• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Ruang Lingkup Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi. Pajak di KPP Pratama Duren Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Ruang Lingkup Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi. Pajak di KPP Pratama Duren Sawit"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

63

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Ruang Lingkup Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak di KPP Pratama Duren Sawit

Saat ini pendapatan negara yang paling besar adalah berasal dari sektor pajak.

Pajak telah menjadi tulang punggung penggerak roda pembangunan yang sangat dominan. Pajak mempunyai fungsi strategis didalam suatu Negara, karena dengan pajak, pemerintah dapat mengatur alokasi sumber-sumber ekonomi. Sebagai sumber utama penerimaan Negara, pajak mempunyai peran penting bagi kelangsungan pembangunan saat ini. Oleh karena itu, pajak harus dikelola dengan baik dan benar dengan melakukan langkah-langkah yang tepat dalam mengoptimalisasi potensi pajak yang dimiliki oleh wilayah kerja masing-masing Kantor Pelayanan Pajak dengan meningkatkan jumlah penerimaan Wajib Pajak dan mengoptimalkan penggalian penerimaan Pajak.

Wajib Pajak dibagi menjadi dua, yaitu Wajib Pajak Terdaftar dan Wajib Pajak Efektif. Wajib Pajak Terdaftar adalah Wajib Pajak yang telah terdaftar dalam Tata Usaha Kantor Pelayanan Pajak dan telah diberikan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Sedangkan Wajib Pajak Efektif adalah Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu memenuhi kewajiban menyampaikan SPT Masa dan atau Tahunan sebagaimana mestinya.

Dalam rangka meningkatkan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan mengoptimalkan penerimaan pajak, dipandang perlu untuk menegaskan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan Ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi

(2)

Pajak, salah satu upaya untuk meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dengan melaksanaan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak yang diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE- 06/PJ.9/2001 tanggal 11 Juli 2001 tentang tujuan pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi Pajak Orang Pribadi untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan mengoptimalkan penerimaan pajak serta Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-113/PJ/2010 tentang penggalian potensi dan pengamanan penerimaan pajak Wajib Pajak orang pribadi baru. Berdasarkan ketentuan yang terdapat pada Surat Edaran tersebut, Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

Sedangkan intensifikasi pajak adalah kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam administrasi DJP dan dari hasil pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak.

Mengingat kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi Pajak merupakan salah satu program yang difokuskan oleh Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001 tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam Rangka Meningkatkan Penerimaan Pajak, maka pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak perlu menentukan ruang lingkup dalam rangka menetapkan sasaran dan prioritas kegiatan. Terdapat beberapa ruang lingkup kegiatan Ekstensifikasi Wajib antara lain :

1.

Pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP, termasuk pemberian NPWP secara jabatan terhadap Wajib Pajak PPh orang pribadi yang berstatus

(3)

sebagai karyawan perusahaan, orang pribadi yang bertempat tinggal di wilayah atau lokasi pemukiman atau perumahan, dan orang pribadi lainnya (termasuk orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan), yang menerima atau memperoleh penghasilan melebihi batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP);

2.

Pemberian NPWP dilokasi usaha, termasuk pengukuhan sebagai PKP, terhadap orang pribadi pengusaha tertentu yang mempunyai lokasi usaha di sentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran atau mal atau plaza atau kawasan industri atau sentra ekonomi lainnya;

3.

Pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP terhadap Wajib Pajak badan yang berdasarkan data yang dimiliki atau diperoleh ternyata belum terdaftar sebagai Wajib Pajak dan atau PKP baik di domisili atau lokasi

4.

Penentuan jumlah angsuran PPh Pasal 25 dan atau jumlah PPN yang harus disetor dalam tahun berjalan, dimulai sejak bulan Januari tahun yang bersangkutan;

5. Penentuan jumlah PPN yang terutang atas transaksi penjualan dalam tahun berjalan, khususnya untuk PKP Pedagang Eceran, yang mempunyai usaha di sentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran atau mal atau plaza atau sentra ekonomi lainnya.

Pada dasarmya pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak di seluruh KPP sama, namun kali ini penulis diberi kesempatan untuk meneliti kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi di KPP Pratama Duren Sawit.

Berdasarkan wilayah kerjanya, KPP Pratama Duren Sawit berada dalam wilayah

(4)

strategis dimana kawasan ini terdapat beberapa bidang perdagangan, apartemen, hotel, lokasi perkantoran, mall, perbankan, pemukiman mewah, menengah atau bawah dan tentunya masih banyak potensi pajak yang masih harus digali untuk dijadikan sumber-sumber penerimaan pajak terutama Wajib Pajak Orang Pribadi.

Berikut ini pada tabel 4.1 dan grafik 4.1 akan diperlihatkan pertumbuhan penerimaan persektor usaha di KPP Pratama Jakarta Duren Sawit:

(5)

Tabel 4.1

Pertumbuhan Penerimaan Persektor Usaha di KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Tahun 2011

NO URAIAN REALISASI Persentase Persentase

2010 Persentase 2011

2010 2011 % % %

1 Pertanian, Perburuan

dan Kehutanan - - - - -

2 Pertambangan dan

Penggalian - - - - -

3 Industri Pengolahan

4 Konstruksi 85.801.700.000,00 91.507.900.000,00 6,65 23,98 21,19

5

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil, Sepeda Motor, serta Barang- barang Keperluan Pribadi dan Rumah Tangga

162.618.590.000,00 209.055.840.000,00 28,56 45,45 48,42

6

Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum

2.075.420.000,00 932.220.000,00 (55,08) 0,58 0,21

7

Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi

8.968.550.000,00 11.274.930.000,00 25,72 2,50 2,61 8 Perantara Keuangan 3.464.790.000,00 6.819.840.000,00 96,83 0,96 1,57 9

Real Estat, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan

29.022.770.000,00 31.630.330.000,00 8,98 8,11 7,32

10

Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib

11.984.700.000,00 12.904.800.000,00 7,68 3,34 2,98

11 Jasa Pendidikan 1.331.860.000,00 1.174.280.000,00 (11,83) 0,37 0,27 12 Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 2.275.940.000,00 2.760.830.000,00 21,31 0,636 0,639

13 Jasa

Kemasyarakatan, Sosial, dan Kegiatan Lainnya

5.500.570.000,00 2.690.200.000,00 (51,09) 1,53 0,623

14 Jasa Perorangan 21.191.380.000,00 26.079.280.000,00 23,07 5,92 6,04

15

Kegiatan yang Belum Jelas Batasannya/Tidak Tercakup dalam Kategori

14.661.890.000,00 21.503.090.000,00 46,66 4,09 4,98

TOTAL 357.770.050.000,00 431.723.510.000,00 20,67

Sumber: Data PDI dan Data yang di olah.

(6)

Grafik 4.1

Berdasarkan tabel 4.1 dan grafik 4.1 diatas terlihat bahwa potensi yang paling besar untuk digali pajak nya berasal dari sektor perdagangan, sehingga KPP Pratama Jakarta Duren Sawit lebih memfokuskan pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi Pajak pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha sebagai Pedagang Pengecer yang melakukan penjualan barang secara grosir maupun pengecer dan atau penyerahan jasa melalui suatu tempat usaha, baik yang mempunyai satu atau lebih tempat usaha, dan para karyawan yang bekerja di perusahaan dalam wilayah kerja KPP, serta pemberian NPWP kepada calon Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha tertentu, yang mempunyai tempat usaha ataupun yang tempat tinggal di kawasan Wilayah kerja KPP Pratama Duren Sawit.

Meningkatnya penerimaan pajak pada sektor perdagangan karena Duren Sawit merupakan wilayah strategis dalam sektor perdagangan Besar ataupun Eceran, ada beberapa pusat perdagangan yang berada di wilayah Duren Sawit yang dapat di gali potensi pajaknya seperti Pasar Induk Kramat Jati, Citra Mall Klender, Pasar

(7)

Perumas Klender, Mall Buaran Plaza, Mall Cipinang. Berdasarkan table diatas, meningkatnya pertumbuhan pajak pada sektor usaha perdagangan dikarenakan meningkatnya penerimaan pajak pada sektor usaha perdagangan.

