• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : PENGATURAN HUKUM MENGENAI TRANSPORTASI

C. Kedudukan Hukum Transportasi Jalan Online

Hakikat dari usaha transportasi jalan online seperti Go-Box, Blu-Jek dan sebagainya adalah memberikan pelayanan ataujasa transportasi kepada seluruh elemen masyarakat. Menjaring pelanggan seluar-luasnya dari masyarakat merupakan target dari perusahaan pengangkutan jalan online.

Realisasi usaha transportasi yang dilakukan oleh perusahaan transportasi jalan online memunculkan suatu perikatan hukum dengan pelanggan (custmer).

Dalam hal ini, perusahaan transportasi jalan online mengadakan transaksi berupa perjanjian pemberian jasa transportasi, transportasi mana dilakukan melalui metode elektronik, yang memunculkan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak.

Perusahaan transportasi jalan online memberikan hak kepada pelanggan (customer) atas layanan atau jasa transportasi tertentu, dan di lain pihak memunculkan hak atas imbalan atau tarif bagi perusahaan pengangkutan jalan online. Perusahaan transportasi jalan online melakukan kewajibannya berupa pemberian jasa atau layanan transportasi, sedangkan kewaiban pihak pelanggan (customer) adalah membayar ongkos layanan (tarif) dengan nilai tertentu kepada perusahaan transportasi jalan online.62

Kedudukan perusahaan transportasi jalan online sebagai subjek hukum tidak hanya terbatas pada hal adanya hubungan hukum dengan pelanggan (customer) jasa transportasi saja. Perusahaan transportasi jalan online

61 Endang Wahyusetyawati, Op.Cit, hal 3

62 Andika Wijaya, Op.Cit, hal 33

berkedudukan sebagai subjek hukum ketika perusahaan mengadakan perjanjian kemitraan dengan para driver transportasi jalan online, perjanjian kerja dengan karyawan perusahaan transportasi jalan online, perjanjian kerja sama dengan perusahaan lain serta perjanjaian-perjanjian lainnya.63

Secara umum, undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang perdagangan, membagi jenis perdagangan menjadi 2 (dua) bidang, yakni perdagangan barang Ditinjau dari segi hukum pengangkutan, transportasi online, seperti Uber Taxi, Go-jek, Go-Box, Greb Bike, Grab Car, Blu-Jek, Lady-Jek dan sebagainya, tunduk pada Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 dan peraturan pelaksanaanya.

Ditinjau dari segi hukum perjanjian, selain tundak pada hukum umum perjanjian, transportasi jalan online, seperti Uber Taxi, Go-jek, Go-Box, Greb Bike, Grab Car, Blu-Jek, Lady-Jek dan sebagainya tunduk juga pada Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 dan peraturan pelaksanaannya. Dengan sifat khasnya yang menjadikan media elektronik, sebagai senjata utama, pada beberapa hal bagi transportasi jalan online, berlaku Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 sebagai lex specialis, terutama untuk hal-hal yang berkaitan dengan kontrak elektronik.

Transportasi jalan online, seperti Uber Taxi, Go-jek, Go-Box, Greb Bike, Grab Car, Blu-Jek, Lady-Jek dan sebagainya yang merupakan inovasi baru di bidang transportasi yang dijalankan oleh perusahaan tertentu dengan memberdayakan mitra kerja. Kegiatan uaha yang dijalankannya adalah memberikan pelayanan atau jasa pengangkutan orang dan/atau barang kepada pelanggan dengan mekanisme secara online.

