KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN
SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP
PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN
KOGNITIF SISWA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI NIM. 1201257
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN
SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP
PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN
KOGNITIF SISWA
Oleh
Kharisma Prawesti Sri Utami, S.Pd.
Universitas Pendidikan Indonesia, 2015
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Prodi Pendidikan Fisika Sekolah Pascasarjana
© Kharisma Prawesti Sri Utami 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam.
IPA adalah sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang
diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan
dengan menggunakan metode ilmiah. Sehingga IPA merupakan cabang
pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan
biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang melibatkan
aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam.
Carin dan Sund (dalam Khoerunisa, 2013:7) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku untuk umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala
alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji
kebenaranya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah. Hal itu
sesuai dengan hakikat pembelajaran Sains atau Ilmu pengetahuan alam (IPA)
yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara
sistematis, sehingga “IPA bukan hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan” (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008).
Dalam pembelajaran sains, proses pembelajaran adalah hal yang sangat penting.
Hal tersebut sejalan dengan Permendiknas no 41 tahun 2007 tentang Standar
Nasional Pendidikan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam
sekitar. Karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran
IPA adalah memadukan antara pengalaman proses IPA dan pemahaman produk
serta teknologi IPA dalam bentuk pengalaman langsung yang berdampak pada
sikap siswa yang mempelajari IPA (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008:22).
Di sekolah kemampuan siswa menentukan keberhasilan prestasi siswa.
Kemampuan siswa ini ditunjukkan dari hasil belajar, baik dari ranah kognitif,
afektif, maupun psikomotoriknya. Ranah kognitif siswa diinterpretasikan
melalui kemampuan kognitif dalam menguasai konsep, ranah afektif dalam
pembelajaran sains berkaitan dengan sikap ilmiahnya, dan ranah psikomotorik
berkaitan dengan keterampilan proses yang dimiliki. Baik kognitif, afektif,
maupun psikomotorik erat kaitannya dan saling mempengaruhi. Jika seseorang
menerapkan keterampilan proses dalam pembelajaranya maka sikap ilmiah
dapat terbentuk dan kemampuan kognitif dapat terbangun dengan baik karena
pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna. Disisi lain, Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan menetapkan kompetensi dasar sebagai kemampuan siswa
yang harus dicapai melalui kegiatan pembelajaran. Kompetensi dasar adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap minimal yang harus dicapai oleh siswa
untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar kompetensi yang
telah ditetapkan. Pengetahuan yang dimaksud dalam kompetensi dasar
merupakan kemampuan kognitif yang harus diperoleh siswa sesuai dengan
pokok bahasan yang dipelajari, dan keterampilan yang dimaksud dalam
pembelajaran IPA salah satunya adalah keterampilan proses sains. Dahar
(1985:11) menyatakan bahwa keterampilan proses sains sangat penting bagi
setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam
mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan
3
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari, untuk
menghadapi situasi baru dan memecahkan persoalan baru, tentunya
keterampilan proses siswa sangat diperlukan seperti kemampuan mengamati,
menafsirkan, memprediksi, menerapkan konsep, dan mengkomunikasikan.
