• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Deskripsi Data

2. Kecerdasan Emosional Siswa

a. Mengenali Emosi Diri · Mampu mengenali perasaan diri sendiri

· Mampu menilai diri secara teliti

· Percaya diri

· Menerima keadaan diri sendiri 26, 30 27 28 29 2 1 1 1

b. Mengelola Emosi c. Memotivasi Diri d. Mengenali Emosi Orang lain · Mampu mengatur emosi sendiri · Mampu mengendalikan dan mengatasi stress · Mampu menolak perilaku negative · Mampu menilai kemampuan diri · Mampu menahan impuls agresi kemarahan

· Memiliki harapan dan optimisme

· Dorongan untuk berprestasi

· Mampu untuk berpikir positif

· Mampu untuk

memecahkan masalah

· Mampu mengenali emosi orang lain

· Punya kepedulian terhadap orang lain

· Berbagi

· Mau menerima sudut pandang orang lain

31 32 33 34 35 36 37, 39 38 40 41 42 43 44, 45 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2

e. Membina Hubungan · Mampu menjalin hubungan dengan orang lain · Mampu menyesuaikan diri pada lingkungan baru · Mampu berkomunikasi dengan orang lain 46, 50 47, 49 48 2 2 1

E. Teknik Analisis Data

Dalam teknik ini penulis menggunakan beberapa teknik dalam mengumpulkan data hasil penelitian, yaitu:

1. Editing, yaitu memeriksa kembali jawaban daftar pertanyaan yang diserahkan oleh responden. Kemudian angket tersebut diperiksa satu persatu, tujuannya untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada pada daftar pertanyaan yang telah diselesaikan. Jika ada jawaban yang diragukan atau tidak dijawab, maka penulis menghubungi responden yang bersangkutan untuk menyempurnakan jawabannya.

2. Skoring, yaitu merupakan tahap pemberian skor terhadap butir-butir pernyataan yang terdapat dalam angket. Dalam pengambilan angket menggunakan skala likert, yaitu: Selalu, Sering, Kadang-kadang, dan Tidak Pernah, yang harus dipilih oleh responden. Maka penulis melakukan perhitungan skor rata-ratanya dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 3.2

Kriteria Penilaian Angket Pernyataan Alternatif Jawaban Positif Negatif Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah 4 3 2 1 1 2 3 4

3. Tabulating, yaitu proses memindahkan jawaban ke dalam tabel, sehingga diketahui perhitungan prosentasenya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data secara kuantitatif yang dinamakan deskripsi analisis, yaitu menggambarkan apa adanya. Langkah pertama adalah membuat tabel frekuensi dan kemudian delengkapi dengan persentase. Dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

F

P = x100%

N Keterangan:

P = Angka persentasi untuk setiap jawaban F = Frekuensi untuk setiap jawaban N = Jumlah Responden

100% = Bilangan tetap (konstanta)

Dalam menetapkan ada tidaknya peranan guru pendidikan agama Islam terhadap pembinaan Kecerdasan Emosional siswa, peneliti menentukan kriteria data-data kualitatif berdasarkan nilai-nilai angket yaitu:

Table 3.3 Skala Persentase No Persentase Penafsiran 1 100 % Seluruhnya 2 90%-99% Hampir Seluruh 3 60%-89% Sebagian Besar

4 51%-59% Lebih dari Setengah

5 50% Setengah

6 40%-49% Hampir Setengah

7 10%-39% Sebagian Kecil

8 1%-9% Sedikit Sekali

F. Interpretasi Data

Setelah melakukan perhitungan persentase, maka selanjutnya peneliti melakukan interpretasi data, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi atau gambaran masing-masing aspek yang diteliti berdasarkan tanggapan responden.

