• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian pada siswa kelas VIII SMP N 1 Wanayasa Banjarnegara tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan topik pengelolaan kecemasan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian pada siswa kelas VIII SMP N 1 Wanayasa Banjarnegara tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan topik pengelolaan kecemasan."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

PENGELOLAAN KECEMASAN Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Nama: Dhian Permanasari NIM : 071114013

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

PENGELOLAAN KECEMASAN Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh:

Nama : Dhian Permanasari NIM : 071114013

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi

!!!!

""""

#

!

#

!

#

!

(8)

vii ABSTRAK

TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI ULANGAN HARIAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WANAYASA BANJARNEGARA

TAHUN AJARAN 2012/2013

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PENGELOLAAN KECEMASAN

Dhian Permanasari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara tahun ajaran 2012/2013 dan menyusun usulan topik-topik bimbingan pengelolaan kecemasan.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara tahun ajaran 2012/2013 berjumlah 90 siswa. Penelitian ini menggunakan metode uji coba terpakai yang melibatkan seluruh subjek. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian yang terdiri dari 39 item pernyataan yang bersifat favourable dan unfavourable dengan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach yaitu

r

xx=0,928. Data dianalisis dengan kategorisasi berdasarkan Azwar (1999) yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

(9)

viii ABSTRACT

FACES DAILY TESTS OF ANXIETY LEVEL

THE GRADE CLASS VIII STUDENTS OF SMP STATE 1 WANAYASA BANJARNEGARA ACADEMIC YEAR 2012/2013

AND IMPLICATIONS OF THE PROPOSED MANAGEMENT GUIDANCE TOPICS ANXIETY

by

Dhian Permanasari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

The study belongs to a descriptive research that aims to determine the level of students’ anxiety in facing the daily exams of the eighth grade students at SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara in 2012/2013 academic year and its implications towards the suggested topics of anxiety management guidance.

The subject in this research is the eighth grade students at SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara in 2012/2013 academic year consisting of 90 students. This study employs a test method which involves the whole subject. The research instrument used is a questionnaire of anxiety levels in facing the daily exams consisting of 39 items that are favourable and unfavourable with the Cronbach Alpha coefficient

r

xx=0,928. The data were analyzed by categorization based on Azwar (1999) there are five categories namely very low, low, moderate, high, and very high.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga dengan kekuatan dan kesabaran dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Skripsi ini dibuat untuk melengkapi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di bidang Bimbingan dan Konseling.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai

pihak. Untu itu, penulis ingin mengucapkan trima kasih kepada :

1. Rohandi Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling.

3. A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A. selaku wakil ketua program studi.

4. Dr.M.M. Sri Hastuti M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan

membimbing penulis dalam rangka menyelesaikan skripsi.

5. Dra. Indriyati Eko P,S.Psi.,M.Si. yang telah membantu penulis dalam

mengolah data SPSS.

6. Puji Kristyaningtyas S.Pd., M.M. selaku kepala sekolah SMP Negeri 1

Wanayasa Banjarnegara yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk

penelitian.

7. Seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnega tahun ajaran

2012/2013 atas kerjasamanya dalam pengisian kuesioner Tingkat Kecemasan

(11)

x

8. Orang tua, mertua, kakak-kakak, suami, dan anak yang telah mendukung dan

memberi doa kepada penulis.

9. Teman-teman yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca

dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 5 Juni 2013

(12)

xi

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN………. vi

ABSTRAK……… vii

ABSTRACT………... viii

KATA PENGANTAR………. ix

DAFTAR ISI………. xi

DAFTAR TABEL……… xiv

DAFTAR LAMPIRAN………... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………... 1

B. Rumusan Masalah………... 5

C. Tujuan Penelitian………... 6

D. Manfaat Penelitian………... 6

E. Batasan istilah………... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Remaja...………... 8

1.Pengertian masa remaja... 8

2.Ciri-ciri masa remaja... 9

(13)

xii

2.Penyebab kecemasan menghadapi ulangan harian... 11

3.Manifestasi kecemasan menghadapi ulangan harian... 14

C. Ulangan Harian...………... 19

D. Bimbingan Klasikal………... 19

1.Pengertian bimbingan klasikal... 19

2.Tujuan bimbingan klasikal... 20

3.Manfaat bimbingan klasikal... 21

E. Tehnik mengelola kecemasan... 22

1.Mengelola kecemasan pendekatan kognitif... 22

2.Mengelola kecemasan pendekatan behaviour... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian………... 27

B. Subjek Penelitian...……….. 27

C. Instrumen Penelitian... 28

1.Kuesioner Kecemasan... 28

2.Validitas... 31

3.Reliabilitas... 32

4.Uji Daya Diskriminasi... 33

5.Uji Coba... 36

D. Persiapan dan Pelaksanaan Pengumpulan Data... 36

(14)

xiii

A. Hasil Penelitian………... 42

1.Tingkat Kecemasan... 42

2.Tingkat kecemasan Setiap Item... 43

B. Pembahasan...………... 46

C. Topik-topik Bimbingan... 49

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 51

B. Saran... 51

(15)

xiv

Tabel 1 Kisi-kisi Kuesioner Keceman Menghadapi Ulangan Harian ...29

Tabel 2 Kisi-kisi Kecemasan Setelah Uju Coba...30

Tabel 3 Koefisien Korelasi dan Reliabilitas...33

Tabel 4 Rekapitulasi Skala Kecemasan ...35

Tabel 5 Norma Kategorisasi...38

Tabel 6 Norma Kategorisasi Tingkat Kecemasan...39

Tabel 7 Norma Kategori Item...40

Tabel 8 Norma Kategorisasi Item Kecemasan...41

Tabel 9 Kategorisasi Tingkat Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara Tahun Ajaran 2012/2013...42

Tabel 10 Kategori Item Kecemasan yang dialami Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara Tahun Ajaran 2012/2013...43

Tabel 11 Rekapitulasi manifestasi kecemasan dan item tingi...44

Tabel 12 Rekapitulasi manifestai kecemasan dan item sedang...45

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner kecemasan menghadapi ulangan harian...55

Lampiran 2 Data statistik penelitian...60

Lampiran 3 Tabulasi Data...62

Lampiran 4 Surat ijin penelitian...65

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Di dalam proses pendidikan, pemberian tes hasil belajar bertujuan untuk

mengetahui prestasi belajar (potensial maupun aktual) atau kecakapan baru yang

dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Pengukuran prestasi

belajar ini dapat berupa ulangan harian, ujian tengah semester, ujian akhir semester,

ujian kenaikan kelas dan ujian akhir nasional (UAN).

Tes hasil belajar yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah ulangan

harian. Di setiap mata pelajaran, keberhasilan pencapaian hasil ulangan harian

diatur oleh Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM). Jika siswa tidak

memenuhi SKBM maka dia harus mengikuti remidi. Persepsi tentang tinggi

rendahnya hasil belajar adalah nilai yang tinggi merupakan tanda kesuksesan

belajar sedangkan nilai yang rendah merupakan tanda kegagalan belajar (Azwar,

1996:45). Untuk mendapatkan nilai yang baik siswa memerlukan usaha belajar

yang keras apalagi bila mata pelajaran itu sulit.

Menempuh ulangan harian pada mata pelajaran yang sulit dapat

menimbulkan kecemasan. Kecemasan menghadapi ulangan harian mungkin sudah

dirasakan oleh siswa sebelum menempuh ulangan harian dan pada saat

mengerjakan soal-soal ulangan harian. Kecemasan sebelum menempuh ulangan

harian muncul dalam bentuk respon seperti tidak bisa tidur dan tidak dapat

berkonsentrasi belajar. Kecemasan pada saat mengerjakan soal-soal ulangan harian

(18)

gemetar, tidak konsentrasi, lupa, dan lain-lain. Namun studi ini akan meneliti

kecemasan yang dialami siswa pada saat ulangan harian sedang berlangsung.