Menurut Lee et al., dalam Susilawati (2010) keterampilan proses sains memiliki
pengaruh kuat dalam pendidikan karena keterampilan proses sains membuat
para siswa mengembangkan proses mental yang lebih tinggi. Penyelesaian
masalah tersebut dapat dilakukan dengan baik jika kemampuan kognitif juga
terbangun dengan baik, karena siswa akan mampu menerapkan pengetahuan
yang telah dimiliki untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan
dengan konsep tersebut. Bahkan sangat dimungkinkan jika keterampilan proses
dan kemampuan kognitif siswa terbangun, siswa tersebut mampu menciptakan
sesuatu yang baru baik dari konsep maupun produk yang bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari. Pentingnya kedua hal tersebut sejalan dengan tujuan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs menurut Depdiknas (2006) yaitu agar
peserta didik meningkatkan pengetahuan konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa dan guru fisika yang
bersangkutan mengenai pembelajaran fisika yang biasanya dilakukan di kelas
sebagai berikut: 1) guru memulai pembelajaran dengan mengecek kehadiran
siswa, 2) guru sedikit mengulas materi pada pembelajaran sebelumnya kemudian
menginformasikan materi yang akan dibahas pada pembelajaran hari itu, 3) guru
menyebutkan fenomena alam yang terkait dengan materi yang akan diajarkan
dan sesekali mengajukan pertanyaan kepada siswa, 4) guru menjelaskan materi
dengan menggunakan penurunan persamaan matematis, 5) guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan, 6) guru meminta dan
membimbing siswa untuk mengerjakan soal pada buku, 7) guru membahas
beberapa soal yang ada pada buku, 8) guru menutup kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap guru, diperoleh
informasi bahwa dengan melaksanakan proses pembelajaran seperti yang
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran dengan cara meminta siswa untuk menganalisis fenomena alam
yang terkait dengan materi dengan sesekali mengajukan pertanyaan arahan dan
meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan pada buku. Selain itu, guru
juga merasa telah memfasilitasi siswa untuk berdiskusi dalam membahas
soal-soal latihan yang dapat mendorong siswa untuk dapat saling berbagi pemahaman
yang telah mereka miliki. Selain itu guru tersebut juga pernah menerapkan
model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan
siswa, yaitu pembelajaran berbasis proyek, namun karena kendala sumber daya
dan sarana yang minim maka pembelajaran seperti itu tidak sering dilakukan.
Walaupun didalam proses pembelajaran guru sudah berupaya untuk
menerapkan prinsip pembelajaran agar sesuai dengan apa yang telah ditetapkan
didalam peraturan pemerintah, ternyata kualitas dari proses pembelajaran
tersebut masih jauh dari apa yang diharapkan. Beberapa hal yang masih menjadi
masalah dari proses pembelajaran yang sudah dilakukan diantaranya adalah: 1)
guru kurang memberikan fenomena langsung yang memunculkan gagasan awal
siswa terhadap materi sehingga motivasi dan rasa ketertarikan siswa masih
kurang, 2) sepanjang kegiatan pembelajaran dominasi guru masih cukup besar.
Hal tersebut terlihat dari lebih seringnya guru memberikan penjelasan konsep
secara langsung dibandingkan membangun gagasan siswa, 3) guru kurang
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengkonstruksi gagasanya, guru
lebih menekankan dalam membangun kemampuan matematis siswa dengan
memberikan soal-soal latihan, 4) kurangnya sumber daya dan sarana
menyebabkan pembelajaran berbasis praktikum masih jarang dilakukan.
Penemuan tersebut diperkuat dengan hasil tes kemampuan kognitif siswa yang
rendah dengan persentase 21,9% dengan kategori kurang. Sedangkan untuk
keterampilan proses sain siswa juga masih rendah dengan persentase 25,7%
dengan kategori kurang.
Berdasarkan paparan di atas, maka diperlukan suatu pembelajaran yang
tepat yang melibatkan siswa secara aktif dalam melatih keterampilan proses
sains dan mampu membangun kemampuan kognitif siswa. Salah satu
5
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemampuan kognitif dan melatih keterampilan proses sains siswa adalah model
pembelajaran Children Learning In Science (CLIS). Model pembelajaran CLIS
adalah model pembelajaran yang memiliki tahapan-tahapan untuk
membangkitkan perubahan konseptual siswa. Kelebihan-kelebihan model CLIS
adalah sebagai berikut : (1) gagasan anak lebih mudah dimunculkan; (2)
membiasakan siswa untuk belajar mandiri dalam memecahkan suatu masalah;
(3) perkembangan gagasan terpenuhi; (4) menciptakan kreatifitas siswa untuk
belajar sehingga tercipta suasana kelas yang lebih nyaman dan kreatif, terjadi
kerjasama sesama siswa dan siswa terlibat langsung dalam melakukan kegiatan;
(5) menciptakan belajar yang lebih bermakna karena timbulnya kebanggaan
siswa menemukan sendiri konsep ilmiah yang dipelajari; (6) guru mengajar akan
lebih efektif karena dapat menciptakan suasana belajar yang aktif. Model
pembelajaran CLIS ini dilandasi oleh pandangan konstruktivisme yang
memperhatikan pengalaman dan konsep awal siswa, sehingga kemampuan
kognitif siswa dapat terbangun dengan baik.