Untuk menentukan persentase, di gunakan perhitungan sederhana dengan langkah-langkah:

a. Menentukan nilai harapan (NH), nilai ini dapat diketahui dengan mengalikan jumlah item pertanyaan dengan skor tertinggi

b. Menghitung nilai skor (NS), nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian

c. Menentukan rumus kategorinya, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

NS

P = x 100% NH

Keterangan:

P = Persentase (nilai rata-rata) NS = Nilai Skor

NH = Nilai Harapan

Selanjutnya hasil skor tersebut akan dikatagorikan sesuai dengan banyaknya skor sebagai berikut:

1. 80-100 = Termasuk kategori sangat baik 2. 60-79 = Termasuk kategori baik 3. 40-59 = Termasuk kategori cukup baik 4. < 39 = Termasuk kategori kurang baik

67

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMA Martia Bhakti Bekasi

1. Sejarah Singkat SMA Martia Bhakti

Lembaga Martia merupakan Lembaga Pendidikan yang didirikan oleh pendirinya sejak tahun 1981. Pendiri "Yayasan Martia" adalah H. Herry Soetomo dan Neneng Martia ( Almarhumah ). Dalam perkembangannya kata "Martia" selain diambil dari nama Ibu Neneng Martia, juga diartikan sebagai Mari Tingkatkan Iman dan Amal Sholeh.

Sebagai Lembaga Pendidikan yang berdiri sejak tahun 1981, kemudian dalam mensukseskan program pemerintah di bidang pendidikan, membuka jenjang pendidikan Sekolah Menengah Lanjutan Tingkat Pertana ( SLTP/SMP ) Martia Bhakti dan dua tahun berikutnya yaitu tahun 1983 telah berhasil membuka Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ( SLTA/SMA ) Martia Bhakti, kemudian tahun 1991 membuka cabang SLTA di Sragen Solo, Jawa Tengah.

SMA Martia Bhakti Bekasi didirikan berdasarkan surat keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Barat nomor 163/102/.kep/E 83. Dengan lokasi yang mudah dijangkau baik dari arah Jakarta maupun dari wilayah Bekasi yang beralamat di Jalan Jend. Sudirman km.32 Bekasi. Dalam upaya mencerdaskan masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Kota Bekasi pada khususnya SMA Martia Bhakti menerapkan pendidikan yang berbasis pada dakwah.

Dalam mewujudkan sekolah berbasis dakwah dilaksanakan kegiatan-kegiatan antara lain sholat berjamaah di masjid dan awal waktu, murojaah hafalan Juz ke 30 dilaksanakan sebelum pelajaran dimulai, Tahfid?@l Q@A’an (Juz 30), Mabit (Malam Bina Iman dan Taqwa), keputrian (FaB@C-NiDa).

Untuk menunjang tersebut, maka pada tahun 1996 SMA Martia Bhakti Bekasi membangun masjid dengan luas tanah 289 m2dan kapasitas masjid 1500 jama’ah, Masjid tersebut bernama Masjid Nurul Amal Martia Bhakti.

Pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran di lingkungan lembaga pendidikan Martia Bhakti secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu pendidikan umum dan pendidikan keagamaan. Pendidikan keagamaan yang berlandaskan pada Al Qur'an dan Sunnah, dengan senantiasa menegakkan 4 macam pilar, yaitu 1. Melaksanakan sholat lima waktu, diawal waktu, berjamaah di Masjid

2. Membaca Al Qur'an beserta pemahaman, dan pengamalan kandungannya 3. Beramal Sholah demi kemaslahatan umat, dan mengharap ridho Allah Swt 4. Menghidupkan sholat malam (QiEam@F Lail)

Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di SMA Martia Bhakti mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) serta mulai tahun 2008/2009 SMA Martia Bhakti Bekasi berstatus sebagai Rintisan SKM dengan menerapkan pembelajaran sistem SKS. Dengan pembelajaran sistem SKS sekolah memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk menyelesaikan pendidikan lebih awal dari sekolah regular dengan demikian kemandirian siswa lebih diutamakan.

