• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Hamzah B. Uno (2011: 21), keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian si belajar. Hamzah B. Uno (2011: 21) juga mengatakan aspek penting yang dapat dipakai untuk mempreskripsikan keefektifan pembelajaran, yaitu:

Ada 4 (empat) aspek penting yang dapat dipakai untuk mempreskripsikan keefektifan pembelajaran, yaitu (1) kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan "tingkat kesalahan". (2) kecepatan unjuk kerja, (3) tingkat alih belajar, dan (4) tingkat retensi dari apa yang dipelajari.

34

Menurut Muijs & Reynolds (2005: 3), faktor-faktor kelas yang memberikan kontribusi pada hasil yang efektif di siswa adalah sebagai berikut

“Mortimore concluded that the classroom factors contributing to effective student

outcomes were structured sessions, intellectually challenging teaching, a work orientated environment, communication between teachers and pupils, and a

limited focus within the sessions.”

Makna pernyataan di atas adalah bahwa faktor-faktor kelas yang memberikan kontribusi pada hasil yang efektif di siswa adalah sesi yang terstruktur, cara mengajar yang menantang secara intelektual, lingkungan yang berorientasi-tugas, komunikasi antara guru dan murid, dan fokus yang terbatas di setiap sesinya.

Dick & Reiser (1989: 2) menyatakan bahwa “effective instruction that

enable students to acquire specified skill, knowledge, and attitudes.” Pernyataan tersebut bermakna pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mendapatkan keterampilan khusus, pengetahuan, dan sikap.

Pembelajaran yang efektif harus mempunyai syarat kesesuaian antara kebutuhan belajar siswa dan sistem ujian (M. Hosnan, 2014: 187). “Effective

learning induces curiosity, self confidence and self awareness with respect to knowledge and how to knowledge is acquired and applied” (Barnett, 1992: 56). Belajar yang efektif adalah yang mempengaruhi rasa ingin tahu, kepercayaan diri dan kesadaran diri terhadap pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu diperoleh dan diterapkan. Oleh karena itu, keefektifan dari suatu pembelajaran merupakan ukuran keberhasilan yang dicapai setelah melaksanakan pembelajaran.

35 6. Keterampilan Sosial

Setiap individu dituntut untuk memiliki keterampilan sosial agar dapat menyelesaikan permasalahan yang timbul di lingkungannya. Keterampilan-keterampilan sosial menurut Syamsul Bachri Thalib (2013: 159) sebagai berikut:

Keterampilan-keterampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, memberi atau menerima umpan balik (feedback), memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku.

Individu dengan keterampilan sosial rendah tidak akan mampu berbagi dengan orang lain dan ingin menang sendiri (Syamsul Bachri Thalib, 2013: 164-165).

Muijs & Reynolds (2005: 130) mengatakan “social skills are not just important in and of themselves, but are also linked to other desirable outcomes”.

Keterampilan sosial tidak hanya penting di dalam dan dari keterampilan itu sendiri, tetapi juga terkait dengan hasil lainnya yang diinginkan. “Social skills are positively predictive of concurrent levels of academic achievement”(Malecki & Elliot, 2002: 1). Makna dari pernyataan di atas adalah keterampilan sosial mempengaruhi tingkat prestasi akademik.

Gresham, Sugai, and Horner pada tahun 2001 (Bremer & Smith, 2004: 1) mengatakan “social competence as “the degree to which students are able to

establish and maintain satisfactory interpersonal relationships, gain peer acceptance, establish and maintain friendships, and terminate negative or pernicious interpersonal relationships.” Keterampilan sosial yaitu sejauh mana siswa dapat membangun dan memelihara hubungan interpersonal yang tepat,

36

mendapatkan penerimaan oleh orang lain, membangun dan memelihara persahabatan, dan mengakhiri hubungan interpersonal yang negatif atau bersifat merusak.

“Social skills are those behaviors that promote successful social relationships enable individuals to work effectively with others” (Arends, 2007: 367). Keterampilan sosial adalah perilaku-perilaku yang mendukung kesuksesan hubungan sosial dan memungkinkan individu untuk bekerja secara efektif bersama orang lain. Dari definisi-definisi di atas keterampilan sosial adalah perilaku-perilaku terhadap lingkungan, menjalin hubungan dengan orang lain atau suatu kelompok, menghargai diri sendiri dan orang lain, serta bekerja secara efektif bersama orang lain dengan menghormati norma-norma dan nilai yang ada dalam kelompok atau masyarakat tertentu.

