• Tidak ada hasil yang ditemukan

ec am b ah MST

Kecepatan Muncul Kecambah

0 Gy

12

Gray tidak tumbuh hingga akhir pengamatan. Dari pengamatan kecambah yang tidak berkembang, terdapat dua kemungkinan dari peristiwa ini, yakni kecambah mengalami dormansi yang lama, atau kecambah mati akibat perlakuan irradiasi. Hal ini mengindikasikan bahwa kemungkinan lethal dosis dari tanaman iles-iles terletak pada dosis 10-20 Gray.

Kondisi pertanaman tidak terlalu terganggu oleh hama maupun penyakit. Hama hanya ditemukan menyerang pada beberapa individu tanaman yang jumlahnya tidak mencapai 1% dari total tanaman. Hama yang menyerang yaitu ulat daun (Palpita unionalis) dan belalang. Penyakit berupa cendawan Sclerotium rolfsii Sacc.yang menyerang dan menyebabkan busuk pada umbi. Jumlah tanaman yang diserang penyakit ≤ 1 % dari total tanaman.

Gulma di lahan didominasi oleh gulma berdaun lebar, diantaranya yaitu babadotan (Ageratum conyzoides), bayam-bayaman (Amaranthus sp.) dan rumput Axonopus compressus.

Pengamatan Peubah Utama

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Uji T Pengamatan Peubah Utama

Peubah Dosis Radiasi

Persentase Hidup 12 MST ns Persentase Hidup 16 MST ns Tinggi Tanaman ** Panjang Petiol ** Lebar Rachis ** Diameter Petiol ** Jumlah Daun **

Jumlah Anak Daun **

Bobot Basah Umbi ns

Diameter Umbi ns

Keterangan : ** = berbeda nyata pada taraf 5% ; ns = tidak berbeda nyata

Dari hasil uji T diketahui bahwa perlakuan dosis irradiasi sinar gamma yang diberikan mampu menimbulkan pengaruh yang berbeda pada peubah-peubah vegetatif yang diamati. Akan tetapi irradiasi sinar gamma tidak memberikan

13

dampak nyata pada persentase hidup tanaman, bobot basah dan diameter umbi terhadap tanaman kontrol.

Persentase Tanaman Hidup

Pengamatan persentase tanaman hidup dilakukan pada akhir pengamatan, yakni pada 16 MST. Analisis statistik dari data pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan dosis irradiasi sinar gamma tidak menimbulkan pengaruh nyata terhadap persentase tanaman hidup (Tabel 1). Akan tetapi perlakuan irradiasi sinar gamma dengan dosis 10 Gray menyebabkan penurunan rataan persentase tanaman yang hidup (Tabel 2). Seluruh perlakuan irradiasi dengan dosis lain di atas 10 Gray yakni 20, 30, hingga 100 Gray menyebabkan persentase tanaman hidup mencapai 0 % sepanjang periode pengamatan, dengan demikian tidak ada data lanjutan yang dapat diamati dari sembilan perlakuan tersebut. Hal ini diduga disebabkan irradiasi dengan dosis ≥ 20 Gray terlalu tinggi untuk tanaman iles-iles sehingga menyebabkan banyak kerusakan.

Tabel 2. Persentase Tanaman Hidup pada 12 MST dan 16 MST pada Berbagai Taraf Irradiasi Sinar Gamma

Umur (MST) % Tanaman Hidup 0 10 12 83.67a 39.00a 16 83.67a 54.33a

Ket : angka pada baris sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf 5%.

Dosis irradiasi yang tinggi menyebabkan kerusakan sel yang semakin tinggi karena energi yang dikeluarkan sinar gamma cukup besar dan daya tembusnya dalam. Banyaknya kerusakan pada sel menyebabkan semakin rendahnya peluang untuk hidup (Hapsari, 2004). Penelitian Wulandari (2003) pada tanaman krisan menunjukkan bahwa peningkatan dosis irradiasi sinar gamma dari 10, 15, 20 hingga 25 Gray semakin menurunkan persentase hidup tanaman.

