Dosen menutup perkuliahan dengan merangkum keseluruhan materi 7. Alat/Bahan/Sumber Belajar
A. Alat/Media
Media pembelajaran yang dipergunakan: 1. Proyektor
2. Papan tulis dan spidol 3. LCD dan Laptop
4. Contoh materi yang ada di sekitar B. Bahan/Sumber Bacaan
Arabia, T. 2014. Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah. Buku Ajar. Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala. Darussalam, Banda Aceh.
Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK Arabia, T. 2009. Karakteristik tanah sawah pada toposekuen berbahan induk volkanik di
daerah Bogor – Jakarta. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 202 hal.
_______., A. Karim, Manfarizah. 2012. Klasifikasi dan Pengelolaan Tanah. Buku Ajar. Syiah Kuala University Press. Darussalam. Banda Aceh.
Buol, S.W., F.D. Hole, and R.J. Mc Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. 2nd ed. Iowa State University Press. Ames.
Darmawijaya, M.I. 1992. Klasifikasi Tanah. Dasar Teori bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Cetakan kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
FAO. 1974. Soil map of the world. Vol. 1. Legend. UNESCO. Paris.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Edisi Revisi. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.
Penelusuran Google.htm. 2012. Diakses tanggal 14 Sepember 2012.
Sanchez, P.A. 1976. Properties and Management of Soils in the Tropics. John Wiley and Sons. New York.
Soepraptohardjo, M. 1961a. Klasifikasi Tanah Kategori Tinggi. Balai Penyelidikan Tanah. Kongres Nasional Ilmu Tanah I. Seksi II No.8. Bogor.
Soil Survey Staff. 2006. Keys to Soil Taxonomy. 10th ed. USDA-NRCS. Washington, DC.
Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Dosen Koordinator : Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.
Program Studi : S1 Ilmu Tanah
Kode Mata Kuliah : PIT-403
Nama Mata Kuliah : Pengelolaan Lahan Basah dan Lahan Kering
Jumlah SKS : 3 SKS (2 SKS Kuliah + 1 SKS Praktikum)
Kelas/Semester : ?/VII
Pertemuan : Ke-8
Alokasi Waktu : 100 menit
1. Standar Kompetensi
Mata kuliah ini diberikan dengan tujuan agar pada akhir kuliah peserta didik memahami proses pembentukan, klasifikasi, serta pengelolaan dan penggunaan Spodosol. Kegiatan belajar dilakukan melalui pengalaman belajar ceramah dan praktek di laboratorium.
2. Kompetensi Dasar
Mahasiswa memahami dan menjelaskan tentang Spodosol (Podsol). 3. Indikator
Setelah perkuliahan ini, mahasiswa dapat: 1. Menyebutkan definisi Podsol,
2. Menyebutkan definisi Spodosol,
3. Menjelaskan proses pembentukan Spodosol, 4. Menjelaskan klasifikasi Spodosol ,
5. Menjelaskan pengelolaan Spodosol, dan 6. Menjelaskan penggunaan Spodosol. 4. Materi Ajar
1. Podsol (PPT)
Podsol (PPT) adalah tanah-tanah dengan lapisan bahan organik (BO) kasar yang tinggi, di atas lapisan berpasir yang sangat tercuci dan berwarna kelabu pucat. Di bawahlapisan berpasir dalah horison berwarna coklat tua sampai kemerahan, yang merupakan horison iluviasi oksida besi dan BO, atau hanya BO. Berkembang dari bahan endapan bersilika, seperti pasir, lempung berpasir, batu pasir, atau tufa volkanik masam. Ditemukan pada aneka macam iklim dan ketinggian. Di Indonesia ditemukan pada ketinggian dari muka laut sampai 2000 m, dengan curah hujan 2500 - 3500 mm tahun-1.
2. Spodosol (USDA)
Spodosol (USDA) adalah tanah-tanah yang mempunyai horison spodik pada kedalaman < 2 m. Spodosol dapat terbentuk mulai di daerah dataran tinggi (contoh: di Dieng dan di pegunungan Papua) hingga ke dataran rendah. Terjadinya proses podsolisasi di dataran rendah disebabkan: (a) tanah pasir kuarsa yang sangat permeabel, (b) miskin basa, (c) curah hujan yang tinggi, dan (d) vegetasi yang tumbuh di atasnya memungkinkan terbentuknya humus asam karena berkadar basa rendah.