2. Visi dan Misi

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Adapun arah dan Tujuan pendidikan di SMA Martia Bhakti Bekasi yaitu menciptakan warga sekolah yang beriman dan bertaqwa serta mampu bersaing dalam menghadapi era persaingan

global baik persaingan diperguruan tinggi maupun persaingan di dunia kerja. Dan untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, sekolah SMA Martia Bhakti memiliki Visi dan Misi, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Visi

Menjadi lembaga yang berkualitas atas dasar Iman dan Taqwa b. Misi

1. Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang berkualitas berdasarkan kurikulum yang berlaku

2. Melaksanakan pembinaan akhlakul karimah

3. Menyiapkan peserta didik yang mampu bersaing di perguruan tinggi 4. Menegakkan kedisiplinan

5. Memperoleh pendidikan yang lebih baik 6. Melaksanakan administrasi secara tertib

3. Keadaan Guru dan Karyawan

Kualitas pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SMA Martia Bhakti, untuk mencapai kualitas pendidikan tersebut SMA Martia Bhakti dalam merekrut tenaga pendidik dan kependidikan sangatlah selektif. Setiap tenaga pendidik harus memenuhi kualifikasi pendidikan minimal S1 serta sebagai sekolah berbasis dakwah, setiap guru SMA Martia Bhakti harus dapat membaca Al-Qur’an. Dengan demikian harapan masyarakat yang menghendaki sekolah berwawasan Islami akan terpenuhi. Sekolah dapat mencapai standar pendidik dan tenaga kependidikan yang berkualitas. Untuk mengetahui keadaan guru SMA Martia Bhaktitahun ajaran 2012/2013 dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1

Keadaan Guru SMA Martia Bhakti Bekasi

No Nama Guru Jenis

Kelamin

Pendidikan

Tertinggi Bidang Studi 1 Sarwan, S.Pd L S1. STKIP Purnama

Jakarta

Kepala Sekolah/ Ekonomi

2 Dra. Yulianti P S1. UNSRI

Pelembang

3 Ali Muyitho, S.Pd L S1. Un Indraprasta PGRI Jakarta Akutansi 4 Suharyati, S.Pd P S1. FKIP Sarjanawijaya Yogyakarta Bhs.Indonesia

5 Sutarni C. Suchat P D3. IKIP Muhammadiyah Jakarta

Sejarah

6 Tugiman, S.Pd L S1. UI PGRI Jakarta Sejarah 7 Sudarmadi, SH L S1. UNS Surakarta PPKN 8 Suharno, S.Pd L S1. Unvet Bangun

Nusantara Sukoharjo

Matematika

9 Dra. Dwi Suyanti P S1. UNDIP Semarang Bhs.Indonesia 10 Dra. Suwarni P S1. UNRI Pekanbaru Sejarah 11 Agus Hermawan, S.Ag L S1. STIA Jakarta Pend.Agama 12 Rina Sugiantiningsih,

S.Pd

P S1. UNJ Jakarta Bhs.Indonesia

13 Muh Yusuf, S.Pd L S1. STKIP Kusuma Negara Jakarta

Matematika

14 Dewi Herawati, S.Pd P S1. UNPAS Bandung Matematika 15 Ahmad Dumyati, S.Pd L S1. UNISMA Bekasi Geografi 16 Somantri, S.Ag L S1. IAIN Gunung Jati

Bandung

Pend.Agama

17 Endang Supriatna, S.Pd

L S1. UIA Jakarta Bhs.Inggris

18 Mila Sudharyati, ST P S1. Gunadarma Jakarta

Komputer

19 Fauzan Haq, S.Pd L S1. UHAMKA Jakarta

Matematika

20 Emiati Sholihah, S.Pd P S1 IPB Bogor Kimia 21 Neneng Zubaidah,

S.Pd

P S1. STKIP Siliwangi Bandung

Bhs.Inggris

22 Herwansyah, S.E.I L S1. STIS Yogyakarta Ekonomi 23 Wahyu Wijayanti,

S.Psi

P S1. YAI Jakarta BK

24 Ramadhona Wibisana, SST

L S1. STMI Jakarta Komputer

25 Septiawati, S.Pd P S1 UNJ Jakarta Biologi 26 Dwi Handyani P S1. UNJ Jakarta Kimia 27 Rhandu Sugesti P S1 YAI Jakarta BK