63 Ibid, hal 34

dan jasa. Dalam hal ini yang dimaksud barang menurut Pasal 1 angka 5 UU No.7 Tahun 2014 adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, dan dapat diperdagangkan, dipakai, digunakan atau dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku usaha. sedangkan yang dimaksud dengan jasa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 6 UU No.7 tahun 2014 adalah setiap layanan dan unjuk kerja berbentuk pekerjaan atau hasil kerja yang dicapai, yang diperdagangkan oleh satu pihak ke pihak lain dalam masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku usaha. Mengacu pada jenis perdagangan secara umum, transportasi jalan online, seperti Uber Taxi, Go-jek, Go-Box, Greb Bike, Grab Car, Blu-Jek, Lady-Jek dan sebagainya termasuk pada perdagangan yang bergerak dalam bidang jasa. Hal ini juga ditegaskan oleh ketentuan Pasal 4 ayat (2) UU No.7 Tahun 2014 bahwa juasa transportasi (termasuk transportasi/pengangkutan online) dikategorikan sebagai jasa yang dapat diperdagangkan. Jasa tersebut dapat diperdagangkan baik di dalam negeri maupun melampui batas wilayah negara (vide Pasal 4 ayat (3) UU No.7 Tahun 2014).

Pasal 20 ayat (1) UU No.7 Tahun 2014 menentukan bahwa penyedia jasa yang bergerak di bidang perdagangan jasa wajib didukung tenaga teknis yang kompeten sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tenaga teknis dalam perdagangan jasa yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan pengangkutan umum melalui Uber Taxi, Go-jek, Go-Box, Greb Bike, Grab Car, Blu-Jek, Lady-Jek dan sebagainya, salah satu dan merupakan hal yang penting adalah pengemudi (diver). Kriteria tenaga teknis yang kompeten dari seorang pengemudi (driver) di antaranya namun tidak berbatas pada dimilikinya surat izin mengemudi (SIM)

yang merupakan petunjuk bahwa seorang telah lulus pendidikan, pelatihan dna ujian (baik praktik maupun teori) pengemudi pengangkutan umum yang diadakan oleh instansi pemerintah.64

1. Kedudukan hukum transportasi jalan online yang kendaraan bermotor

Adapun kedudukan Hukum Transportasi Jalan Online diantaranya:

Secara garis besar berdasarkan jenis barang yang diangkut, angkutan barang degan kendaraan bermotor umum terdiri atas angkutan barang umum dan angkutan barang khusus (vide Pasal 160 UU No. 22 Tahun 2009). Bagi kendaraan bermotor yang mengangkut barang khusus, berlaku ketentuan Pasal 162 ayat (1) UU No.22 Tahun 2009). Mengacu pada ketentuan Pasal 163 ayat (1) UU No.22 Tahun 2009, pemilik agen ekspedisi muatan angkutan barang atau pengirim yang menyerahkan barang khusus wajib memberitahukan kepada pengelola pergudangan dan/atau penyelenggara angkutan barang sebelum barang dimuat ke dalam kendaraan bermotor umum. Angkutan barang dengan menggunakan kendaraan bermotor wajib menggunakan mobil barang.

Sepeda motor secara yuridis didefinisikan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2012 tentang Kendaraan sebagai kendaraan bermotor beroda 2 (dua) dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan tanpa kereta samping atau kendaraan bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah. Transportasi jalan online yang mengangkut orang dengan menggunakan kendaraan berjenis sepeda motor dewasa ini dilakukan oleh berbagai perusahaan, diantaranya Go-Jek, Grab Bike, Lady Jek dan sebagainya.

64Ibid, hal 14-18

2. Kedudukan hukum transportasi jalan online yang berupa mobil

Transportasi jalan online yang berupa mobil merupakan fenomena yang berkembang dewasa ini. Salah satu contoh dari transportasi jalan online yang berupa mocil adalah Uber, Taxi dan Grab Taxi. Sebagaimana pengangkutan jalan lain yang bersifat online yang akhir-akhir ini berkembang di Indonesia, angkutan jenis baru ini segera menuai kontroversi. Kontroversi ini muncul baik dari pemerintah, organisasi angkutan jalan raya, para pelaku bisnis angkutan jalan raya, serta masyarakat.

Perkembangan teknologi yang begitu pesat khususnya teknologi informasi dan komunikasi yang terhubung dengan internet ikut mempengaruhi dunia usaha pengangkutan. Berbagai aplikasi berbasis teknologi informasi terus dikembangkan untuk memudahkan pengusaha angkuan umum dan pengguna jasa angkuan umum. Aplikasi berbasis teknologi informasi adalah hasil inovasi yang dikembangkan oleh para pelaku usaha yang melihat adanya peluang bisnis dengan menghubungkan masyarakat sebagai pengguna jasa dengan pelaku usaha.