Kecemasan dapat dialami oleh setiap orang, terutama dalam situasi yang

tidak menyenangkan. Kecemasan merupakan kegundahan dan kegelisahan yang

belum jelas objeknya karena respon yang diberikan secara tidak langsung seperti

jantung berdebar-debar (Santrock,2007:529). Seperti halnya ulangan, siswa

menghadapi objek ulangan harian yang tidak jelas seperti cemas oleh karenanya

respon yang diberikan siswa juga tidak langsung seperti sulit konsentrasi. Berbeda

dengan ketakutan, objek ketakutan itu jelas sehingga respon terhadap hal yang

menakutkan itu langsung dapat diamati. Misalnya seorang individu melihat ular

(objek ketakutan), kemudian subyek berteriak dan berlari. Respon berteriak dan

berlari ini adalah perilaku yang dapat diamati. Dengan demikian, perbedaan

kecemasan dan ketakutan adalah terletak pada respon yang diberikan; dapat diamati

atau tidak dapat diamati; objek nyata atau tidak nyata.

Kecemasan yang ingin diteliti adalah kecemasan menghadapi ulangan

harian khususnya pada mata pelajaran yang sulit bagi siswa kelas VIII SMP Negeri

1 Wanayasa Banjarnegara. Pada tanggal 29 Mei 2012 peneliti melakukan

wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling dan guru bidang studi

Matematika SMP Negeri 1 Wanayasa. Peneliti memilih guru Bidang Studi

Matematika karena matapelajaran Matematika termasuk kategori sulit.

Berdasarkan data dari sekolah pada matapelajaran tersebut 70% siswa

mendapat nilai dibawah SKBM yaitu dibawah nilai tujuh. Matapelajaran tersebut

(19)

dan banyak siswa yang mengeluhkan kepada guru BK bahwa matapelajaran

tersebut sulit untuk dipelajari siswa.

Tujuan wawancara untuk mengetahui adanya gejala kecemasan siswa

menghadapi ulangan harian. Menurut guru Bimbingan dan Konseling Berdasarkan

alat ungkap masalah yang sudah diisi oleh siswa kelas VIII dan IX, guru BK

menyimpulkan bahwa banyak siswa lebih berorientasi kepada perolehan nilai hasil

belajar yang tinggi sehingga untuk menggapai harapan tersebut membuat siswa

mengalami kecemasan menghadapi ulangan harian, terutama pada mata pelajaran

yang sulit.

Guru bidang studi Matematika menambahkan bahwa ada banyak siswa yang

mengalami kesulitan dalam mempelajari materi Matematika karena khawatir tidak

dapat mengerjakan soal ulangan harian dan berpikir bahwa soal ulangan harian

Matematika itu sulit. Siswa yang mengalami kesulitan mempelajari materi

Matematika akan mengalami kesulitan mendapatkan nilai ulangan harian di atas

SKBM yang diberikan oleh guru yaitu 7. Adanya SKBM tersebut menyebabkan

siswa merasa tidak yakin bisa memperoleh nilai hasil belajar yang baik. Siswa tidak

yakin akan kemampuannya selain karena SKBM sebagai nilai standar dari guru

juga karena siswa mengalami kesulitan belajar dan khawatir tidak naik kelas.

Peneliti akan meneliti kecemasan menghadapi ulangan harian di SMP

Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara kelas VIII ditahun ajaran 2012/2013. Peneliti

ingin meneliti kecemasan di SMP ini karena pada tahun ajaran 2011/2012 banyak

(20)

dan bahasa Inggris. Perolehan nilai-nilai dibawah SKBM itu diduga sebagai akibat

dari kecemasan yang dialami siswa ketika mengerjakan soal-soal ulangan harian.

Menurut hasil penelitian Nawangsari (2010) kecemasan siswa dalam

menghadapi ulangan akan berpengaruh terhadap prestasi akademiknya. Sekitar

53% kecemasan dipengaruhi oleh materi pelajaran yang sulit, 26% dipengaruhi

oleh fasilitas yang kurang memadai dan 23% dipengaruhi oleh cara mengajar guru

yang kurang dipahami siswa. Berdasarkan hasil penelitian Triyanti (2010:80),

sekitar 60% kecemasan akan mempengaruhi buruknya/rendahnya prestasi, sekitar

30% kecemasan akan mempengaruhi baiknya/meningkatnya prestasi.

Peneliti ingin mengetahui tingkat kecemasan yang dialami siswa

menghadapi ulangan harian di SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara, karena

banyak siswa yang mendapat nilai dibawah standar (nilai 7) pada ulangan harian

terutama pada matapelajaran yang sulit. Adanya kenyataan tersebut dipengaruhi

oleh ketidak yakinan siswa menghadapi ulangan harian.

Kecemasan ini penting untuk diteliti karena kecemasan akan mempengaruhi

prestasi belajar siswa. Jika siswa dapat mengelola kecemasan dengan baik maka

tekanan batin dalam diri siswa akan berkurang dan siswa dapat menghadapi

ulangan harian dengan lebih tenang. Siswa yang memiliki kecemasan terus menerus

mengakibatkan tidak termotivasi untuk belajar. Kecemasan akan menekan pribadi

siswa dan terjadi kesulitan pada siswa untuk keluar dari kecemasan itu

(Supratiknya, 1995: 20).

Kecemasan yang dialami oleh siswa tidak dapat dihindari karena setiap

(21)

siswa dapat mengelola kecemasan dengan baik maka kecemasan itu akan

berkurang. Apabila kecemasan itu tidak dikelola dengan baik, maka kecemasan

akan meningkat tinggi dan akan menghambat siswa dalam belajar. Kecemasan akan

mengganggu fungsi kinerja kognitif, seperti berkonsentrasi, mengingat,

pembentukan konsep dan pemecahan masalah.

Guru BK di SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara bersama dengan kepala

sekolah, wakil kepala sekolah, bagian kesiswaan dan para guru dapat menyusun

program pengelolaan kecemasan menghadapi ulangan harian untuk meningkatkan

prestasi akademik siswa. Program pengelolaan kecemasan tersebut disusun supaya

siswa dapat mengelola kecemasan menghadapi ulangan harian sehingga siswa

dapat menempuh ulangan harian dengan kondisi yang menyenangkan dan dapat

mengendalikan manifestasi kognitif, afektif, motorik, dan somatik.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengungkapkan tingkat

kecemasan menghadapi ulangan harian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Wanayasa Banjarnegara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dirumuskan masalah penelitian sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian pada siswa

kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara tahun ajaran 2012/2013?

2. Usulan topik-topik bimbingan apa saja yang relevan untuk mengelola

kecemasan menghadapi ulangan harian berdasarkan butir-butir angket

(22)

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian pada siswa

kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara tahun ajaran 2012/2013.

2. Menyusun usulan topik-topik bimbingan yang relevan untuk mengelola

kecemasan menghadapi ulangan harian berdasarkan butir-butir angket yang

teridentifikasi memiliki potensi kecemasan yang tinggi.

D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoritis

Memberikan informasi tambahan tentang kecemasan menghadapi

ulangan harian pada siswa SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara tahun ajaran

2012/2013 dalam rangka pengelolaan kecemasan.

2. Manfaat Praktis

a. Guru Pembimbing/Guru Bimbingan dan Konseling

Guru mendapat gambaran tentang tingkat kecemasan yang dialami

oleh siswa ketika menghadapi ulangan harian dan melalui gambaran tersebut

guru dapat merancang program pengelolaan kecemasan berdasarkan usulan

topik-topik kecemasan.

b. Siswa

Siswa dapat mengelola kecemasan menghadapi ulangan harian

sehingga menjadi lebih tenang dalam menghadapi ulangan harian terutama

pada saat ulangan berlangsung seperti pada saat mengerjakan soal-soal

(23)

E. Batasan Istilah

1. Kecemasan adalah suatu kondisi tertekan dan tidak menyenangkan yang

ditandai dengan manifestasi kognitif, afektif, motorik, somatik yang tidak

terkendali. Kondisi yang tidak terkendali dan tidak menyenangkan tersebut

seperti sulit konsentrasi, khawatir, gelisah, dan otot tegang.

2. Ulangan harian merupakan tes hasil belajar yang dilakukan setelah satu

kompetensi dasar selesai dibahas oleh guru. Fungsinya adalah untuk mengukur

pemahaman siswa tentang materi-materi yang termuat dalam kompetensi dasar

tersebut.