3. Proses pembentukan Spodosol
Proses pembentukan Spodosol adalah: (1) akumulasi bahan organik, (2) pencucian dan pemasaman, (3) pelapukan mineral, (4) pemindahan bahan organik (BO), Fe, Al (dan sedikit P, Mn, dan liat) dari horison A ke horison B, (5) immobilisasi Fe dan Al bersama-sama asam humik dan asam fulvik (dan liat) dan horison B, (6) pembentukan pellet dari selaput organik, (7) pengurangan bulk density, dan (8) pemadasan.
Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK 4. Klasifikasi Spodosol
Klasifikasi Spodosol adalah terdapat empat sub ordo dari Spodosol yang termasuk lahan kering (tidak termasuk Aquod yang termasuk Spodosol lahan basah) adalah Humod dan Orthod, serta Gelod, & Cryod (rejim suhu gelic dan cryic tidak ditemukan di Indonesia). 5. Pengelolaan Spodosol
Pengelolaan Spodosol adalah merupakan tanah yang miskin unsur hara, umumnya berpasir, dan bersifat masam; sehingga perlu penambahan bahan organik, pemupukan, dan pengapuran. Di atas tanah ini tumbuh hutan kerangas ataupun tanaman berdaun jarum (conifera) (Arabia, 2012). Produktivitas Spodosol sangat rendah, sebaiknya tanah ini digunakan sebagai hutan, juga dapat digunakan sebagai daerah rumput ternak (pasture). Selain itu tanah ini miskin unsur hara, dengan tekstur pasir, maka pengelolaan tanah ini harus berhati-hati. Salah kelola menyebabkan malapetaka di masa yang akan datang.
6. Penggunaan Spodosol
Penggunaan Spodosol adalah banyak digunakan sebagai hutan, kecuali itu dapat juga digunakan sebagai daerah rumput ternak (pasture), rekreasi, daerah pertanian. Tanaman yang biasa ditanam adalah kentang, jagung, apel, strawberi, rasberi, dan lain-lain.
5. Metode/Strategi Pembelajaran
Metode yang dilakukan dalam kegiatan kuliah ini: 1. Ceramah 2. Tanya Jawab 3. Diskusi 4. Penugasan 6. Tahap Pembelajaran A. Kegiatan Pendahuluan
Dosen menyiapkan diri dan membuka perkuliahan dengan berdoa dalam hati dan ucapkan salam serta mengajak mahasiswa berkonsentrasi dengan berbagai pertanyaan lisan maupun tertulis dan menunjukkan tujuan perkuliahan.
B. Kegiatan Perkuliahan Inti Dosen:
1. Menjelaskan seluruh materi dalam pokok bahasan secara sistematis
2. Menjelaskan materi dengan menggunakan media pembelajaran yang telah disiapkan 3. Mengajak mahasiswa berdiskusi tentang materi
4. Memberikan pertanyaan terkait dengan materi 5. Memberi evaluasi
Mahasiswa:
1. Mendengarkan dan memperhatikan materi yang disampaikan dosen 2. Mengajukan pertanyaan bila kurang jelas
3. Menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas dari dosen 4. Mengerjakan evaluasi
C. Kegiatan Akhir
Dosen menutup perkuliahan dengan merangkum keseluruhan materi 7. Alat/Bahan/Sumber Belajar
A. Alat/Media
Media pembelajaran yang dipergunakan: 1. Proyektor
Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK 3. LCD dan Laptop
4. Contoh materi yang ada di sekitar B. Bahan/Sumber Bacaan
Arabia, T. 2012. Genesis dan Klasifikasi Tanah. Diktat. Program Studi Magister Konservasi Sumberdaya Lahan. Program Pascasarjana. Universitas Syiah Kuala. Darussalam. Banda Aceh.
________. 2014. Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah. Buku Ajar. Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala. Darussalam, Banda Aceh.
Buol, S.W., F.D. Hole, and R.J. Mc Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. 2nd ed. Iowa State University Press. Ames.
