• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelestarian Alam dan Budaya

Dalam dokumen Implementation Report 2013 (Halaman 53-61)

Sebagai bagian dari masyarakat Kutai Timur, KPC memberikan perhatian khusus pada usaha-usaha pelestarian alam dan budaya yang merupakan aset tak ternilai yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata di Kutai Timur dan tidak kalah pentingnya juga usaha peningkatan kualitas lingkungan. Sebagai anggota Mitra Taman Nasional Kutai (TNK), KPC terus mendukung Balai TNK khusus dalam bidang pelestarian alam melalui berbagai kegiatan. Ekspedisi pendataan potensi yang dilakukan pada tahun 2012 kemudian ditindaklanjuti oleh kelompok pencinta alam alam lokal dalam bentuk kegiatan yang dapat meningkatkan keperdulian masyarakat terhadap TNK.

Dalam rangka mendukung percepatan pembangunan Kutai Timur, khususnya yang tidak berkaitan dengan tambang, maka inisiasi pemanfaatan lahan paska tambang yang telah di reklamasi untuk dimanfaatkan sebagai objek wisata alam terus dilakukan. Sampai dengan akhir tahun 2013, berbagai kegiatan berkaitan dengan pengembangan jenis wisata ini terus berkembang dan menarik minat banyak pihak, khususnya di telaga Batu Arang, Kampung Pinang, seputaran wilayah Taman Nasional Kutai dan lainnya.

Selain lingkungan yang berkaitan dengan wisata, KPC juga terus bekerjasama dengan Pemerintah Daerah terkait dalam menangani isu pengelolaan sampah kota Sangatta melalui berbagai gerakan dalam program GERAK BERSEMI yang telah berjalan sejak tahun 2008.

A. WISATA ALAM TELAGA BATU ARANG

Sesuai dengan Dokumen Rencana Tutup Tambang, maka Telaga Batu Arang (TBA) yang merupakan lahan bekas tambang telah mulai dimanfaatkan sebagai tempat wisata alam dengan sifat terbatas. Berbagai infrastruktur dan fasilitas pendukung lainnya terus dilakukan, khususnya untuk memastikan agar semua issue keselamatan dapat dikelola dengan baik.

TBA disiapkan untuk menjadi sebuah sarana wisata alam yang dapat memberikan inspirasi, menjadi sarana edukasi namun tetap mempertimbang unsur ekonomi dalam pengelolaannya dan dapat menjadi pemicu kegiatan usaha lainnya melalui kolaborasi dan sinergi kegiatan dan usaha. Sarana dan prasarana serta berbagai fasilitas lain yg sudah tersedia antara lain adalah: kantor yang dibangun dengan memanfaatkan 2 unit kontainer bekas, pagar untuk pemeliharaan rusa, tujuh

Sepanjang tahun 2013, terdapat 18 kunjungan ke Telaga Batu Arang dengan total pengunjung yang tercatat sebanyak 2.232 orang. Sebagian besar kunjungan merupakan acara gathering dari berbagai kalangan. Beberapa kegiatan tersebut difasilitasi oleh kelompok pecinta alam dan fasilitator lokal yang juga merupakan bagian pendampingan yang dilakukan di Kampung Pinang atau lebih

dikenal dengan BPPUTK.

Keberadaan TBA harus memberikan manfaat kepada para pemangku kepentingan KPC dalam berbagai bentuk. Secara bertahap, pengelolaannya akan terus memperluas jaringan kemitraan dengan masyarakat yang saat ini telah mulai dilakukan, baik dalam pekerjaan pemeliharaan, pelibatan sebagai penyedia berbagai kebutuhan penyelenggaraan sebuah acara seperti tenda, kursi, makanan, dan fasilitator kegiatan.

B. KAMPUNG PINANG

Sepanjang tahun 2013, terdapat 93 kali kunjungan ke Kampung Pinang dengan total peserta 4.973

orang dari kalangan pelajar, karyawan swasta, lembaga pemerintah, komunitas pecinta alam,

fotografer, dan lainnya. Dari total kunjungan tersebut, 14 diantaranya merupakan paket Eduwisata

dimana konsumennya adalah sekolah-sekolah yang berada di Sangatta. Dalam setiap kunjungan, pesan-pesan pelestarian lingkungan maupun sosialisasi mengenai isu lingkungan selalu dilakukan untuk meningkatkan keperdulian masyarakat.

