• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedalaman Sumber Suara 25 m dan Kedalaman penerima 30 m Simulasi letak sumber suara pada kedalaman 25 m dari permukaan laut

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Simulasi Nilai Kehilangan Transmisi terhadap Kedalaman dan Jarak Simulasi perambatan gelombang suara dengan memberi batasan Simulasi perambatan gelombang suara dengan memberi batasan

4.2.1. Kedalaman Sumber Suara 25 m dan Kedalaman penerima 30 m Simulasi letak sumber suara pada kedalaman 25 m dari permukaan laut

suara dan penerima yang berada di kedalaman 25 m, 110 m, dan 300 m untuk

sumber suara dan untuk penerima berada pada kedalaman 30 m, 115 m, dan 310

m. Pemilihan kedalaman ini berdasarkan 3 kedalaman yang biasa digunakan

kapal selam dalam beraktifitas di laut. Ketiga kedalaman tersebut secara

berturut-turut mewakili kedalaman kapal selam saat berada pada kedalaman periskop

(periscope depth), kedalaman jelajah rata-rata kapal selam (cruise depth) dan

kedalaman maksimum rata-rata kapal selam (maximum depth). Frekuensi yang

digunakan memiliki nilai yang sama yakni 100, 1.000, 10.000, dan 50.000 Hz.

Pemilihan frekuensi ini untuk mengetahui pola perambatan gelombang suara

dengan berbagai macam variasi frekuensi yang berbeda.

4.2.1. Kedalaman Sumber Suara 25 m dan Kedalaman penerima 30 m Simulasi letak sumber suara pada kedalaman 25 m dari permukaan laut

dan penerima diletakan pada kedalaman 30 m dari permukaan laut. Hal ini agar

dapat diketahui pola perambatan gelombang suara saat posisi sumber dan

penerima berada pada kedalaman yang relatif dangkal. Kedalaman ini adalah

kedalaman yang biasanya digunakan oleh kapal selam untuk menggunakan

periskopnya ( periscope depth ) untuk melakukan pengintaian di permukaan laut

atau untuk menembakan torpedo terhadap kapal yang ada di permukaan.

Kedalaman ini merupakan kedalaman yang berbahaya pada kapal selam karena

kapal selam mudah sekali untuk dilacak oleh kapal musuh sehingga kapal perang

musuh dapat melepaskan depth bomb (bom laut) untuk menghancurkan kapal

 

meskipun jarak ledakan dan kapal selam mencapai 100 m, efek dekstrutif yang

dihasilkan cukup besar.

Gambar 8 merupakan hasil simulasi komputer dengan kedalaman sumber

25 m, kedalaman penerima 35 m, jarak 20.000 m, kedalaman 360 m dan

frekuensi 100, 1.000, 10.000, dan 50.000 Hz. Hasil yang diperoleh secara umum

dari 4 frekuensi yang berbeda di dapat nilai kehilangan transmisi (Transmision

Loss / TL) mengalami peningkatan seiring bertambahnya jarak (menjauhi sumber

suara). Berdasarkan hasil simulasi, pada frekuensi 100 Hz gelombang suara

membentuk pola perambatan yang fluktuatif dimana setelah dipancarkan

gelombang suara memancar turun lalu dipantulkan kembali ke permukaan dan seterusnya. Gelombang suara pada frekuensi ini mengalami nilai kehilangan

transmisi yang cukup besar jika dibandingkan dengan frekuensi yang lain. Pada

frekuensi ini, jarak tempuh gelombang suara dalam kolom air lebih pendek

akibat adanya penyerapan oleh sedimen dan medium air laut. Pada jarak 6.000 m,

perambatan gelombang suara sudah mulai melemah, hal ini terlihat dari nilai

Transmission Loss ( TL) yang semakin besar mendekati 60 dB. Shadow Zone

(lingkaran kuning) terbentuk pada jarak 2.000 m, 10.000 m, dan 14.000 m dari

sumber di kedalaman dekat dengan permukaan air laut dimana nilai TL sekitar 80

dB dan pada jarak 14.000 m-20.000 m di kedalaman 350 m dengan nilai TL

mendekati 80 dB.

Frekuensi 1.000 Hz, gelombang suara mampu merambat ke jarak 20.000

m, namun pada pola perambatannya cenderung berbeda jika di bandingkan pada

frekuensi 100 Hz . Frekuensi ini, pola perambatan gelombang suara yang

 

secara fluktuatif di daerah dekat dengan permukaan air dan pola kedua gelombang

suara merambat secara fluktuatif dimana setelah dipancarkan gelombang suara

memancar turun lalu dipantulkan kembali ke permukaan dan seterusnya,

meskipun terlihat gelombang suara juga dipantulkan dan dibiaskan pada

kedalaman kurang dari 200 m dimana dekat dengan lapisan termoklin.

Gelombang suara mampu merambat sampai jarak 20.000 m dengan cukup jelas di

pola perambatan pertama, karena gelombang suara berada pada wilayah buluh

permukaan (surface duct), dimana pada wilayah buluh permukaan gelombang

suara seolah-olah seperti terperangkap sehingga gelombang suara mampu

merambat lebih jauh (terfokus). Shadow zone di frekuensi ini pada umumnya terbentuk pada jarak 14.000 m- 20.000 m di kedalaman antara 100 m dan 200 m.

Pada frekuensi 10.000 Hz, pola perambatan suara yang di dapat hampir

sama dengan pola perambatan gelombang suara pada frekuensi 1.000 Hz.