Selanjutnya, penulis akan membahas dasar hukum kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Duren Sawit

4.1.1 Dasar Hukum Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak pada KPP Pratama Jakarta Duren Sawit

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) adalah institusi di bawah Kementrian Keuangan yang diberi tugas untuk mengelola kedua jenis pajak tersebut melalui fungsi pelayanan, penyuluhan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak. . Setiap tahun DJP diberikan target penerimaan pajak oleh Kementrian Keuangan untuk direalisasikan. Dalam rangka merealisasikan target tersebut, maka DJP mempunyai dua program pendekatan, yaitu ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Duren Sawit dalam melakukan kegiatan ekstensfikasi Wajib Pajak dan intensfikasi pajak menganut beberapa undang-undang hukum perpajakan dan peraturan perpajakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Peraturan-peraturan perpajakan yang berkaitan langsung dengan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak, antara lain:

1. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-16/PJ/2007 tanggal 25 Januari 2007 tentang Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi yang Berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang saham atau pemilik dan pegawai melalui pemberi kerja atau bendaharawan pemerintah. Setiap Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai Pengurus, Komisaris, Pemegang Saham atau Pemilik dan Pegawai dengan penghasilan di atas

(8)

PTKP wajib mendaftarkan diri pada KPP dan kepadanya

2. Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor: PER-116/PJ/2007 tanggal 2007 tentang Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi melalui Pendataan Objek Pajak Bumi dan Bangunan.

3. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-06/PJ.9/2001 tanggal 11 Juli 2001 tentang Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak.

4.2 Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak

4.2.1 Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak Dalam Rangka Menambah Jumlah Wajib Pajak Terdafar di KPP Pratama Jakarta Duren Sawit

Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001 tanggal 11 Juli 2001 tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak, maka setiap KPP perlu untuk melaksanakan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak sesuai dengan prosedur yang terdapat dalam surat edaran tersebut. Prosedur tersebut dibuat agar terjadinya keseragaman di setiap KPP dan dapat berjalan lancar, sesuai rencana serta dapat mencapai target yang ditetapkan

Pengertian ekstensifikasi Wajib Pajak berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001 adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak kepada Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan/atau memiliki tempat usaha di pusat perdagangan dan/atau pertokoan. Untuk itu pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak mewajibkan setiap Wajib Pajak baik Orang Pribadi maupun Badan untuk memiliki Nomor Pokok

(9)

Wajib Pajak (NPWP). Dalam hal meningkatkan pendapatan Negara terutama dalam sektor pajak, pemerintah melakukan berbagai kebijakan, salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak.

Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah kegiatan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak. Sedangkan intensifikasi pajak adalah kegiatan pengoptimalisasi penggalian potensi Wajib Pajak yang terdaftar dan dari hasil kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak tersebut. Ekstensifikasi Wajib Pajak dilakukan karena sebenarnya ada banyak potensi yang bisa digali lagi dari calon Wajib Pajak tersebut.

Unit organisasi yang melaksanakan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001 adalah:

1. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) serta Kantor Penyuluhan Pajak yang berada diluar kota kedudukan KPP.

2. Dalam hal kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak dimaksudkan untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, Kepala KPP dapat menunjuk petugas pada Seksi PPh, Seksi PPN dan Pajak Tidak Langsung Lainnya, serta seksi lainnya di KPP untuk diperbantukan pada Seksi PDI dan atau Kantor Penyuluhan Pajak

Petugas pelaksana yang melaksanakan kegiatan ekstensifikasi Wajib pajak dan intensifikasi pajak berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE- 06/PJ.9/2001adalah Petugas yang memenuhi kualifikasi sebagai pelaksana kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak, meliputi:

1. Petugas yang ditunjuk oleh kepala KPP.

(10)

2. Petugas Kantor Penyuluhan Pajak yang ditunjuk oleh Kepala KPP.

3. Petugas lain yang ditunjuk oleh Kakanwil DJP

Salah satu sumber penting dalam rangka menunjang keberhasilan pelaksanan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak adalah tersedianya data. Data yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifiksi pajak meliputi data intern dan data ekstern sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No SE-06/PJ.9/2001 tanggal 11 Juli 2001 pada angka 5, antara lain:

1. Pelanggan listrik untuk rumah tinggal dengan daya 6.600 watt atau lebih.

2. Pelanggan telefon dengan pembayaran pulsa rata-rata per bulan Rp.

300.000,- atau lebih

3. Pemilik mobil dengan nilai Rp. 200.000.000, - atau lebih dan pemilik motor dengan nilai Rp. 100.000.000,- atau lebih.

4. Pemegang Paspor Indonesia, kecuali pemegang paspor Haji dan pemegang paspor Tenaga Kerja Indonesia (tidak termasuk awak pesawat terbang atau kapal laut).

5. Tenaga Kerja Asing (expatriate) yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan.

6. Karyawan kedutaan besar asing atau organisasi internasional.

7. Pemilik tanah dan atau bangunan dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Rp. 1.000.000.000, - atau lebih berdasarkan data kartu jalan atau peta blok atau DHR atau data SPOP.

8. Data orang pribadi atau badan selaku penjual atau pembeli tanah dan atau bangunan dari laporan Pejabat Pembuat Akta Tanah

(11)

(PPAT) atau informasi dari Notaris dengan nilai Rp. 60.000.000, - atau lebih.

9. Pemilik telepon selular pasca bayar.

10. Pemegang kartu kredit.

11. Pemegang polis atau premi asuransi.

12. Pemegang kartu keanggotaan golf.

13. Artis

14. Pemilik atau penyewa ruang apartemen atau kondominium.

15. Pemilik kapal pesiar atau yacht, speed boat, dan pesawat terbang.

16. Pemilik saham yang diperdagangkan di pasar bursa.

17. Pemilik rumah sewa dan kost.

18. Pemegang saham, komisaris, direktur dan penerima dividen.

19. Pemilik atau penyewa atau pengguna dan pengelola ruangan pada sentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran atau mal atau plaza atau kawasan atau sentra ekonomi lainnya.

20. Subjek Pajak yang berdasarkan data pada lampiran Surat Pemberitahuan (SPT), telah memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak, tetapi belum mempunyai NPWP

21. Data yang ditemukan pada pelaksanaan kegiatan Pemeriksaan Sederhana Lapangan (LPS)

Berdasarkan data yang telah disebutkan diatas, diharapkan dapat menjaring Wajib Pajak sebanyak-banyaknya. Karena dari data tersebut dapat diketahui nama Wajib Pajak yang memiliki penghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tetapi belum memiliki NPWP.

(12)

Pada dasarnya pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di seluruh KPP sama, namun kali ini penulis diberikan kesempatan untuk meneliti kegiatan ekstensifikasi di KPP Pratama Jakarat Duren Sawit. Berikut ini, penulis akan menjelaskan tata cara pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Duren Sawit, meliputi:

1. Tahap Persiapan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak

Agar pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dapat dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Pada tahap persiapan, KPP Pratama Jakarta Duren Sawit melakukan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001, yaitu:

1. KPP Pratama Jakarta Duren Sawit melakukan pencarian atau pengumpulan data melalui canvassing (penyisiran). Dari data tersebut, KPP Pratama Duren Sawit melakukan identifikasi terhadap data yang diperoleh dan mencocokannya dengan data Master File Lokal (MFL) melalui program Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP).

2. KPP membuat daftar nominatif Wajib Pajak yang belum mempunyai NPWP dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SP PKP) sesuai dengan data yang dimiliki. Setelah Seksi Ekstensifikasi mengumpulkan data yang telah didapat dari pihak luar (eksternal), seperti data E-KTP yang diperoleh dari Pemda. Dengan data yang ada tersebut kemudian Seksi Ekstensifikasi mencocokannya dengan data master yang ada. Proses ini bertujuan untuk mengetahui apakah orang-

(13)

orang yang memiliki E-KTP tersebut telah terdaftar sebagai Wajib Pajak dan sudah memiliki NPWP. Apabila sudah terdaftar, maka dilakukan pengawasan dan dicoret dari daftar nominatif. Sedangkan yang belum terdaftar, dimasukkan ke dalam daftar nominatif tersebut dan diberikan himbauan kepada calon Wajib Pajak yang terdaftar dalam daftar nominatif untuk membuat NPWP.