Terkait dengan pemberdayaan masyarakat, pada sejumlah kunjungan yang terjadi, Kampung Pinang juga melibatkan masyarakat seputar Sangatta sebagai event organizer dan juga penyediaan jasa penyediaan makanan dan minuman. Beberapa event organizer yang telah terlibat berasal dari beberapa organisasi komunitas pecinta alam Sangatta seperti Ranam Borneo, Pektong activity, dan

SBS. Sementara itu untuk jasa penyedia makanan dan minuman dari Badan Pengelola Wisata Eko Kabojaya yang merupakan unit usaha dan Badan Usaha Milik Desa di Desa Swarga Bara.

Selain penyelenggaraan eduwisata, Kampung Pinang masih terus berkomitmen untuk melestarikan dan menkonservasi berbagai tanaman lokal seperti matoa, mahoni, nyatoh, rambai, lai, cempedak dan lainnya melalui aktivitas pembibitannya. Total bibit yang diproduksi kurang lebih 5.070 dan

1.416 diantaranya dijual dan disumbangkan ke beberapa tempat untuk kepentingan penghijauan

dan pelestarian.

Kampung Pinang juga memelihara berbagai hewan ternak seperti 3 ekor sapi perah, 2 ekor kuda, 10 ekor domba, 20 ekor kelinci, 20 ekor bebek, dan ikan di beberapa kolam yang ada dan dimanfaatkan sebagai sarana dalam menjelaskan keterkaitan dan ketergantungan berbagai element dalam sebuah ekosistem yang merupakan bagian dari prinsip permaculture atau permanen agrikultur atau pertanian berkelanjutan.

Kampung Pinang juga dalam kegiatannya mencoba mendorong pergerakan pariwisata minat khusus di Kutai Timur, mengingat potensi object wisata yang cukup banyak dan potensial untuk dikembangkan. Forum Komunikasi Pecinta Alam yang pembentukannya telah dideklarasikan di penghujung tahun 2012 di Kampung Pinang, telah banyak melakukan kegiatan seperti peningkatan kapasitas anggota Forum berupa latihan gabungan yang dilakukan pada bulan November dan studi banding ke beberapa tempat di Jawa Timur dan Bali di bulan Desember. Pelatihan gabungan mengambil tempat di Kampung Pinang, Telaga Batu Arang, Ekowisata kabojaya dan Prevab Taman Nasional Kutai.

C. KONSERVASI PADI GOGO LOKAL

Selain berbagai tanaman lokal yang dibibitkan di Kampung Pinang, KPC juga menaruh perhatian dalam melestarikan keberadaan padi gogo lokal di Kutai Timur. Pada tahun 2012, bekerjasama dengan STIPER telah terkumpulkan 26 kultivar melalui kegiatan Eksplorasi Keragaman Genetik Tanaman Padi Gogo Di Kabupaten Kutai Timur. Kerjasama berlanjut di tahun 2013 untuk melakukan identiikasi dan seleksi keragaman genetik pada ke 26 kultivar tersebut. Hasilnya adalah teridentiikasinya karakter morfologi dan agronomi semua kultivar tersebut, serta hubungan kekerabatannya antar kultivar serta informasi terkait sifat agronomis masing-masing kultivar untuk dikembangkan lebih lanjut.

Dari hasil seleksi 30 kultivar padi, maka 14 diantaranya di rekomendasikan untuk dikembangkan karena memiliki sifat agronomi, morfologi dan potensi daya hasil cukup baik. Ke 14 kultivar tersebut adalah: Dupa/kemenyan, Kriting, Serai Merah, Jambu, Ekor Payau, Kangkung, Serai Wangi, Mayas Merah, Serai Putih, Rokan Bitih, Mayas Putih, Mayas Pancing, Bogor Putih, dan

Sesak Jalan Putih.