Akses ke pasar yang secara mudah dan cepat, menjadi nilai jual dari aplikasi berbasis teknologi informasi. Karenanya, penggunaan teknologi juga tidak lepas dari unsur-unsur seperti penggunaan uang elektronik, penyimpanan data elektronik, dan unsur- unsur lain yang merupakan bagian dari perdagangan elektronik Saat ini bermunculan berbagai perusahaan aplikasi berbasis teknologi informasi yang berfungsi mempertemukan antara masyarakat sebagai pengguna jasa angkutan umum dan pengusaha angkutan umum secara efektif dan efisien seperti Uber dan GrabCar.

Uber dan GrabCar berstatus perseroan terbatas (PT) setelah memperoleh izin penanaman modal asing (PMA) dari Badan Koordiasi Penanaman Modal (BKPM). Izin tersebut berupa izin portal website.

Uber dan GrabCar mengembangkan aplikasi berbasis teknologi informasi yang menghubungkan antara penumpang danpengusaha angkutan sewa. Uber dan Grabcar tidak berkedudukan sebagai perusahaan penyelenggara angkutan umum karena keduanya tidak memiliki izin berdasarkan Pasal 173 Ayat (1) UULLAJ yaitu:

1. Izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek

2. Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek; dan/atau

3. Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat. Oleh karena itu Uber dan GrabCar hanya berstatus perusahaan penyedia aplikasi sebagai salah satu cara transaksi dalam rangka memberikan kemudahan akses bagi konsumen dalam memesan kendaraan sewa.

Penyelenggaraan angkutan umum dengan aplikasi berbasis teknologi informasi seperti Uber dan GrabCar saat ini diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 32 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Angkutan dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek. Penggunaan aplikasi berbasis teknologi informasi dapat dilakukan secara mandiri oleh perusahaan angkutan umum atau bekerjasama dengan perusahaan/lembaga penyedia aplikasi berbasis teknologi informasi yang berbadan hukum indonesia. Berdasarkan ketentuan tersebut Uber dan GrabCar

hanya berstatus sebagai penyedia aplikasi yang bekerja sama dengan perusahaan angkutan umum yang telah memilii izin penyelenggaraan angkutan.

Di sisi lain pihak Uber dan GrabCar sebagai perusahaan/lembaga penyedia aplikasi berbasis teknologi informasi yang memfasilitasi pemberian pelayanan angkutan orang, diwajibkan untuk segera melaporkan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Darat meliputi: Profil Penyedia Jasa Aplikasi berbasis internet, Memberikan akses operasional pelayanan dan Data seluruh perusahaan angkutan umum yang bekerjasama, Data seluruh kendaraan dan pengemudi dan Layanan pelanggan berupa telepon, email, dan alamat kantor penyedia aplikasi berbasis teknologi informasi.

Aplikasi Uber dan GrabCar termasuk ke dalam jalur transaksi melalui penghubung. Hampir semua badan usaha yang menyediakan jasa penghubung antara konsumen dan pelaku usaha penyedia barang dan jasa melalui teknologi aplikasi memiliki status sebagai badan hukum perseroan terbatas. Izin dan persyaratan yang dimiliknya adalah Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP). Serta, apabila terdapat investor asing yang memiliki saham dalam perusahaan tersebut, maka akan tunduk pada rezim perizinan di bawah BKPM dengan memperhatikan Daftar Negatif Investasi.

Dengan terpenuhinya hal-hal tersebut di atas sebagaimana diatur dalam Pasal 188 dan Pasal 189 UULLAJ, maka penumpang angkutan umum dengan layanan aplikasi berbasis teknologi informasi (online) Uber dan GrabCar telah mendapat jaminan hukum atas keselamatannya jikalau pengangkut tidak dapat

melaksanakan kewajibannya dalam pengangkutan orang yakni membawa atau mengangkut penumpang tersebut sampai di tempat tujuan dengan selamat.