14

Persentase tanaman hidup pada kontrol telah mencapai 83.67 % pada 12 MST. Jumlah tersebut tidak bertambah sejak tanaman berumur 3 MST. Persentase tanaman hidup pada dosis radiasi 10 Gray mencapai 39 % pada 12 MST. Jumlah ini terus meningkat hingga akhir pengamatan, yaitu menjadi 54.2 % pada 16 MST. Perlakuan dosis irradiasi di atas 10 Gray sepanjang periode pengamatan tidak menunjukan adanya tanaman yang hidup. Terdapat beberapa kecambah yang ditemukan tidak mati (dorman) pada akhir pengamatan dan hanya mengalami dorman yang panjang pada dosis 20 Gray (Gambar 1). Hal ini terlihat dari kondisi benih dan plumula yang masih segar.

Mata Tunas

Calon Umbi

Biji

Gambar 2. Kecambah dorman dengan dosis irradiasi 20 Gray pada 16 MST Bahan tanam yang digunakan untuk diirradiasi juga dapat menentukan keberhasilan mendapatkan mutan. Bagian tanaman yang aktif membelah lebih sensitif daripada bagian tanaman yang sudah tua. Hal ini menunjukkan bahwa tunas iles-iles dari biji relatif sensitif dengan radiasi sinar gamma dibandingkan dengan tanaman lain seperti krisan (Wulandari, 2003). Soedjono (2003) menyebutkan bahwa dosis radiasi yang diberikan untuk mendapatkan mutan tergantung pada jenis tanaman, fase tumbuh, ukuran, kekerasan dan bahan yang akan dimutasi.

Tinggi Tanaman

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan sejak 2 MST hingga 16 MST. Analisis secara statistik menunjukkan bahwa dosis irradiasi sinar gamma

15

berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada tiap minggu pengamatan (Tabel 3). Perlakuan irradiasi menyebabkan laju pertumbuhan tinggi tanaman lebih lambat dibanding tanaman kontrol.

Pada tanaman yang diiradiasi, terdapat > 50 % tanaman yang mengalami kekerdilan. Pada 12 MST, tanaman kontrol lebih tinggi daripada tanaman yang diirradiasi. Hal ini terus berlangsung hingga akhir pengamatan pada 16 MST. Laju pertumbuhan tanaman yang diirradiasi pada dosis 10 Gray menunjukkan persentase yang lebih besar dibading kontrol. Pada 12 MST hingga 16 MST yaitu sebesar 44%, sedangkan pada tanaman kontrol mencapai 36%. Namun demikian, ada keragaman peningkatan laju pertumbuhan antar individu tanaman. Selain terdapat perbedaan antar individu dalam laju pertumbuhan, juga terdapat keragaman dalam waktu mulai dorman.

Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman pada 12 MST dan 16 MST pada Berbagai Taraf Irradiasi Sinar Gamma

Umur (MST) Tinggi Tanaman 0 10 --- cm -- 12 22.21a 6.57b 16 34.48a 11.82b

Ket : angka pada baris sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf 5%.

Jumlah Daun

Perlakuan dosis irradiasi sinar gamma berpengaruh sangat nyata pada jumlah daun. Perlakuan dosis irradiasi sinar gamma 10 Gray secara nyata mengurangi jumlah daun tanaman iles-iles (Tabel 4). Rata-rata jumlah daun pada tanaman kontrol saat 12 MST adalah 2 helai/tanaman, meningkat menjadi 3 helai/tanaman saat 16 MST. Tanaman yang diiradiasi pada dosis 10 Gray memiliki rataan jumlah daun 1 helai/tanaman saat 12 MST, dan meningkat hingga 2 helai/tanaman saat 16 MST.