Darmawijaya, M.I. 1992. Klasifikasi Tanah. Dasar Teori bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Cetakan kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
FAO. 1974. Soil map of the world. Vol. 1. Legend. UNESCO. Paris.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Edisi Revisi. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.
Hardon, 1934. Podsol-profiles in the tropics. Natuurk. Tijdschr. 96 (1): 25-41.
Hole, F.D. and K.O. Schmude. 1959. Soil Survey of Oreader Country, Wisconsin. Univ of Wisconsin Geol. Nat. Hist. Sur. Bull. 82.
http://en.wikipedia.org/wiki/File:Podzol.jpg.
http://eusoils.jrc.ec.europa.eu/projects/soil_atlas/pages/29. html. Penelusuran Google.htm. 2012. Diakses tanggal 14 Sepember 2012.
Pusat Penelitian Tanah. 1982. Jenis dan Macam Tanah di Indonesia untuk Keperluan Survai dan Pemetaan Tanah Daerah Transmigrasi.
Soil Survey Staff. 2006. Keys to Soil Taxonomy. 10th ed. USDA-NRCS. Washington, DC.
Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Dosen Koordinator : Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.
Program Studi : S1 Ilmu Tanah
Kode Mata Kuliah : PIT-403
Nama Mata Kuliah : Pengelolaan Lahan Basah dan Lahan Kering
Jumlah SKS : 3 SKS (2 SKS Kuliah + 1 SKS Praktikum)
Kelas/Semester : ?/VII
Pertemuan : Ke-9
Alokasi Waktu : 100 menit
1. Standar Kompetensi
Mata kuliah ini diberikan dengan tujuan agar pada akhir kuliah peserta didik memahami proses pembentukan, klasifikasi, serta pengelolaan dan penggunaan Ultisol dan Vertisol. Kegiatan belajar dilakukan melalui pengalaman belajar ceramah dan praktek di laboratorium. 2. Kompetensi Dasar
Mahasiswa memahami dan menjelaskan tentang Ultisol (Podsolik Merah Kuning) dan Vertisol (Grumosol).
3. Indikator
Setelah perkuliahan ini, mahasiswa dapat:
1. Menyebutkan definisi Podsolik Merah Kuning, 2. Menyebutkan definisi Ultisol,
3. Menyebutkan definisi Grumosol, 4. Menyebutkan definisi Vertisol,
5. Menjelaskan proses pembentukan Ultisol, 6. Menjelaskan proses pembentukan Vertisol, 7. Menjelaskan klasifikasi Ultisol,
8. Menjelaskan klasifikasi Vertisol, 9. Menjelaskan pengelolaan Ultisol, 10.Menjelaskan pengelolaan Vertisol, 11.Menjelaskan penggunaan Ultisol, dan 12.Menjelaskan penggunaan Vertisol. 4. Materi Ajar
1. Podsolik Merah Kuning (PPT)
Podsolik Merah Kuning (PPT) adalah tanah-tanah yang sangat tercuci, lapisan atas berwarna abu-abu muda sampai kekuningan, lapisan bawah merah atau kuning, terdapat akumulasi liat hingga tekstur relatif berat, struktur gumpal, permeabilitas rendah, stabilitas agregat rendah, BO rendah, kejenuhan basa rendah, pH rendah 4.2 - 4.8. Horison eluviasi tidak terlalu jelas. Bahan induk kadang-kadang mempunyai karatan kuning, merah dan abu-abu. Bahan induk adalah batuan endapan silika, napal, batu pasir, atau batu liat. Ditemukan pada ketinggian antara 50 - 350 m, iklim tropika basah dengan curah hujan antara 2500 - 3500 m.
2. Ultisol (USDA)
Ultisol (USDA) adalah tanah-tanah yang mempunyai horison argilik dengan kejenuhan basa jumlah kation (KB BaCl2 TEA pH 8.2) < 35% pada kedalaman 1,8 m.
3. Grumosol (PPT)
Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK organik (BO) relatif rendah, bila kering retak-retak cukup dalam. Lapisan bawah berwarna abu-abu, kekuningan, atau kebiru-biruan, tergantung dari keadaan drainase dan bahan induk. Tekstur liat berat, keras bila kering dan lekat bila basah. Reaksi tanah netral
– alkalis, dan kadang-kadang ditemukan konkresi kapur, tetapi ada juga yang bereaksi masam. Berkembang dari bahan induk mergel (marl), napal (shale) berkapur, batu kapur berliat (argillaceous), endapan alluvial tua, dan bahan volkanik. Ditemukan pada ketinggian dari muka laut sampai 200 m, dengan iklim tropika basah sampai subtropika, dan curah hujan dari 800-2000 mm/ tahun..