3. Kecemasan menghadapi ulangan harian adalah suatu keadaan yang tidak

nyaman yang dialami oleh siswa ketika berlangsungnya proses pengerjaan tes

hasil belajar dalam rangka pengukuran pencapaian kompetensi dasar satu materi

pelajaran yang termanifestasi dalam kognitif, afektif, motorik, dan somatik.

4. Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara adalah siswa yang aktif

(24)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Remaja

1. Pengertian masa remaja

Remaja berasal dari kata latin adolescere berarti tumbuh atau menjadi

dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik

(Hurlock,1980:206). Remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa

anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif,

emosional, dan sosial (Santrock,2007:26).

Masa peralihan diantara masa anak-anak dan dewasa mengalami masa

pertumbuhan dan perkembangan fisiknya maupun psikisnya. Masa remaja

bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak,

tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang (Daradjat,1989:23).

Rentang usia remaja dibedakan menjadi tiga yaitu 12 tahun sampai 15

tahun masa remaja awal, 15 tahun sampai 18 tahun masa remaja pertengahan, 18

tahun sampai 22 tahun masa remaja akhir (Santrock,2007:20). Masa remaja awal

berlangsung di masa sekolah menengah pertama (SMP).

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa masa remaja

merupakan masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan

rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses

(25)

2. Ciri-ciri masa remaja

Menurut Zulkifli (2003:65-66) ciri-ciri masa remaja ada lima, yaitu:

a. Peningkatan emosional

Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik

terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial,

peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi

baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan

dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk

tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan

bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk

seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang

duduk di awal-awal masa kuliah.

b. Perubahan fisik

Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan

seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan

diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara

cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan

sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat

badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.

c. Perubahan sosial

Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis

kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang

(26)

d. Perubahan kognitif

Perubahan-perubahan kognitif yang berlangsung selama transisi dari

masa anak-anak hingga masa remaja adalah meningkatnya berpikir abstrak,

idealistik, dan logis.

e. Kecemasan

Pada masa remaja kecemasan akan meningkat karena terjadi

perubahan hormonal yang menyebabkan rasa tidak tenang pada diri remaja.

Kondisi yang belum stabil akan mempengaruhi cara berpikir remaja yang

irasional.

B. Kecemasan

1.Pengertian kecemasan

Kecemasan (anxiety) berasal dari bahasa latin “aungustus” yang berarti

kaku dan “ango anci” yang berarti mencekik. Kecemasan adalah emosi yang

dikarakteristikkan oleh keadaan pemikiran dan pengantisipasian terhadap bahaya

(Hurlock,1980:216). Hal ini muncul dikarenakan keputusasaan individu yang

tidak mampu menyelesaikan masalahnya. Menurut Daradjat (1989:40)

kecemasan adalah manifestasi dari kognitif, afektif, motorik yang tidak

terkendali terjadi ketika individu sedang mengalami tekanan perasaan, konflik,

dan pertentangan batin.

Menurut Arkof (dalam Sundari, 2005:51) kecemasan merupakan suatu

keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap suatu

kesehatan. Maksudnya adalah keadaan yang menimbulkan perasaan kegelisahan

(27)

harian. Perasaan gelisah itu membuat siswa kehilangan nafsu makan sehingga

dapat menyebabkan gangguan pencernaan.

Menurut Nevid (2005:163) kecemasan adalah seseorang merasa khawatir

dan berpikir bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi, misalnya siswa

merasa khawatir tidak dapat menjawab pertanyaan soal ulangan harian akibatnya

akan mendapatkan nilai yang tidak baik. Menurut Supratiknya (1995:19)

kecemasan adalah keadaan yang tidak menyenangkan yang muncul dalam

manifestasi somatik berupa rangsangan fisiologis/biologis.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas penulis menarik

kesimpulan bahwa kecemasan merupakan suatu keadaan seseorang pada saat

mengalami tekanan yang ditandai dengan manifestasi koginitif, afektif, motorik,

dan somatik yang tidak terkendali muncul ketika seseorang mengalami keadaan

yang tidak menyenangkan tersebut.

2. Penyebab kecemasan menghadapi ulangan harian

Muhibin (2008:195) menyebutkan penyebab kecemasan menghadapi ulangan

harian, yaitu:

a. Standar nilai bidang studi yang dianggap siswa terlalu tinggi.

b. Siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang optimum sedangkan

siswa menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang siswa

buat sendiri.

c. Siswa berada ditengah-tengah situasi kompetitif yang ketat dan menuntut

(28)

d. Hilangnya kemampuan menyebut/melakukan kembali informasi dan

kecakapan yang telah tersimpan dalam memori.

Sejalan dengan pendapat Muhibin, Sukardi (2008:140) menyebutkan empat

penyebab kecemasan menghadapi ulangan harian yaitu:

a. Beberapa mata pelajaran soal ulangan harian ada yang sulit menurut siswa.

b. Beberapa mata pelajaran ada soal-soal yang tidak dimengerti oleh siswa.

c. Siswa terburu-buru ketika mengerjakan soal ulangan harian.

d. Siswa kurang mempersiapkan diri untuk mempelajari materi yang akan

dikeluarkan dalam soal ualangan harian.

Menurut Khaerudin (2009) ada dua penyebab yang mempengaruhi

kecemasan siswa dalam menghadapi ulangan harian yaitu:

a.Internal

Aspek internal adalah stimulus yang berasal dari dalam diri siswa sendiri,

seperti kecerdasan intelektual, kesiapan mental, bahkan kondisi fisik. Bagi

siswa yang memiliki keterbatasan kecerdasan intelektual tentu akan mengalami

kesulitan menghadapi soal-soal tes yang diperuntukkan bagi mereka yang

tingkat kecerdasannya normal dan di atas normal, walaupun batas nilai

ketuntasan belajar adalah 6. Siswa yang memiliki keterbatasan kecerdasan akan

sulit mendapat nilai diatas nilai ketuntasan. Sekuat apapun mereka berusaha dan

menyiapkan diri, tetapi karena kecerdasan mereka terbatas akan sulit berhasil

dengan baik.

Kecemasan yang rendah pada siswa akan mendorong siswa memiliki

(29)

apabila kecemasan ini berlebihan, karena terlalu banyaknya tekanan baik dari

dalam diri dan terutama dari luar, maka kecemasan ini akan berdampak negatif

terhadap kesiapan mereka menghadapi ulangan. Dengan kata lain mereka yang

terlalu cemas dan takut cenderung akan menjadi tidak siap menghadapi

soal, akan menjadi kurang percaya diri untuk dapat berhasil menyelesaikan

soal-soal dengan baik. Pada akhirnya, dengan kondisi seperti ini jelas peluang untuk

bisa berhasil ulangan mendapat nilai bagus menjadi sangat kecil.

Aspek lain yang tidak kalah pentingnya yang mempengaruhi hasil belajar

adalah kondisi fisik siswa. Tidak bisa dipungkiri kondisi fisik yang tidak baik

seperti sakit ketika mengerjakan soal-soal ulangan menjadi menyebabkan

lemahnya konsentrasi.

b. Eksternal

Aspek eksternal adalah stimulus yang ada di luar diri siswa yang dapat

mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan siswa untuk mendapat nilai bagus,

seperti misalnya lingkungan belajar di rumah atau sekolah, lingkungan fisik

tempat tes berlangsung, fasilitas/sarana dan prasarana yang dimiliki dan

digunakan siswa, baik di rumah maupun di sekolah, situasi dan kondisi pada saat

ulangan berlangsung, dan masalah-masalah teknis yang berkenaan dengan cara

mengisi lembar jawaban dan proses pemeriksaan lembar jawaban.