16

Harsanti dan Mugiono (2001) menyatakan bahwa jumlah daun pada stek melati menurun sesuai dengan meningkatnya dosis radiasi sinar gamma yang diberikan. Hal serupa juga terjadi pada tanaman krisan (Wulandari, 2003), yang menunjukkan bahwa jumlah daun semakin tertekan sejalan dengan peningkatan dosis irradiasi sinar gamma. Pada tingkat dosis yang tertinggi yakni 25 Gray, jumlah daun tanaman krisan nyata berkurang hingga memiliki sekitar 3 helai daun. Namun demikian, peningkatan dosis irradiasi sinar gamma juga dapat meningkatkan jumlah daun seperti yang dilaporkan pada penelitian Hapsari (2004) pada melati J. multiflorum var. Baturaden. Jumlah daun tanaman melati meningkat dengan penambahan dosis irradiasi dari 50 Gray ke 55 Gray.

Tabel 4. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Iles-iles pada Umur 12 MST dan 16 MST akibat Irradiasi Sinar Gamma

Umur (MST) Dosis (Gray) 0 10 12 2.40a 1.10b 16 2.60a 2.20b

Ket : angka pada baris sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf 5%.

Anak Daun

Perlakuan dosis irradiasi 10 Gray menyebabkan penurunan rata-rata jumlah anak daun pada tanaman iles-iles (Tabel 5). Pengamatan pada anak daun dilakukan sejak 2 MST pada daun yang telah mekar sempurna. Hasil penelitian Sumarwoto (2004) menemukan bahwa dalam keadaan normal, jumlah anak daun saat flushing berturut-turut 3, 4-5, 5-6, akhirnya 6 helaian anak daun bercabang-cabang dengan 3 anak tangkai daun. Uji analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan dosis irradiasi sinar gamma menyebabkan pengaruh sangat nyata pada peubah anak daun.

17

Tabel 5. Rata-rata Jumlah Anak Daun Tanaman Iles-iles pada Umur 12 MST dan 16 MST akibat Irradiasi Sinar Gamma

Umur (MST) Dosis (Gray) 0 10 12 12.1a 5.6b 16 13.7a 11.2b

Ket : angka pada baris sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf 5%.

Irradiasi juga menyebabkan perubahan morfologi pada anak daun, salah satunya dari segi jumlah anak daun per daun. Hal inilah yang turut mempengaruhi laju pertumbuhan anak daun.

Lebar Rachis

Lebar rachis diukur dari titik percabangan hingga anak daun terpanjang pada tiap tanaman contoh. Pengamatan lebar rachis dilakukan sejak 6 MST hingga 16 MST. Analisis secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan dosis irradiasi sinar gamma berpengaruh sangat nyata terhadap rataan lebar rachis. Pemberian irradiasi pada dosis 10 Gray secara nyata menyebabkan penurunan rataan lebar rachis tanaman (Tabel 6).

Tabel 6. Rata-rata Lebar Rachis Tanaman Iles-iles (cm) pada Umur 12 MST dan 16 MST akibat Irradiasi Sinar Gamma

Umur (MST) Dosis (Gray) 0 10 -- cm -- 12 9.47a 3.72b 16 11.46a 6.06b

Ket : angka pada baris sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf 5%.

Pada tanaman iles-iles yang diirradiasi pada dosis 10 Gray terdapat tanaman yang mengalami abnormalitas. Salah satu bentuk dari abnormalitas tersebut adalah malformasi bentuk daun. Tanaman yang mengalami malformasi

18

ini diikuti dengan pengkerdilan tanaman. Hal ini menyebabkan lebar rachis dari tanaman tersebut lebih kecil dari kontrol.

Panjang Petiol

Petiol daun tanaman iles-iles bentuk disebut juga batang semu. Pengukuran panjang petiol dilakukan dari batas permukaan tanah hingga percabangan anak daun tempat keluarnya bulbil utama. Pengamatan dilakukan sejak 6 MST hingga 16 MST.