28 Ibnu Abdullah, SHI. L S1 UNJ Jakarta Pend. Agama

29 Yanmiyati P S1 UNJ Jakarta Olahraga

30 Edi Lesmono, S.Si L S1 UNJ Jakarta Biologi 31 Dwi Reknowati P D3 IPB Bogor Fisika

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa SMA Martia Bhakti memiliki 31 tenaga pendidik yang terdiri dari 15 laki-laki dan 16 perempuan. Dari keadaan guru di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas guru di SMA Martia Bhakti telah menempuh jenjang pendidikan S1, dan hanya sedikit sekali yaitu 2 orang saja dengan jenjang pendidikan terakhir D3. Hal ini menunjukkan bahwa guru di SMA Martia Bhakti memiliki latar belakang pendidikan yang baik.

Dan dari tabel di atas menunjukkan bahwa guru pengampu berdasarkan bidang studi yang diajar di SMA Martia Bhakti mayoritas berjumlah 3 orang. Hal ini memungkinkan setiap guru hanya memegang satu tingkat pendidikan pada setiap bidang studi yang di ajar dan terhindar dari miGGmaHch dikarenakan latar belakang pendidikan guru yang tidak sesuai dengan bidang studi yang di ajar. Sehingga guru bisa fokus mempersiapkan materi ajar dengan baik.

Dan untuk mengetahui keadaan pegawai di SMA Martia Bhakti tahun ajaran 2012/2013 dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2

Keadaan Pegawai SMA Martia Bhakti Bekasi

No Nama Pegawai Jenis

Kelamin

Pendidikan

Tertinggi Bidang

1 Suwargono L SMA TU

2 Zaenal Abidin L D3 TU

3 Ade Darmatin L SMA TU

4 Mustofa L SMA Tekhnisi

5 Muh. Yamin L SMP Pramubakti

6 Beno Baharjo L SMA Pramubakti

7 Suyadi L SMP Pramubakti

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa SMA Martia Bhakti memiliki 8 orang pegawai yang terdiri dari 3 pegawai bagian TU, 1 pegawai bagian tekhnisi dan 4 pramubakti dengan jenjang pendidikan tertinggi D3 dan jenjang pendidikan terendah SMP.

4. Keadaan Siswa

Untuk mengetahui keadaan siswa SMA Martia Bhakti tahun ajaran 2012/2013 dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini:

Tabel 4.3

Jumlah Siswa/I SMA Martia Bhakti Bekasi Tahun ajaran 2012/2013

Banyaknya Siswa TOTAL

Kelas X Kelas XI Kelas XII Ket

L P Jml L P Jml L P Jml L P Jml Jml Siswa 56 91 147 99 99 198 43 63 106 198 253 451 Dari tabel di atas menunjukkan bahwa SMA Martia Bhakti Bekasi tahun ajaran 2012/2013 berjumlah 451 siswa/I, yang terdiri dari kelas X berjumlah 147 siswa/i, kelas XI berjumlah 198 siswa/i, dan kelas XII berjumlah 106 siswa/i, adapun yang menjadi siswa SMA Martia Bhakti adalah lulusan SMP/MTS baik negeri maupun swasta dan sederajat.