3. KPP mempersiapkan sarana dan prasarana administratif yang diperlukan. Seksi Ekstensifikasi melakukan koordinasi dengan seksi lain seperti Seksi PDI. Seksi PDI menyiapkan data-data yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak.

4. KPP melaksanakan koordinasi dengan instansi di luar DJP yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak. KPP Pratama Jakarta Duren Sawit melakukan kerjasama dengan pihak luar untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak. KPP Pratama Jakarta Duren Sawit melakukan kerjasama dengan banyak pihak terkait, baik instansi swasta maupun instansi pemerintah. Instansi pemerintah yang dimaksud misalnya dengan Pemda, dalam rangka melakukan canvassing mulai dari RT, RW dan kelurahan guna mengetahui jumlah Wajib Pajak dan lebih mengetahui lebih dalam mengenai Wajib Pajak. Kerjasama dengan Pemkot DKI dengan melakukan pertukaran data, misalnya data IMB (Izin Mendirikan Bangunan).

Sementara itu kerjasama dengan pihak swasta yaitu kerjasama dengan pemberi kerja di perusahaan-perusahaan yang terdaftar di KPP

(14)

Pratama Jakarta Duren Sawit untuk mempermudah karyawan mereka yang belum terdaftar dalam mendaftarkan diri secara masal.

5. KPP Pratama Duren Sawit membuat dan mengirimkan Pemberitahuan kepada Wajib Pajak yang terdapat dalam daftar nominative dengan menggunakan formulir untuk Wajib Pajak di wilayah pemukiman dan untuk Wajib Pajak di sentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran, mal, plaza, kawasan industri atau sentra ekonomi lainnya dengan menggunakan surat edaran.

6. Melakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL) dengan pemberian NPWP secara jabatan terhadap pedagang yang memiliki penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tetapi tidak kooperatif yaitu tidak mau mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak.

Berdasarkan penelitian penulis, tahap persiapan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Duren Sawit telah dilakukan sesuai SE-06/PJ.9/2001. Akan tetapi, jumlah sumber daya yang dimiliki oleh Seksi Ekstensifikasi sangat sedikit apabila dibandingkan dengan luas wilayah yang dinaungi KPP Pratama Jakarta Duren Sawit. Akibatnya akan banyak tempat-tempat potensial untuk mendapatkan Wajib Pajak baru yang tidak terjangkau.

2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak

Setelah tahap persiapan selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah tahap pelaksanaan. Dalam tahap ini mulai dilakukan upaya-upaya untuk mencari Wajib Pajak baru. Mulai melakukan sosialisasi-

(15)

sosialisasi ke masyarakat melalui RT, RW, dan kelurahan setempat, sosialisasi di perkantoran, dan para pemberi kerja atau pengusaha.

Sosialisasi yang dilakukan adalah berupa sosialisasi perpajakan.

Membahas tentang betapa pentingnya peran pajak bagi pembangunan negara, juga memberi tahu bagaimana cara untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak, tata cara mengisi SPT, tata cara pembayaran dan pelaporan pajak.

Setelah Wajib Pajak mau mendaftarkan diri dan membuat NPWP, maka diberikan edukasi. Edukasi yang diberikan yaitu dengan dibukanya kelas pajak di KPP Pratama Jakarta Duren Sawit maupun diluar KPP Pratama Jakarta Duren Sawit. Kelas pajak tersebut dibuat di Kantor Pajak untuk siapa saja yang mau daftar.

Selain itu, ada juga program canvassing (penyisiran) yang dilakukan KPP Pratama Jakarta Duren Sawit. Canvassing (penyisiran) adalah kegiatan pentisiran lapangan yang dilakukan oleh Tim Ekstensifikasi KPP untuk menjaring dan menghimbau secara lisan Wajib Pajak yang belum memiliki NPWP agar segera mendaftarkan diri ke KPP yang terdapat di lokasi dimana Wajib Pajak tinggal. Dalam melakukan canvassing KPP Pratama Jakarta Duren Sawit terjun langsung ke lapangan dan menyisir setiap lokasi yang berpotensi menjadi Wajib Pajak. Sebelum mendatangi ke lokasi Wajib Pajak, petugas melakukan himbauan terlebih dahulu terhadap Wajib Pajak agar Wajib Pajak tersebut datang ke KPP Pratama Jakarta Duren Sawit. Apabila Wajib Pajak tidak datang, maka petugas akan mendatangi langsung Wajib Pajak tersebut.

Lokasi atau wilayah yang di lakukan canvassing oleh KPP Pratama Duren Sawit adalah wilayah Raden Inten, Kalimalang, Pasar Perumas Klender, Pasar Induk Kramat Jati Rusun Klender, Perumas dan Mal-mal atau plasa

(16)

seperti Mall Klender, Buaran Plaza, Citra Ramayana, Mal Cipinag Indah.

Sedangkan untuk wilayah atau lokasi yang berpotensi untuk di lakukan canvassing adalah Jalan Raya dan pasar-pasar seperti Pasar Perumas Klender,

Jalan Raya Kalimalang, Jalan Pondok Kelapa, Jalan Raden Inten, dan Jalan Pahlawan Revolusi.

Berikut table hasil kegiatan canvassing yang dilakukan oleh KPP Pratama Duren Sawit.

(17)

Table 4.2

Hasil kegiatan canvassing Wajib Pajak Orang Pribadi yang dilakukan oleh KPP Pratama Duren Sawit tahun 2011

Kawasan Wilayah/lokasi Keterangan

Jumlah WP OP yang terjaring oleh kegiatan

canvassing

Kawasan Perdagangan Buaran Plaza Ditetapkan 1

Kawasan Perdagangan Ruko Radin Inten Ditetapkan 4

Kawasan Perdagangan Kawasan Jalan Raden Inten Ditetapkan 100

Kawasan Perkantoran Gedung Multi Prinanti Graha Ditetapkan 10

Kawasan Perdagangan Kawasan Jalan Kalimalang Satu

Belum Dilaksanakan

0

Kawasan Perdagangan Kawasan Jalan Kalimalang Dua Ditetapkan 72

Kawasan Perdagangan Ruko dan Mal Klender Ditetapkan 96

Kawasan Perdagangan Giant Pondok Bambu

Belum Dilaksanakan

0

Kawasan Perdagangan Giant Pondok Kopi

Belum Dilaksanakan

0

Kawasan Perdagangan Ruko Buaran Persada Ditetapkan 22

Kawasan Perdagangan Rukan Taman Pondok Kelapa Ditetapkan 35

Jumlah 350

(18)

Sumber : Seksi Ekstensifikasi Di KPP Pratama Duren Sawit Table 4.3

Hasil kegiatan canvassing Wajib Pajak Orang Pribadi yang dilakukan oleh KPP Pratama Duren Sawit tahun 2012

Kawasan Wilayah/lokasi Keterangan

Jumlah WP OP yang terjaring oleh kegiatan

canvassing

Kawasan Pemukiman Komplek Kavling Marinir Ditetapkan 665

Kawasan Pemukiman Komplek BillyMoon Ditetapkan 851

Kawasan Pemukiman Perumahan Pondok Kelapa Ditetapkan 1.608

Kawasan Jalan Protokol

Jalan Raya Pondok kelapa Ditetapkan 168

Kawasan Pemukiman Perumkar DKI Ditetapkan 1.217

Kawasan Pemukiman Perumahan Palem Indah Ditetapkan 223

Kawasan Pemukiman Perumahan Permata Timur Ditetapkan 354

Kawasan Pemukiman Perumahan Buaran Regency Ditetapkan 345

Kawasan Pemukiman Komplek PTB Klender usulan 0

Kawasan Pemukiman Komplek Pengadilan usulan 0

Kawasan Pemukiman Komplek Buaran Sakti usulan 0

(19)

Kawasan Pemukiman Komplek Buaran Indah III usulan 0

Kawasan Pemukiman Komplek Buaran Indah II usulan 0

Kawasan Pemukiman Komplek Bulak usulan 0

Kawasan Pemukiman Komplek Sandang usulan 0

Kawasan Pemukiman Komplek Curug 1.184

Kawasan Pemukiman

Kawasan Jaalan Kol Sugiono Malaka Sari

Belum Dilaksanakan

0

Kawasan Pemukiman Kavling DKI Malaka Sari Ditetapkan 508

Kawasan Pemukiman Komplek Perumnas Klender Ditetapkan 2.835

Kawasan Pemukiman Komplek Bumi Malaka Sari I Ditetapkan 2

Kawasan Pemukiman Komplek Bumi Malaka Sari II Ditetapkan 98

Kawasan Pemukiman Komplek Bumi Malaka Sari III usulan 0

Jumlah 10.058

Sumber Seksi Ekstensifikasi DiKPP Pratama Duren Sawit

Berdasarkan table diatas kegiatan canvassing yang dilakukan oleh KPP Pratama Duren Sawit sudah berjalan dengan baik. Hal ini bisa dilihat dari WP yang terjaring oleh kegiatan canvassing, terutama untuk wilayah yang sudah ditetapkan atau direncanakan untuk tahun 2011-2012. Untuk tahun 2011 KPP lebih memfokuskan Kawasan Perdagangan, meskipun hasilnya tidak

(20)

maksimal dibandingkan tahun 2012, ini disebabkan karena para pedagang masih kurang tingkat kesadarannya dalam melaksanakan perpajakan.

