan
yang dibagi dalam 6 satuan deviasi
µ : mean teoretik, yaitu rata-rata teoretis dari
skor maksimum dan minimum.
Selanjutnya kategorisasi ini dijadikan sebagai norma/patokan
dalam pengelompokan skor item. Kategorisasi tinggi rendah skor
item-item secara keseluruhan dalam penelitian ini (dengan N=90) diperoleh
melalui penggolongan dengan perhitungan sebagai berikut :
X maksimum teoretik : 90x3 = 270
Xminimum teoretik : 90x0 = 0
Range : 270-0 = 270
(teoretik) : 270 : 6 = 45
µ(teoretik) : (270+0):2 = 135
penentuan kategorisasi skor item dapat dilihat dalam tabel sebagai
berikut :
Tabel 8
Norma kategorisasi Skor Item skala Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian Pada Siswa Selas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa
Banjarnegara Tahun Ajaran 2012/2013
Perhitungan Skor Kategorisasi
X µ-1,5 X 135-67,5
X 68 Sangat rendah
µ-1,5 <X µ-0,5 135-67,5<X 135-22,5
68<X 113 Rendah
µ-0,5 <X µ+0,5 135-22,5<X 135+22,5
113<X 158 Sedang
µ+0,5 <X µ+1,5 135+22,5<X 135+67,5
158<X 203 Tinggi
X>µ+1,5 X>135+67,5
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Tingkat Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian
Hasil penelitian tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian pada
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara tahun ajaran 2012/2013
disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 9
Kategorisasi Tingkat Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara Tahun Ajaran 2012/2013
Kategori Skor Jumlah Persentase
Sangat rendah X 27 2 2%
Rendah 27<X 45 24 27%
Sedang 45<X 63 40 44%
Tinggi 63<X 81 23 26%
sangat tinggi >81 1 1%
Deskripsi hasil data penelitian mengenai tingkat kecemasan menghadapi
ulangan harian pada siswa kelas VIII menunjukkan bahwa 1 siswa (1%)
termasuk dalam kategori sangat tinggi, 23 siswa (26%) termasuk dalam kategori
tinggi, 40 siswa (44%) termasuk dalam kategori sedang, 24 siswa (27%)
termasuk dalam kategori rendah, dan 2 siswa (2%) termasuk dalam kategori
sangat rendah. Tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian pada siswa kelas
VIII yang berada dalam kategori “tinggi”, dan “sangat tinggi” dapat
dikategorikan siswa memiliki tingkat kecemasan yang tinggi atau belum mampu
(27%). Sedangkan tingkat kecemasan yang berada dalam kategori “rendah” dan
“sangat rendah” dapat dikategorikan siswa memiliki tingkat kecemasan yang
rendah atau memiliki kemampuan mengelola kecemasan ketika menghadapi
ulangan harian, berjumlah 26 orang (29%). Berdasarkan data diatas
menunjukkan bahwa sebagian besar subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat
kecemasan pada kategori sedang.
2. Tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian pada setiap item
Data hasil penelitian pada setiap item digunakan untuk melihat aspek
kecemasan menghadapi ulangan harian agar siswa dapat mengelola kecemasan
pada manifestasi koginif, afektif, motorik, dan somatik. Hasil tersebut diperoleh
dengan cara mengelompokkan skor item kedalam norma kategorisasi menurut
Azwar (1999). Pengelompokan item pada setiap kategori berdasarkan item-item
favourable yang mencerminkan kecemasan menghadapi ulangan harian sebagai
acuan untuk membuat topik-topik pengelolaan kecemasan. Dari kategorisasi
tersebut didapat skor-skor item yang termasuk dalam kategorisasi sangat rendah,
rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Item-item dengan skor yang berada
dalam kategori rendah, tinggi, dan sangat tinggi merupakan item-item yang akan
digunakan sebagai usulan topik-topik pengelolaan kecemasan. Adapun data hasil