5. Sarana dan Prasarana

Dalam mewujudkan arah dan tujuan pendidikan serta Visi dan Misi SMA Martia Bhakti Bekasi, sarana dan prasarana merupakan bagian yang terpenting dalam menunjang kegiatan belajar mengajar. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki SMA Martia Bhakti adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4

Sarana dan Prasarana SMA Martia Bhakti Bekasi

No Nama Barang Kuantiti Kondisi

1 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik

2 Ruang Wakasek 1 Baik

3 Ruang Tata Usaha 1 Baik

4 Ruang Guru 1 Baik

5 Ruang Kelas 15 Baik

6 Ruang Laboratorium Fisika 1 Baik

7 Ruang Laboratorium Kimia 1 Baik

8 Ruang Laboratorium Biologi 1 Baik

9 Ruang Laboratorium Bahasa 1 Baik

10 Ruang Laboratorium Komputer 1 Baik

11 Ruang Pusat Sumber Belajar TIK 1 Baik

12 Ruang OSIS 1 Baik

13 Ruang UKS 1 Baik

14 Ruang Broad Casting (Siaran) 1 Baik

15 Ruang Perpustakaan 1 Baik

16 Ruang Multimedia 1 Baik

17 Ruang Planetarium Mini 1 Baik

18 Masjid 1 Baik

19 Lapangan Olahraga 1 Baik

20 Lapangan Parkir 1 Baik

21 Kantin 1 Baik

22 Pos Keamanan 2 Baik

23 Komputer 30 Baik

24 Printer 10 Baik

25 Air Conditioner 20 Baik

26 LCD Proyektor 6 Baik

27 Note Book 10 Baik

6. Ekstrakulikuler

Dalam upaya mengembangkan dan menuangkan bakat serta keterampilan para siswa, maka SMA Martia Bhakti Bekasi menyediakan program pembinaan, yaitu ekstrakurikuler yang meliputi bidang pengembangan akademik, keolahragaan, keagamaan, keterampilan dan seni. Antara lain sebagai berikut:

a. Akademik 1. Sains Olympiade 2. KIR b. Keolahragaan 1. Badminton 2. Dayung 3. Futsal 4. Basket 5. Volley c. Keagamaan 1. ROHIS 2. Keputrian

d. Keterampilan dan Seni 1. PMR 2. Paskibra 3. Pramuka 4. Vocal 5. Teater 6. Tari 7. Jurnalistik

B. Deskripsi Data

1. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Kecerdasan Emosional Siswa

Guru berarti yang digugu dan ditiru, jadi dalam memberikan bimbingan kecerdasan emosional, guru agama Islam harus menjadi sosok teladan yang baik bagi siswa baik dari segi perbuatan maupun ucapan yaitu dapat mengelola emosinya dan tenang dalam menangani masalah siswa. Dalam menangani masalah siswa baik masalah pribadi, sosial, belajar dan karir. guru agama islam senantiasa menjadi motivator dalam menyelesaikan masalah siswa tersebut, serta memberikan perhatian dan kasih sayangnya kepada siswa tersebut.

Peranan guru PAI terhadap pembinaan kecerdasan emosional siswa dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Peranan Guru Guru PAI a. Guru Sebagai Pendidik

Tabel 4.5

Guru agama Islam memerintahkan siswa untuk melaksanakan sholat lima waktu

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 38 2 - - 95% 5% - - Jumlah 40 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui hampir seluruh (95%) siswa menjawab “selalu”, dan sedikit sekali (5%) siswa menjawab “sering”. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peranan guru agama Islam sebagai pendidik sangat baik, guru mendidik siswa untuk menjalankan perintah agama agar melaksanakan sholat lima waktu, karena mengerjakan sholat lima waktu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.

Tabel 4.6

Guru agama Islam mengajarkan siswa untuk mengucapkan salam apabila bertemu dengan guru dan teman di jalan

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 23 13 3 1 57,5% 32,5% 7,5% 2,5% Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan lebih dari setengah (57,5%) siswa menjawab “selalu”, sebagian kecil (32,5%) siswa yang menjawab “sering”, sedikit sekali (7,5%) siswa menjawab “kadang-kadang” dan sedikit sekali (2,5%) siswa menjawab “tidak pernah”. Hal ini membuktikan bahwa guru agama Islam mendidik siswa untuk bersikap dan berperilaku sopan santun dengan mengajarkan siswa untuk mengucapkan salam apabila bertemu dengan guru dan teman dijalan, karena manusia merupakan makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan orang lain, dengan kata lain manusia membutuhkan interaksi dengan yang lainnya. Maka dari itu sikap sopan santun harus dimiliki setiap manusia.

