• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecil, dan Menengah)

Dalam dokumen Implementation Report 2013 (Halaman 46-53)

Pendampingan untuk pengembangan berbagai Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) terus dilakukan dalam rangka meningkatkan daya saing produk lokal, baik di industri olahan pangan maupun non pangan. Pelaku usaha sebagian besar masih dalam taraf industri rumahan sehingga untuk melebarkan usaha dan meningkat jumlah transaksi masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki. Ketersediaan bahan baku, standarisasi produk, kemasan, pemasaran merupakan isu utama yang menjadi perhatian KPC dalam pedampingannya. Pada bulan Mei 2013, telah diresmikan OLSABARA untuk merespon sejumlah isu tersebut, terutama untuk lebih mendekatkan produk kepada konsumennya.

Selain industri rumahan, KPC juga memberikan perhatian dan kesempatan kepada kontraktor lokal untuk ikut serta bekerjasama dalam rantai bisnisnya. Ketatnya persyaratan untuk bekerjasama dengan KPC merupakan wadah pembelajaran bagi kontraktor lokal untuk meningkatkan profesionalisme mereka, khususnya yang berkaitan dengan safety dan beberapa persyaratan lainnya.

A. Olsabara

Pada tanggal 8 Mei 2013, Wakil Bupati Kutai Timur, Ardiansyah Sulaiman meresmikan Olsabara yang

merupakan tempat penjualan oleh-oleh di Sangatta. Persiapan Olsabara ini telah dimulai sejak tahun 2012 dengan sebuah mini research untuk mendapat data awal terkait usaha kecil yang sudah ada, serta potensi yang lain yang dapat dikembangkan berbasis peluang pasar yang ada.

Pada saat peresmian, produk-produk yang tersedia bukan hanya UMKM hasil dampingan KPC namun juga produk binaan dari Disperindag, Dinas Kelautan & Perikanan dan pihak-pihak lainnya . Saat ini terdapat 470 produk yang dipasarkan di Olsabara yang berasal dari 88 pemasok.

Pelayanan Olsabara bukan hanya sebagai tempat penjualan, namun juga berfungsi sebagai rumah kemas untuk meningkat daya saing produk-produk industri rumah tangga maupun industri kecil lainnya di sekitar wilayah tambang KPC. Olsabara juga melakukan intervensi dalam perbaikan produk, kemasan dan juga membangun jaringan pemasaran untuk meningkatkan jumlah transaksinya. Olsabara juga

membantu pemasaran berbagai produk UMKM yang baru memulai usahanya.

B. Pengembangan Industri Olahan Pangan

Pendampingan di sektor industri olahan pangan juga dilakukan sebagai bagian dari keberadaan Olsabara. Kemajuan masing-masing industri beragam dan yang cukup baik adalah Amplang Bengalon, Gula Semut dan Keripik Pisang. Produk lain seperti Serbuk Jahe, Kerupuk Rambak, dan Sambal Pecel masih memerlukan pembenahan strategi pemasarannya. Sebagian besar produk olahan pangan ini dikerjakan oleh perempuan, hal ini cukup berdampak positif untuk peningkatan ekonomi keluarga sekaligus pemberdayaan perempuan. Secara umum, hal yang perlu ditingkatkan adalah konsistensi kualitas, kemasan, dan harga. Pembenahan ini akan mendorong daya saing produk sehingga transaksi meningkat dan bisa masuk ke pasar yang lebih luas.

C. Pengembangan Batik Wakaroros

Pendampingan pengembangan batik bermotif wakaroros inisiasinya dimulai sejak tahun 2006, dan saat ini sudah mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan. Motif wakaroros merupakan motif asli Dayak Basap yang biasa diukir di rumah adat.

Untuk meningkatkan ke khas produk serta daya saingnya, maka KPC juga memberi dukungan untuk

menggunakan bahan pewarna alami dari kayu ulin, yang menjadi kayu khas Kalimantan.

Hingga saat ini baru 1 pengrajin batik yang masih konsisten mengembangkan usaha ini di Desa

Manunggal Jaya, Rantau Pulung. Di tahun 2013, jumlah produksi mencapai 445 lembar kain batik, baik

batik tulis maupun batik cap dengan pewarnaan sintetis dan alami.

