• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedudukan Fédération Internationale de Football Association (FIFA) Sebagai Suatu Organisasi Internasional Menurut Hukum Internasional

Pergaulan internasional yang semakin bertumbuh, dalam arti terdapat perkembangan-perkembangan hubungan antara rakyat yang beragam, merupakan suatu ciri konstan dari peradaban yang matang. Kemajuan dalam bidang komunikasi yang ditambah dengan hasrat untuk berdagang demi menciptakan suatu tingkat hubungan, pada akhirnya memerlukan pengaturan melalui cara-cara kelembagaan.75

Beberapa negara kemudian mengadakan hubungan internasional secara umum, dimana masing-masing negara itu mempunyai kepentingan. Hubungan internasional secara umum itu kemudian melibatkan semakin banyak negara, berbeda dengan hubungan antara dua negara yang telah dirintis sejak abad ke-16 melalui pertukaran utusan masing-masing atas dasar persetujuan bersama. Timbulnya hubungan internasional secara umum tersebut pada hakikatnya merupakan proses perkembangan hubungan antar negara, karena kepentingan dua negara saja tidak dapat menampung kehendak banyak negara. Dalam membentuk organisasi internasional, negara-negara melalui organisasi itu kemudian akan berusaha untuk mencapai tujuan yang menjadi kepentingan bersama, dan kepentingan ini menyangkut bidang kehidupan internasional yang sangat luas. Karena bidang-bidang tersebut menyangkut kepentingan banyak negara, maka diperlukan peraturan internasional (international regulation) agar kepentingan

75

D.W Bowett, The Law of International Institutional, Stevenson and Son Limited, 1982, diterjemahkan oleh Bambang Iriana Djajaatmadja, Hukum Organisasi Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hal. 1

masing-masing negara dapat terjamin. Di bidang perhubungan misalnya, negara-negara Eropa dalam tahun 1815 telah mengatur hubungan pelayaran melalui Sungai Rhine (Central Comission for the Navigation of the Rhine), demikian juga di bidang moneter ketika negara-negara Amerika Selatan dalam tahun 1865 mengadakan peraturan bersama melalui Latin Monetary Union. Sejak pertengahan abad ke-17, perkembangan organisasi internasional tidak saja diwujudkan dalam berbagai konferensi internasional yang kemudian melahirkan persetujuan-persetujuan, tetapi lebih dari itu telah melembaga dalam berbagai variasi dari komisi (commission), sarekat (union), dewan (council), liga (league), persekutuan (association), perserikatan bangsa-bangsa (united nations), persemakmuran (commonwealth), masyarakat (community), kerjasama (cooperation), dan lain-lain.76

1. Organisasi Internasional Publik juga disebut sebagai Organisasi Antar-Pemerintah (Intergovernmental Organization). Tetapi karena keanggotaannya adalah negara maka organisasi tersebut lazim disebut hanya organisasi internasional. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah adalah mewakili negaranya sebagai pihak dari organisasi internasional tersebut. Organisasi Internasional dalam arti yang luas pada hakikatnya meliputi tidak saja organisasi internasional publik (Public International Organization) tetapi juga organisasi internasional privat (Private International Organization). Untuk membedakan kedua jenis organisasi internasional ini dapat dilihat dari penjelasan berikut:

76

Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional, UI Press, Jakarta, 1990, hal. 1-2.

Organisasi internasional hanya akan dibedakan menurut prinsip-prinsip keanggotaannya yang akan dianut seperti:

a. Prinsip universalitas seperti yang dianut oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) termasuk badan-badan khususnya dimana keanggotaannya tidak membedakan besar kecilnya negara, walaupun untuk menjadi anggota dari organisasi jenis ini masih mempunyai syarat-syarat tertentu. Seperti apa yang termuat dalam pasal 4 Piagam PBB bahwa keanggotaan PBB terbuka untuk semua negara yang cinta damai yang menerima kewajiban-kewajiban internasional dan ditetapkan oleh Majelis Umum PBB atas rekomendasi Dewan Keamanan.

b. Prinsip kedekatan wilayah yang anggotanya hanya dibatasi pada negara-negara yang berada di wilayah tertentu saja seperti Tenggara. Negara di luar kawasan tersebut tidak dapat menjadi anggota. c. Prinsip selektivitas, yang melihat dari segi kebudayaan, agama, etnis, pengalaman sejarah dan sesama produsen sepertti Liga Arab, Organisasi Negara-negara Persemakuran, Organisasi Konferensi Islam, OPEC, Masyarakat Eropa, Persemakmuran Negara-negara Merdeka dan lain sebagainya.