D. GERAKAN KOMUNITAS BERSIH SEHAT DAN MANDIRI (GERAK BERSEMI)

Program yang diinisiasi sejak tahun 2008 ini terus berlanjut dan telah menjadi gerakan beberapa

komunitas di kecamatan Sangatta Utara dan Sangatta Selatan dengan atau tanpa keterlibatan KPC

sebagai inisiator. Gerakan dari berbagai komunitas ini, telah memberikan kontribusi langsung terhadap pengurangan volume timbulan sampah dari berbagai aktivitas masyarakat.

Pada tahun 2013 telah dilakukan berbagai pendampingan yang antara lain adalah: penyelenggaraan RT Bersemi di lingkungan perumahan KPC di Swarga Bara dan Munthe, pendampingan tujuh RT pemenang Lomba Kampung Bersemi 2012, optimalisasi keberadaan rumah kompos di Sangatta

Selatan dan berbagai pelatihan-pelatihan berkaitan dengan penerapan prinsip Reduce, Re-Use dan

Recycle.

Bekerjasama dengan Remaja Kreatif Peduli Lingkungan (RKPL), aktivitas di Composting Training Center (CTC) terus ditingkatkan dan telah memberikan nilai ekonomis bagi pengelolanya dan secara langsung turut membantu pengelolaan sampah di Sangatta. Di tahun 2013, tercatat sebanyak 787 ton sampah yg diterima oleh CTC atau RKPL dimana 63% telah terkelola dan memberikan nilai ekonomi bagi RKPL. 375 ton berupa sampah organik yg didaur ulang menjadi kompos dan

124 ton masuk dalam mekanisme pengelolaan Bank Sampah.

Keberadaan CTC yang merupakan percontohan desentralisasi pengelolaan sampah pemukiman telah mulai tereplikasikan di Town Hall dan Desa Sangatta Selatan, dimana keduanya sama-sama mengelola sampah pasar. Kerjasama-sama dengan rekanan kerja KPC juga mulai tebangun dalam hal memenuhi kebutuhan bahan organik dalam kegiatan reklamasi di KPC. KPC juga melalui program green oice-nya, telah melakukan pemilahan dan menyerahkan sampah yang masih bernilai ekonomi kepada RKPL untuk membantu biaya operasional CTC.

RKPL juga mendapatkan kontrak pengambilan sampah di sepanjang Jl.Yos Sudarso I dan Jl. Sangatta-Bontang dari UPT KPP, dimana sebelumnya KPC mendukung pembiayaan studi banding UPT KPP Kutai Timur dan RKPL pada bulan April 2013 ke Probolinggo, Malang, dan Blitar dalam

rangka melihat dan menimba ilmu tentang cara-cara, metode dan pendekatan oleh pemerintah daerah dan lembaga setempat dalam menangani pengolahan sampah di wilayahnya.

Gerakan komunitas lain yang juga terjadi adalah kegiatan Gerakan Jumat Bersih (GJB) yang

koordinatornya adalah UPTD Kebersihan bersama Hotel Victoria didukung oleh berbagai pihak

termasuk KPC. Dukungan yang diberikan berupa 10 unit sepeda yang digunakan oleh para Chef

Hotel Victoria menuju lokasi kegiatan, sebagai bagian dari promosi kegiatan GJB.

Prestasi dari Gerakan Komunitas ini adalah, dengan diterimanya Piagam Adipura pada tahun 2013 yang diberikan oleh Kementrian Lingkungan Hidup kepada Pemerintah Daerah Kutai Timur.

E. SEGADING RESETTLEMENT

Program Segading Resettlement, tidak hanya merupakan sebatas pemindahan masyarakat dan hunian, akan tetapi juga sebagai wujud komitmen KPC terhadap dukungan pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan. Hal ini dengan harapan, masyarakat Suku Dayak Basap, yang merupakan rumpun Dayak Punan, dapat meraih kualitas kehidupan yang lebih baik. Sehingga, program pemberdayaan masyarakat secara menyeluruh menjadi elemen penting pada program ini, yang meliputi bidang infrastruktur, ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial, dan budaya.

