• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan benchmarking adalah kegiatan penetapan standar ukuran atau besaran yang wajar dan terbaik untuk sektor-sektor usaha tertentu dan digunakan sebagai pembanding untuk menguji kepatuhan wajib pajak yang mempunyai kegiatan usaha dan dijadikan pedoman oleh petugas pajak untuk menilai kewajaran dari kegiatan yang dilaporkan wajib pajak. Tujuan kegiatan Benchmarking yaitu menjadi pedoman dan sebagai pembanding dengan kondisi SPT Tahunan yang dilaporkan Wajib Pajak dan membantu pengawasan kepatuhan WP, terutama menyangkut kepatuhan materialnya. Proses dan metode penetapan benchmarking merupakan salah satu langkah strategis yang berkaitan dengan upaya penggalian potensi penerimaan pajak untuk mengamankan penerimaan pajak tahun 2010 dan tahun-tahun selanjutnya. Benchmarking disusun berdasarkan kelompok usaha dan dilakukan atas rasio-rasio yang berkaitan dengan tingkat laba dan input-input perusahaan. Program benchmarking diharapkan KPP Pratama

Duren Sawit dapat melakukan penilaian kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

Alur benchmarking yang dilakukan di KPP Pratama Jakarta Duren Sawit yaitu dari hasil benchmarking tersebut di analisis perbedaan antara potensi dan realisasinya, lalu apabila terjadi perbedaan diantara keduanya, maka diberikan surat himbauan terhadap SPT yang dilaporkan kepada Wajib Pajak.

Menurut analisa dan wawancara penulis di KPP Pratama Duren sawit kegiatan benchmarking kurang berjalan dengan baik.

Dikarenakan masyarakat (seperti pedagang) menganggap kegiatan benchamarking kurang menguntungkan bagi pihak yang mempunyai

usaha di wilayah duren sawit dikarenakan penghasilan laba dari kegiatan usaha pedagang yang satu tidak sama dengan penghasilan laba pedagang lainnya meskipun dalam satu wilayah usaha sehingga perpajakan nya pun berbeda. Contoh pedagang tekstil yang berada di Pasar Induk Kramat Jati. Laba dari usaha mereka belum tentu sama dengan laba usaha pedagang tekstil lainnya yang berada di Pasar Induk Kramat Jati, sehingga sistem perpajakan nya pun berbeda.

Meskipun kegiatan benchmarking kurang berjalan dengan baik, namun kegiatan ini tetap dijalankan oleh KPP Pratma Duren Sawit karena benchmarking merupakan pintu masuk dari Penerimaan Pajak.

3. Profilling (Pembuatan Profil Wajib Pajak)

Profilling adalah kegiatan membuat profil Wajib Pajak yang memuat identitas, kegiatan usaha, dan riwayat perpajakan Wajib Pajak secara berkesinambungan. Tujuan dari dilakukannya profilling adalah

untuk menyajikan informasi yang dapat digunakan oleh pegawai untuk bahan analisis, mengukur tingkat rasio dan kepatuhan Wajib Pajak dalam rangka pengawasan, penggalian potensi pajak dan pelayanan yang lebih baik.

Tujuan dari kegiatan proffiling

1. Mengenal dan mengetahui WP yang terdaftar di unit kerja yang bersangkutan

2. Menyajikan informasi yang dapat digunakan terutama untuk bahan analisis dan ukuran tingkat risiko dan kepatuhan WP 3. Memonitoring perkembangan usaha dan potensi fiskal WP yang

bersangkutan

4. Melakukan pengawasan, penggalian potensi, dan pelayanan yang lebih baik

Kegiatan proffiling WP tidak dapat dilepaskan dari kegiatan mapping karena profil WP sebenarnya dapat merupakan produk yang

dihasilkan dari sebuah proses yang diawali dengan kegiatan mapping . Menurut wawancara penulis kepada waskon kegiatan proffiling di KPP Pratama Duren Sawit sudah berjalan dengan baik,

bisa dilihat dari Peningkatan nya penerimaan Pajak di setiap tahun nya.

Hasil dari kegiatan profilling adalah rasio tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melakukan perpajakan, meskipun masih terdapat WP yang tingkat kesadaran nya masih rendah dalam melaksanakan perpajakan.

Dengan tiga metode yang telah dilakukan diatas, KPP Pratama Duren Sawit berharap penerimaan pajak bisa meningkat walau jumlah Wajib Pajak tidak

meningkat. Dibutuhkan kejujuran dan integritas tinggi dari setiap pihak, pegawai intensifikasi maupun Wajib Pajak atau pihak luar.