2. Organisasi Internasional Privat (Private International Organization) merupakan organisasi yang dibentuk atas dasar non pemerintah, karena itu sering

disebut Organisasi Non Pemerintahan (Non Governmental Organization (NGO)) atau yang kita sebut sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat yang anggotanya badan-badan swasta atau perorangan.77

Istilah Non Governmental Organization (NGO) tidak ditemukan sebelum PBB dibentuk. Ketika 132 NGO internasional memutuskan untuk bekerja sama dengan satu sama lain pada tahun 1910, mereka melakukannya di bawah badan yang bernama Union of International Associations (Uni Asosiasi Internasional). Draf pertama dari Piagam PBB awalnya tidak membuat pengaturan kerjasama dengan badan-badan swasta. Berbagai kelompok, terutama dari Amerika Serikat, mencoba untuk melobi dan menambahkan hal ini pada konferensi San Francisco, yang mendirikan PBB pada tahun 1945. Tidak hanya berhasil dalam memperkenalkan ketentuan untuk memperkuat dan meresmikan hubungan dengan organisasi-organisasi swasta yang sebelumnya dikelola oleh Liga Bangsa-Bangsa, mereka juga meningkatkan peran PBB dalam isu-isu ekonomi dan sosial dan meningkatkan status Dewan Ekonomi dan Sosial (ECOSOC) sebagai "organ utama " dari PBB. Juga diberikan istilah baru yang diperkenalkan untuk mengatur hubungan ECOSOC dengan dua jenis organisasi internasional. Menurut Pasal 70 Piagam PBB, "badan-badan khusus, yang didirikan oleh perjanjian antar pemerintah" dapat "berpartisipasi tanpa hak suara dalam musyawarah", sementara di bawah Pasal 71 "organisasi non-pemerintah" mendapat "pengaturan yang

77

Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional, PT Alumni, Bandung, 2012, hal. 37-38.

sesuai untuk berkonsultasi". Dengan demikian, "badan-badan khusus" dan "organisasi non pemerintahan" telah menjadi istilah dalam teknis PBB.78

Berbagai jenis badan banyak yang kini digambarkan sebagai NGO. Tidak ada definisi yang berlaku secara umum dari sebuah NGO. Namun demikian, ada beberapa karakteristik dasar dari sebuah NGO. Sebuah Organisasi NGO harus independen dari kontrol langsung oleh pemerintah. Selain itu, sebuah NGO juga tidak akan dibentuk sebagai partai politik, juga akan menjadi organisasi non-profit dan tidak menjadi suatu kelompok yang dibuat untuk melakukan tindak kriminal. Karakteristik ini berlaku dalam penggunaan umum, karena karakteristik tersebut cocok dengan kondisi untuk pengakuan oleh PBB. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa sebuah NGO didefinisikan sebagai sebuah asosiasi sukarela independen yang bertindak bersama-sama secara terus menerus untuk mencapai tujuan yang sama dan demi kepentingan umum.79

Namun demikian masih sukar untuk memberikan definisi apakah yang dimaksud dengan organisasi internasional yang dapat diterima secara universal. Bila organisasi internasional diartikan sebagai wadah dari negara-negara untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu secara bersama, dalam hal ini pengertian organisasi internasional dipakai dalam arti sempit. Jika diartikan sebagai wadah dari negara-negara untuk mengadakan kerjasama, di mana di wadah tersebut mempunyai wewenang atas negara anggota, maka di sini pengertian organisasi

78

Article for NGOs for UNESCO Encyclopedia dikutip dari 2014 pukul 12.29 WIB.

79

internasional agak lebih luas. Organisasi internasional merupakan wadah negara-negara dalam menjalankan tugas bersama, baik dalam bentuk kerjasama yang sifatnya koordinatif maupun subordinatif.80

Oleh karena sulitnya memberikan definisi dari organisasi internasional, maka jalan yang dapat diberikan adalah memberikan ciri-ciri dari organisasi internasional. Menurut Leroy Bennet81

80

Sri Setianingsih Suwardi, Pengantar Hukum Organisasi Internasional, UI Press, Jakarta, 2004, hal. 5.