Tabel 4.7

Guru agama Islam mengajarkan siswa untuk bersikap jujur Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 26 13 1 - 65% 32,5% 2,5% - Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dipersentasikan sebagian besar (65%) siswa menjawab “selalu”, sebagian kecil (32,5%) siswa yang menjawab “sering”, dan sedikit sekali (2,5%) siswa yang menjawab “kadang-kadang”. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peranan guru agama Islam sebagai pendidik

sudah baik, guru mendidik siswa untuk mengamalkan perbuatan yang terpuji, sikap jujur sangat penting untuk diajarkan kepada siswa, karena sikap jujur merupakan perintah agama.

Tabel 4.8

Guru agama Islam menasehati siswa untuk menghormati orang tua, guru dan teman Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 30 10 - - 75% 25% - - Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui sebagian besar (75%) siswa menjawab “selalu” dan sebagian kecil (25%) siswa menjawab “sering”. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa guru agama Islam mendidik siswa untuk mengamalkan perbuatan terpuji yaitu dengan menghormati orang tua, guru dan teman, karena apabila diri kita ingin di hormati maka kita juga harus menghormati orang lain.

Tabel 4.9

Guru agama Islam melarang siswa merokok

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 23 12 3 2 57,5% 30% 7,5% 5% Jumlah 40 100%

Pada tabel di atas dapat diketahui lebih dari setengah (57,5%) siswa menjawab “selalu”, sebagian kecil (30%) siswa menjawab “sering”, sedikit sekali (7,5%) siswa menjawab “kadang-kadang”, dan sedikit sekali (2,5%) siswa menjawab “tidak pernah”. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa guru

agama Islam mendidik siswa untuk menjauhi perbuatan tercela dengan melarang siswa merokok. Hal ini disadari oleh siswa bahwa merokok itu tidak baik bagi kesehatan, karena di dalam rokok terdapat zat-zat yang tidak baik dikonsumsi dan merokok itu pun tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan bagi orang lain.

Tabel 4.10

Guru agama Islam melarang siswa tawuran sesama pelajar Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 20 12 6 2 50% 30%% 15% 5% Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat di persentasikan setengah (50%) siswa menjawab “sering”, sebagian kecil (30%) siswa menjawab “selalu”, sebagian kecil (15%) siswa menjawab “kadang-kadang”, dan sedikit sekali (5%) siswa menjawab “tidak pernah”. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peran guru agama islam sebagi pendidik melarang siswa untuk menjauhi perbuatan tercela dengan melarang siswa tawuran sesama pelajar, karena tawuran merupakan perbuatan yang dapat merugikan dirinya, sekolah dan masyarakat.

8. Guru Sebagai Pembimbing

Tabel 4.11

Guru agama Islam memberikan contoh dalam berkata baik dan sopan santun

Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 24 13 3 - 60% 32,5% 7,5% - Jumlah 40 100%

Pada tabel di atas dapat diketahui sebagian besar (60%) siswa menjawab “selalu”, sebagian kecil (32%) siswa menjawab “sering”, dan hanya sedikit sekali (7,5%) siswa yang menjawab “kadang-kadang”. Hal ini menunjukkan bahwa peranan guru dalam memberikan contoh dalam berkata dengan baik dan sopan santun sudah baik. Ini menyatakan bahwa peran guru agama Islam sebagai pembimbing memberikan teladan yang baik kepada siswa dengan berkata penuh sopan santun, karena sopan santun merupakan sikap yang mulia dalam berhubungan dengan sesama manusia, sehingga siswa dapat mencontoh teladan guru dengan bersikap sopan dan santun.

Tabel 4.12

Guru agama Islam bersikap baik dan ramah pada setiap orang Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 20 20 - - 50% 50% - - Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui setengah (50%) siswa menjawan “selalu”, dan setengah (50%) siswa menjawab “sering”. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa guru agama Islam memberikan contoh teladan dengan bersikap baik dan ramah pada setiap orang, karena dengan bersikap baik dan ramah siswa dapat mudah bergaul dan berteman.