4. Vertisol (USDA)
Vertisol (USDA) adalah tanah-tanah yang mempunyai liat > 30% di semua horison, tebal
≥ 25 cm, bila kering pecah-pecah sampai kedalaman 50 cm. Proses pembentukan tanah ini telah menghasilkan suatu bentuk mikrotopografi yang khusus disebut topografi gilgai. Proses yang dominan dalam pembentukan Vertisol adalah haplodisasi dengan cara argilik-pedoturbasi. Proses ini dipengaruhi oleh kandungan liat yang tinggi, yang didominasi oleh mineral liat tipe 2:1 (contoh montmorillonit) yang mudah mengembang dan mengkerut.
5. Proses Pembentukan Ultisol
Proses pembentukan Ultisol adalah: (1) pencucian yang ekstensif terhadap basa-basa merupakan prasyarat, (2) karena suhu yang cukup panas (> 8 °C) dan pencucian yang kuat dalam waktu yang cukup lama, akibatnya adalah terjadi pelapukan yang kuat terhadap mineral mudah lapuk, dan terjadi pembentukan mineral liat sekunder dan oksida-oksida., (3) pencucian liat (lessivage), menghasilkan horison albik di lapisan atas (eluviasi) dan horison argilik di lapisan bawah (iluviasi), (4) biocycling, (5) pembentukan plintit dan fragipan, dan (6) perubahan horison umbrik menjadi mollik.
6. Proses Pembentukan Vertisol
Proses pembentukan Vertisol adalah: (1) pada musim kering tanah retak-retak, karena mengkerutnya mineral liat 2:1. Retakan-retakan ini dapat mencapai kedalaman 1 m atau lebih. Selama retakan-retakan tersebut terjadi, tanah-tanah di permukaan dapat jatuh ke dalam retakan tersebut, misalnya karena binatang, angin, atau pukulan air hujan, (2) pada musim hujan liat yang menjadi basah, kemudian mengembang dan menutupi retakan. Tanah yang jatuh ke dalam retakan tersebut menyebabkan volume tanah di tempat tersebut bertambah, sehingga waktu tanah mengembang diperlukan ruang yang lebih besar. Akibatnya tanah yang mengembang tersebut mendorong agregat-agregat tanah sehingga terjadi gesekan-gesekan antar agregat dan terbentuklah struktur berbentuk baji
dengan ”bidang kilir” (slickenside) di permukaannya. Pengembangan tersebut dapat mendorong tanah ke samping atas sehingga terbentuklah mikro relief yang disebut gilgai, dan profil Vertisol.
7. Klasifikasi Ultisol
Klasifikasi Ultisol adalah terdapat empat sub ordo dari Ultisol yang termasuk lahan kering (tidak termasuk Aquult yang termasuk Ultisol lahan basah) adalah Humult, Udult, dan Ustult, serta Xerult (rejim kelembaban xeric tidak ditemukan di Indonesia).
8. Klasifikasi Vertisol
Klasifikasi Vertisol adalah terdapat lima subordo dari Vertisol yang termasuk lahan kering (tidak termasuk Aquert yang termasuk Vertisol lahan basah) adalah Ustert & Udert, serta Cryalf, Xeralf & Torrert (rejim suhu cryic serta rejim kelembaban xeric & torric tidak ditemukan di Indonesia).