Frekuensi 10.000 Hz pola perambatan gelombang suara mengalami

penghamburan pada lapisan termoklin dan di bawah lapisan termoklin sehingga

pola perambatannya menjadi tidak terfokus akibatnya pada jarak 10.000 m nilai

TL mendekati 70 dB meskipun pada wilayah buluh permukaan gelombang suara

masih mampu merambat hingga jarak 20.000 m. Shadow zone pada frekuensi

10.000 Hz terbentuk pada jarak sekitar 8.000 m dari gelombang suara pada

kedalaman lebih dari 250 m.

Frekuensi 50.000 Hz tidak jauh beda dengan pola perambatan pada

frekuensi 10.000 Hz, namun pada frekuensi ini terlihat pola rambat yang lebih

fokus ketimbang frekuensi 10.000 Hz. Pada buluh permukaan, gelombang suara

 

12.000 m dari sumber suara dengan kedalaman berkisar 200 m dari permukaan air

dimana TL mendekati 80 dB.

Buluh permukaan merupakan lapisan isothermal yang secara akustik

sebagai pemandu gelombang karena ada peningkatan kecepatan suara terhadap

kedalaman. Akibatnya sebagian energi akustik yang dipancarkan oleh sumber

yang berada pada lapisan tercampur akan terjebak dalam buluh permukaan.

Umumnya buluh permukaan yang terletak dipermukaan dangkal (kurang dari 50

m) merupakan buluh yang paling umum ditemui, tetapi buluh ini baru efektif

sebagai pemandu gelombang pada frekuensi tinggi dimana kehilangan akibat

penghamburan menjadi penting. Sebaliknya buluh yang lebih dalam (lebih dari 100 m) merupakan pemandu gelombang yang efektif untuk frekuensi rendah

(Jensen et al, 1994).

Menurut Urick (1983), beberapa faktor yang mempengaruhi absorpsi

gelombang suara di dalam suatu kolom perairan adalah jarak sumber suara

kedalaman perairan, dan frekuensi sumber suara. Semakin jauh gelombang suara,

semakin besar frekuensi yang digunakan merambat dari suatu sumber, maka

semakin tinggi nilai atenuasi () yang terjadi di dalam kolom perairan. Koefisien atenuasi ini akan mempengaruhi nilai TL yang dimana berdasarkan hasil simulasi

nilai TL apabila jarak semakin jauh, maka nilai TL akan semakin besar.

Gambar 9 pada frekuensi 100 Hz, nilai TL yang didapat cenderung

fluktuatif sepanjang jarak 20.000 m. Pada jarak kurang dari 1.000 m, nilai TL mengalami kenaikan yang cukup besar hingga mendekati 70 dB. Nilai TL

terbesar berada pada jarak sekitar 7.000-an m dari sumber suara ketika nilai TL

 

dB, yakni pada jarak sekitar 3.000, 6.000, 9.000, dan 13.000-an m dari sumber

suara. Daerah pada jarak diatas dapat diduga merupakan wilayah dan jarak

munculnya shadow zone.

Frekuensi 1.000 Hz, nilai TL yang di dapat fluktuatif dengan

kecenderungan semakin meningkat jika menjauhi sumber suara. Nilai TL terbesar

terletak pada jarak 8.000 m dimana nilai TL mendekati 100 dB. Selain itu banyak

terdapat nilai TL yang mendekati 80 dB pada frekuensi ini hampir di semua jarak.

Frekuensi 10.000 Hz dan 50.000 Hz cenderung mempunyai kemiripan

dimana kedua frekuensi ini pola perambatan gelombang suara cenderung

fluktuatif dengan kecenderungan mengalami peningkatan TL. Frekuensi 10.000 Hz, nilai TL terbesar terdapat pada jarak 7.000-an m dimana nilai TL

mendekati 100 dB. Sedangkan pada frekuensi 50.000 Hz, nilai TL terbesar

terdapat pada jarak 8.000 m dimana nilai TL mencapai lebih dari 100 dB. Kedua

frekuensi ini terdapat banyak wilayah yang mengalami peningkatan nilai TL yang

mencapai 80 dB dimana dapat di duga wilayah pada jarak tersebut merupakan

shadow zone jika berdasarkan nilai TL yang meningkat

Gambar 10 merupakan gambar yang menampilkan grafik Transmission

Loss dengan jarak pada kelima frekuensi yang digunakan setelah dilakukan

running average. Running average ini bertujuan untuk menampilkan grafik yang

lebih halus (smooth) sehingga jika keempat frekuensi ditampilkan dalam satu

grafik akan terlihat dengan cukup jelas perbedaanya. Pada kedalaman sumber

suara 25 m, frekuensi 100 Hz mempunyai nilai TL yang mengalami kenaikan

yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan 3 frekuensi lainnya. Hal ini

 

dasar laut dan dapat berpenetrasi gelombang suara ke dalam sedimen. Selain itu,

pada kedalaman ini adalah wilayah lapisan tercampur yang merupakan lapisan

subur dimana didalamnya banyak partikel terlarut. Frekuensi 100 Hz tersebut

banyak membentur partikel tersebut sehingga memiliki nilai kehilangan lebih

besar. Nilai TL tertinggi terdapat di frekuensi 100 Hz dengan nilai TL hampir

mencapai 100 dB pada jarak mendekati 14.000 m.

Ketiga frekuensi lain secara umum berdasarkan Gambar 10 memiliki

nilai TL yang hampir sama dan tidak berbeda jauh ketiganya yakni berkisar antara

70 dB sampai 80 dB. Frekuensi 10.000 Hz dan 50.000 Hz (frekuensi tinggi),

gelombang suara yang hilang lebih dikarenakan adanya penghamburan yang terjadi oleh kolom perairan (Kadarwati, 1999).

4.2.2. Kedalaman Sumber Suara 110 m dan Kedalaman penerima 115 m