81

A. Lerroy Bennet, International Organization, Prentice-Hall Inc, New Jersey, 1979, hal. 3

, organisasi internasional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. A permanent organization to carry on a continuing set of functions (Organisasi permanen untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang berkesinambungan)

2. Voluntary membership of eligible parties (Keanggotaan yang sukarela dari pihak-pihak yang memenuhi syarat)

3. Basic instrument stating goals, structure and method of operation (Anggaran dasar yang berisi tujuan, struktur dan cara-cara bertindak) 4. A broadly representative consultative conference organ (Badan

perwakilan, konsultatif dan perundingan yang bersifat luas)

5. Permanent secretariat to carry on continuous administrative, research, and information functions. (Sekretariat permanen untuk melaksanakan fungsi administratif, penelitian dan informasi yang berkesinambungan).

Dari definisi yang telah diberikan Leroy Bennet tersebut, selanjutnya akan dilihat apakah FIFA sebagai federasi olahraga internasional telah memenuhi syarat untuk dapat disebut sebagai sebuah organisasi internasional. FIFA dapat disebut sebagai suatu organisasi internasional dengan memenuhi unsur-unsur yaitu:

1. A permanent organization to carry on a continuing set of functions. Pembentukan organisasi internasional akan dipengaruhi oleh filsafah kehidupan bangsa-bangsa di suatu kawasan dimana organisasi tersebut akan didirikan. Demikian juga tema-tema perdamaian dan tema lainnya dapat menjadi dasar bagi pembentukan organisasi internasional tersebut. Contohnya, dalam pembentukan Organisasi Persatuan Afrika yang telah melihat sejarah Bangsa Afrika yang berasal dari penjajahan, karena itu tema yang diambil adalah kerjasama untuk membebaskan belenggu penjajahan, masalah penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan nasional maupun dasar falsafah organisasi tersebut.82

Dalam sejarah berabad-abad perkembangan di bidang sepakbola, awalnya juga muncul rasa kekhawatiran oleh para pelaku di setiap tim sepakbola, baik sebagai pemain atau pengurus klub karena disadari belum adanya badan yang benar-benar mengelola sepakbola di dunia dan dirasakan pentingnya suatu organisasi yang mewadahi dan mengatur permainan sepakbola di dunia. Akhirnya dari rasa takut tersebut terbentuklah sebuah organisasi bernama FIFA.83

82

Sumaryo Suryokusumo, Op.Cit, hal.42.

Kedudukan FIFA sebagai organisasi internasional telah diakui oleh masyarakat

83

“Sejarah Terbentuknya FIFA”, dikutip dari sumber

16 Juli 2013 pukul 22:20 WIB.

internasional. FIFA merupakan organisasi internasional yang sejak pembentukannya pada tahun 1904 lalu telah berkembang hingga memiliki 209 anggota asosiasi dari negara-negara sampai saat ini. FIFA adalah organisasi internasional yang bersifat permanen yang dibentuk oleh asosiasi-asosiasi sepakbola negara secara sukarela yang memiliki anggaran dasar atau konstitusi dalam Statuta FIFA yang memuat mengenai tujuan dan struktur organisasi tersebut.

2. Voluntary membership of eligible parties.

Anggota FIFA adalah asosiasi-asosiasi sepakbola negara di dunia yang bergabung secara sukarela. Untuk menjadi anggota FIFA sendiri terdapat beberapa syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi seperti yang terdapat dalam Pasal 9-18 Statuta FIFA tentang Keanggotaan. Pasal 10 Statuta FIFA sendiri mengatur tentang admission (penerimaan) dimana syarat-syaratnya adalah:

a. Any Association which is responsible for organising and supervising football in all of its forms in its Country may become a Member of FIFA. Consequently, it is recommended that all Members of FIFA involve all relevant stakeholders in football in their own structure. Subject to par. 5 and par. 6 below, only one Association shall be recognised in each Country. (Setiap Asosiasi yang bertanggung jawab untuk mengatur dan mengawasi sepak bola dalam segala bentuknya di negaranya dapat menjadi Anggota FIFA. Karena itu, dianjurkan bahwa semua Anggota FIFA melibatkan semua pemangku kepentingan yang terkait dalam

sepakbola di dalam struktur mereka sendiri. Sesuai dengan bag. 5 dan bag. 6 di bawah ini, hanya satu Asosiasi yang diakui di setiap Negara.) b. Membership is only permitted if an Association is currently a member of

a Confederation. The Executive Committee may issue regulations with regard to the admission process. (Keanggotaan hanya diijinkan jika suatu Asosiasi saat ini adalah anggota dari Konfederasi. Komite Eksekutif dapat mengeluarkan peraturan berkaitan dengan proses penerimaan.)