Sedangkan untuk tahun 2012 kegiatan canvassing sudah dijalankan dengan baik, meskipun masih ada beberapa wilayah atau kawasan yang belum dilaksanakan canvassing karena waktu pelaksanaan canvassing untuk periode 2012 sudah berakhir. Untuk tahun 2012 KPP Pratama Duren Sawit lebih menargetkan atau menetapkan kegiatan canvassing dikawasan pemukiman, karena wilayah atau kawasan pemukiman dianggap lebih mudah dalam menjaring Wajib Pajak.

KPP Pratama Jakarta Duren Sawit juga melakukan pengiriman surat pemberitahuan kepada calon Wajib Pajak yang telah terdaftar di dalam daftar nominatif yang dibuat pada tahap persiapan berdasarkan SE-06/PJ.9/2001.

pemberitahuan yang dikirim kepada Wajib Pajak terdapat beberapa kemungkinan yaitu :

1. Wajib Pajak menanggapi dan bersedia untuk mendaftarkan diri dan diberikan NPWP dan atau dikukuhkan sebagai PKP dengan mengisi formulir pendaftaran Wajib Pajak dan atau PKP. Atas wajib pajak yang bersedia untuk diberikan NPWP/PKP, dibuatkan laporan hasil ekstensifikasi yang menyatakan Wajib Pajak bersedia mendaftar, dengan dilampiri formulir pendaftaran. Laporan tersebut di tanda tangani petugas seksi ekstensifikasi, kepala seksi ekstensifikasi, dan kepala kantor. Laporan tersebut dikembalikan ke seksi ekstensifikasi kemudian hasil dari laporan tersebut dinotadinaskan ke seksi

(21)

pelayanan untuk dicetakkan NPWP, selanjutnya NPWP dikirim, dan laporan di admnistrasikan di kantor.

2. Wajib Pajak tidak menanggapi pemberitahuan, walaupun pemberitahuan telah diterima. Terhadap Wajib Pajak tersebut akan dilakukan tindak lanjut oleh Seksi Pengolahan Data dan Informasi, yakni data Wajib Pajak tersebut diteruskan ke seksi Pelayanan untuk dilakukan proses pemberian NPWP dan pengukuhan sebagai PKP secara jabatan sesuai dengan tata cara yang sudah ditentukan.

3. Wajib Pajak menanggapi Pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak wajib memiliki NPWP dan atau belum perlu dikukuhkan sebagai PKP. Atas wajib pajak tersebut diberikan penjelasan, dan data sumber yang menjadikan Wajib Pajak tersebut dihimbau. Apabila memang memenuhi syarat subjektif dan objektif, dilakukan verifikasi untuk penerbitan NPWP secara jabatan atau pemeriksaan untuk tujuan lain terhadap calon Wajib Pajak tersebut.

4. Wajib Pajak menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan sudah memiliki NPWP atau telah dikukuhkan sebagai PKP di KPP lain. Terhadap Wajib Pajak tersebut, dilakukan pencocokan dengan data Master File Lokal.

5. Wajib Pajak tidak menanggapi oleh karena pemberitahuan kembali dari Kantor Pos (Kempos). Terhadap Wajib Pajak tersebut, akan dilakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan.

6. Terhadap Wajib Pajak yang melakukan usaha atau dagang di sentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoaan atau

(22)

perkantoran atau mall atau plaza atau sentra ekonomi lainnya, seluruhnya dilakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL).

Secara keseluruhan, berdasarkan pengamatan penulis dari hasil wawancara dengan petugas Seksi Ekstensifikasi, kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Duren Sawit sudah baik dan dilakukan dengan semaksimal mungkin sesuai dengan SE-06/PJ.9/2001 serta PER- 16/PJ/2007 dan PER-116/PJ/2007.

3. Tahap Pengawasan Ekstensifikasi Wajib Pajak

Setelah tahap persiapan dan tahap pelaksanaan dilakukan, masih ada satu tahap lagi yang harus dilakukan dalam melakukan program ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Duren Sawit, yaitu tahap pengawasan. Dalam tahap ini dilakukan pembuatan laporan pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak, mengevaluasi hasil pelaksanaan secara berkala, dan tentunya juga rutin memonitor kegiatan ekstensifikasi Wajib pajak.

Berikut tahap pengawasan yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Duren Sawit:

1. Membuat laporan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak. Setiap tim pelaksana ekstensifikasi Wajib Pajak secara berkala membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak untuk dikompilasi ke seksi PDI. Setelah laporan dikompilasi ke Kepala Seksi PDI, lalu laporan diteruskan ke Kepala KPP Pratama Duren Sawit untuk ditelaah, dan selanjutnya akan dikirimkan dan dilaporkan kepada Kakanwil DJP atasannya secara periodik.

(23)

Laporan tersebut selain untuk memenuhi prosedur Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001, juga berguna untuk bahan evaluasi Kepala KPP atas pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak yang telah dilakukan. Dari laporan tersebut bisa diketahui apakah kegiatan ekstensifikasi telah berjalan sesuai dengan ketentuan atau belum, apakah kegiatan ekstensifikasi telah mencapai sasaran atau belum.

Selanjutnya juga untuk dijadikan pedoman untuk melakukan kegiatan ekstensifikasi berikutnya.

2. Memonitor dan mengevaluasi hasil pelaksanaan pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak. Memonitor yang dimaksud disini adalah Kepala KPP melakukan arahan dan pengawasan agar kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak berjalan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Lalu juga mengevaluasi kendala apa saja yang terjadi di kantor maupun lapangan dalam pelaksanaannya kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Duren Sawit.

Kegiatan pengawasan ini dilakukan untuk mengukur tingkat efektifitas pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak yang dilakukan di KPP Pratama Jakarta Duren Sawit. Selain itu, dengan dilakukannya pengawasan, maka akan diketahui apa saja kekurangan yang timbul dari pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi tersebut sehingga hasilnya kurang optimal, sehingga Seksi Ekstensifikasi dapat mengambil tindakan atau langkah-langkah apa saja yang dapat menutupi kekurangan tersebut untuk pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di tahun berikutnya.

Menurut pengamatan penulis, tahap pengawasan yang dilakukan Seksi Ekstensifikasi KPP Pratama Jakarta Duren Sawit sudah berjalan dengan baik sesuai dengan SE - 06/PJ.9/2001.

(24)

4.2.2 Pelaksanaan Kegiatan Intensifikasi Wajib Pajak Dalam Rangka Optimalisasi Penggalian Pajak Terhadap Wajib Pajak yang Telah Tercatat atau Terdaftar di KPP Pratama Jakarta Duren Sawit

Intensifikasi pajak merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak dalam mengoptimalisasikan penerimaan pajak. Intensifikasi pajak adalah upaya penggalian potensi pajak terhadap Wajib Pajak yang sudah terdaftar pada Master File Wajib Pajak.