Analisis secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan irradiasi sinar gamma berpengaruh sangat nyata menurunkan panjang petiol dibanding kontrol. Peubah panjang peetiol merupakan peubah yang memiliki koefisien keragaman paling tinggi dibanding peubah-peubah lainnya. Pada tanaman dengan dosis 10 Gray, panjang petiol dari tanaman dalam satu ulangan sangat beragam. Adanya fenomena kekerdilan menyebabkan tingginya variasi panjang petiol (Tabel 7). Tabel 7. Rata-rata Panjang Petiol Tanaman Iles-iles (cm) pada Umur 12 MST dan

16 MST akibat Irradiasi Sinar Gamma

Umur (MST) Dosis (Gray) 0 10 --- cm --- 12 12.74a 2.85b 16 23.03a 5.76b

Ket: angka pada baris sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf 5%.

Pertumbuhan petiol tanaman yang diirradiasi, menunjukkan trend yang lebih baik dibanding tanaman kontrol pada umur tanam yang sama. Pertumbuhan panjang petiol saat tanaman berumur 12 MST hingga 16 MST pada tanaman yang diirradiasi adalah sebesar 50.52 %, sedangkan tanaman kontrol adalah sebesar 44.68 %. Hal ini diduga akibat irradiasi dari sinar gamma yang membuat jaringan tanaman lebih aktif membelah.

19

Diameter Petiol

Pengamatan pada diameter petiol dilakukan saat tanaman memasuki umur 6 MST hingga 16 MST. Pengamatan dilakukan pada bagian petiol tepat di atas permukaan tanah. Analisis secara statistik pada peubah ini menunjukkan bahwa pemberian irradiasi sinar gamma juga menyebabkan perbedaan sangat nyata. Analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian sinar gamma dengan dosis 10 Gray menyebabkan penurunan rataan diameter petiol daun (Tabel 8).

Tabel 8. Rataan Diameter Petiol Daun Tanaman Iles-iles (cm) pada Umur 12 MST dan 16 MST akibat Irradiasi Sinar Gamma

Umur (MST) Dosis (Gray) 0 10 --- cm --- 12 0.47a 0.23b 16 0.86a 0.33b

Ket : angka pada baris sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf 5%.

Bobot Basah Umbi

Pengukuran bobot basah umbi dilakukan setelah tanaman dipanen. Panen dilakukan ketika tanaman telah memenuhi kriteria panen. Iles-iles telah memenuhi kriteria panen bila daun tanaman mulai berwarna kuning kehijauan. Keadaan demikian menunjukkan bahwa selain pertumbuhan vegetatif sudah maksimal, tanaman sudah memasuki fase penuaan (senescence), sehingga penundaan waktu panen tidak mempengaruhi bobot umbi.

Sumarwoto (2004) dalam penelitiannya memberikan lima kriteria panen, yakni daun kuning kehijauan, daun kuning penuh, daun kering, tangkai daun mulai kering, dan seminggu setelah tangkai daun kering. Ditinjau dari segi glukomanan dan produksi umbi basah, lima kriteria panen yang dicobakan tidak berbeda, namun ditinjau dari kemudahan pemanenan sebaiknya dilakukan setelah batang semu atau tangkai daun terkulai dan helaian daun berwarna kuning.

Atas dasar beberapa kriteria tersebut, maka panen tidak dilakukan seragam pada seluruh tanaman. Panen dilakukan per tanaman ketika tanaman telah

20

memenuhi kriteria panen. Hal ini dilakukan selain untuk memperoleh bobot umbi maksimal dari tiap individu tanaman, juga untuk melihat umur tanaman hingga tanaman memasuki fase dorman. Untuk menghindari panen dilakukan sebelum tanaman memasuki fase dorman, maka kriteria yang digunakan adalah seminggu setelah tangkai daun kering.

Tabel 9. Rataan Bobot Basah Umbi Tanaman Iles-iles (g) akibat Irradiasi Sinar Gamma

Peubah Dosis (Gray)

0 10

--- g ---

Bobot Basah Umbi 14.16a 20.39a

Ket : angka pada baris sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf 5%.

Analisis statistik pada bobot basah umbi menunjukkan bahwa pemberian irradiasi sinar gamma tidak menyebabkan perbedaan nyata. Pada peubah bobot basah umbi, walaupun tidak nyata secara statistik tetapi irradiasi sinar gamma pada dosis 10 Gray menyebabkan peningkatan rataan bobot basah umbi (Tabel 9). Hal ini diduga disebabkan rataan umur tanaman yang diirradiasi hingga memenuhi kriteria panen dan mencapai dorman, lebih lama dibanding kontrol (Tabel 10).