c. Any Association wishing to become a Member of FIFA shall apply in writing to the FIFA general secretariat. (Setiap Asosiasi yang ingin menjadi Anggota FIFA harus membuat permohonan secara tertulis ke Sekretariat Jenderal FIFA.)

d. The Association’s legally valid statutes shall be enclosed with the application for membership and shall contain the following mandatory provisions (Statuta yang sah dari Asosiasi ini harus dilampirkan dengan permohonan untuk menjadi anggota dan memuat ketentuan-ketentuan wajib berikut):

i) always to comply with the Statutes, regulations and decisions of FIFA and of its Confederation (selalu mematuhi Statuta, peraturan dan keputusan FIFA dan Konfederasinya);

ii) to comply with the Laws of the Game in force (untuk mematuhi Hukum Permainan yang berlaku);

iii) to recognise the Court of Arbitration for Sport, as specifi ed in these Statutes (untuk mengakui Pengadilan Arbitrasi Olahraga, sebagaimana ditentukan dalam Statuta).

Kemudian, Kongres sebagai tempat diambilnya keputusan tertinggi, menetapkan status calon anggota yang mendaftar tersebut, apakah Asosiasi tersebut akan diakui sebagai anggota atau tidak.84

Organisasi internasional dibentuk melalui suatu perjanjian dari tiga negara atau lebih sebagai pihak. Suatu organisasi hakikatnya merupakan suatu kesatuan yang menurut hukum dipisahkan dari setiap organisasi lainnya dan akan terdiri dari suatu badan atau lebih. Perjanjian untuk membentuk suatu organisasi internasional merupakan instrumen pokok (constituental instrument) yang akan memuat prinsip-prinsip dan tujuan, struktur maupun cara organisasi tersebut bekerja.

3. Basic instrument stating goals, structure and method of operation

85

FIFA memiliki Statuta yang menjadi dasar bagi berjalannya organisasi tersebut. Statuta FIFA berisi tujuan, struktur, dan cara-cara bertindak organisasi. Statuta FIFA menjadi hukum untuk sepakbola dunia, di mana aturan-aturan tersebut ditetapkan untuk kompetisi, transfer, masalah doping dan sejumlah masalah lain. Tujuan FIFA diatur pada Pasal 2 (a) sampai dengan (e). Sementara itu struktur FIFA yang dibagi menjadi lembaga-lembaga terdapat dalam Pasal 21 serta uraian tugasnya diatur dalam Pasal 21 sampai Pasal 60 yang mengatur

84

Pasal 9 Statuta FIFA

85

tentang Organisasi. Perubahan Statuta FIFA hanya dapat dilakukan oleh Kongres FIFA dan memerlukan mayoritas tiga perempat dari asosiasi yang hadir dan berhak untuk memilih. Statuta FIFA telah mengalami beberapa revisi menyeluruh selama sejarah FIFA sejak pertama kali dibuat pada tahun 1904. karena disadari dibutuhkan kerangka hukum yang modern dan komprehensif untuk menghadapi tantangan-tantangan yang muncul di setiap zaman. Statuta terakhir yang berlaku adalah statuta yang disahkan pada Kongres FIFA di Mauritius pada tanggal 30 dan 31 Mei 2013 dan mulai berlaku pada tanggal 31 Juli 2013.

4. A broadly representative consultative conference organ

FIFA juga memiliki badan-badan perwakilannya. Kekuasaan tertinggi dalam organisasi FIFA terletak pada Kongres. Komite Eksekutif juga hadir sebagai badan yang memberikan pertimbangan dan mempunyai kekuasaan untuk mengambil keputusan dan melaksanakan pengawasan. Selain itu Komite Eksekutif juga mengadakan pertemuan secara berkala. Sekretariat Jenderal bertanggung jawab untuk melaksanakan keputusan-keputusan dan rekomendasi yang telah disahkan oleh organ tertinggi tersebut serta mempunyai hubungan yang erat dengan masing-masing asosiasi sepakbola dari negara anggota dalam rangka melaksanakan kerjasama.