Sejak awal kegiatan praktikum (real laboratory) menjadi bagian integral
dalam pembelajaran IPA, begitu juga dalam pembelajaran CLIS. Dalam
pembelajaran CLIS, kegiatan praktikum memberi wadah bagi siswa untuk
melakukan kegiatan penyelidikan dan mendapatkan pengalaman nyata terutama
dalam tahap penyusunan ulang gagasan sehingga pemahaman siswa dapat
terkonstruksi dengan baik. Sedikitnya ada empat alasan yang dikemukakan
Woolnough dan Allsop mengenai pentingnya kegiatan praktikum (dalam
Rustaman, 1995: 2). Pertama, praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA.
Kedua, praktikum mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar dalam
melaksanakan eksperimen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar
pendekatan ilmiah. Keempat, praktikum menunjang pemahaman materi
pelajaran.
Namun dalam pembelajaran sains dan CLIS menggunakan real laboratory
terdapat beberapa kelemahan, diantaranya dalam pembelajaran fisika beberapa
fenomena bersifat abstrak dan mikiroskopis sehingga sulit diamati langsung, ada
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
beberapa fenomena yang bersifat khusus, selain itu dibutuhkan waktu yang
relatif lama untuk kegiatan real laboratory, belum lagi ketersediaan fasilitas
laboratorium yang kurang memadai. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan Widodo (2005: 10) bahwa alasan terbanyak yang dikemukakan oleh
guru-guru terkait kegiatan praktikum adalah kurangnya waktu yang dibutuhkan
untuk mengelola sebuah praktikum, alat-alat yang belum tersedia, terlalu
merepotkan, dan kurang terampilnya guru dalam melakukan praktikum. Selain
itu beberapa konsep fisika yang bersifat abstrak dan mikroskopis sulit untuk
diamati langsung melalui kegiatan Real Laboratory seperti menggambarkan
pergerakan elektron dalam konsep listrik dan jalannya sinar pembentukan
bayangan pada konsep cermin dan lensa. Akibatnya kegiatan Real Laboratory
merupakan metode pembelajaran yang jarang dilakukan di sekolah-sekolah.
Kelemahan tersebut juga diungkapkan dalam hasil penelitian Siti Mutiara
(2012) dimana dalam pembelajaran CLIS tidak 100% kegiatan pembelajaran
terlaksana sehingga berdampak pada hasil pemahaman konsep dan keterampilan
proses sains yang rata-rata hanya berada dalam kategori sedang, tidak tinggi
seperti yang diharapkan sebelumnya. Hal tersebut terjadi karena sulitnya
memunculkan gagasan siswa dan terlalu lama dalam melakukan kegiatan real
laboratory dimana terdapat beberapa kendala teknis dalam melakukan
praktikum.
Seiring dengan berkembangnya teknologi beberapa kendala dalam
pelaksanaan kegiatan praktikum dapat diatasi dengan menggunakan komputer
dalam bentuk kegiatan Virtual Laboratory, yaitu simulasi kegiatan praktikum
atau eksperimen berbantuan komputer. Menurut penelitian yang dilakukan Arna
Putri, dkk (2013) pembelajaran menggunakan Virtual Laboratory memiliki
beberapa kelebihan yaitu (a) Memperbaiki ketarampilan berpikir kreatif dan
pemecahan masalah secara ilmiah; (b) Mengembangkan keterampilan di bidang
ICT tanpa mengabaikan pengetahuan mengenai laboratorium; (c) Tidak harus
mendatangkan peralatan praktikum yang sebenarnya, yang terkadang harganya
tidak terjangkau; dan (d) Praktikum bisa dilakukan dimana dan kapan saja.