Menurut Syamsul Bachri Thalib (2013: 165), adanya keterampilan sosial dalam diri seseorang terdiri dari sejumlah sikap yaitu,

Seseorang memiliki keterampilan sosial tinggi, apabila dalam dirinya memiliki keterampilan sosial yang terdiri dari sejumlah sikap, termasuk: a. kesadaran situasional atau sosial (social awareness); b. kecakapan ide, efektivitas, dan pengaruh kuat dalam melakukan komunikasi dengan orang atau kelompok lain; c. berkembangnya sikap empati atau kemampuan individu melakukan hubungan dengan orang lain pada tingkat yang lebih personal; d. terampil berinteraksi (interaction style).

Keterampilan sosial seperti yang dikemukakan Kachala & Bialo (2009: 3) sebagai berikut:

Social skills as defined by the SSRS-includes four components, each of which corresponds to an SSRS social skills subscale:

a. Responsibility-behaviors that indicate the ability to communicate with adults and regard for propriety of work.

37

b. Self-Control-behaviors that emerge in conflict situations, such as responding appropriately to teasing, and in non-conflict situations that require taking turns and compromising.

c. Assertion-initiating behaviors, such as asking others for informations and introducing oneself and responding to the actions of others.

d. Cooperation-behaviors such as helping others, sharing materials, and complying with rules and directions.

Keterampilan sosial seperti yang didefinisikan oleh SSRS (Kachala & Bialo, 2009: 3), terdiri dari empat komponen, yaitu:

a. Tanggung jawab-perilaku yang menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang dewasa dan memperhatikan hal kerja.

b. Kontrol terhadap diri sendiri-perilaku yang muncul dalam situasi konflik, seperti menanggapi secara tepat, dan dalam situasi tidak konflik dapat saling membutuhkan dan berkompromi.

c. Sikap tegas, yaitu menanyakan kepada orang lain tentang informasi, memperkenalkan diri dan menaggapi tindakan orang lain.

d. Kerjasama yaitu perilaku membantu orang lain, berbagi, dan mematuhi aturan dan arahan.

Aspek-aspek keterampilan sosial (NASP, 2002) yaitu:

a. Survival skills (e.g., listening, following directions, ignoring distractions, using nice or brave talk, rewarding yourself)

b. Interpersonal skills (e.g., sharing, asking for permission, joining an activity, waiting your turn)

c. Problem-solving skills (e.g., asking for help, apologizing, accepting consequences, deciding what to do)

d. Conflict resolution skills (e.g., dealing with teasing, losing, accusations, being left out, peer pressure)

38

Aspek-aspek keterampilan sosial (NASP, 2002) yaitu:

a. Keterampilan bertahan hidup (misalnya mendengarkan, mengikuti petunjuk, mengabaikan gangguan, menggunakan secara baik atau berani berbicara, menghargai diri sendiri)

b. Keterampilan interpersonal (misalnya, berbagi, meminta ijin, mengikuti kegiatan, menunggu giliran)

c. Keterampilan menyelesaikan masalah (misalnya meminta bantuan, menerima konsekuensi, memutuskan apa yang akan dikerjakan)

d. Keterampilan menyelesaikan konflik (misalnya, berurusan dengan sindiran, kehilangan, tuduhan, ditinggalkan, tekanan dari teman sebaya)

Caldarella & Merrel (1997: 264) mengatakan terdapat 5 dimensi keterampilan sosial yaitu:

Peer relations skills, self management skills, academic skills, compliance skills, and assertion skills.

a. Peer relations skills dimension (complimenting or praising others, offering help or assistance, and inviting others to play or interact) b. Self management skills (able to control his or her temper, follow rules

and limits, compromise with others, and receive criticism well)

c. Academic skills (accomplishing tasks or assignments independently, completing individual seatwork/assigments, and heading teacher directions)

d. Compliance skills or “cooperation” (compatible with others by

complying with social rules and expectations, appropriately using free time, and sharing things)

e. Assertion skills (initiating conversations with others, acknowledging compliments, and inviting others to interact)

Lima dimensi keterampilan sosial:

a. Keterampilan yang berhubungan dengan teman sebaya (memuji teman, menawarkan bantuan, mengajak teman untuk bermain atau berinteraksi)