5. Permanent secretariat to carry on continuous administrative, research, and information functions.

Suatu sekretariat tetap (permanent secretariat) yang lokasinya berada di wilayah salah satu negara anggotanya yang ditetapkan melalui persetujuan antara organisasi internasional tersebut dengan tuan rumah (head-quarters agreement) merupakan suatu kebutuhan dalam membentuk organisasi internasional. Di samping itu juga diperlukan adanya staf personalia yang disebut pejabat sipil internasional (international civil servants). Dalam menjalankan tugasnya mereka tidak akan memperoleh atau menerima petunjuk dari pemerintah maupun atau kewenangan lain dari luar organisasi. Mereka juga harus membatasi diri untuk tidak mengadakan tindakan-tindakan yang dapat berpengaruh terhadap kedudukan mereka yang hanya bertanggung jawab kepada organisasi.86

Administrasi FIFA dilakukan di Sekretariat yang terletak di Zurich, Swiss dimana terdapat sekitar 400 anggota staf yang bekerja disana. Administrasi FIFA dikepalai oleh Sekretaris Jenderal FIFA. Sekretariat ini juga secara khusus diatur dalam Statuta FIFA di Bab IX Pasal 71 dan 72 tentang Sekretariat Jenderal. Di dalam Sekretariat terdapat divisi yang terdiri divisi yang menangani pembangunan, kompetisi, administrasi sepak bola, keuangan, bisnis, personil, pelayanan dan komunikasi.87 Sekretariat FIFA juga hanya dapat dipindahkan melalui keputusan kongres.88

86

Sumaryo Suryokusumo, Op.Cit, hal.41.

87

FIFA’s Administration and The Role of General Secretary, dimuat dalam http://www.fifa.com/aboutfifa/organisation/administration/index.html , diakses tanggal 5 November 2013 pukul 20.04 WIB.

88

Telah dijelaskan di awal bahwa suatu Organisasi Internasional dapat dibedakan menjadi dua yaitu Inter Governmental Organization (IGO) dan Non Governmental Organization (NGO). Hal ini dibedakan sebab juga masih dilihat bagaimana kedudukan kedua jenis organisasi internasional ini sebagai subjek hukum internasional. Subjek hukum internasional adalah pemegang hak dan kewajiban menurut hukum dan pemegang hak dan kewajiban itu adalah kemampuan untuk mengadakan hubungan-hubungan hukum dengan sesama pemegang hak dan kewajiban hukum.89 Dalam hukum internasional subjek-subjek tersebut termasuk negara, organisasi internasional, dan kesatuan-kesatuan lainnya. Karena itu, kemampuan untuk bertindak hakikatnya merupakan personalitas dari suatu subjek hukum internasional tersebut. Tiap organisasi internasional mempunyai personalitas hukum dalam hukum internasional. Tanpa personalitas hukum maka suatu organisasi internasional tidak akan mampu untuk melakukan suatu tindakan yang bersifat hukum. Subjek hukum dalam jurisprudensi secara umum dianggap mempunyai hak dan kewajiban yang menurut ketentuan hukum dapat dilaksanakan. Dengan demikian subjek hukum yang ada di bawah sistem hukum internasional merupakan personalitas hukum yang mampu untuk melaksanakan hak dan kewajiban tersebut.90 Kedudukan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional tidak diragukan lagi, walaupun pada mulanya belum ada kepastian tentang hal tersebut.91

89

Sri Setianingsih Suwardi, Op.Cit, hal.7.

90

Sumaryo Suryokusumo, Op.Cit, hal.45.

91

Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Buku I Bagian Umum, Binacipta, Bandung, 1982, hal. 95. Lihat juga kasus Reparation for Injuries Suffered in the Service of the United Nations Case tahun 1949.

maka organisasi internasional itu personalitas hukum di dalam hukum internasional.

Anggapan bahwa organisasi internasional merupakan subjek hukum internasional sepenuhnya terbagi ketika membicarakan dua jenis organisasi internasional yaitu IGO dan NGO. Ada yang menganggap hanya IGO yang merupakan subjek hukum internasional, dan ada juga yang menganggap IGO dan NGO keduanya adalah subjek hukum internasional. Akan tetapi, mayoritas literatur setuju dengan pendapat yang pertama. Alasannya adalah karena NGO yang bersifat swasta, maka lebih cenderung berada dibawah hukum nasional sebuah negara. Contohnya adalah International Committee of the Red Cross (ICRC) yang berada dibawah hukum nasional Swiss dan anggotanya semuanya adalah warga Swiss, dan Greenpeace yang markasnya berada di Belanda tetapi bekerjasama dengan 27 negara dan kantor regionalnya beroperasi di 41 negara.92 Bahkan NGO dianggap hanya sebagai kelompok penekan internasional, bukan subjek hukum internasional. NGO ini pada umumnya berkantor pusat dan mengadakan kegiatan di Amerika Serikat dan Eropa dan masih sedikit berada di negara berkembang. Sehingga tidaklah disangsikan bahwa NGO ini tunduk pada hukum nasional dan tidak secara langsung diatur oleh hukum internasional.93