Kegiatan intensifikasi pajak tidak bisa dilepaskan dengan kegiataan ekstensifikasi Wajib Pajak. Dua kegiatan ini saling berkaitan, meskipun secara umum kedua cara ini memiliki tujuan yang berbeda jika ekstensifikasi pajak bertujuan untuk memperbanyak Wajib Pajak baik Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan Usaha untuk menambah jumlah pembayaran atau Wajib Pajak yang terutama memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. Sedangkan tujuan dari intensifikasi pajak adalah mengoptimalkan semua usahanya dalam peningkatan penerimaan pajak.

Dalam melaksanakan kegiatan intensifikasi pajak terdapat tiga metode yang digunakan KPP Pratama Duren Sawit dalam proses integrasi penggalian potensi pajak, antara lain:

1. Kegiatan Mapping atau pemetaan,

Mapping adalah pemetaan yang menggambarkan potensi perpajakan

yang dapat dikelompokkan berdasarkan wilayah atau lokasi, subjek pajak, jenis pajak, dan sektor atau sub sektor usaha, sesuai kebutuhan atau keunggulan yang terdapat di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai potensi perpajakan dan keunggulan di wilayah kerja masing-masing kantor atau unit kerja yang akan

(25)

digunakan sebagai petunjuk dan sarana analisis dalam rangka penggalian potensi penerimaan, pelayanan dan pengawasan. Berikut akan penulis uraikan langkah-langkah mapping yang dilakukan oleh KPP Pratama Duren Sawit :

A. Pengelompokan Mapping a. Wilayah Lokasi atau Usaha

Wilayah Administrasi Pemerintahan (Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi). Digunakan untuk mengetahui luas dan struktur wilayah beserta pembagian wilayah berdasarkan batas wilayah pemerintahan beserta jumlah penduduk, wilayah yang dikenakan PBB, jumlah Wajib Pajak terdaftar dan potensi jumlah calon Wajib Pajak

b. Wilayah Ekonomi

Digunakan untuk mengetahui potensi ekonomi berdasarkan wilayah kegiatan ekonomi seperti lokasi industri, perdagangan, pemukiman mewah, lokasi wisata, lokasi pertambangan, lokasi perkebunan, lokasi pertanian, lokasi kehutanan, lokasi perairan, lokasi pelabuhan/bandara dan lokasi pergudangan yang ada di lokasi kerja unit kantor yang bersangkutan, yang dapat memberi gambaran potensi penerimaan pajak

c. Subjek Pajak

Digunakan untuk mengetahui gambaran umum dari subjek pajak di wilayah kerjanya, baik yang telah terdaftar maupun yang belum, baik yang berbentuk hukum seperti PT, CV, BUT, maupun yang tidak berbadan hukum. Informasi yang disajikan menyangkut jumlahnya, tingkat kepatuhan dan ranking

(26)

berdasarkan peranan penerimaan, tunggakan pajak dan lain- lain yang bermanfaat untuk menentukan penanganan lebih lanjut terhadap kelompok-kelompok Wajib Pajak yang bersangkutan.

d. Jenis Pajak

Digunakan untuk mengetahui gambaran umum performance penerimaan per jenis pajak dan pertumbuhannya sehingga dapat memberi petunjuk langkah-langkah penanganan dan pengamanannya

e. Sektor atau Subsektor

Kegunaan: untuk mengetahui gambaran umum performance fiskal dari sektor/subsektor di wilayah kerjanya. Informasi yang disajikan dapat berupa tax ratio, kepatuhan, pertumbuhan dan sektor dominan, sehingga dapat memberi petunjuk penggalian potensi fiskal.

B. Analisis Mapping

Analisis mapping, merupakan kegiatan untuk mengetahui potensi perpajakannya yang dapat di gali dari Wajib Pajak yang telah terdaftar yang telah dikelompokan sebelumnya. Contohnya menilai perbandingan WP terdaftar dengan WP yang efektif, menilai kepatuhan perpajakan WP serta menilai apakah WP tertentu kewajiban perpajakannya dapat dinaikan, dan menilai Objek Pajak yang telah ada dapat dikembangkan agar bisa meningkatkan penerimaan pajak.

(27)

C. Tindak Lanjut Mapping

Kegunaan: untuk memilih kelompok-kelompok yang potensial untuk ditindak lanjuti dengan memperhatikan:

a. Potensi perpajakannya

b. Tingkat kepatuhannya / tax gap c. Tingkat kesulitan dalam implementasi d. Deterrent Effect

1. wilayah atau lokasi usaha

Gambar 4.1 Pengelompokan Mapping berdasarkan wilayah atau lokasi usaha berdasarkan Wilayah Administrasi Tahun

Sumber: Buku Mapping 2011

(28)

2. Wilayah / Lokasi Ekonomi

Gambar 4.2 Pengelompokan Mapping berdasarkan wilayah atau lokasi usaha berdasarkan Wilayah Administrasi Tahun 2011 Sumber: Buku Mapping 2011

Kegiatan mapping di KPP Pratama Duren Sawit sudah dilakukan dengan baik, terlihat dari hasil kegiatan mapping. Berikut ini hasil kegiatan pengelompokan mapping yang dilakukan KPP Pratama Duren Sawit.

1. Hasil kegiatan mapping di KPP Pratama Duren Sawit berdasarkan wilayah lokasi atau usaha. Terdapat 7 wilayah lokasi atau usaha di Duren Sawit, dan setiap wilayah lokasi usaha terdapat masing- masing waskon yang menangani wilayah tersebut. Untuk waskon 1 wilayah kerja nya di pondok bambu dan malaka jaya dengan luas wilayah 6,29 Ha, Jumlah WP terdaftar sebanyak 35.158, WP yang efektif sebanyak 35.158 dan sudah mencapai target penerimaan sebesar 126.236.000.000, untuk waskon 2 wilayah kerjanya nya di

(29)

Duren Sawit dan Pondok Kopi dengan luas wilayah 6,62 Ha, Jumlah WP terdaftar sebanyak 32.366, WP yang efektif sebanyak 32.366 dan sudah mencapai target penerimaan sebesar 180.821.000.000, sedangkan waskon 3 wilayah kerjanya nya di Pondok Kelapa dengan luas wilayah 5,27 Ha, Jumlah WP terdaftar sebanyak 23.236, WP yang efektif sebanyak 23.236 dan sudah mencapai target penerimaan sebesar 148.830.000.000, dan untuk waskon 4 wilayah kerja nya di Malaka Sari dan Klender dengan luas wilayah 4,03 Ha, jumlah WP terdaftar 34.138, WP yang efektif 34.138 dan sudah mencapai target penerimaan sebesar 145.430.000.000. Dari penjelasaan diatas penulis menyimpulkan kegiatan mapping berdasarkan wilayah lokasi atau usaha sudah berjalan sangat baik, terlihat dari WP yang terdaftar di KPP Pratama Duren Sawit sudah melaksanakan perpajakan secara efektif, dan target penerimaan pajak pun sudah tercapai.

2. Hasil mapping berdasarkan wilayah ekonomi. Ada beberapa wilayah kegiatan ekonomi yang ada di Duren Sawit, salah satunya adalah wilayah kegiatan ekonomi perdagangan. Terdapat tujuh wilayah kegiatan ekonomi perdagangan di KPP Pratama Duren Sawit. Berikut table mapping berdasarkan wilayah ekonomi perdagangan di KPP Pratama Duren sawit

(30)

Tabel 4.4

Mapping Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha berdasarkan wilayah kegiatan ekonomi perdagangan

di KPP Pratama Duren Sawit KAWASAN/WILAYAH

USAHA PERDAGANGAN

Jumlah WP terdaftar

Jumlah WP yang Efektif

% rasio kepartuhan

KAWASAN JL. KOL.

SUGIONO (Toko) 28

18 64,3

KAWASAN JL. RADIN

INTEN (Toko) 41 30 73,2

KAWASAN I GUSTI

NGURAH RAI (Toko) 77 33 42,9

KAWASAN JL. JEND.