Untuk meningkatkan jumlah pelaku telah dilakukan 3 kali pelatihan membatik di Rantau Pulung dan

Bengalon dengan instruktur Ibu Masriah pengrajin dari Rantau Pulung. Pelatihan ini bertujuan untuk dapat memunculkan minat dan pengrajin baru sehingga jumlah produksi dapat ditingkatkan.

Selain pelatihan tersebut diatas, pelatihan yang sama juga dilakukan di beberapa sekolah di Rantau

Pulung yaitu SMUN 1, SMPN 1 , SMPN 2 dan SMP Singa Geweh sebagai kegiatan ekstrakurikuler dan

dilakukan di workshop batik Ibu Masriah. Kegiatan ini dilakukan setiap hari Sabtu dan Minggu dan telah diikuti oleh 359 siswa dari empat sekolah tersebut.

KPC telah memberikan seperangkat alat batik cap kepada empat sekolah tersebut agar siswa dapat

meningkatkan kemampuannya melalui praktek yang dapat dilakukan di sekolah. Upaya ini merupakan

dukungan terhadap program Kecamatan Rantau Pulung yang akan menjadikan Rantau Pulung sebagai pusat batik di Kutai Timur.

Kegiatan promosi batik motif wakaroros terus dilakukan untuk memperkenalkan batik ini kepada masyarakat luas. Dalam setiap kegiatan pameran yang diikuti oleh KPC, batik motif wakaroros selalu menjadi salah produk utama yang dipamerkan. KPC juga menjadikan produk ini sebagai salah satu souvenir eksklusif bagi tamu-tamu perusahaan.

D. Pengembangan Usaha Kerajinan rotan dan kayu

Beberapa produk yang dikembangkan dalam program ini adalah kerajinan anyaman rotan, serta ukiran kayu. Pengembangan industri kerajinan yang mengangkat potensi serta budaya lokal tidak hanya meningkatkan perekonomian lokal tetapi juga sekaligus usaha melestarikan kebudayaan lokal.

Industri pewarna alami mulai dikembangkan karena tren meningkatnya minat masyarakat untuk menggunakan produk yang berbahan alami. Dalam aplikasinya, pewarna alami ini tidak saja digunakan untuk pewarna batik wakaroros namun juga industri makanan. Sementara itu, kerajinan anyaman rotan mulai dikembangkan karena adanya potensi masyarakat lokal yang sudah membuat anyaman tersebut untuk keperluan sehari-hari. Kemampuan masyarakat setempat ini perlu ditingkatkan untuk menghasilkan produk yang lebih baik lagi sehingga bisa bersaing di pasar baik di tingkat lokal maupun ke luar daerah.

Pengembangan industri ukiran kayu pun berasal dari potensi yang sudah ada di masyarakat setempat.

Kerajinan ini biasa hanya digunakan dalam upacara adat/pesta adat yang rutin digelar setiap tahunnya.

Potensi ini bisa dikembangkan dengan membuat kerajinan ukiran yang layak jual dan bisa bersaing dengan ukiran dari daerah lain yang telah berkembang sebelumnya.

E. Kerajinan Daur Ulang

Sebagai bagian dari Gerakan Komunitas Bersih Sehat dan Mandiri (GERAK BERSEMI) pendampingan dan pengembangan berbagai kerajinan daur ulang terus dilakukan. Kegiatan ini ikut berkontribusi dalam pengurangan volume sampah yang harus dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan telah memberikan nilai ekonomi pada pelakukanya. Tiga jenis bahan baku yang dimanfaatkan antara lain plastikf reill, koran, dan pencacahan plastik.

•฀฀ Kerajinan฀plastik฀kemasan฀produk฀isi฀ulang฀(reill)

Pelaku kerajinan plastik reill yang sampai sekarang masih konsisten adalah adalah kelompok Haviera yang pembentukannya bermula dari pelatihan menjahit dasar pada tahun 2006. Sepanjang

tahun 2013, kelompok ini berhasil memanfaatkan sebanyak 1,1 ton plastik reill menjadi 1.245

produk serta berhasil memperoleh pendapatan sebanyak Rp 28.975.000.