Panjangnya umur tanaman menyebabkan semakin lamanya fase vegetatif dan generatif tanaman tersebut. Selama fase generatif berlangsung maka proses pengisian umbi dari hasil fotosintesis terus terjadi sehingga pada kondisi yang sama tanaman berumur lebih panjang akan memiliki bobot umbi yang lebih besar pula (Gambar 3).

Tabel 10. Rataan Umur Tanaman saat Memasuki Fase Dorman Dosis Radiasi

(Gray)

Rataan Umur Tanaman (MST) Rataan Total (MST) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

0 18 18 18 18

21

Lebih besarnya bobot umbi diduga merupakan efek tidak langsung dari irradiasi. Iradiasi sinar gamma lebih mempengaruhi umur tanaman yang lebih panjang tetapi tidak kepada pembesaran umbi. Pada beberapa individu tanaman yang diirradiasi, dengan umur tanaman yang lebih panjang, umbi yang dihasilkan jauh lebih kecil dari umbi tanaman kontrol. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa irradiasi sinar gamma secara langsung justru menghambat perkembangan umbi tanaman iles-iles.

(a)

(b)

(c)

Gambar 3. Umbi Iles-iles pada berbagai waktu panen; Kontrol 18 MST (a), 10 Gray 21 MST (b), dan 30 MST (c)

Diameter Umbi

Pengamatan terhadap peubah diameter umbi dilakukan untuk mengetahui ukuran umbi. Pengamatan dilakukan pada sisi terbesar dari umbi, melintang pada bagian atas umbi yang berbatasan dengan batang. Analisis secara statistik menunjukkan irradiasi sinar gamma tidak berbeda nyata pada peubah diameter umbi. Walaupun Irradiasi sinar gamma tidak secara nyata memberikan pengaruh, akan tetapi diameter umbi tanaman iles-iles pada dosis 10 Gray lebih kecil dibanding kontrol (Tabel 11). Artinya dengan rataan ukuran yang lebih kecil,

22

tanaman yang diirradiasi mampu menghasilkan rataan bobot basah yang lebih besar.

Lebih kecilnya diameter umbi menunjukkan bahwa irradiasi selain menyebabkan lambatnya pertumbuhan tanaman secara tidak langsung melalui dormansi kecambah, juga mempengaruhi langsung ke pertumbuhan tanaman. Hal ini dikarenakan umbi tanaman yang diirradiasi dipanen dengan waktu yang lebih lama dari tanaman kontrol. Hal ini menyebabkan masa vegetatif dan pembesaran umbi lebih lama dibanding kontrol. Akan tetapi hal ini hanya berpengaruh pada penambahan bobot umbi, sedangkan ukuran umbi tetap lebih kecil dibanding kontrol. Sehingga diduga bahwa irradiasi secara langsung menyebabkan lambatnya pertumbuhan tanaman iles-iles.

Hapsari (2004) dalam penelitiannya juga menemukan pengaruh irradiasi sinar gamma yang menyebabkan penurunan pertumbuhan organ generatif. Organ generatif yang diamati dalam penelitian tersebut adalah bunga dari tanaman melati. Diameter bunga cenderung mengalami penurunan dengan bertambahnya dosis irradiasi yang diberikan.

Tabel 11. Rataan Diameter Umbi Tanaman Iles-iles (cm) akibat Irradiasi Sinar Gamma

Peubah Dosis (Gray)

0 10

---- cm ----

Diameter Umbi 3.12a 2.64a

Ket : angka pada baris sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf 5%.