Tabel 4.13

Guru agama Islam membantu siswa lebih percaya diri Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 10 11 19 - 25% 27,5% 47,5% - Jumlah 40 100%

Dari tabel di atas dapat di ketahui hampir setengah (47%) siswa menjawab “kadang-kadang”, sebagian kecil (27,5%) siswa menjawab “sering” dan sebagian kecil (25%) siswa menjawab “selalu”. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peran guru agama Islam sebagai pembimbing membantu siswa lebih percaya diri cukup baik, rasa percaya diri itu baik diajarkan oleh guru, karena dengan percaya diri siswa dapat menghormati diri sendiri akan potensi yang dimilikinya, dan siswa yang percaya diri akan melihat kehidupannya dengan pandangan yang positif, hal ini dapat mengembangkan kecerdasan emosi siswa yaitu dalam aspek menghargai dirinya sendiri.

Tabel 4.14

Guru agama Islam mengajarkan siswa untuk mengikuti kegiatan bakti sosial (baksos) Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 3 12 20 5 7,5% 30% 50% 12,5% Jumlah 40 100%

Pada tabel di atas dapat diketahui setengan (50%) siswa menjawab “kadang-kadang”, sebagian kecil (30%) siswa yang menjawab “sering”, sebagian kecil (12,5%) siswa menjawab “tidak pernah”, dan sedikit sekali (7,5%) siswa menjawab “selalu”. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peran guru agama Islam sebagai pendidik telah mengajarkan siswa untuk mengikuti kegiatan baksos, meskipun kadang-kadang, untuk menumbuhkan rasa kepekaan sosial pada siswa terkadang guru mengajarkan siswa untuk mengikuti kegiatan baksos agar lebih peduli terhadap lingkungan sekitar, seperti membantu korban bencana alam, membersihkan lingkungan sekolah secara bergotong royong dan kegiatan yang bermanfaat lainnya, karena dengan hal tersebut dapat membiasakan siswa untuk bekerja sama dengan baik antar sesamanya dan kecerdasan emosional siswa akan tumbuh dalam aspek empati dan keterampilan sosial.

Tabel 4.15

Guru agama Islam mengajarkan siswa cara bergaul yang baik dengan teman Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase

Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 13 21 6 - 32,5% 52,5% 15% - Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa lebih dari setengah (52,5%) siswa menjawab “sering”, sebagian kecil (32,5%) siswa menjawab “selalu”, dan sebagian kecil (15%) siswa menjawab “kadang-kadang”. Hal ini menyatakan bahwa peran guru agama Islam sebagai pembimbing sering mengarahkan siswa cara bergaul yang baik terhadap sesama manusia sebagai makhluk sosial, dengan bergaul yang baik siswa akan belajar bersimpati dan berempati pada orang lain, saling hormat menghormati dan saying menyayangi satu sama lain.

Tabel 4.16

Guru agama Islam membantu siswa cara mengatasi masalah, baik itu masalah di luar kelas maupun di dalam kelas Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Selalu Sering Kadang-kadang Tidak Pernah 5 16 18 1 12,5% 40% 45% 2,5% Jumlah 40 100%

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengah (45%) siswa menjawab “kadang-kadang”, hampir setengah (40%) siswa menjawab “sering”, sebagian kecil (12,5%) siswa menjawab “selalu” dan sedikit sekali (2,5%) siswa menjawab “tidak pernah”. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa guru kadang-kadang membantu siswa cara mengatasi masalah, baik itu masalah di luar

kelas maupun di dalam kelas, meskipun tidak selalu tetapi sebagai pembimbing guru ikut berperan membantu siswa dalam menyelesaikan masalahnya baik itu masalah di luar kelas maupun di dalam kelas, dengan begitu diharapkan agar

Dokumen terkait