• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. Kecemasan

a. Pengertian Kecemasan

Kartono (1989:118) menyatakan bahwa kecemasan atau kegelisahan merupakan perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut.

Priest (1991:15) dan Prawirohusodo (1988:167)

menyatakan bahwa kecemasan adalah pengalaman emosi yang dialami ketika seseorang berpikir tentang sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi, yang datang dari dalam bersifat meningkat dan dikarenakan oleh berbagai alasan serta situasi yang dihubungkan dengan suatu ancaman bahaya yang tidak diketahui oleh dirinya. Kecemasan menimbulkan rasa tidak enak, menggelisahkan dan menakutkan sehingga membuat seseorang ingin lari dari kenyataan enggan berbuat sesuatu.

Kecemasan mempunyai segi yang disadari manusia seperti

rasa takut, terkejut, tak berdaya, dan rasa bersalah. Di samping itu kecemasan juga memiliki segi di luar kesadaran manusia dan tidak jelas, seperti orang yang merasa takut dan tidak bias menghindari perasaan maupun hal-hal yang tidak menyenangkan ( Daradjat, 1996:134).

Gunarsa dkk, (1996) menjelaskan bahwa kecemasan berbeda dengan ketakutan. Pada gejala takut objek atau bahaya yang ditakuti jelas, nyata. Seperti misalnya takut pada kecoa, kucing, ondel- ondel, anjing, ular, dan sebagainya. Sedangkan pada kecemasan, objek atau keadaan (bahaya) yang dikhawatirkan tidak jelas, tidak nyata.

Berdasarkan berbagai pengertian di atas maka konsep

pengertian kecemasan yang akan digunakan dalam penelitian ini, yakni bahwa kecemasan merupakan pengalaman emosi yang menyakitkan. Seseorang mengalami kecemasan ketika ia berpikir tentang sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi berupa situasi atau bahaya yang mengancam dirinya. Kecemasan menimbulkan rasa tidak enak, rasa takut, tak berdaya dan menggelisahkan maka seseorang akan berusaha untuk menghindarinya. Setiap orang akan mengalami kecemasan dan rasa takut dalam lingkungan sosial yang muncul karena memperkirakan adanya penilaian orang lain.

b. Komponen-komponen Reaksi Kecemasan

Beberapa ahli mengemukakan tentang reaksi-reaksi yang akan muncul ketika seseorang mengalami kecemasan, yaitu :

1) Komponen Fisiologis dari Kecemasan

Haber dan Runyon (1999:159) menyebutnya dimensi somatis yaitu kecemasan yang dimanifestasikan dalam bentuk reaksi fisik atau biologis. Mahler (dalam Calhoun dan Acoccella, 1990:164) menyebutnya komponen fisik yaitu reaksi terhadap

kecemasan yang berkaitan dengan reaksi tubuh. Carducci (1998) menyebutnya bentuk fisiologis kecemasan yaitu bentuk kecemasan

yang mempengaruhi respon tubuh seseorang (The Building of

Butterflies in Your Stomach). Buklew (1980:123) menyebutnya gejala fisiologis yaitu kecemasan yang berwujud gejala-gejala fisik terutama dalam fungsi system syaraf. Daradjat (1996:136) menyebutnya gejala fisik yaitu gejala kecemasan yang bersifat fisik.

Pada saat seseorang mengalami kecemasan maka tubuhnya akan segera bereaksi atau merespon dengan terpicunya sistem saraf simpatik. Sistem saraf simpatik merupakan bagian dari sistem saraf pusat yang akan mengambil alih ketika seseorang berada dalam situasi yang mengancam, seperti ketika jantung berdetak dan tekanan darah meningkat maka sistem saraf simpatik akan memicu oksigen ke dalam darah sehingga reaksi yang muncul dapat diredakan. Secara fisik ketika seseorang mengalami kecemasan akan tampak berkeringat walaupun udara tidak panas, jantung berdebar lebih cepat, tangan ( ujung-ujung jari) atau kaki terasa dingin, nafsu makan hilang, mengalami gangguan pencernaan, perut terasa mual, diare, sering gemetar, kepala pusing, nafas sesak, mulut dan tenggorokan terasa kering, muka tampak pucat, sering buang air kecil, otot dan persendian terasa kaku, sering

mengalami gangguan tidur atau tidur tidak nyenyak, mudah lelah, tidak dapat santai, dan mudah terkejut.

2) Komponen Kognitif dari Kecemasan

Haber dan Runyon (1999:160) menyebutnya dimensi kognitif yaitu kecemasan yang dimanifestasikan dalam pikiran seseorang. Mahler (dalam Calhoun dan Acoccella, 1990:165) menyebutnya komponen kognitif yaitu reaksi terhadap kecemasan yang berkaitan dengan kekhawatiran individu terhadap konsekuensi-konsekuensi yang mungkin akan dialami. Carducci (1998) menyebutnya bentuk kognitif kecemasan yaitu bentuk

kecemasan yang mempengaruhi proses kognitif seseorang (The

Closing of Your Mind). Buklew (1980:124) menyebutnya gejala psikologis yaitu kecemasan yang berwujud gejala-gejala kejiwaan. Daradjat (1996:137) menyebutnya gejala mental yaitu gejala kecemasan yang bersifat mental.