Para siswa yang memiliki sarana dan prasarana yang memadai dan

didukung oleh lingkungan fisik dan sosial yang baik, tentu akan memiliki

peluang yang sangat besar untuk berhasil dalam mengerjakan soal ulangan

(30)

eksternal yang mendukung, mereka akan dengan penuh berkonsentrasi

mempersiapkan dan mengikuti tes hasil belajar. Demikian juga dengan kondisi

sarana dan prasarana di sekolah yang memadai akan membantu para siswa

menguasai kompetensi dasar mata pelajaran yang akan diujikan. Namun jika

sarana prasarana, kurang mendukung akan memunculkan kecemasan pada siswa.

3. Manifestasi Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian

Manifestasi kecemasan adalah suatu bentuk reaksi seseorang ketika

mengalami keadaan yang tertekan dan tidak nyaman terwujud pada reaksi fisik

maupun psikologis (Santrock,2007:550). Menurut Tresna (2011:90-91) Manifestasi kecemasan ketika seseorang menghadapi ulangan harian dapat

dikategorikan menjadi tiga yaitu:

a. Manifestasi kognitif yang tidak terkendali

Adalah munculnya kecemasan sebagai akibat dari cara berpikir

siswa yang tidak terkondisikan yang sering kali memikirkan tentang

kejadian buruk yang akan terjadi dalam menghadapi ulangan harian. Aspek

manifestasi kognitif dalam menghadapi kecemasan ulangan harian yaitu

sulit berkonsentrasi dan mental blocking.

Sulit berkonsentrasi dalam menghadapi ulangan harian terjadi karena

siswa tidak dapat memfokuskan pikirannya untuk ulangan harian. Sulit

berkonsentrasi dalam ulangan harian ditunjukkan dengan gejala kesulitan

dalam membaca dan memahami pertanyaan ulangan harian, kesulitan

berpikir secara sistematis, kesulitan mengingat kata kunci atau konsep

(31)

Mental blocking adalah hambatan secara mental atau psikologis yang

menyelubungi pikiran siswa saat mengerjakan soal-soal ulangan harian

sehingga siswa tidak bisa berpikir dengan tenang. Situasi siswa saat

mengalami Manifestasi (kemunculan) mental blocking pada saat membaca

pertanyaan ulangan harian ditunjukkan dengan gejala pikiran kosong, dan

tidak mengerti alur jawaban yang benar saat ulangan harian.

b. Manifestasi afektif yang tidak terkendali

Manisfestasi afektif adalah kecemasan yang muncul sebagai akibat

siswa mengalami perasaan yang berlebihan pada saat menghadapi ulangan

harian yang diwujudkan dalam bentuk perasaan khawatir, gelisah, dan

bingung terutama pada mata pelajaran yang dianggap sulit siswa. Khawatir

dalam menghadapi ulangan harian merupakan perasaan yang mengganggu

sebagai akibat bayangan buruk yang dibuat oleh siswa sendiri.

Bayangan buruk yang dimaksud yaitu siswa khawatir tentang soal

ulangan harian yang terlalu sulit sehingga tidak dapat dijawab, tentang

materi-materi pelajaran yang telah dipelajari namun tidak ditanyakan dalam

ulangan harian.

Gelisah adalah perasaan tidak tentram yang dialami oleh siswa pada

saat ulangan harian sehingga membuatnya tidak percaya diri ketika

mengerjakan atau menjawab soal-soal ulangan harian. Rasa gelisah dalam

menghadapi ulangan harian muncul ketika siswa tidak menemukan jawaban

(32)

disediakan tidak cukup untuk menyelesaikan soal-soal ulangan harian, dan

ketika ada siswa yang telah selesai mengerjakan soal-soal ulangan harian.

Perasaan bingung timbul pada saat siswa harus mengambil

keputusan yang sulit dalam menjawab soal-soal pilihan ganda karena

terdapat beberapa alternatif jawaban yang menurutnya benar atau salah

karena pikirannya.

c. Perilaku motorik yang tidak terkendali

Perilaku motorik adalah gerakan tidak menentu seperti gemetar dan

tegang pada otot yang dirasakan oleh siswa ketika menghadapi ulangan

harian. Gemetar adalah suatu gerakan yang dilakukan tanpa sengaja karena

merasakan suatu ancaman ketika menghadapi ulangan harian seperti

diharuskan menjawab soal dengan cepat, diharuskan duduk di barisan kursi

depan, dan keterbatasan waktu ulangan harian. Semua gerakan ini tanpa

disadari dan akan tampak pada bagian tangan, lengan, kepala, kaki, wajah,

dan pita suara.

Menurut Soeitoe (1982:25-26) manifestasi kecemasan menghadapi ulangan

harian ada empat yaitu :

a. Manifestasi kognitif

Munculnya kecemasan sebagai hasil kesalahan dalam melihat

permasalahan atau kejadian. Seseorang yang cemas karena cara berpikir

tentang sesuatu yang akan terjadi pada dirinya dan memandang

permasalahan atau kejadian tersebut sebagai hal yang mengganggu.

(33)

pikirannya terhadap ulangan harian khususnya soal-soal ulangan yang

sedang dikerjakan. Siswa yang mengalami manifestasi kognitif dalam

situasi yang tertekan sehingga kemampuan siswa dalam berpikir mengalami

hambatan. Terdiri dari dua kemampuan siswa mengalami hambatan dalam

berpikir yaitu:

a)Pemahaman

Siswa mengalami hambatan dalam memahami soal-soal ulangan harian

yang di berikan oleh guru matapelajaran.

b)Penerapan

Siswa mengalami hambatan dalam menggunakan atau menerapkan

materi yang sudah dipelajari untuk mengerjakan soal-soal ulangan harian.

b. Manifestasi afektif

Kecemasan yang timbul karena suatu keadaan emosional yang

ditandai oleh perasaan bingung, khawatir dan gelisah sehingga siswa tidak

dapat mengerjakan soal-soal ulangan harian. Perasaan bingung muncul pada

saat siswa mengalami situasi keputusasaan untuk memilih jawaban yang

benar dalam soal-soal pilihan ganda dan siswa tidak dapat memecahkan

jawaban pada soal-soal uraian. Perilaku bingung muncul pada saat siswa

mengalami kesulitan memilih jawaban yang benar untuk soal-soal pilihan

ganda.

Khawatir muncul pada situasi siswa merasa terbebani ketika

(34)

adanya perasaan yang tidak menyenangkan ketika ulangan harian

berlangsung.

Gelisah terjadi ketika siswa mengalami situasi yang tidak tenang

ketika ulangan harian berlangsung. Gelisah ditandai oleh perilaku gugup,

tidak sabar/tergesa-gesa saat mengerjakan soal, keluar masuk kelas, duduk

yang tidak tenang, tidak percaya diri, menggerakkan tangan atau kaki,

membolak-balikkan kertas, menengok temannya.

c. Manifestasi motorik

Manifestasi motorik adalah suatu keadaan yang tidak nyaman yang

dialami siswa yang berkaitan dengan kerja otot-otot dalam tubuh.

Manifestasi motorik muncul ketika siswa mengalami ketegangan otot dan

gemetar saat ulangan. Ketegangan otot muncul karena posisi tubuh tidak

santai/rileks ketika ulangan berlangsung. Ketegangan otot terjadi pada leher,

bahu, punggung, mata, kaki. Ketegangan otot terjadi pada situasi yang

menegangkan menyebabkan otot terasa kaku atau nyeri.

Gemetar merupakan gerakan otot yang tidak disengaja pada saat

siswa mengerjakan soal-soal ulangan harian. Gemetar muncul pada saat

siswa mengalami situasi yang tidak nyaman yang dianggap genting.

Gemetar muncul pada wajah, kaki, lengan, pita suara, kaget.

d. Manifestasi somatik

Manifestasi kecemasan muncul dalam bentuk fisiologis atau

(35)

berkeringat, tangan dan kaki dingin, sering kencing, diare, detak jantung

cepat, pusing, mual, lemas, sesak nafas.

C. Ulangan Harian

Menurut Sukardi (2008:30) ulangan harian adalah “tes yang dilakukan

untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam

proses pembelajaran untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar”.