Selain bidang-bidang di atas, KPC juga memberikan perhatian terhadap peningkatan kualitas hidup, yang meliputi peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan. Dalam peningkatan akses dan kualitas pendidikan, KPC membangun sekolah dasar yaitu SD 013 Filial Desa Keraitan

yang pengelolaannya bekerjasama dengan UPT Pendidikan Bengalon dan SD 013 Sepaso Timur.

Kedepannya, sekolah ini akan menjadi sekolah mandiri dnegan visi dan misi khas dan memiliki

nilai pelestarian dan pembelajaran budaya masyarakat Dayak Basap. Untuk mencapai hal ini, KPC

bekerjasama dengan konsultan untuk meningkatkan manajemen sekolah serta memasukkan nilai budaya dalam mata pelajaran muatan lokal.

Untuk bidang kesehatan, KPC menyediakan prasarana sanitasi rumah berteknologi bioilter,

memberikan penyuluhan berkala kepada warga mengenai hidup sehat, serta kunjungan rutin tenaga medis Puskesmas. KPC juga melakukan pembangunan Puskesmas Pembantu (Pustu) sebagai prasarana pendukung kesehatan.

Selain hal di atas, pembentukan BUMDes juga dilakukan untuk mengelola asset milik Desa Keraitan. Saat ini, BUMDes Putra Keraitan Mandiri memiliki dua unit usaha yaitu perdagangan dan pelayanan listrik serta air. Unit usaha perdagangan bertanggungjawab atas pembelian dan

distribusi jatah hidup warga di lokasi Segading Resettlement. Sedangkan pelayanan listrik dan air bertanggungjawab atas operasional pelayanan listrik dan air di lokasi tersebut.

Dalam prosesnya, KPC terus memberikan pendampingan dan pelatihan teknis pengelolaan

BUMDes dengan harapan organisasi ini dapat berdaya, mandiri, dan berkembang dalam usahanya

untuk mengelola aset dan potensi di wilayah Segading Resettlement.

Untuk mendukung kegiatan ekonomi jangka menengah, KPC memberikan bantuan serta

pendampingan pertanian tanaman semusim seperti padi lading, hortikultura, jagung, singkong, serta tanaman semusim lainnya. Selain itu, usaha perikanan air tawar juga dikembangkan dengan pembuatan 8 petak kolam ikan. Dukungan terhadap kegiatan ekonomi jangka menengah bertujuan untuk pengembangan usaha ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat Dayak Basap.

Sementara itu, untuk program pengembangan ekonomi jangka panjang, diwujudkan dalam bentuk perkebunan karet. Dari lahan seluas 50ha lahan perkebunan tanaman keras, hampir 10 ha telah ditanami komoditas karet. Pengelolaannya hingga saat ini masih didampingi oleh tim teknis KPC. Selain perkebunan karet, masyarakat juga didorong untuk merawat tanaman buah di pekarangan sebagai investasi jangka panjang. Tanaman buah tersebut antara lain adalah langsat, rambutan, dan durian.

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 INFRASTRUKTUR

Akses jalan masuk kawasan Segading Resettlement

Unit Rumah

Bangunan Sekolah Dasar Pembangkit Listrik Tenaga Diesel beserta jaringan distribusi. Instalasi Pengelolaan Air Bersih beserta jaringan distribusi. Masjid Kantor Desa Kantor BPD Puskesmas Pembantu Balai Adat TIPE / JENIS Agregat batu merah Kayu – tipe 54 4 lokal Mesin Genset Kapasitas 30Kw Teknologi penyaringan pasir lambat kayu kayu kayu kayu kayu JUMLAH / UKURAN Lebar 6m x 4Km 60 unit 7,5 x 24 meter 2 unit Kapasitas produksi 30.000 liter. 13 x 13 meter 9 x 7,5 meter 9 x 7,5 meter 7 x 9 meter 24 x 10 meter STATUS Selesai 53 unit yang sudah terbangun. Selesai Selesai Selesai Selesai Tahap konstruksi Tahap konstruksi Tahap konstruksi Tahap kosntruksi

Pembangunan Infrastruktur Segading Resettlement

Dalam dokumen Implementation Report 2013 (Halaman 53-61)

Dokumen terkait