Hadirnya layanan angkutan umum taksi berbasis aplikasi seperti Uber dan Grab saat ini sangat menganggu aturan dan tatanan dalam suatu negara yang berkaitan dengan publik transportasi, seperti Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 22 Tahun 2009, Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014, Permenhub dan Perda. Pendapat yang didasarkan pada fakta di mana pebisnis pelat hitam layaknya taksi resmi, namun tanpa dilengkapi dengana aspek perizinan.

Transportasi jalan online untuk mengangkutan orang bermerek Grab memberikan pilihan angkutan jalan menggunakan kendaraan berjenis taksi yang bernama Grab Taxi, sedangkan untuk kendaraan yang berjenis MPV dan Familiy Car termasuk dalam kategori Grab Car. Angkutan jalan online untuk mengangkut orang bermerek Uber Tazi, selainm enggunakan mobil berjenis taksi juga menggunakan mobil berjenis SUV. Jika dilihat dari jenis mobil yang digunakan serta pelayanan yang diberikan, angkutan jalan online untuk mengangkut orang bermerek Grab Taxi dan Uber Taxi termasuk dlam angkutan orang dengan menggunakan taksi sebagaiman diatur dalam ketentuan Pasal 41 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014. Secara garis besar, angkutan ini termasuk dalam pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam trayek.65

65 Andika Wijaya, Op.Cit, hal 192-193

BAB III

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA JASA (PENUMPANG) TRANSPORTASI ONLINE

A. Perlindungan Konsumen Jasa Transportasi Jalan Online

Perkembangan teknologi dan informasi merupakan sebuah keniscayaan.

Kemajuan teknologi akan berjalan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kebutuhan manusia akan teknologi dan informasi. Berbagai inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia serta memberikan banyak kemudahan dalam melakukan aktifitas manusia. Dalam beberapa dekade terakhir ini, manusia telah merasakan keajaiban dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Kecanggihan teknologi hadir disetiap sudut kehidupan manusia, termasuk dalam hal transportasi. Di zaman modern seperti saat ini, kebutuhan transportasi merupakan salah satu kebutuhan penting sebagai akibat dari kegiatan ekonomi, sosial, dan sebagainya yang menuntut peningkatan mobilitas penduduk maupun sumber daya lainnya dengan cepat. Transportasi merupakan sarana yang umum digunakan untuk mengangkut barang atau manusia dari satu tempat ke tempat lain. Transportasi online adalah salah satu contoh pengembangan teknologi berbasis aplikasi disambut cukup baik di awal kemunculannya karena dianggap sebagai salah satu inovasi terbaik saat ini.66

Transportasi online kehadirannya bukan saja menguntungkan bagi konsumen tapi juga bagi drivernya. Dengan adanya transportasi jalan online ini

66 Endang Wahyusetyawati, Op.Cit, hal 1

pendapatan driver lebih tinggi dibandingkan sebelumnya dimana mereka bekerja sebagai driver transportasi konvensional. Hal inilah yang memicu terjadinya demostrasi dibeberapa daerah terkait kehadiran transportasi online.

Selain karena hal itu, perang tarif pun menjadi alasan para pendemo, karena transportasi jalan online memberikan tarif yang lebih rendah dari tarif transportasi konvensional. Bisa dimaklumi mengapa bisa terjadi demo terkait kehadiran tranportasi jalan online ini karena undang-undang yang dimiliki saat ini tidak mengakomodir jenis transportasi jalan online ini. Jika dikaitkan dengan salah satu tujuan Negara Indonesia sebagaimana termaktub dalam alinea keempat UUD 1945 “memajukan kesehateraan umum”, maka menjadi tugas Negara untuk merumuskannya dalam peraturan perundang-undangan.67

Transportasi online muncul di tengah kondisi sistem transportasi di Indonesia yang belum tertata dengan baik. Beberapa perusahaan besar berlomba untuk membentuk perusahaan transportasi berbasis aplikasi online, beberapa di antaranya adalah Gojek, Grab maupun Uber. Bagi sebagian orang transportasi online merupakan solusi atas sistem transportasi yang masih buruk, namun di sisi lain merupakan masalah bagi orang-orang yang menggantungkan hidup dari jasa transportasi yang tidak mengandalkan teknologi. Transportasi online menawarkan kemudahan, biaya yang lebih murah, kenyamanan dan keamanan yang lebih terjamin, maka tidak mengherankan jika banyak orang yang beralih dari moda transportasi konvensional ke moda transportasi online. Seiring dengan waktu, kehadiran transportasi online ini menimbulkan kecemburuan sosial bagi transportasi konvensional yang sudah ada sebelumnya, baik ojek, taksi, bus dan