Bagaimanapun juga NGO memainkan perang penting dalam pembentukan, interpretasi, dan penegakan hukum internasional. NGO berpartisipasi sebagai observer dalam negosisasi perjanjian multilateral, memberikan masukan pada teks draf perjanjian dan berusaha mempengaruhi

92

Sean D. M, Principles of International Law, USA, 2006, hal. 58.

93

pandangan negara. NGO sangat aktif membantu negara dalam pengimplementasian kewajibannya dibawah hukum internasional seperti melalui program-program pelatihan atau pentransferan teknologi. NGO akan lebih bermain banyak peran ketika berada dibawah hukum nasional daripada dibawah hukum internasional, dalam upaya pengembangan hukum internasional.94

Kemudian terdapat juga pendapat yang menyatakan NGO sebagai subjek hukum internasional terbatas. Alasannya adalah mengacu pada isi perjanjian dan konvensi. Palang Merah Internasional (ICRC) dianggap sebagai salah satu subjek hukum internasional terbatas karena adanya Konvensi Palang Merah (sekarang Konvensi Jenewa tahun 1949 tentang Perlindungan Korban Perang).95

Maka yang dikategorikan sebagai subjek hukum internasional secara penuh adalah Inter Governmental Organization (IGO) seperti PBB, OPEC, WTO, WHO, ICJ, UNHCR, EU, ASEAN, OAS, dan lainnya. Bagaimanapun kekuasaan IGO dalam memberlakukan hukum internasional juga dibatasi oleh negara sebagai subjek hukum yang utama. Dalam hal ini ada istilah prinsip spesialitas bagi kekuasaan hukum organisasi internasional, yang melarang organisasi tersebut melakukan kegiatan-kegiatan di luar pelaksanaan tujuan yang telah ditetapkan. Merupakan pengecualian adalah Uni Eropa yang memiliki kewenangan supranasional diatas negara anggotanya dalam beberapa kebijakan.96

FIFA sendiri memenuhi unsur dan dapat dikatakan sebagai NGO seperti DW Bowett yang menyebutkan NGO adalah perserikatan-perserikatan privat internasional yaitu perserikatan-perserikatan atau perhimpunan-perhimpunan dari

94

Sean D. M, Loc.Cit, hal. 59.

95

Mochtar Kusumaatmadja, Loc. Cit., hal. 101.

96

badan-badan non pemerintah, baik swasta, individu, atau badan hukum. FIFA sendiri didirikan oleh individu-individu yang mewakili berbagai asosiasi sepakbola di dunia dan hingga kini memiliki anggota-anggota yang bukanlah “negara” an sich, melainkan asosiasi sepakbola swasta tunggal yang dibentuk oleh sekelompok orang yang mengelola klub sepakbola yang berbadan hukum di negara yang bersangkutan sesuai dengan mekanisme dan sistem aturan yang ditetapkan97

FIFA seperti ditegaskan dalam statutanya sebagai anggaran dasarnya juga memliki hak dan kewajibannya sebagai organisasi internasional yang memiliki dan mengelola sepakbola profesional secara tunggal di dunia. dimana didalamnya terdapat tujuan, struktur dan metode kerja dari FIFA sebagai organisasi internasional. Kewajiban-kewajiban FIFA dalam tugasnya antara lain untuk mempromosikan sepak bola, mengatur transfer pemain antar tim, memberikan

dan asosiasi sepakbola tersebut bukanlah badan pemerintah negara-negara tersebut. FIFA sendiri berbadan hukum Swiss dan memiliki tujuan mengelola sepakbola profesional secara tunggal di dunia yang tidak hanya untuk anggotanya saja tetapi juga demi kepentingan masyarakat dunia. FIFA juga merupakan organisasi non-profit dimana tidak ada pemilik dari organisasi ini yang menerima keuntungan dari apa yang dilakukan FIFA dalam bentuk laba. Pendapatan FIFA dialokasikan untuk cadangan dana yang diperlukan sebagai dukungan finansial dan juga seluruh pendapatan akan diinvestasikan kembali ke

Dokumen terkait