Menurut Dewi (2012) ulangan harian adalah “kegiatan yang dilakukan

secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah

menyelesaikan satu kompetensi dasar atau lebih”. Menurut Handayani (2011)

Ulangan harian adalah “ujian formatif yang berupa tes hasil belajar yang dilakukan

setelah satu kompetensi dasar tertentu selesai dibahas”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ulangan harian adalah kegiatan ujian formatif

yang dilakukan untuk mengukur prestasi belajar siswa setelah satu kompetensi

dasar selesai dibahas.

D. Bimbingan Klasikal

1. Pengertian bimbingan klasikal

Bimbingan klasikal adalah proses pemberian bantuan kepada siswa yang

dilakukan di dalam kelas secara terjadwal agar siswa dapat memahami dirinya,

sehingga ia dapat mengarahkan dirinya dan bertindak secara wajar (Winkel dan

Sri Hastuti,2006:29). Materi bimbingan klasikal mencakup bimbingan pribadi,

bimbingan sosial, bimbingan karir, dan bimbingan belajar.

Bimbingan klasikal adalah bagian dari proses pendidikan yang

(36)

kemandirian siswa (Prayitno,2004:91). Layanan bimbingan klasikal bukanlah

suatu kegiatan mengajar atau menyampaikan materi pelajaran, melainkan

menyampaikan informasi yang dapat berpengaruh terhadap tercapainya

perkembangan yang optimal dan kemandirian siswa.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli penulis dapat menyimpulkan

bahwa bimbingan klasikal merupakan proses pemberian bantuan sebagai bagian

dari pendidikan yang dilakukan di dalam kelas secara terjadwal agar siswa dapat

mengarahkan dirinya, bertindak secara wajar, berkembang secara optimal, dan

mandiri.

2. Tujuan bimbingan klasikal

Tujuan bimbingan klasikal ada tiga, sebagai berikut (Winkel dan Sri

Hastuti,2006:149):

a. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek kognitif membantu siswa untuk

merubah cara berpikir/cara pandang yang irasional menjadi rasional.

b. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek afektif membantu siswa mengelola

perasaan, emosi, dan sikap yang menunjukkan penerimaan atau penolakan

terhadap sesuatu.

c. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek psikomotor membantu siswa dalam

mengelola ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh

(37)

3. Manfaat bimbingan klasikal

Menurut Winkel dan Sri Hastuti (2006:565-566) bimbingan klasikal bermanfaat

bagi tenaga kerja dan juga para siswa. Manfaat bagi tenaga bimbingan antara

lain :

a. Mendapat kesempatan berkontak langsung dengan banyak siswa sekaligus

mengenal siswa.

b. Menghemat waktu dan tenaga dalam kegiatan yang dilakukan dalam suatu

kelompok, misalnya memberikan informasi yang memang dibutuhkan oleh

siswa.

c. Memperluas ruang geraknya, lebih-lebih bila jumlah alternatif disekolahnya

hanya satu atau dua orang saja.

Manfaat bagi para siswa antara lain:

a. Menjadi lebih sadar akan tantangan yang dihadapi sehingga mereka

memutuskan untuk berwawancara secara pribadi dengan guru bimbingan

konseling.

b. Lebih rela menerima dirinya sendiri, setelah menyadari bahwa

teman-temannya sering menghadapi persoalan, kesulitan, dan tantangan yang kerap

kali sama.

(38)

E. Tehnik Mengelola Kecemasan

Menurut Sundari (2005:60) mengelola kecemasan adalah mengatasi

perasaan yang tidak menyenangkan dalam kondisi yang tertekan agar tidak semakin

meningkat. Menurut Erford (2010:87-190) ada 2 pendekatan mengelola kecemasan

yaitu:

1.Pengelolaan kecemasan pendekatan kognitif

Pendekatan kognitif merupakan suatu pendekatan mengelola kecemasan

yang membantu individu merubah perasaan dan perilakunya dengan mengubah

pikiran yang negatif menjadi positif atau irasional menjadi rasional. Tehnik yang

digunakan dalam pendekatan kognitif antaralain:

a. Thought stopping/menghentikan pikiran

Tehnik thought stopping untuk membantu individu menghentikan

pikiran yang negatif serta akan muncul pikiran positif. Konselor

mengatakan berhenti ketika individu berpikir negatif, untuk mengurangi

kemungkinan pikiran negatif terulang kembali. Contohnya siswa diajak

membayangkan kondisi yang tertekan pada saat menghadapi ulangan harian

sampai mengatakan sesuatu, kemudian pembimbing mengatakan

stop/berhenti. Apabila siswa berhenti berpikir negatif maka akan

meningkatkan konsentrasi dan dapat memusatkan perhatian.

Langkah-langkah tehnik thought stopping yaitu:

a) Konselor dan konseli memutuskan bersama pikiran yang akan

(39)

b) Konselor menyarankan konseli untuk menutup matanya dan

membayangkan situasi dimana pikiran negatif mungkin terjadi.

c) Pemikiran negatif konseli akan terganggu oleh perintah berhenti dari

konselor. Kata “berhenti” untuk menggantikan pikiran yang lebih

positif.

d) Konseli berdiam diri kemudian konselor mengajak konseli untuk

berteriak berhenti, sehinngga konseli belajar untuk mengganggu

pikiran negatif dan akan muncul pikiran yang positif. Setelah selesai

konselor menyarankan konseli untuk membuka matanya.

b. Restrukturisasi kognitif

Tehnik restrukturisasi kognitif untuk membantu individu mengubah

pikiran yang negatif menjadi positif. Contoh mengubah pikiran siswa bahwa

soal ulangan harian itu sulit menjadi soal ulangan harian itu mudah

dikerjakan. Ketika siswa berubah pikirannya, kecemasan menghadapi

ulangan harian dapat berkurang dan siswa dapat berkonsentrasi mengerjakan

soal ulangan harian.

Langkah-langkah restrukturisasi kognitif yaitu:

a) Konselor membantu konseli menyadari proses berpikir/cara berpikirnya,

kemungkinan pikiran irasional/negatif berpengaruh pada kehidupannya.

b) Konselor membantu konseli agar dapat mengevaluasi keyakinannya

tentang diri dan orang lain dengan pola pikir logis.

c) Konselor membantu konseli untuk belajar mengubah keyakinan

(40)

2.Pengelolaan kecemasan pendekatan behaviour

Pendekatan behaviour merupakan suatu pendekatan mengelola

kecemasan yang membantu individu untuk merubah perilaku. Perubahan

perilaku melalui perubahaan perasaan dan pikiran terlebih dahulu. Tehnik yang

digunakan dalam pendekatan behaviour antaralain:

a. Relaksasi

Tehnik relaksasi adalah tehnik mengatasi kecemasan melalui

pengendoran otot-otot dan syaraf. Relaksasi merupakan suatu kondisi

istirahat pada aspek fisik dan mental. Relaksasi dilakukan dalam keadaan

seluruh tubuh seimbang, tenang tapi tidak tertidur, dan seluruh otot-otot

dalam keadaan rileks dengan posisi tubuh yang nyaman.

Manfaat relaksasi yaitu:

a) Mengurangi ketegangan pada otot, mengurangi gemetar pada kaki dan

tangan, mengurangi mual, pusing, dan badan lemas.

b) Mampu meningkatkan kesehatan secara umum dengan memperlancar

proses metabolisme tubuh, denyut jantung, pernafasan, dan peredaran

darah.

b. Visual/guided imagery (visual/pencitraan diri)

Guided imagery adalah sebuah proses yang menggunakan kekuatan

pikiran, agar individu mampu mengontrol emosi dengan memunculkan

pikiran yang positif, sehingga menghasilkan perilaku baru melalui

komunikasi dalam tubuh melibatkan semua indra (sentuhan, penciuman,

(41)

mengarahkan secara lembut seseorang ke dalam keadaan pikiran yang

tenang dan tetap.