9. Pengelolaan Ultisol
Pengelolaan Ultisol adalah mengingat beberapa kendala pada Ultisol (Podsolik Merah Kuning) baik ditinjau dari segi fisik, kimia, maupun biologi tanah, ditanami tanaman semusim sepanjang tahun, tetapi perlu diselingi dan lebih ditingkatkan penggunaan dan penanaman berbagai jenis tanaman leguminosa. Maksudnya adalah agar sisa-sisa
Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK tanaman tersebut dapat seperti bahan organik rendah sampai sedang, kemasaman dan Al dapat ditukar (dd) tinggi, kandungan N, P, K, KTK dan KB rendah, serta sangat peka erosi. Seyogyanya pemanfaatan Ultisol tidak tepat untuk pertanian tanaman pangan terlalu intensif, dalam arti jangan dikembalikan ke dalam tanah sebagai pupuk hijau. 10.Pengelolaan Vertisol
Pengelolaan Vertisol adalah sebenarnya Vertisol merupakan tanah yang subur, tetapi adanya kandungan liat mudah mengembang dan mengkerut yang tinggi pada Vertisol menjadi problem utama dalam pengelolaan tanah ini. Namun karena kandungan liat tinggi sehingga permeabilitas lambat, maka tanah ini baik untuk padi sawah pada musim hujan.
11.Penggunaan Ultisol
Penggunaan Ultisol adalah sebagai hutan dapat mempertahankan kesuburan tanah karena proses recycling. Basa-basa yang tercuci ke bagian bawah tanah, diserap oleh akar-akar tanaman hutan dan dikembalikan ke permukaan melalui daun-daun yang gugur. Bila hutan ditebang, maka tanaman semusim atau alang-alang tidak dapat melakukan recycle basa-basa (unsur hara) karena akar-akarnya tidak dalam. Dari 51 juta Ultisol di Indonesia, > 40 juta ha di antaranya ditumbuhi oleh hutan tropika basah dan padang alang-alang, dan selebihnya digunakan untuk perkebunan karet, kopi, lada, cengkeh, kelapa sawit, kakao, padi, dan lahan pemukiman transmigrasi.
12.Penggunaan Vertisol
Penggunaan Vertisol adalah di Amerika Serikat digunakan adalah sebagai padang penggembalaan. Adanya retakan yang besar pada musim kering dapat membahayakan ternak yang sedang berjalan di atasnya. Anak-anak sapi di daerah ini sering “hilang” di
dalam retakan tersebut. Di Indonesia digunakan untuk padi sawah, padi gogo dan tembakau.
5. Metode/Strategi Pembelajaran
Metode yang dilakukan dalam kegiatan kuliah ini: 1. Ceramah 2. Tanya Jawab 3. Diskusi 4. Penugasan 6. Tahap Pembelajaran A. Kegiatan Pendahuluan
Dosen menyiapkan diri dan membuka perkuliahan dengan berdoa dalalam hati dan ucapkan salam serta mengajak mahasiswa berkonsentrasi dengan berbagai pertanyaan lisan maupun tertulis dan menunjukkan tujuan perkuliahan.
B. Kegiatan Perkuliahan Inti Dosen:
1. Menjelaskan seluruh materi dalam pokok bahasan secara sistematis
2. Menjelaskan materi dengan menggunakan media pembelajaran yang telah disiapkan 3. Mengajak mahasiswa berdiskusi tentang materi
4. Memberikan pertanyaan terkait dengan materi 5. Memberi evaluasi
Mahasiswa:
1. Mendengarkan dan memperhatikan materi yang disampaikan dosen 2. Mengajukan pertanyaan bila kurang jelas
3. Menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas dari dosen 4. Mengerjakan evaluasi
Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK C. Kegiatan Akhir
Dosen menutup perkuliahan dengan merangkum keseluruhan materi 7. Alat/Bahan/Sumber Belajar
A. Alat/Media
Media pembelajaran yang dipergunakan: 1. Proyektor
2. Papan tulis dan spidol 3. LCD dan Laptop
4. Contoh materi yang ada di sekitar B. Bahan/Sumber Bacaan
Arabia, T. 2014. Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah. Buku Ajar. Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala. Darussalam, Banda Aceh.
_______., A. Karim, Manfarizah. 2012. Klasifikasi dan Pengelolaan Tanah. Syiah Kuala University Press. Darussalam. Banda Aceh.
Buol, S.W., F.D. Hole, and R.J. Mc Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. 2nd ed. Iowa State University Press. Ames.
Dames, T.W.G. 1955. The soils of East Central Java. Ibid No. 141.
Darmawijaya, M.I. 1992. Klasifikasi Tanah. Dasar Teori bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Cetakan kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Dudal and Soepraptohardjo. 1957. Soil classification in Indonesia. Cont. Gen. Agr. Sta. No. 148. Bogor.