67Rifkiyati Bachri, Keadilan: Dilema Transportasi Online Vs Transportasi Konvensional, Semnas Sipendikum FH Unikama, 2017, hal 154

lain sebagainya. Transportasi online dituding sebagai biang kerok menurunnya pendapatan para pengemudi transportasi konvensional. Aksi protes, penolakan, penghadangan dan puncaknya adalah demo besar-besaran yang menolak kehadiran Gojek, Uber dan Grab dilakukan oleh para pengemudi transportasi konvensional.

Transportasi online dengan segala kemudahannya memang masih menyisakan masalah hukum. Belum adanya aturan atau payung hukum sering kali menjadikan transportasi online sebagai sesuatu yang dianggap ilegal. Lambatnya Pemerintah dalam menyediakan payung hukum menjadi penyebab munculnya permasalahan terkait transportasi berbasis aplikasi online. Saat ini, payung hukum untuk aktivitas transportasi online berbasis tehnologi aplikasi adalah Peraturan Menteri Perhubungan No. 32 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek. Peraturan ini mengatur jenis pelayanan, pengusahaan, penyelenggaraan angkutan umum dengan aplikasi berbasis teknologi informasi, pengawasan angkutan umum serta peran serta masyarakat dan sanksi adminstrasi. Untuk saat ini Peraturan Menteri tersebut dirasa cukup mengakomodir segala pengaturan terkait transportasi online tersebut.

Salah satu konsekuensi dari semakin terbukanya pasar nasional sebagai akibat dari proses globalisasi ekonomi adalah munculnya jenis dan spesifikasi barang dan/atau jasa yang baru. Globalisasi juga menyebabkan semakin terbukanya akses informasi atas ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan inovasi-inovasi baru di bidang industri barang dan/atau jasa. Salah satu inovasi baru di bidang

industri jasa adalah pengangkutan umum dengan menggunakan aplikasi internet sebagaimana telah dioperasikan oleh berbagai perusahaan transportasi jalan online, antara lain Uber Taxi, Go-Jek, Grab Car, Blu-Jek, Lady-Jek, dan sebagainya. Dalam konteks UU No.8 Tahun 1999, perusahaan transportasi jalan online berkedudukan sebagai pelaku usaha, sedangkan pengguna jasa transportasi jalan online berkedudukan sebagai konsumen.

Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen adalah tingkat kesadaran konsumen akan haknya masih rendah, yang terutama disebabkan oleh rendahnya pendidikan konsumen. Sesuai dengan asas keamanan dan keselamatan konsumen, UU No.8 Tahun 1999 memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan. Untuk memberikan jaminan tersebut, pemerintah dibebani fungsi pembinaan dan pengawasan pada sektor perlindungan konsumen.

Pasal 29 ayat (1) UU No.8 Tahun 1999 menentukan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjamin diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannya kewajiban konsumen dan pelaku usaha. Selain bertanggungjawab atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen, pemerintah juga melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapan ketentuan perundang-undangannya (vide Pasal 30 ayat (1) UU No.8 Tahun 1999.

Hubungan hukum antara perusahaan pengangkutan umum online yang berkedudukan sebagai pelaku usaha dengan pengguna jasapengangkutan umum online berkedudukan sebagai konsumen dilaksanakan dengan mengacu pada asas-asas umum perlindungan konsumen. Salah satu asas-asas perlindungan konsumen berdasarkan UU No.8 Tahun 1999 adalah asas kepastian hukum, yang dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen serta negara menjamin kepastian hukum. Sesuai asas tersebut, baik hak-hak pelaku usaha maupun hak-hak konsumen dilindungi oleh peraturan perundang-undangan dan sebaliknya masing-masing pelaku usaha maupun konsumen sama-sama memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pada era globalisasi ini dimana hubungan pelaku usaha sebagai penyedia jasa transportasi online dengan konsumen menjadi dekat dan makin terbuka.