Langkah-langkah tehnik guided imagery yaitu:

a) Sebelum memulai tehnik guided imagery pastikan ruangan dalam

keadaan tenang dan nyaman untuk konseli. Musik dapat digunakan untuk

suasana tenang.

b) Konselor membantu konseli bersantai dengan menyarankan konseli

menutup matanya, mengambil lambat nafas dalam-dalam. Kemudian

konselor memandu konseli untuk membayangkan kondisi dan

pengalaman dalam keadaan nyaman, tenang, dan bahagia. Konselor

memandu konseli melalui kata-kata yang menenangkan konseli dengan

suara lirih/lembut. Kemudian konselor menginformasikan kepada konseli

bahwa pemanduan sudah berahir dan konselor menyarankan konseli

untuk perlahan-lahan membukan matanya.

c) Setelah konselor selesai memandu, konselor menyarankan konseli untuk

evaluasi/berdiskusi. Misalnya, dengan petanyaan bagaimana perasaanmu

dan apa yang akan kamu lakukan.

c. Self talk

Self talk adalah suatu teknik yang dapat digunakan untuk membantah

keyakinan-keyakinan irasional dan mengembangkan pikiran sehat yang

akan menyebabkan lebih positif bicara diri. Self talk sebagai sarana bagi

seseorang untuk menangani pesan-pesan negatif yang ia kirimkan pada

(42)

memunculkan pernyataan yang positif pada diri sendiri sehingga akan

merubah pikiran negatif menjadi positif.

Langkah-langkah tehnik self talk yaitu :

a) Konselor dan konseli mengidentifikasi dan mengeksplorasi negatif

bicara pada dirinya sendiri.

b) Mengevaluasi pikiran konseli tentang dirinya sendiri untuk

mengetahui pikiran negatif konseli.

c) Konselor membantu konseli bersikap positif dengan berbicara sendiri

melalui kata-kata positif untuk melawan kebiasaan kata-kata negatif,

sehingga akan muncul pikiran positif untuk membentuk perilaku

(43)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survey.

Furchan (2005:415-418) mengatakan penelitian deskriptif dengan metode

survei dirancang untuk memperoleh informasi dengan mengumpulkan data

yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Penelitian

ini bersifat deskriptif karena dirancang untuk memperoleh informasi tentang

tingkat kecemasan dalam menghadapi ulangan pada siswa kelas VIII SMP

Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara. Untuk menggambarkan kondisi yang

lengkap dan nyata, maka metode yang dipakai adalah survei, sehingga peneliti

mampu memaparkan secara jelas tentang kecemasan siswa.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah para siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Wanayasa yang berasal dari 3 kelas yaitu VIIIA, VIIIB, VIII C dengan jumlah

siswa perkelas sekitar 30 siswa dan jumlah total 90 siswa. Peneliti

menggunakan subjek penelitian secara populasi karena menggunakan metode

uji coba. Furchan (2005:130) populasi diartikan sebagai keseluruhan subjek

(44)

C. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner kecemasan menghadapi ulangan harian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner Kecemasan

dalam Menghadapi Ulangan Harian yang disusun oleh peneliti. Kuesioner

disusun berdasarkan manifestasi kecemasan menurut Tresna (2011) dan

Soeitoe (1982). Manifestasi kecemasan yaitu manifestasi kognitif, afektif,

motorik, dan somatik.

Kuesioner ini terdiri atas pernyataan-pernyataan favourable dan

unfavourable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang sesuai atau

menggambarkan suatu keadaan cemas yang dirasakan siswa ketika

menghadapi ulangan harian. Unfavourable adalah pernyataan yang tidak

menggambarkan suatu keadaan cemas yang dirasakan siswa menghadapi

ulangan harian.

Kuesioner ini memuat empat alternatif jawaban: Selalu (Sl),

Sering (SR), Kadang-kadang (KDG), dan Tidak Pernah (TP). Skor untuk

kedua pernyataan itu berbeda, untuk favorable selalu mendapatkan skor 3,

sering mendapat skor 2, kadang-kadang mendapatkan skor 1, tidak pernah

mendapatkan skor 0. Sedangkan pernyatan unfavorable jawaban selalu

mendapat skor 0, sering mendapat skor 1, kadang-kadang mendapat skor

(45)

Tabel 1

Kisi-kisi Kuesioner Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara Tahun Ajaran 2012/2013 Sebelum Uji Coba

No Manifestasi Indikator Deskriptor Jumlah Item

Fav Unfav

1 Kognitif a.Sulit Konsentrasi

b. Mental Blocking

a.1.Pemahaman a.2. Penerapan

a.3.Lupa/sulit mengingat a.4.Tidak dapat

memusatkan perhatian b.1.Pikiran kosong b.2.Tidak mengetahui jawaban benar

1

b. Perasaan Gelisah

c. Perasaan Bingung

a.1.Khawatir tidak dapat menjawab soal

a.2.Khawatir materi yang dipelajari tidak ditanyakan pada soal b.1.Ketika guru mengumumkan waktu hampir habis

b.2.Ada siswa lain yang mengumpulkan jawaban b.3.Meminta ijin keluar kelas

b.4.Tidak sabar/tergesa-gesa mengerjakan soal b.5.Duduk gelisah c.1.Sulit mengambil keputusan pada soal pilihan ganda c.2.Bingung

menguraikan jawaban pada soal uraian

1

a.1.Gemetar pada kaki a.2.Gemetar pada tangan a.3.Gemetar pada wajah b.1.Otot kaku pada bahu b.2.Otot kaku pada leher b.3.Otot kaku pada mata b.4.Otot kaku pada punggung

Jumlah item

a.1.Detak jantung cepat a.2.Pusing

(46)

Tabel 2

Kisi-kisi Kuesioner Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara Tahun Ajaran 2012/2013 Setelah Uji Coba

No Manifestasi Indikator Deskriptor Jumlah Item

Fav Unfav

1 Kognitif a.Sulit Konsentrasi

b. Mental Blocking

a.1.Pemahaman a.2. Penerapan

a.3.Lupa/sulit mengingat a.4.Tidak dapat

memusatkan perhatian b.1.Pikiran kosong b.2.Tidak mengetahui jawaban benar

1

2 Afektif a. Perasaan Khawatir

b. Perasaan Gelisah

c. Perasaan Bingung

a.1.Khawatir tidak dapat menjawab soal

a.2.Khawatir materi yang dipelajari tidak ditanyakan pada soal b.1.Ketika guru mengumumkan waktu hampir habis

b.2.Ada siswa lain yang mengumpulkan jawaban b.3.Meminta ijin keluar kelas

b.4.Tidak sabar/tergesa-gesa mengerjakan soal b.5.Duduk gelisah c.1.Sulit mengambil keputusan pada soal pilihan ganda c.2.Bingung

menguraikan jawaban pada soal uraian

1

b.Otot Kaku

a.1.Gemetar pada kaki a.2.Gemetar pada tangan a.3.Gemetar pada wajah b.1.Otot kaku pada bahu b.2.Otot kaku pada leher b.3.Otot kaku pada mata b.4.Otot kaku pada punggung

Jumlah item

a.1.Detak jantung cepat a.2.Pusing

(47)

2. Validitas

Menurut Donald, dkk (Furchan, 2005:293) validitas menunjuk pada

sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.

Menurut Azwar (1999:7) validitas adalah ketepatan dan kecermatan skala

dalam menjalankan fungsi ukurnya, artinya sejauh mana skala itu mampu

mengukur atribut yang dirancang oleh penyusun. Jadi instrumen yang

valid adalah alat ukur yang dapat mengukur apa yang diteliti.

Validitas yang diperiksa dalam penelitian ini adalah validitas isi.

Validitas isi adalah suatu validitas yang menunjukkan sampai dimana isi

suatu tes atau alat ukur mencerminkan hal-hal yang akan diukur (Masidjo:

1995:243). Validitas isi pada umumnya ditentukan melalui pertimbangan

para ahli, seperti mengoreksi item-item yang telah dibuat oleh peneliti dan

memberikan pertimbangan tentang bagaimana kuesioner tersebut telah

menggambarkan atribut yang hendak diukur.

Dalam penelitian ini, validitas kuisioner dipertimbangkan oleh

Dr.M.M.Sri Hastuti, M.S.i. sebagai dosen pembimbing yang sekaligus

sebagai ahli yang telah memiliki kompetensi dibidang bimbingan dan

konseling. Pertimbangan ini dilakukan dengan mengoreksi item-item yang

telah dibuat peneliti, memberikan komentar pada kalimat item yang

bermakna sama, memberikan petunjuk pada isi item yang tidak sesuai

(48)

favourable dan unfavourale sehingga kuesioner itu dapat menggambarkan

atau sesuai dengan kecemasan menghadapi ulangan harian.