4.3 Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi

Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak khususnya Wajib Pajak Orang Pribadi yang dilakukan oleh KPP Pratama Duren Sawit telah berjalan dengan baik, akan tetapi bukan berarti kegiatan tersebut tidak memiliki kendala atau hambatan dalam mencapai hasil yang lebih optimal. Berdasararkan pengamatan langsung yang dilakukan penulis, hambatan yang dihadapi oleh KPP Pratama Duren Sawit adalah sebagai berikut:

1. Rendahnya Tingkat Kesadaran Wajib Pajak

Rendahnya tingkat kesadaran Wajib Pajak di wilayah KPP Pratama Duren Sawit, masih sangat rendah. Walaupun cukup banyak upaya yang dilakukan melalui berbagai penyuluhan, seminar, brosur, majalah, surat kabar, TV, radio, dan sebagainya, tingkat kesadaran masyarakat untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak tidak menunjukkan kemajuan yang berarti, sehingga jumlah Wajib Pajak terdaftar tidak bertambah secara signifikan.

2. Kesalahpahaman Wajib Pajak dalam menafsirkan peraturan perpajakan 3. Wajib Pajak merasa enggan mendaftarkan diri sebagai WP yang memiliki

NPWP karena pajak tidak memberi manfaat langsung kepada masyarakat.

4. Sanksi yang ada masih di anggap lebih kecil manfaat ekonomisnya daripada melaporkan diri dan menghitung pajak yang terutang

5. Ketidaktahuan Wajib Pajak atas peraturan perpajakan yang berlaku 6. Kurangnya Data atau data yang tidak akurat

7. Kurangnya kerja sama dengan pihak luar selain DJP

4.4 Evaluasi atas Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak

4.4.1 Evaluasi Atas Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dalam Rangka Menambah Jumlah Wajib Pajak Terdafar di KPP Pratama Jakarta Duren Sawit

Ekstensifikasi Wajib Pajak merupakan kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan perluasan Objek Pajak dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Tujuan utama dari kegiatan ekstensifikasi ini adalah penggalian penerimaan pajak melalui penambahan jumlah Wajib Pajak. Ekstensfifikasi Wajib Pajak memfokuskan pada peningkatan kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Selain itu ekstensfikasi Wajib Pajak memfokuskan pada penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar.

Kemudian dari hasil pelaksanaan kegiatan ekstensfikasi Wajib Pajak tersebut digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan intensifikasi pajak.

Kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak merupakan upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan penerimaan Negara yang berasal dari pajak.

Berdasarkan penelitian penulis, KPP Pratama Jakarta Duren Sawit telah melaksanakan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak sesuai dengan PER-116/PJ./2007 dan PER-16/PJ./2007 terutama atas Wajib Pajak Orang Pribadi. Namun dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi ini, perlu dilakukan peninjauan ulang atau evaluasi untuk mengetahui tingkat efektivitas dan mencari kelemahan dalam pelaksanaan kegiatan ekstensfifkasi Wajib Pajak di KPP Pratama Duren Sawit.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan penulis, maka dapat dijelaskan bahwa secara dalam organisasi di Kantor Pelayanan Pajak, kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak menjadi tanggung jawab Seksi Ekstensifikasi.

Dalam melakukan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak Seksi Ekstensifikasi tidak bekerja secara sendiri, dalam melakukan kegiatan canvassing atau penyisiran lapangan, Seksi Ekstensifikasi dibantu oleh sejumlah Account Representative serta dari Seksi lain seperti Seksi Pengawasan, Konsultasi, serta Seksi Pelayanan. Dalam melakukan canvassing petugas ekstensifikasi memberikan berbagai penjelasan yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak sehingga mereka memahami tujuan dari pemberian NPWP.

Upaya yang telah dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Duren Sawit untuk proses ekstensifikasi Wajib Pajak sesuai dengan SE-06/PJ.9/2001 adalah sebagai berikut:

1. Canvassing terhadap pengusaha-pengusaha di sentra-sentra ekonomi, seperti mall, plaza.

2. Kerjasama dengan RT atau RW atau Kelurahan didaerah pemukiman masyarakat .

3. Kerjasama terhadap pihak instansi keimigrasian supaya mewajibkan pemilik paspor untuk memilki Nomor Pokok Wajib Pajak.

4. Mewajibkan pemegang kartu kredit memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

5. Mewajibkan pembeli mobil mewah dan rumah mewah memilki Nomor Pokok Wajib Pajak.

6. Mewajibkan orang pribadi yang memiliki penghsilan diatas PTKP untuk memiliki NPWP.

Ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak, untuk itu penulis akan mengevaluasi hasil pelaksanaan program kegiatan

yang telah dilakukan oleh KPP Pratama Duren Sawit:

Dokumen terkait