Untuk meningkatkan jumlah pelaku usaha bidang ini, pada tahun 2013 KPC menggelar 5 pelatihan yang diikuti oleh 47 peserta. Belum banyaknya pelaku usaha bidang ini karena penghargaan

konsumen terhadap produk daur ulang masih rendah. Salah satu langkah yang diambil untuk lebih meningkatkan pemasaran produk ini adalah dengan mengikuti berbagai pameran, menitipkan produk ke beberapa supermarket besar di Sangatta dan menghimbau berbagai lembaga untuk memakai produk daur ulang ini dalam berbagai kegiatan mereka seperti penyediaan produk kelengkapan seminar yang telah dilakukan oleh KNPI dan lain-lain.

•฀฀ Kerajinan฀koran฀bekas

Hingga saat ini terdapat tiga kelompok yang masih terus mengembangkan kerajinan berbahan

baku kertas koran bekas yaitu UPPKS Melati, pengrajin koran bukit batubara, dan pengrajin koran Sangatta Selatan. Total koran bekas yang terolah kurang lebih 358 kg menjadi 453 barang kerajinan

dengan pendapatan sebanyak Rp 32.917.000.

Kendala yang dihadapi oleh pengrajin kertas koran sama dengan kerajinan plastik reill, hanya kalangan tertentu saja yang mau membeli hasil produk kerajinan ini. Merespon minat beberapa kelompok terkait kerajinan ini, maka telah dilakukan dua kali pelatihan untuk memperbanyak jumlah pengrajin. Promosi melalui pameran serta penitipan produk ke supermarket besar di Sangatta juga dilakukan.

•฀฀ Pencacahan฀Plastik

Usaha pencacahan plastik di bawah pengelolaan Koperasi Serba Usaha “Mitra Usaha Swarga Bara” (KSU MUSB) telah dimulai sejak tahun 2006 dan sekarang telah menjadi bagian dari Badan Usaha Milik Desa Swarga Bara. Usaha ini telah turut berkontribusi langsung dalam mengurangi volume

sampah yang harus dibuang ke tempat pembungan akhir. Pendampingan dan dukungan terus dilakukan baik berupa material maupun dukungan lain berupa pelatihan untuk meningkatkan produktivitasnya.

F. Pondok Bekas (PonKas)

Pondok bekas merupakan sebuah gerai yang memberikan jasa penitipan dan penjualan barang bekas berkualitas yang masih layak pakai untuk diperjualbelikan. Berdiri sejak April 2010, Ponkas merupakan bagian dari Program Gerak Bersemi yang mendorong penggunaan kembali barang yang masih bisa

dipakai (re-Use) untuk meperpanjang nilai guna dari barang tersebut. Selain menjadi tempat titip jual

beli barang, Ponkas sekaligus menjadi salah satu wadah dalam sosialisasi Program Gerak Bersemi.

Untuk meningkatkan keperdulian masyarakat dalam menerapkan salah satu pinsip 3R, kembali

dilakukan sosialisasi keberadaan Ponkas dengan penyebaran brosur di beberapa titik keramaian kota

Sangatta, di Perumahan Griya Prima Lestari dan acara Gerebek RT di gang Volvo. Sosialisasi juga

dilakukan pada kegiatan masyarakat seperti arisan.

G. Pengembangan Kontraktor Lokal

Pendampingan dalam meningkatkan keterlibatan kontraktor dan pemasok lokal untuk menjadi rekanan bisnis KPC juga dilakukan dalam meningkatkan dampak ekonomi secara langsung bagi pengusaha lokal yang sekaligus membuka lapangan pekerjaan.

Pada tahun 2013, 19 kontraktor lokal dilibatkan dalam 31 proyek infrastruktur dan non-infrastruktur. Pekerjaan tersebut antara lain perbaikan jalan dan drainase, pembangunan berbagai infrastruktur,

pemasangan pagar, patok, dan plang. Untuk beberapa pengadaan barang seperti bibit tanaman, patok

PEMBERDAYAAN

DI BIDANG

LINGKUNGAN

Dalam dokumen Implementation Report 2013 (Halaman 46-53)

Dokumen terkait