Keragaman Morfologi Tanaman

Perubahan pada morfologi tanaman merupakan hal yang umum terjadi dan paling mudah terlihat dari pemberian irradiasi terhadap tanaman. Pengamatan terhadap morfologi tanaman dilakukan sejak 1 MST hingga panen. Keragaman akibat irradiasi sinar gamma yang paling banyak ditemukan pada anak daun, baik dari segi warna maupun bentuk. Keragaman yang muncul akibat irradiasi ini ditandai dengan terjadinya abnormalitas ataupun malformasi dari organ tanaman.

23

Hartati (2000) menyebutkan bahwa perlakuan irradiasi akan menyebabkan kerusakan sel atau terhambatnya metabolisme sel karena adanya gangguan sintesa RNA sehingga sintesis enzim yang diperlukan untuk pertumbuhan terhambat. Dengan adanya gangguan tersebut menyebabkan enzim yang dihasilkan kehilangan fungsinya. Perlakuan irradiasai dapat menyebabkan enzim yang merangsang pertunasan menjadi tidak aktif. Soeranto dalam Herison (2008) menyebutkan bahwa terjadinya abnormalitas pada populasi yang diirradiasi menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan pada tingkat genom, kromosom, dan DNA atau gen yang sangat besar sehingga proses fisiologis yang dikendalikan secara genetik di dalam tanaman menjadi tidak normal dan menimbulkan variasi-variasi genetik baru. Abnormalitas hingga kematian tanamn yang diirradiasi disebabkan oleh terbentuknya radikal bebas seperti Ho, yaitu ion yang sangat labil dalam proses reaksi akibat irradiasi, sehingga banyak menghasilkan benturan ke berbagai arah, yang akibatnya akan membuat perubahan atau mutasi baik di tingkat DNA, sel, maupun jaringan dan organ, bahkan hingga menyebabkan kematian pada tanaman.

Abnormalitas mulai terlihat sejak anak daun tanaman yang diirradiasi mulai berkembang, yakni pada 6 MST. Abnormalitas terjadi pada bentuk daun pada tanaman dengan dosis 10 Gray. Tanaman kontrol memiliki lima anak daun per daun dengan ukuran seragam yang letaknya membentuk lingkaran pada ujung petiol (Gambar 4a).

Sedangkan bentuk anak daun pada tanaman yang diirradiasi adalah empat helai anak daun pada satu daun (Gambar 4b), yang letaknya hanya membentuk setengah lingkaran dengan ukuran yang semakin membesar dari anak daun paling ujung hingga ke tengah (Gambar 4c). Akan tetapi malformasi yang terjadi pada daun tersebut hanya terjadi pada daun pertama tanaman. Malformasi tidak ditemukan terjadi pada daun kedua dan selanjutnya pada tanaman yang daun pertamanya mengalami malformasi. Seluruh tanaman yang mengalami malformasi bentuk daun ini juga mengalami kekerdilan. Tanaman yang mengalami hal ini pada dosis 10 Gray dari tiga ulangan adalah sebanyak 16 tanaman.

24

(a) (b) (c)

Gambar 4. Daun Tanaman Iles-iles; Daun pada Tanaman Kontrol (a) dan Malformasi Jumlah (b) dan Letak (c) Anak Daun pada Daun Dosis 10 Gray (b)

Kekerdilan tidak hanya terjadi pada tanaman yang mengalami malformasi bentuk daun. Kekerdilan mencapai 80.36 % dari total tiga ulangan pada tanaman yang hidup pada dosis 10 Gray (Gambar 5). Kekerdilan terjadi akibat irradiasi yang menyebabkan dormansi kecambah sehingga terjadi penundaan pertumbuhan tanaman. Irradiasi secara langsung juga menyebabkan terhentinya pertumbuhan tanaman pada waktu tertentu sehingga terjadi kekerdilan. Kekerdilan umumnya terjadi pada tanaman yang hanya memiliki satu daun. Pada beberapa tanaman yang kerdil pada daun pertama, kekerdilan tidak terjadi pada daun kedua dan seterusnya. Namun hal ini tidak berlaku umum, terdapat tanaman yang memiliki lebih dari satu daun yang kerdil.

.