Pada saat seseorang mengalami kecemasan maka akan mempengaruhi proses kognitif yang terjadi dalam pikirannya. Kecemasan menyebabkan terhalangnya kemampuan seseorang untuk mengingat informasi yang tersimpan dalam memorinya. Seseorang mengalami kesulitan berpikir, jadi apa yang dipikirkan dan sudah dipahami sebelumya berubah total menjadi kacau dan membingungkan. Kecemasan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir secara efektif. Seseorang juga mengalami

kekhawatiran terhadap konsekuensi-konsekuensi yang mungkin akan dialami. Pikiran menjadi buntu atau tertutup. Bila kekhawatiran meningkat dapat mengganggu kemampuan kognitif seseorang seperti : sulit berkonsentrasi atau sulit memusatkan perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, pelupa, pikiran kacau, dan mudah panik.

3) Komponen Emosional dari Kecemasan

Haber dan Runyon (1999:161) menyebutnya dimensi afektif yaitu kecemasan yang dimanifestasikan melalui emosi. Mahler (dalam Calhoun dan Acoccella, 1990:167) menyebutnya komponen emosional yaitu reaksi terhadap kecemasan yang berkaitan dengan perasaan individu terhadap sesuatu suatu hal yang dialami secara sadar dan mempunyai ketakutan yang mendalam.

Ketika seseorang mengalami kecemasan maka akan mempengaruhi perasaan dan perasaannya menjadi tegang. Kecemasan menyebabkan seseorang kesulitan untuk mengontrol perasaanya dan kecemasan itu diungkapkan melalui emosi. Seseorang mengalami perasaan tegang karena luapan emosi yang berlebihan. Seseorang jadi cenderung terus menerus merasa khawatir dan gelisah akan bahaya yang menimpanya, bingung, mudah tersinggung, tidak sabar, merasa segala sesuatunya tidak

menentu, merasa tidak tentram, merasa tidak sanggup menyelesaikan masalah dan sering mengeluh.

4) Komponen Perilaku dari Kecemasan

Haber dan Runyon (1999:163) menyebutnya dimensi motoris yaitu kecemasan yang dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku seseorang. Carducci (1998) menyebutnya bentuk perilaku kecemasan yaitu bentuk kecemasan yang mempengaruhi

perilaku seseorang (Fumbling, Fighting or Fleeing).

Ketika seseorang mengalami kecemasan maka akan terjadi perubahan pada perilakunya. Kecemasan mempengaruhi perilaku, seseorang menjadi ragu-ragu dalam bertindak dan melarikan diri. Komponen perilaku dari kecemasan merupakan tanda-tanda umum yang bisa dikenali oleh orang lain. Dibagi dalam 3 kategori respon, yaitu :

a) Gangguan terhadap Kelancaran Perilaku

Ketika seseorang mengalami kecemasan maka akan terjadi perubahan perilaku, dari gerak-gerik yang biasanya lancar menjadi kaku, aneh dan canggung. Seseorang menjadi gemetar, menggigit bibir, menjentik-jentik kuku, meremas-remas jari, gelisah dengan penampilannya seperti : rambut dan pakainnya, terjadi perubahan nada suara, ragu-ragu, rendah diri dan hilang kepercayaan diri.

b) Menghadapi Kecemasan (Fight Reaction Pattern)

Ketika mengalami kecemasan maka seseorang akan menghadapinya yaitu dengan melakukan serangan balik terhadap rasa cemasnya. Seseorang akan menghadapi kecemasan itu dengan mencari berbagai solusi yang sekiranya mampu meringankan bahkan mengatasi kecemasan tersebut sepenuhnya.

c) Menghindari kecemasan (FlightReaction Pattern)

Ketika mengalami kecemasan, seseorang dapat juga memilih untuk menghindari bahkan melarikan diri dari rasa cemas (dari kenyataan) tersebut dengan mencari peralihan yang berbeda sekali dari situasi yang dihadapi. Situasi tersebut berlangsung beberapa saat saja dan kecemasan belum tentu teratasi.