POL RS SOEKMTO

(Toko) 4 4 100

KAWASAN JL PAHLAWAN

REVOLUSI (Toko) 72 69 95,8

KAWASAN JL RAYA

KALIMALANG (Toko) 22 19 86,4

KAWASAN JL RAYA PONDOK KELAPA

(Toko) 36 32 88,9

Sumber : Seksi Waskon di KPP Pratama Duren Sawit

Berdasarkan table diatas presentase rasio tingkat kepatuhan WP di KPP Pratama Duren Sawit sudah cukup baik, meskipun masih terdapat WP yang kurang efektif dalam melaksanakan perpajakan. Beberapa faktor yang menyebakan WP kurang efektif dalam melakukan perpajakan, salah satunya adalah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap instansi perpajakan sangat kurang sehingga tingkat kesadaran Wajib Pajak masih rendah dalam membayar dan menyampaikan SPT Masa maupun SPT

(31)

Tahunan.

3. Hasil kegiatan mapping berdasarkan subjek pajak

Berikut table hasil kegiatan mapping berdasarkan subjek pajak yang berbentuk profesi

Table 4.5

Kegiatan Mapping Berdasarkan Profesi Wajib Pajak di KPP Pratama Duren Sawit

NO SUBJEK PAJAK

JUMLAH WP Terdaftar

Jumlah WP yang menyampaikan

SPT Tahunan

% RASIO KEPATUHAN

1 PENGACARA 3 1 33%

3 NOTARIS 6 2 33%

4 AKUNTAN 17 11 65%

5 DOKTER 60 30 50%

TOTAL 86 44 51%

Sumber : Seksi PDI di KPP Pratama Duren Sawit

Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah presentase Wajib Pajak di KPP Pratama Duren Sawit yang menyampaikan SPT tahunan nya sebesar 44 atau mencapai 51% dari WP terdaftar sebesar 86. Ini membuktikan bahwa kegiatan mapping berdasarkan subjek pajak sudah di lakukan dengan baik oleh KPP Pratama Duren Sawit, meskipun belum maksimal. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Wajib Pajak enggan menyampaikan SPT tahunan sepert masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam menyampaikan SPT Tahunan serta rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap instansi perpajakan sehingga kurangnya tingkat kesadaran Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan.

Apalagi dengan banyaknya kasus perpajakan yang sekarang ini

(32)

marak terjadi, mencoreng nama baik instansi pajak. Hal ini jelas menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat kepada instansi pajak, dan menyebabkan keengganan masyarakat untuk membayar dan menyampaikan SPT Tahunan.

Berikut ini adalah table kesimpulan hasil dari kegiatan mapping, anaslisis mapping dan tindak lanjut dari mapping yang di lakukan oleh KPP Pratama Duren Sawit.

(33)

Table 4.6

Kesimpulan Hasil Kegiatan Mapping analisis mapping dan tindak lanjut mapping Di KPP Pratama Duren Sawit

Sumber : Seksi PDI DiKPP Pratama Duren Sawit

Berdasarkan table diatas dapat disimpulakan bahwa kegiatan mapping yang di lakukan oleh KPP Pratama Duren Sawit belum berjalan dengan baik. Hal ini bisa dilihat dari tingkat kepatuhan yang masih rendah. Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat kepatuhan WP, salah satunya tingkat kesadaran Wajib Pajak masih rendah dalam melaksanakan perpajakan, serta ketidakpercayaan Wajib Dasar

Pengelompoka n WP

SASARAN

POTENSI PERPAJAKA

N

PARAMETER TINDAK LANJUT

DETTEREN T EFFECT

KESIMPULA N **) Tingkat

Kepatuha n

Tingkat Kesulitan IMPLIKAS

I

Wilayah/Loka si Usaha

1. WP Kawasan Sedang Rendah Tinggi Tinggi Prioritas 8 2. KK yang

seharusnya terdaftar

sebagai WP Sedang Rendah Tinggi Tinggi Prioritas 9 Sektor dan

Sub Sektor

1. Sektor Dominan Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Prioritas 1 2. Sektor yang trend

penerimaannya turun Sedang Rendah Tinggi Tinggi Prioritas 2

Subjek Pajak

1. WP Bendahara Sedang Rendah Tinggi Tinggi Prioritas 4 2. WP Orang Pribadi

Profesi Sedang Rendah Tinggi Tinggi Prioritas 5

3. Badan Hukum Sedang Rendah Tinggi Tinggi Prioritas 3

Jenis Pajak

1. Jenis Pajak Dominan yang pertumbuhannya

negatif Sedang Rendah Tinggi Tinggi Prioritas 6

2. Jenis Pajak yang

tidak proporsional Sedang Rendah Tinggi Tinggi Prioritas 7

WP GROUP

1. WP Group berindikasi melakukan transfer

pricing Sedang Rendah Tinggi Tinggi Prioritas 6

2. WP Group yang melakukan initial

Public Offering Sedang Rendah Tinggi Tinggi Prioritas 7

(34)

Pajak yang rendah terhadap Kantor Pajak. Meskipun kegiatan mapping belum berjalan dengan baik, akan tetapi kegiatan mapping

sudah dilakukan dengan maksimal oleh KPP Pratama Duren Sawit.

Diharapkan dengan melalui kegiatan mapping, KPP Pratama Duren Sawit dapat memperoleh petunjuk tentang potensi perpajakan diwilayahnya serta menentukan skala prioritas dari metode penggalian potensi perpajakannya dan selanjutnya dapat mengalokasikan sumber daya secara efektif dan efisien untuk keperluan penggalian penerimaan, pengawasan dan pelayanan kepada Wajib Pajak.

2. Kegiatan Benchmarking atau pembandingan

Kegiatan benchmarking adalah kegiatan penetapan standar ukuran atau besaran yang wajar dan terbaik untuk sektor-sektor usaha tertentu dan digunakan sebagai pembanding untuk menguji kepatuhan wajib pajak yang mempunyai kegiatan usaha dan dijadikan pedoman oleh petugas pajak untuk menilai kewajaran dari kegiatan yang dilaporkan wajib pajak. Tujuan kegiatan Benchmarking yaitu menjadi pedoman dan sebagai pembanding dengan kondisi SPT Tahunan yang dilaporkan Wajib Pajak dan membantu pengawasan kepatuhan WP, terutama menyangkut kepatuhan materialnya. Proses dan metode penetapan benchmarking merupakan salah satu langkah strategis yang berkaitan dengan upaya penggalian potensi penerimaan pajak untuk mengamankan penerimaan pajak tahun 2010 dan tahun-tahun selanjutnya. Benchmarking disusun berdasarkan kelompok usaha dan dilakukan atas rasio-rasio yang berkaitan dengan tingkat laba dan input- input perusahaan. Program benchmarking diharapkan KPP Pratama

(35)

Duren Sawit dapat melakukan penilaian kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

Alur benchmarking yang dilakukan di KPP Pratama Jakarta Duren Sawit yaitu dari hasil benchmarking tersebut di analisis perbedaan antara potensi dan realisasinya, lalu apabila terjadi perbedaan diantara keduanya, maka diberikan surat himbauan terhadap SPT yang dilaporkan kepada Wajib Pajak.

Menurut analisa dan wawancara penulis di KPP Pratama Duren sawit kegiatan benchmarking kurang berjalan dengan baik.

Dikarenakan masyarakat (seperti pedagang) menganggap kegiatan benchamarking kurang menguntungkan bagi pihak yang mempunyai

usaha di wilayah duren sawit dikarenakan penghasilan laba dari kegiatan usaha pedagang yang satu tidak sama dengan penghasilan laba pedagang lainnya meskipun dalam satu wilayah usaha sehingga perpajakan nya pun berbeda. Contoh pedagang tekstil yang berada di Pasar Induk Kramat Jati. Laba dari usaha mereka belum tentu sama dengan laba usaha pedagang tekstil lainnya yang berada di Pasar Induk Kramat Jati, sehingga sistem perpajakan nya pun berbeda.

Meskipun kegiatan benchmarking kurang berjalan dengan baik, namun kegiatan ini tetap dijalankan oleh KPP Pratma Duren Sawit karena benchmarking merupakan pintu masuk dari Penerimaan Pajak.

3. Profilling (Pembuatan Profil Wajib Pajak)

Profilling adalah kegiatan membuat profil Wajib Pajak yang memuat identitas, kegiatan usaha, dan riwayat perpajakan Wajib Pajak secara berkesinambungan. Tujuan dari dilakukannya profilling adalah

(36)

untuk menyajikan informasi yang dapat digunakan oleh pegawai untuk bahan analisis, mengukur tingkat rasio dan kepatuhan Wajib Pajak dalam rangka pengawasan, penggalian potensi pajak dan pelayanan yang lebih baik.