Campur tangan Negara, kerja sama antar negara dan kerja sama internasional sangat dibutuhkan. Perlindungan hukum terhadap konsumen di indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Perlindungan hukum yang diberikan kepada pelaku usaha jasa transportasi berbasis aplikasi dimana dalam hal transportasi telah diatur dalam Pasal 10 Undang - Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan dan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum. Dengan begitu pelaku usaha jasa transportasi online sudah diizinkan oleh pemerintah

dengan melengkapi syarat ketentuan untuk semua layanan transportasi online wajib mendaftarkan pengemudinya ke dalam bentuk badan usaha karena sudah dilegalkan oleh pemerintah. Jadi transportasi online sudah dapat dioperasikan di berbagai wilayah di Indonesia.

Perlindungan hukum dalam undang-undang ini terlihat secara tegas, dimana dinyatakan bahwa “angkutan umum wajib mengangkut orang dan/atau barang, setelah disepakati perjanjian pengangkutan dan/atau dilakukannya pembayaran biaya angkutan oleh penumpang dan/atau pengiriman barang.” Penjelasan pasal dalam undang-undang ini kemudian menambahkan bahwa wajib angkut ini dimaksudkan agar perusahaan angkutan umum tidak melakukan perbedaan perlakuan terhadap pengguna jasa angkutan, sepanjang pengguna jasa angkutan telah memenuhi persyaratan perjanjian pengangkutan yang telah disepakati.

Perjanjian pengangkutan disini tidak harus diwujudkan dalam bentuk kontrak tertentu (tertulis). Perjanjian pengangkutan dapat terjadi secara lisan.

Bahkan dalam hal tertentu, misalnya ketika penumpang yang telah memasuki angkutan umum ke suatu tujuan tertentu, maka ia dianggap telah melakukan perjanjian atau telah disepakati secara diam-diam semua persyaratan perjanjian angkutan. Dengan demikian para pihak terlibat disini telah mengadakan perjanjian pengangkutan. Sebagai konsekuensinya, pengangkutan (atau produsen dalam konteks hukum konsumen) harus atau wajib mengangkut penumpang tersebut sampai ke tempat tujuan yang disepakati.

Pengangkutan tidak boleh melakukan tindakan diskriminasi dalam mengangkut penumpang. Dalam melakukan angkutan umum tersebut, pengangkut

harus mematuhi penetapan tarif angkutan yang dibuat pemerintah. Tarif angkutan terdiri dari tarif angkutan orang dan tarif angkutan barang.Pasal 181 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Selain pengaturan perjanjian pengangkutan yang berkaitan dengan kewajiban mengangkut di atas, bagian terpenting lain dalam hukum pengangkutan yang dapat memberikan perlindungan konsumen adalah pengaturan tanggung jawab pengangkut. Kemudian seberapa besar perlindungan konsumen yang dapat diberikan pengaturan tanggung jawab ini sangat bergantung kepada prinsip tanggung jawab pengangkut yang dianut suatu undang-undang.

B. Perlindungan Konsumen menurut UU No.8 Tahun 1999

Pengaturan tentang hukum perlindungan konsumen telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Berdasarkan undang-undang tersebut disebutkan bahwa “perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.” Kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen berupa perlindungan terhadap hak-hak konsumen, yang diperkuat melalui undang-undang khusus, memberi harapan agar pelaku usaha tidak bertindak sewenang-wenang yang selalu merugikan hak-hak konsumen.

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen beserta perangkat hukum lainnya, konsumen memiliki hak dan posisi yang berimbang dan mereka dapat menggugat atau menuntut jika ternyata hak-haknya telah dirugikan atau dilanggar oleh pelaku usaha.

Berdasarkan Pasal 6 Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 hak pelaku usaha adalah sebagai berikut :

a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang atau jasa yang diperdagangkan.

b. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen

b. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen

Dokumen terkait