FAO. 1974. Soil map of the world. Vol. 1. Legend. UNESCO. Paris.
Go, B.H. 1962. Rentjana pemakaian tanah Wai Tuba Lampung Utara. Berita Ikatan Sarjana Pert. dan Kehutanan (ISPK) 3 (2): 29-50.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Edisi Revisi. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.
http://en.wikipedia.org/wiki/File:Ultisol.jpg.
IRRI. 1984. An overview of Upland Rice Research. Proceeding. Breake, Ivory Coast Upland Rice. Los Banos, Laguna, Philipines.
Kellog, Ch.E. 1951. The Soils that Support Us. New York.
Notohadiprawiro, T. 1968. A contribution to the identification of red yellow Podzolic soils found in the tropics. Res. J. No. 1. September 1968.
Penelusuran Google.htm. 2012. Diakses tanggal 14 Sepember 2012.
Pusat Penelitian Tanah. 1982. Jenis dan Macam Tanah di Indonesia untuk Keperluan Survai dan Pemetaan Tanah Daerah Transmigrasi.
Simonson, R.W. 1959. Outline of a generalized theory of soil genesis. Soil Sci. Soc. Am. Proc. 23: 152-56.
Soepraptohardjo, M. 1961. Tanah Merah di Indonesia. Pemb. Balai Besar Penjel. Pert. Bogor.
_______________. 1961a. Klasifikasi Tanah Kategori Tinggi. Balai Penyelidikan Tanah. Kongres Nasional Ilmu Tanah I. Seksi II No.8. Bogor.
_______________. 1961b. Sistem Klasifikasi Tanah di Balai Penjelidikan Tanah. Kongr. Nas. Ilmu Tanah I. Seksi II No.9. Bogor.
Soil Survey Staff. 1975. Soil Taxonomy. USDA. Agr. Handbook 436. U.S. Govt. Printing Office, Washington.
______________. 2006. Keys to Soil Taxonomy. 10th ed.USDA-NRCS.Washington, DC. Suyana, D. 1992. Upaya Konservasi Tanah dan Kendala dari Sifat Fisik Tanah Podsolik
Merah Kuning. Majalah Kehutanan Indonesia. No.3:20.
Templin, E.H., I.C. Mowery, and G.W. Kunze. 1956. Houston black clay, the type of Grumosol. Soil Sci Am. Proc. 20: 88-90.
Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Dosen Koordinator : Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.
Program Studi : S1 Ilmu Tanah
Kode Mata Kuliah : PIT-403
Nama Mata Kuliah : Pengelolaan Lahan Basah dan Lahan Kering
Jumlah SKS : 3 SKS (2 SKS Kuliah + 1 SKS Praktikum)
Kelas/Semester : ?/VII
Pertemuan : Ke-10
Alokasi Waktu : 100 menit
1. Standar Kompetensi
Mata kuliah ini diberikan dengan tujuan agar pada akhir kuliah peserta didik memahami proses pembentukan, klasifikasi, serta pengelolaan & penggunaan Gelisol (tanah Tundra). Kegiatan belajar dilakukan melalui pengalaman belajar ceramah dan praktek di laboratorium. 2. Kompetensi Dasar
Mahasiswa memahami dan menjelaskan tentang Gelisol (tanah Tundra). 3. Indikator
Setelah perkuliahan ini, mahasiswa dapat: 1. Menyebutkan definisi tanah Tundra, 2. Menyebutkan definisi Gelisol,
3. Menjelaskan proses pembentukan Gelisol, 4. Menjelaskan klasifikasi Gelisol,
5. Menjelaskan pengelolaan Gelisol dan 6. Menjelaskan penggunaan Gelisol. 4. Materi Ajar
1. Tanah Tundra
Tanah Tundra adalah tanah-tanah yang terdapat pada suatu area dimana pertumbuhan pohon terhambat dengan rendahnya suhu lingkungan sekitar karena itu disebut daerah tanpa pohon. Pada area ini, mayoritas tumbuhan yang hidup biasanya berupa lumut, rerumputan. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Terdapat diwilayah utara dan terdapat dipuncak gunung yang tinggi. Iklim kutub dengan musim dingin yang panjang serta gelap dan musim panas yang panjang dan terang terus menerus.