Tujuan dari kegiatan proffiling

1. Mengenal dan mengetahui WP yang terdaftar di unit kerja yang bersangkutan

2. Menyajikan informasi yang dapat digunakan terutama untuk bahan analisis dan ukuran tingkat risiko dan kepatuhan WP 3. Memonitoring perkembangan usaha dan potensi fiskal WP yang

bersangkutan

4. Melakukan pengawasan, penggalian potensi, dan pelayanan yang lebih baik

Kegiatan proffiling WP tidak dapat dilepaskan dari kegiatan mapping karena profil WP sebenarnya dapat merupakan produk yang

dihasilkan dari sebuah proses yang diawali dengan kegiatan mapping . Menurut wawancara penulis kepada waskon kegiatan proffiling di KPP Pratama Duren Sawit sudah berjalan dengan baik,

bisa dilihat dari Peningkatan nya penerimaan Pajak di setiap tahun nya.

Hasil dari kegiatan profilling adalah rasio tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melakukan perpajakan, meskipun masih terdapat WP yang tingkat kesadaran nya masih rendah dalam melaksanakan perpajakan.

Dengan tiga metode yang telah dilakukan diatas, KPP Pratama Duren Sawit berharap penerimaan pajak bisa meningkat walau jumlah Wajib Pajak tidak

(37)

meningkat. Dibutuhkan kejujuran dan integritas tinggi dari setiap pihak, pegawai intensifikasi maupun Wajib Pajak atau pihak luar.

4.3 Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi

Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak khususnya Wajib Pajak Orang Pribadi yang dilakukan oleh KPP Pratama Duren Sawit telah berjalan dengan baik, akan tetapi bukan berarti kegiatan tersebut tidak memiliki kendala atau hambatan dalam mencapai hasil yang lebih optimal. Berdasararkan pengamatan langsung yang dilakukan penulis, hambatan yang dihadapi oleh KPP Pratama Duren Sawit adalah sebagai berikut:

1. Rendahnya Tingkat Kesadaran Wajib Pajak

Rendahnya tingkat kesadaran Wajib Pajak di wilayah KPP Pratama Duren Sawit, masih sangat rendah. Walaupun cukup banyak upaya yang dilakukan melalui berbagai penyuluhan, seminar, brosur, majalah, surat kabar, TV, radio, dan sebagainya, tingkat kesadaran masyarakat untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak tidak menunjukkan kemajuan yang berarti, sehingga jumlah Wajib Pajak terdaftar tidak bertambah secara signifikan.

2. Kesalahpahaman Wajib Pajak dalam menafsirkan peraturan perpajakan 3. Wajib Pajak merasa enggan mendaftarkan diri sebagai WP yang memiliki

NPWP karena pajak tidak memberi manfaat langsung kepada masyarakat.

4. Sanksi yang ada masih di anggap lebih kecil manfaat ekonomisnya daripada melaporkan diri dan menghitung pajak yang terutang

5. Ketidaktahuan Wajib Pajak atas peraturan perpajakan yang berlaku 6. Kurangnya Data atau data yang tidak akurat

7. Kurangnya kerja sama dengan pihak luar selain DJP

(38)

4.4 Evaluasi atas Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak

4.4.1 Evaluasi Atas Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dalam Rangka Menambah Jumlah Wajib Pajak Terdafar di KPP Pratama Jakarta Duren Sawit

Ekstensifikasi Wajib Pajak merupakan kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan perluasan Objek Pajak dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Tujuan utama dari kegiatan ekstensifikasi ini adalah penggalian penerimaan pajak melalui penambahan jumlah Wajib Pajak. Ekstensfifikasi Wajib Pajak memfokuskan pada peningkatan kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Selain itu ekstensfikasi Wajib Pajak memfokuskan pada penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar.

Kemudian dari hasil pelaksanaan kegiatan ekstensfikasi Wajib Pajak tersebut digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan intensifikasi pajak.

Kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak merupakan upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan penerimaan Negara yang berasal dari pajak.

Berdasarkan penelitian penulis, KPP Pratama Jakarta Duren Sawit telah melaksanakan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak sesuai dengan PER-116/PJ./2007 dan PER-16/PJ./2007 terutama atas Wajib Pajak Orang Pribadi. Namun dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi ini, perlu dilakukan peninjauan ulang atau evaluasi untuk mengetahui tingkat efektivitas dan mencari kelemahan dalam pelaksanaan kegiatan ekstensfifkasi Wajib Pajak di KPP Pratama Duren Sawit.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan penulis, maka dapat dijelaskan bahwa secara dalam organisasi di Kantor Pelayanan Pajak, kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak menjadi tanggung jawab Seksi Ekstensifikasi.

(39)

Dalam melakukan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak Seksi Ekstensifikasi tidak bekerja secara sendiri, dalam melakukan kegiatan canvassing atau penyisiran lapangan, Seksi Ekstensifikasi dibantu oleh sejumlah Account Representative serta dari Seksi lain seperti Seksi Pengawasan, Konsultasi, serta Seksi Pelayanan. Dalam melakukan canvassing petugas ekstensifikasi memberikan berbagai penjelasan yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak sehingga mereka memahami tujuan dari pemberian NPWP.

Upaya yang telah dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Duren Sawit untuk proses ekstensifikasi Wajib Pajak sesuai dengan SE-06/PJ.9/2001 adalah sebagai berikut:

1. Canvassing terhadap pengusaha-pengusaha di sentra-sentra ekonomi, seperti mall, plaza.

2. Kerjasama dengan RT atau RW atau Kelurahan didaerah pemukiman masyarakat .

3. Kerjasama terhadap pihak instansi keimigrasian supaya mewajibkan pemilik paspor untuk memilki Nomor Pokok Wajib Pajak.

4. Mewajibkan pemegang kartu kredit memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

5. Mewajibkan pembeli mobil mewah dan rumah mewah memilki Nomor Pokok Wajib Pajak.

6. Mewajibkan orang pribadi yang memiliki penghsilan diatas PTKP untuk memiliki NPWP.

Ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak, untuk itu penulis akan mengevaluasi hasil pelaksanaan program kegiatan

(40)

yang telah dilakukan oleh KPP Pratama Duren Sawit:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Duren Sawit, sebenarnya bertujuan agar pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi yang akan dilakukan dapat terorganisir sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan Direktorat Jenderal Pajak bahwa perencanaan yang baik akan memudahkan pelaksanaan dan sekaligus agar kegiatan ekstensfikasi Wajib Pajak berjalan sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.

Tahap persiapan di awali dengan pembuatan rencana kerja yang akan disampaikan ke Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak untuk mendapatkan persetujuan meliputi penentuan lokasi ekstensifikasi, dengan satuan kelurahan atau satuan mall/pusat perdagangan. Setelah membuat rencana kerja, KPP Pratama Duren Sawit juga membentuk Tim Pelaksana yang terdiri dari seluruh anggota Seksi Ekstensfikasi, seluruh Account Representative dan beberapa orang seksi lain yang di butuhkan

dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi. Setelah pembentukan beberapa Tim Pelaksana Ekstensifikasi dilakukan pembagian tugas bagi masing-masing tim yang meliputi lokasi yang akan diekstensifikasi.

Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara penulis dengan Petugas Ekstensifikasi dan Waskon dapat disimpulkan bahwa tahap perencanaan kegiatan ekstensifikasi yang dilakukan KPP Pratama Jakarta Duren Sawit telah dilakukan sesuai dengan peraturan pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi atas PER-116/PJ./2007 dan PER-16/PJ./2007.

(41)

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah melakukan perencanaan yang matang, kegiatan ekstensifikasi dilanjutkan pada tahap pelaksanaan. Tahap pelaksanaan ini merupakan ujung tombak dalam upaya menjaring Wajib Pajak Orang Pribadi baru.