3. Reliabilitas

Menurut Azwar (1999:83) reliabilitas sebenarnya mengacu kepada

konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna

kecermatan pengukuran. Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh

koefesien reliabilitas (rxx) yang angkanya berada pada rentang 0 sampai

1,00. Jika koefesien semakin mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi

reliabilitasnya, sebaliknya koefesien yang semakin mendekati angka 0

berarti semakin rendah reliabilitasnya. Pada umumnya, reliabilitas

dianggap memuaskan jika koefesiennya mencapai minimal rxx=0,900.

Dalam penelitian ini, peneliti mengukur reliabilitas alat ukur

dengan menggunakan koefesien alpha cronbach ( ), analisis perhitungan

reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows

versi 17. Hasil reliabilitas yang pertama diperoleh dari hasil perhitungan

alpha cronbach adalah rxx= 0,909 dan hasil yang kedua adalah rxx= 0,928.

Hasil perhitungan reliabilitas yang kedua lebih tinggi dari yang

pertama, menunjukkan bahwa hasil analisa yang kedua kuesioner

kecemasan menghadapi ulangan harian lebih layak digunakan sebagai

penelitian. Perhitungan dilakukan dua kali agar kuisioner itu layak

digunakan untuk penelitian dan konsisten karena peneliti menggunakan

(49)

sangat tinggi sehingga alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini

reliable.

Untuk melihat reliabilitas instrumen digunakan pedoman

kualifikasi reliabilitas (Masidjo, 1995:246) seperti tampak pada tabel 3.

Tabel 3

Koefesien korelasi dan reliabilitas

Koefesien korelasi Kualifikasi

0,91-1,00 Sangat tinggi

0,71-0,90 Tinggi

0,41-0,70 Cukup tinggi

0,21-0,40 Rendah

Negatif-0,20 Sangat rendah

4. Uji daya diskriminasi/daya beda

Daya beda item adalah kemampuan item dalam membedakan

antara subjek yang memiliki atribut yang diukur dan yang tidak diukur.

Tujuan dari daya diskriminasi/daya beda untuk memilih item yang

mengukur atribut yang akan diteliti sehingga menghasilkan item yang

valid yang digunakan sebagai skala final. Azwar (1999:59) menyatakan

bahwa pengujian daya diskriminasi/daya beda item menghendaki

dilakukannya komputasi koefesien korelasi antara distribusi skor item

dengan distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan

koefesien korelasi item total (rix), yang dikenal pula dengan sebutan

parameter beda item. Untuk menghitung koefesien korelasi item total

(50)

iX – ( i) ( X) / n

rix

= i ² - ( i)² / n – ( X)²/ n

dinamai : i = skor item

X = skor skala (skor total) n = banyak subjek

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total,

digunakan batasan

r

ix 0,30. Semua item yang mencapai koefesien

korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan dan jika

kurang dari 0,30 diinterpretasikan memiliki daya beda yang rendah. Hasil

perhitungan pertama dari 56 item terdapat 17 item yang gugur (rix 0,30),

setelah itu menghilangkan item-item yang gugur untuk dianalisa kembali.

Hasil perhitungan yang kedua dari 39 item terdapat 3 item yang gugur

karena tidak memenuhi syarat (rix 0,30). Jadi jumlah item yang

digunakan untuk penelitian sebanyak 36 item.

Rekapitulasi kecemasan menghadapi ulangan harian disajikan

(51)

Tabel 4

Rekapitulasi Skala Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara Tahun Ajaran 2012/2013

Jumlah

Item Lolos Gugur

Manifestasi Indikator Deskriptor

F UF F UF F UF

1.Kognitif a.Sulit konsentrasi

b.Mental blocking

a.1.Pemahaman

a.2.Penerapan

a.3.Lupa/sulit mengingat.

a.4.Tidak dapat memusatkan perhatian.

b.1.Pikiran kosong

b.2.Tidak mengetahui jawaban benar

2.Afektif a.Perasaan khawatir

b.Perasaan gelisah

c.Perasaan bingung

a.1.Khawatir tidak dapat menjawab soal.

a.2.Khawatir materi yang dipelajari tidak ditanyakan pada soal.

b.1.Ketika guru mengumumkan waktu hampir habis.

b.2.Ada siswa lain yang mengumpulkan jawaban

b.3.Meminta ijin keluar kelas.

b.4.Tidak sabar/tergesa-gesa mengerjakan soal.

b.5.Duduk gelisah

c.1.Sulit mengambil keputusan dalam soal pilihan ganda

c.2.Bingung menguraikan jawaban pada soal pilihan ganda

1

3.Motorik a.Gemetar

b.Otot kaku

a.1.Gemetar pada kaki

a.2.Gemetar pada tangan

a.3.Gemetar pada wajah

b.1.Otot kaku pada bahu

b.2.Otot kaku pada leher

(52)

5. Uji coba

Uji coba bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas

instrument, sehingga diperoleh kelayakan penggunaanya sebagai

instrument yang handal untuk menggungkapkan hal-hal yang akan

diungkap. Pada penelitian ini peneliti melaksanakan uji coba dengan

metode uji coba terpakai. Uji coba terpakai yaitu uji coba instrument yang

melibatkan seluruh subjek (kelas VIII sebanyak 90 siswa) sehingga

instrument dalam penelitian ini dapat langsung digunakan untuk

penelitian.

D. Persiapan dan pelaksanaan pengumpulan data

1. Menyusun instrument/skala kecemasan menghadapi ulangan harian.

2. Mengkonsultasikan dan uji validitas instrument kepada dosen

pembimbing.

b.3.Otot kaku pada mata

b.4.Otot kaku pada punggung

1

4.Somatik a.Reaksi fisiologis/ biologis

a.1.Detak jantung cepat/berdebar

a.2.Pusing

a.3.Berkeringat

a.4.Sesak nafas

(53)

3. Melaksanakan uji coba terpakai sekaligus penelitian pada siswa kelas VIII

di SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara, pada hari Selasa dan Rabu,

tanggal 6 dan 7 November 2012.

E. Teknik analisis data

1. Menentukan skor dari masing-masing alternatif jawaban yang sudah

diberikan oleh subjek penelitian dan membuat tabulasi skor dari

masing-masing butir item skala. Langkah selanjutnya menghitung total skor

masing-masing subjek penelitian dan total skor tiap item.

2. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis

statistik deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan

mean, standard deviasi serta pengkategorisasian menurut norma yang telah

ditentukan peneliti.

a. Kategorisasi tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian secara

umum

Kategorisasi tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian

secara umum disusun berdasarkan model distribusi normal dengan

kategorisasi jenjang. Tujuan kategorisasi ini adalah untuk menempatkan

subjek penelitian kedalam kelompok-kelompok yang terpisah secara

berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur.

Menentukan penggolongan kategorisasi penyesuaian diri seluruh

responden berdasarkan Azwar (1999:108) yang mengelompokkan

tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian, subjek penelitian dibagi

(54)

sedang, tinggi, dan sangat tinggi, dengan norma kategorisasi sebagai

berikut :

Tabel 5 Norma Kategorisasi

Perhitungan Kategorisasi

X µ-1,5 Sangat rendah

µ-1,5 < X µ-0,5 Rendah µ-0,5 < X µ+0,5 Sedang µ+0,5 < X µ+1,5 Tinggi

X > µ+1,5 Sangat Tinggi

Keterangan:

Xmaksimum teoretik : skor tertinggi yang mungkin diperoleh

subjek penelitian dalam skala.

Xminimum teoretik : skor terendah yang mungkin diperoleh

subjek penelitian dalam skala.

Range : yaitu rentangan skor skala.

: standar deviasi, yaitu luas jarak rentangan

yang dibagi dalam 6 satuan deviasi

sebaran.

µ : mean teoretik, yaitu rata-rata teoritis dari

skor maksimum dan minimum.