2. Gelisol (USDA)
Gelisol adalah tanah-tanah yang mempunyai permafrost pada kedalaman ≤ 100 cm.
3. Proses pembentukan Gelisol
Proses pembentukan Gelisol adalah: (1) pedoturbasi yaitu: pencampuran secara biologi atau fisik (basah dan kering yang bergantian) dari horison-horison tanah sehingga tanah menjadi homogen (perbedaan horison-horison tidak jelas). Pencampuran terdiri dari beberapa faktor, seperti congilli/ cryopedoturbation yaitu siklus beku-cair, (2) littering (penyampahan) yaitu: akumulasi bahan organik kasar (serasah) dan humus setebal kurang dari 30 cm di atas permukaan tanah mineral.
4. Klasifikasi Gelisol
Klasifikasi Gelisol terdapat tiga sub ordo dari Gelisol semua termasuk lahan basah adalah Histel (tanah organik), Turbel & Orthel (tanah mineral), tidak ditemukan di Indonesia. 5. Pengelolaan Gelisol
Pengelolaan Gelisol adalah jika di atas permukaan Gelisol hendak digunakan untuk mendirikan bangunan atau jalan, maka struktur dasarnya (fondasi) harus direncanakan
Koordinator Mata Kuliah “Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah”: Dr. Ir. Teti Arabia, M.S.-Program Studi Ilmu Tanah FP-USK secara baik. Kebanyakan bangunan-bangunan yang akan dibangun mempunyai struktur dasar yang menjangkau ke bawah (ke sebelah dalam) untuk mendukung mencairnya lapisan permafrost yang mengurung di sekitarnya. Jalan raya retak- retak dan rumah dapat tenggelam akibat pembekuan dan pencairan.
6. Penggunaan Gelisol
Penggunaan Gelisol adalah ditemukan pada daerah yang membeku (kutub) dan pegunungan tinggi, sehingga jarang digunakan sebagai lahan pertanian. Gelisol hampir tidak pernah dikelola dan biasanya terdiri dari sedikit semak-semak kecil dan rumput (Arabia, 2012). Gelisol dapat digunakan sebagai tempat rekreasi dan daerah cagar alam. 5. Metode/Strategi Pembelajaran
Metode yang dilakukan dalam kegiatan kuliah ini: 1. Ceramah 2. Tanya Jawab 3. Diskusi 4. Penugasan 6. Tahap Pembelajaran A. Kegiatan Pendahuluan
Dosen menyiapkan diri dan membuka perkuliahan dengan berdoa dalam hati dan ucapkan salam serta mengajak mahasiswa berkonsentrasi dengan berbagai pertanyaan lisan maupun tertulis dan menunjukkan tujuan perkuliahan.
B. Kegiatan Perkuliahan Inti Dosen:
1. Menjelaskan seluruh materi dalam pokok bahasan secara sistematis
2. Menjelaskan materi dengan menggunakan media pembelajaran yang telah disiapkan 3. Mengajak mahasiswa berdiskusi tentang materi
4. Memberikan pertanyaan terkait dengan materi 5. Memberi evaluasi
Mahasiswa:
1. Mendengarkan dan memperhatikan materi yang disampaikan dosen 2. Mengajukan pertanyaan bila kurang jelas
3. Menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas dari dosen 4. Mengerjakan evaluasi
C. Kegiatan Akhir
Dosen menutup perkuliahan dengan merangkum keseluruhan materi 7. Alat/Bahan/Sumber Belajar
A. Alat/Media
Media pembelajaran yang dipergunakan: 1. Proyektor
2. Papan tulis dan spidol 3. LCD dan Laptop
4. Contoh materi yang ada di sekitar B. Bahan/Sumber Bacaan
Arabia, T. 2012. Genesis & Klasifikasi Tanah. Diktat. Program Studi Magister Konservasi Sumberdaya Lahan. Program Pascasarjana. Universitas Syiah Kuala. Darussalam. Banda Aceh.
________. 2014. Pengelolaan Lahan Kering dan Lahan Basah. Buku Ajar. Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala. Darussalam, Banda Aceh.
http://soils.usda.gov/technical/classification/orders/gelisols.html.