Berdasarkan kesimpulan di atas maka konsep

komponen reaksi kecemasan yang akan digunakan dalam penelitian ini yakni bahwa reaksi kecemasan termanifestasi menjadi 4 komponen, yaitu komponen fisiologis, komponen kognitif, komponen emosional dan komponen perilaku. Setiap komponen tersebut memiliki indikator-indikator yang menggambarkan reaksi-reaksi yang akan muncul ketika seseorang mengalami kecemasan. Setiap orang akan merespon kecemasan yang dialaminya secara berbeda-beda.

c. Jenis-jenis Kecemasan

Carducci (1998:98) mengemukakan beberapa tipe dari kecemasan. Terdapat tipe-tipe kecemasan yang didasarkan pada batasan tertentu, yaitu dalam batasan normal dan batasan abnormal. Apabila dalam batasan abnormal, hal tersebut sudah merupakan

gangguan kecemasan (anxiety disorder) dan merupakan tipe

kecemasan yang sangat berbahaya bagi seseorang. Namun apabila dalam batasan normal terdapat tipe kecemasan yang sudah dikenal bahkan kemungkinan setiap orang pernah mengalaminya dalam batasan normal ynag berbeda-beda frekuensi dan intensitasnya, tipe kecemasan tersebut adalah :

1) Kecemasan sebagai suatu keadaan / State Anxiety

Keadaan cemas merupakan perubahan emosional sesaat atau sementara yang dialami seseorang ketika berhadapan dengan situasi yang mengancam. Keadaan cemas ini terjadi sesuai dengan situasi, intensitas dan dapat berubah-ubah setiap waktu dan dipicu oleh stimulus yang jelas, seperti ketika seseorang merasa gelisah atau khawatir. Batasan kecemasan ini bervariasi dari satu situasi ke situasi yang lain karena ini merupakan keadaan tegang yang sementara saja.

2) Kecemasan sebagai suatu sifat / Trait Anxiety

Sifat cemas merupakan karakter seseorang, ketika seseorang lebih cemas dibandingkan orang lain. Hal ini

dikarenakan adanya perbedaan individual dalam kecenderungan seseorang untuk merasakan bermacam-macam situasi yang mengancam dan meresponnya dengan reaksi cemas. Seseorang akan cenderung merespon situasi dengan reaksi cemas yang lebih kuat. Seseorang merasa bahwa setiap situasi merupakan serangan kecemasan dan merespon dengan kadar atau tingkat cemas yang lebih besar lagi, jadi seseorang akan “selalu merasa cemas”.

3) Gangguan kecemasan / Anxiety Disorder

Gangguan kecemasan merupakan kecemasan dalam batasan abnormal karena seseorang mengalami serangan panik dalam frekuensi dan intensitas yang lebih kuat dan ekstrim. Gangguan ini menyebabkan seseorang harus menjalani terapi-terapi tertentu untuk mengatasi gangguannya ini.

Berdasarkan uraian di atas maka konsep jenis-jenis kecemasan yang akan digunakan dalam penelitian ini yakni bahwa jenis kecemasan masih dalam batasan normal. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki kemungkinan pernah mengalami kecemasan walau dalam frekuensi dan intensitas yang berbeda-beda.

d. Sebab-sebab Kecemasan

Gunarsa (1996) menyimpulkan sebab-sebab kecemasan sebagai berikut :

1) Tuntutan sosial berlebihan yang belum atau tidak dapat dipenuhi oleh seseorang. Tuntutan ini merupakan perasaan subjektif yang mungkin belum tentu dirasakan orang lain.

2) Adanya standar keberhasilan yang terlalu tinggi bagi kemampuan

yang dimiliki seseorang, sehingga menimbulkan rasa rendah diri.

3) Individu kurang siap dalam menghadapi suatu situasi atau keadaan

yang tidak diharapkan atau diperkirakan sebelumnya.

4) Adanya pola berpikir dan persepsi negatif terhadap situasi atau diri

sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, konsep penyebab kecemasan yang akan digunakan dalam penelitian yakni penyebab kecemasan dapat dibagi menjadi 2 yaitu : kecemasan yang disebabkan adanya faktor dari luar diri seseorang berupa tuntutan dan standar dari orang lain, dan kecemasan yang disebabkan oleh faktor dari dalam diri seseorang seperti seseorang yang kurang siap menghadapi situasi tidak terduga, pola berpikir dan persepsi negatif dalam pikiran seseorang.

Berdasarkan berbagai uraian sub judul di atas, dapat disimpulkan konsep kecemasan yang digunakan pada penelitian ini, adalah kecemasan merupakan pengalaman emosi yang menyakitkan. Reaksi seseorang ketika merasakan adanya sesuatu yang tidak menyenangkan akan mengancam dan menimpa dirinya. Setiap orang akan merespon kecemasan dengan cara yang berbeda-beda yaitu menghadapi atau bahkan menghindari. Kecemasan disebabkan

beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu : faktor eksternal berupa tuntutan sosial yang berlebihan, standar yang terlalu tinggi, evaluasi interpersonal dari lingkungan sosial terhadap diri seseorang yang disampaikan secata nyata, dan faktor internal berupa ketidaksiapan untuk menghadapi sesuatu yang tidak terduga dan adanya pola pikir serta persepsi negatif terhadap situasi atau diri sendiri. Kecemasan dapat dialami sebagai perasaan sesaat atau sementara, juga dapat dialami sebagai suatu sifat karena seseorang selalu merasa cemas. Kecemasan memiliki beberapa komponen yaitu : komponen fisiologis, kognitif, emosional, dan perilaku dengan indikatornya masing-masing.

Dokumen terkait