39

b. Keterampilan Manajemen Diri (dapat mengontrol emosi, mengikuti aturan dan batasan, kompromi dengan orang lain, menerima kritik dengan baik)

c. Keterampilan akademik (menyelesaikan tugas secara mandiri, menyelesaikan tugas individual, mengikuti arahan/petunjuk guru)

d. Keterampilan kepatuhan atau sering disebut juga dengan “cooperation” atau

kerjasama (kompatibel dengan orang lain dengan mematuhi aturan-aturan dalam kehidupan sosial, menggunakan waktu luang dengan tepat, dan berbagi) e. Keterampilan penegasan atau sikap tegas (memulai percakapan dengan orang

lain, mengakui pujian, mengajak orang lain untuk berinteraksi)

Secara umum keterampilan sosial dapat dirangkum ke dalam 5 dimensi yaitu:

a. Keterampilan yang berhubungan dengan teman sebaya (memuji teman, menawarkan bantuan, mengajak teman untuk bermain atau berinteraksi) b. Keterampilan Manajemen Diri (dapat mengontrol emosi, mengikuti aturan dan

batasan, kompromi dengan orang lain, menerima kritik dengan baik)

c. Keterampilan akademik (menyelesaikan tugas secara mandiri, menyelesaikan tugas individual, mengikuti arahan/petunjuk guru)

d. Keterampilan kepatuhan (kompatibel dengan orang lain dengan mematuhi aturan-aturan dalam kehidupan sosial, menggunakan waktu luang dengan tepat, dan berbagi)

e. Keterampilan penegasan (memulai percakapan dengan orang lain, mengakui pujian, mengajak orang lain untuk berinteraksi)

40 7. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan salah satu hal yang menentukan kesuksesan dalam hidup. Hal itu seperti yang dikemukakan oleh Calaguas (2012: 49) bahwa “Academic achievement is one of the determinants of success in life”. Pada tahun 2007, Nuthana juga mengatakan bahwa “Academic achievement has been one of the most important goals of the educational process” (Calaguas, 2012: 50). Menurutnya, prestasi akademik merupakan salah satu tujuan terpenting yang hendak dicapai dalam proses pendidikan.

Winkel (2014: 453) mengatakan bahwa prestasi adalah bukti nyata dari hasil yang dituju telah tercapai. Sedangkan menurut M. Hosnan (2014: 158), prestasi belajar merupakan perubahan perilaku baik peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap, maupun peningkatan keterampilan yang dialami siswa setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran. Linn (2011: 28) berpendapat bahwa “student achievement is the status of subject-matter knowledge, understandings, and skills at one point in time. The most commonly used measure of student

achievement is a standardized test”. Pernyataan tersebut berarti prestasi belajar siswa adalah status subjek-materi pengetahuan, pemahaman, keterampilan pada saat tertentu. Untuk mengukur prestasi belajar siswa digunakan tes yang standar.

Dapat disimpulkan, prestasi belajar adalah hasil usaha atau tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan indikator kompetensi dasar. Prestasi belajar dapat diperoleh dengan perangkat tes yang telah dibuat sesuai dengan indikator yang akan dicapai. Dalam penelitian ini,

41

prestasi belajar diukur setelah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan tes yang berupa seperangkat soal matematika pada materi pokok Aljabar.

Tes prestasi belajar menurut Gronlund (1977: 1) adalah “Achievement tests should support and reinforce other aspects of the instructional process. They can aid both the teacher and the student in assessing learning readiness, monitoring learning progress, diagnosing learning dificulties, and evaluating

learning outcomes.”

Tes prestasi sebaiknya mendukung dan memperkuat aspek lain dari proses pembelajaran. Tes prestasi dapat membantu guru maupun siswa dalam menilai kesiapan belajar, memantau kemajuan belajar, mendiagnosis kesulitan belajar, dan mengevaluasi hasil belajar.

Pada tahun 1997, Zimmerman & Risemberg (Dembo, 2004: 10) mengatakan ada 6 komponen penting dalam pengaturan diri dalam hal prestasi akademik yaitu “motivation, methods of learning, use of time, physical

environment, social environment, and performance”. Enam komponen penting yang diperlukan untuk meningkatkan prestasi akademik adalah motivasi, model pembelajaran yang digunakan, memanfaatkan waktu dengan baik, lingkungan fisik, lingkungan sosial dan kinerja.

Dokumen terkait