Diperlukan kerja keras lebih dari para petugas karena dalam tahap ini para petugas dihadapkan langsung dengan para Wajib Pajak. Pelaksanaan ekstensifikasi dilakukan oleh Tim Ekstensfikasi bekerja sama dengan instansi Pemerintah misalnya Pemerintah Daerah (Pemda). Pelaksanaan ekstensifikasi diawali dengan melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah seperti Lurah, RW dan RT. Sosialisai dilakukan berupa mengenai pajak, fungsi pajak, pentingnya peran pajak bagi pembangunan salah satunya dengan membayar pajak serta kemudahan yang diberikan bagi Wajib Pajak baru untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.

Setelah kegiatan sosialisasi dan pengisian data Wajib Pajak tahap selanjutnya yaitu tahap administrasi yaitu proses pemutakhiran data, proses pemberian, pemutakhiran dan penyampaian Kartu NPWP kepada WP.

Koordianator Lapangan menerima dan meneliti kelengkapan SPOP (Surat Pemberitahuan Objek Pajak) yang digunakan sebagai sarana bagi Wajib Pajak untuk mendaftarkan objek pajak yang akan dipakai sebagai dasar untuk menghitung PBB yang terhutang, LSPOP (Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak) adalah formulir yang dipergunakan oleh subjek pajak atau Wajib Pajak untuk melaporkan data rinci objek pajak sektor perkebunan dan LPDOP (Lampiran Pemutakhiran Data Objek Pajak) adalah formulir yang dipergunakan untuk mendapatkan data Wajib Pajak orang

(42)

pribadi dan berfungsi sebagai formulir pendaftaran Wajib Pajak dari petugas lapangan. Berdasarkan LPDOP, jika petugas menemukan Wajib Pajak yang belum memiliki NPWP, maka petugas akan mencetak kartu NPWP dengan menggunakan Aplikasi Pendaftaran Wajib Pajak Massal. Selanjutnya kartu NPWP dan dokumen lainnya disimpan untuk diarsipkan.

3. Tahap Pengawasan

Tahap pelaporan dan pengawasan berdasarkan dengan PER- 116/PJ./2007 dan PER-16/PJ./2007, terdiri dari pelaporan hasil kegiatan ekstensfikasi yang telah dilakukan oleh petugas lapangan. Laporan tersebut disampaikan langsung kepada Ketua Tim Ekstensifikasi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dengan petugas, tahap pelaporan dan pengawasan kegiatan ekstensfikasi yang dilakukan oleh petugas KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua telah berjalan sesuai dengan Ketentuan PER-16/PJ./2007 dan PER-116/PJ./2007. Dalam hal pengawasan Ketua Tim Kegiatan Pendataan dan Ekstensifikasi melaporkan hasil kegiatan pendataan dan ekstensifikasi kepada Kepala Kantor Wilayah DJP dalam bentuk laporan.

Kegiatan pengawasan ini bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak yang telah dilakukan serta untuk mengidentifikasi kelemahan pelaksanaan sehingga dapat diambil tindakan cepat untuk melakukan evalusi atas kelemahan tersebut.

(43)

4.4.2 Evaluasi atas Pelaksanaan Kegiatan Intensifikasi Pajak dalam Rangka Optimalisasi Penggalian Penerimaan Pajak terhadap Wajib Pajak yang Telah Tercatat atau Terdafar di KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Di masa kini, kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi Wajib Pajak akan lebih mengandalkan pada ketersedian data. Berbagai data telah dihimpun oleh KPP Pratama Jakarta Duren Sawit hanya bagaimana mengelolah nya untuk dapat dieksekusi (tindak lanjuti). Unit yang melakukan kegiatan intensifikasi dalam pengelolaan dan pengolahan data di KPP Pratama Jakarta Duren Sawit adalah Waskon. Tugas pokok Waskon (pengawasan dan konsultasi) adalah mencari dan memperoleh data berdasarkan peraturan yang ada, setelah mencari dan memperolah data selanjutnya Waskon mengolah data dari data yg diperoleh, hasilnya tersediannya data Wajib Pajak untuk mengukur tingkat kepatuhannya.

Hasil tersebut dapat berupa adanya data Wajib Pajak yang belum terdaftar atau adanya data yang mengindikasikan pembayaran pajaknya belum wajar atau benar (Wajib Pajak belum melaporkan seluruh objek pajak sesuai dengan jumlah yang sebenarnya) oleh Wajib Pajak yang sudah terdaftar. Hasil penglolaan dan pengolahan data diatas akan di eksekusi oleh pihak Waskon. Yang dimaksud eksekusi adalah tindak lanjut yang dapat dilakukan atas hasil penglolaan dan pengolahan data. Jika datanya menunjukkan adanya objek pajak yang subjeknya belum terdatar, dilakukan pengukuhan sebagai Wajib Pajak, apakah terlebih dahulu dengan himbauan untuk mendaftarkan diri dengan sukarela ataupun dilakukan secara jabatan. Untuk data yang belum dilaporkan oleh Wajib Pajak yang sudah terdaftar, eksekusi dilakukan agar Wajib Pajak membayar pajaknya secara benar. Hal ini dapat dilakukan melalui himbauan, konseling, penelitian, pemeriksaan dan

(44)

penyidikan. Tentu saja pengelolaan dan pengolahan data membutuhkan teknologi informasi yang berkualitas.

Hasil dari pengelolaan dan pengolahan data yang optimal adalah sumber data yang telah dimanfaatkan dengan benar. Sehingga sumber data tersebut dapat berpartisipasi meningkatkan penerimaan Negara dari sektor pajak, untuk itu diharapkan kepercayaan yang berkesinambungan dalam arus pemberiaan data.

Setelah mengeksekusi (mengtindak lanjuti) hasil dari pengelolaan dan pengolahan data, Seksi Waskon juga melakukan kegiatan pengawasan. Kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Seksi Waskon sesuai dengan SE - 06/PJ.9/2001 yaitu,

1. Membuat laporan hasil kegiatan. Setiap tim pelaksana kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak, secara berkala membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak untuk dikompilasi oleh Kepala Seksi PDI.

2. Mengevaluasi secara berkala. Kegiatan pelaporan secara bertingkat ini mengharuskan setiap tingkatan melakukan evaluasi secara berkala terhadap kegiatan intensifikasi pajak. Tujuannya adalah agar tidak ada kesalahan di dalam pelaporan, karena apabila ada salah di salah satu tingkatan, laporan akan terus salah sampai tingkat yang paling atas.

Evaluasi yang dilakukan meliputi hasil pelaksanaan dan kendala-kendala yang dihadapi di lapangan, lalu mencari upaya-upaya sebagai solusi pemecahan masalah yang ada

Gambar

Gambar  4.1    Pengelompokan Mapping berdasarkan wilayah atau lokasi  usaha berdasarkan Wilayah Administrasi Tahun
Gambar  4.2    Pengelompokan Mapping berdasarkan wilayah atau lokasi  usaha berdasarkan Wilayah Administrasi Tahun 2011  Sumber: Buku Mapping 2011

Referensi

Dokumen terkait

Upaya percepat an diversif ikasi konsumsi pangan menuj u t ahun 2015 memerlukan dukungan dan f asilit asi pej abat sebagai pemangku kepent ingan mulai dari t ingkat pusat ,

Mengetahui dan menganalisis pengaruh kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil Menengah (WP UMKM) di KPP Pratama Jakarta Kembangan..

Fariza Khalid, Md Yusoff Daud, Mohd Khalid Mohamad Nasir , 2016 , Proceedings International Conference on Education and Regional Development 2016 (ICERD 2016) ,

Maka dari keterkaitan di atas dapat disimpulkan penelitian ini ingin melihat apakah ada pengaruh kecerdasan emosi terhadap komunikasi remaja yang ibunya pernah bekerja

Mengapa dalam penyusunan laporan keuangan, Badan Layanan Umum diwajibkan untuk menyusun dua laporan keuangan sekaligus dengan  berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan

Dimana kegiatan ekstensifikasi wajib pajak ditujukan untuk menambah jumlah wajib pajak dan atau PKP dengan menemui calon wajib pajak dengan menunjukkan surat

Dengan berbagai upaya yang telah dijalankan oleh KPP Pratama Kebon Jeruk I melalui kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak, diharapkan pertumbuhan

Paparan ultraviolet diduga merupakan faktor pencetus timbulnya nevus pigmentosus, hal ini dilihat dari beberapa individu asal Eropa utara, terutama yang berasal