Selanjutnya kategorisasi ini dijadikan sebagai norma/patokan

dalam mengelompokkan skor subjek penelitian berdasarkan tingkatan

kecemasan menghadapi ulangan harian. Kategorisasi tinggi rendah

kecemasan menghadapi ulangan harian pada siswa kelas VIII SMP

(55)

total = 36 item) diperoleh melalui penggolongan dengan perhitungan

sebagai berikut :

Xmaksimum teorerik : 36 x 3 = 108

Xminimum teoreti : 36 x 0 = 0

Range : 108 – 0 = 108

(teoretik) : 108 : 6 = 18

µ(mean teoretik) : (108+0):2=54

Penentuan kategorisasi tingkat kecemasan menghadapi ulangan

harian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara

secara umum dapat dilihat dalam tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 6

Norma Kategorisasi Tingkat Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian Kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara Tahun

Ajaran 2012/2013

Perhitungan Skor Kategori

X µ-1,5 X 54-27

X 27 Sangat rendah

µ-1,5 <X µ-0,5 54-27<X 54-9

27<X 45 Rendah

µ-0,5 <X µ+0,5 54-9<X 54+9

45<X 63 Sedang

µ+0,5 <X µ+1,5 54+9<X 54+27

63<X 81 Tinggi

X>µ+1,5 X>61,5+30,75

>81 Sangat tinggi

Selanjutnya, data setiap subjek penelitian dikelompokkan

berdasarkan item total yang mereka peroleh dalam kategori diatas,

sehingga dapat dihitung jumlah dan presentasi kecemasan menghadapi

ulangan harian pada siswa kelas VIII dalam kategori (sangat

(56)

b. Kategorisasi skor setiap item dalam skala

Kategorisasi skor dari setiap item dalam skala penelitian

dilakukan untuk mendapatkan item-item skala yang dijadikan dasar

usulan topik-topik pengelolaan kecemasan. Kategorisasi skor tiap item

skala adalah berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang

yang berpedoman pada Azwar (1999:108), yaitu sangat rendah, rendah

sedang, tinggi, sangat tinggi. Norma kategorisasi untuk item-item skala

adalah sebagai berikut :

Tabel 7

Norma Kategorisasi Item

Perhitungan Kategorisasi

X µ-1,5 Sangat rendah

µ-1,5 < X µ-0,5 Rendah µ-0,5 < X µ+0,5 Sedang µ+0,5 < X µ+1,5 Tinggi

X > µ+1,5 Sangat Tinggi

Keterangan:

X maksimum teoretik : Skor tertinggi yang mungkin diperoleh

subjek penelitian dalam skala.

Xminimum teoretik : Skor terendah yang mungkin diperoleh

subjek penelitian dalam skala.

Range : Rentangan skor skala.

: Standar deviasi, yaitu luas jarak rentangan

yang dibagi dalam 6 satuan deviasi

(57)

µ : mean teoretik, yaitu rata-rata teoretis dari

skor maksimum dan minimum.

Selanjutnya kategorisasi ini dijadikan sebagai norma/patokan

dalam pengelompokan skor item. Kategorisasi tinggi rendah skor

item-item secara keseluruhan dalam penelitian ini (dengan N=90) diperoleh

melalui penggolongan dengan perhitungan sebagai berikut :

X maksimum teoretik : 90x3 = 270

Xminimum teoretik : 90x0 = 0

Range : 270-0 = 270

(teoretik) : 270 : 6 = 45

µ(teoretik) : (270+0):2 = 135

penentuan kategorisasi skor item dapat dilihat dalam tabel sebagai

berikut :

Tabel 8

Norma kategorisasi Skor Item skala Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian Pada Siswa Selas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa

Banjarnegara Tahun Ajaran 2012/2013

Perhitungan Skor Kategorisasi

X µ-1,5 X 135-67,5

X 68 Sangat rendah

µ-1,5 <X µ-0,5 135-67,5<X 135-22,5

68<X 113 Rendah

µ-0,5 <X µ+0,5 135-22,5<X 135+22,5

113<X 158 Sedang

µ+0,5 <X µ+1,5 135+22,5<X 135+67,5

158<X 203 Tinggi

X>µ+1,5 X>135+67,5

(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Tingkat Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian

Hasil penelitian tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian pada

siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara tahun ajaran 2012/2013

disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 9

Kategorisasi Tingkat Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Wanayasa Banjarnegara Tahun Ajaran 2012/2013

Kategori Skor Jumlah Persentase

Sangat rendah X 27 2 2%

Rendah 27<X 45 24 27%

Sedang 45<X 63 40 44%

Tinggi 63<X 81 23 26%

sangat tinggi >81 1 1%

Deskripsi hasil data penelitian mengenai tingkat kecemasan menghadapi

ulangan harian pada siswa kelas VIII menunjukkan bahwa 1 siswa (1%)

termasuk dalam kategori sangat tinggi, 23 siswa (26%) termasuk dalam kategori

tinggi, 40 siswa (44%) termasuk dalam kategori sedang, 24 siswa (27%)

termasuk dalam kategori rendah, dan 2 siswa (2%) termasuk dalam kategori

sangat rendah. Tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian pada siswa kelas

VIII yang berada dalam kategori “tinggi”, dan “sangat tinggi” dapat

dikategorikan siswa memiliki tingkat kecemasan yang tinggi atau belum mampu

(59)

(27%). Sedangkan tingkat kecemasan yang berada dalam kategori “rendah” dan

“sangat rendah” dapat dikategorikan siswa memiliki tingkat kecemasan yang

rendah atau memiliki kemampuan mengelola kecemasan ketika menghadapi

ulangan harian, berjumlah 26 orang (29%). Berdasarkan data diatas

menunjukkan bahwa sebagian besar subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat

kecemasan pada kategori sedang.

2. Tingkat kecemasan menghadapi ulangan harian pada setiap item

Data hasil penelitian pada setiap item digunakan untuk melihat aspek

kecemasan menghadapi ulangan harian agar siswa dapat mengelola kecemasan

pada manifestasi koginif, afektif, motorik, dan somatik. Hasil tersebut diperoleh

dengan cara mengelompokkan skor item kedalam norma kategorisasi menurut

Azwar (1999). Pengelompokan item pada setiap kategori berdasarkan item-item

favourable yang mencerminkan kecemasan menghadapi ulangan harian sebagai

acuan untuk membuat topik-topik pengelolaan kecemasan. Dari kategorisasi

tersebut didapat skor-skor item yang termasuk dalam kategorisasi sangat rendah,

rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Item-item dengan skor yang berada

dalam kategori rendah, tinggi, dan sangat tinggi merupakan item-item yang akan

digunakan sebagai usulan topik-topik pengelolaan kecemasan. Adapun data hasil

Gambar

Tabel 1
Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian Pada Siswa Kelas VIII
Tabel 3 Koefesien korelasi dan reliabilitas
Tabel 4 Rekapitulasi Skala Kecemasan Menghadapi Ulangan Harian Pada Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ekstrak etanol rimpang lengkuas merah diisolasi dalam tiga metode isolasi, yaitu hidrolisis basa, hidrolisis asam, dan tanpa hidrolisis. Untuk mengambil asam

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah melalui hasil wawancara dan observasi kepada subjek dan informan, hasil data tersebut disajikan dalam bab penyajian data

Maka Rencana Kerja Jangka Menengah, merupakan titik tolak daripada pelaksanaan kerja secara menyeluruh dan berkesinambungan sehingga dalam pelaksanaan kerja dapat

Pada bangunan bawah jembatan, struktur abutment digunakan untuk menahan tanah dan meneruskan gaya ke pondasi serta harus mampu memberikan kestabilan terhadap

Sehubungan dengan Hasil Evaluasi yang dilaksanakan oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP) Pokja III Kabupaten Lamongan untuk pekerjaan Pengadaan Sapi Bibit Betina Cross Dinas

[r]

Dengan judul lengkap Skripsi ini adalah “Pengaruh Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Berbantuan Simulator Cisco Packet Tracer Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman

jumlah pendapatan yang didapat dari hasil penjualan suatu barang atau jasa dalam. kurun