Kerdil

Normal

Gambar 5. Keragaman Tinggi Tanaman pada Dosis 10 Gy

4 cm

25

Malformasi juga ditemukan terjadi pada bentuk anak daun. Bentuk anak daun pada tanaman kontrol adalah elips dengan cembung pada bagian tengahnya dan ratio panjang : lebar adalah ± 2:1. Ditemukan satu tanaman pada tanaman yang diirradiasi pada dosis 10 Gray dengan bentuk anak daun elips memanjang yang bagian tengahnya mendekati lurus dan ratio panjang : lebar adalah ± 4:1 dengan ketebalan daun yang lebih tebal serta banyak terdapat pengkerutan pada permukaannya (Gambar 6). Selain itu juga terdapat 13 tanaman yang mengalami penyatuan anak daun. Grosch dan Hopwood (1979) mengemukakan bahwa tanaman yang diirradiasi sebagian besar memunculkan keanehan pada daun yang meliputi pengkerdilan, penebalan, perubahan bentuk dan struktur, pengkerutan, pelekukan abnormal, pengeritingan tepi daun, penyatuan daun dan terjadi mosaik daun.

(a) (b)

Gambar 6. Malformasi anak daun pada tanaman iles-iles dengan dosis 10 Gray; ratio panjang : lebar (a) dan penyatuan anak daun (b)

Abnormalitas pada warna daun merupakan hal yang paling sering ditemukan pada banyak penelitian tentang irradiasi. Munculnya daun variegata serta mosaik adalah bentuk abnormal dari warna daun tanaman yang diirradiasi. Wulandari (2003) melaporkan pada penelitian krisan, daun varietas Dewi Sartika yang diirradiasi dengan dosis 15 Gray menjadi variegata, yaitu daun berwarna hijau dan kuning pada setiap helainya. Warna kuning muncul pada salah satu atau

26

kedua tepinya, ataupun pada bagian tengahnya. Lebih lanjut Hapsari (2004) menyebutkan irradiasi sinar gamma dengan dosis 50 Gray pada tanaman melati J. Sambac kingianum menyebabkan terjadinya mosaik daun pada 4 tanaman. Akan tetapi mosaik ini berangsur-angsur berkurang hingga pada 16 MST. Tanaman muda yang daunnya berwarna kuning ditemukan Sudarmonowati (2009) pada tanaman sengon, ditemukan abnormal tunas/daun terjadi bila benih diirradiasi pada dosis 15 krad yang menunjukkan variegata, daun yang tumbuh kuning atau albino, namun abnormalitas tersebut tidak permanen karena pada umur 3 bulan gejala variegata sudah tidak tampak.

Abnormalitas warna daun juga ditemukan pada penelitian ini (Gambar 7). Abnormalitas yang terjadi adalah terbentuknya daun variegata. Daun variegata terdapat pada tanaman dengan perlakuan dosis 10 Gray sebanyak 6 tanaman. Menurut Grosch dan Hopwood (1979), aberasi kromosom dan mutasi gen pada jaringan somatik dapat menyebabkan mutasi sektoral atau pola-pola variegata, tetapi perubahan-perubahan semacam itu tidak diwariskan kepada keturunannya melalui reproduksi seksual. Variegata yang terjadi pada penelitian ini seluruhnya hanya terdapat pada daun pertama pada tanaman yang mengalaminya. Variegata tidak ditemukan terjadi pada daun-daun berikutnya dari tanaman tersebut.

Gambar 7. Daun variegata pada tanaman iles-iles dengan dosis 10 Gray pada 16 MST

Berdasarkan data perubahan morfologi tanaman iles-iles pada dosis 10 Gray, maka dapat diketahui bahwa terdapat 92 % tanaman yang terpengaruh

27

irradiasi sinar gamma (Gambar 8). Tanaman yang terpengaruh namun tetap hidup adalah sebanyak 56.33% dari total tanaman terpengaruh. Irradiasi pada dosis 10 Gray menyebabkan sisa tanaman mati. Kematian tanaman diawali dengan tidak dapat berkembangnya kecambah yang telah diirradiasi.Tunas yang telah muncul

Dokumen terkait