7
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan proses sains, dan keterampilan
berpikir asalakan dirancang sesuai keadaan sebenarnya dan sesuai dengan
tahapan pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan aspek tersebut (Yu
J.Q., et al, 2008). Virtual Laboratory ini sebagai alternatif untuk membantu
menghadirkan situasi sebenarnya yang tidak mungkin dihadirkan dalam kelas
atau laboratorium karena tidak tersedianya alat dan bahan, selain itu dapat
menjelaskan konsep abstrak dan mikroskopis yang tidak bisa diamati pada real
laboratory, dan dapat mengefektifkan waktu pelaksanaan praktikum, sehingga
bisa dintegrasikan sebagai kegiatan alternatif laboratorium dalam pembelajaran
CLIS. Berdasarkan paparan di atas dan hasil penelitian terdahulu maka penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan
Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Menggunakan
Virtual Laboratory untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan
Kemampuan Kognitif Siswa” sebagai salah satu alternatif proses
pembelajaran.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan berikut: “Apakah penerapan model pembelajaran CLIS dengan menggunakan Virtual Laboratory dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan kognitif siswa?”
Masalah tersebut dapat dijabarkan menjadi sejumlah pertanyaan
penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana peningkatan keterampilan proses sains siswa yang
mendapatkan pembelajaran CLIS menggunakan Virtual Laboratory?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan kognitif siswa yang
mendapatkan pembelajaran CLIS menggunakan Virtual Laboratory?
C. BATASAN MASALAH
1. Keterampilan Proses Sains menurut Nuryani Rustaman yang digunakan
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(integrated skill) yang terdiri dari sembilan keterampilan. Namun dalam
penelitian ini dikontrol meliputi lima keterampilan saja, yaitu keterampilan
mengamati, menafsirkan, memprediksi, mengkomunikasikan, dan
menerapkan konsep. Hal ini disesuaikan dengan keterampilan proses sains
yang dilatihkan dalam tahap pembelajaran dan kompetensi dasar siswa
yang harus dibangun dalam pembelajaran.
2. Kemampuan kognitif pada penelitian ini menurut Anderson yang terdiri
dari C1 sampai C6. Namun pada penelitian ini dikontrol pada tingkatan
Mengingat (C1), Memahami (C2), dan Menerapkan (C3). Hal ini
disesuaikan dengan kemampuan kognitif yang dilatihkan dalam model
pembelajaran.
3. Peningkatan keterampilan proses sains dan kemampuan kognitif siswa
dinyatakan dengan rata-rata gain yang dinormalisasi skor pre-test dan
post-test.
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran peningkatan
kemampuan kognitif siswa yang mendapatkan pembelajaran CLIS
menggunakan Virtual Laboratory.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran peningkatan
keterampilan proses sains siswa yang mendapatkan pembelajaran CLIS
menggunakan Virtual Laboratory.
E. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bukti empiris tentang potensi model
pembelajaran CLIS menggunakan Virtual Laboratory dalam meningkatkan
keterampilan proses sains dan kemampuan kognitif siswa dan memperkaya
hasil-hasil penelitian dalam bidang kajian sejenis, yang nantinya dapat
digunakan oleh berbagai pihak yang terkait atau yang berkepentingan dengan
hasil penelitian ini seperti: guru, praktisi pendidikan, lembaga pendidikan, dan
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
33 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Fraenkel & Wallen (2008: 261) mengatakan bahwa penelitian
eksperimen adalah cara terbaik untuk mengetahui sebab-akibat dan hubungan
antara berbagai variabel penelitian. Bentuk dan jenis metode penelitian
menurut Tuckman (dalam Riduwan, 2008: 50-51) menyebutkan terdapat
empat metode yaitu pre-experimental, true-experimental, factorial, dan quasi
experimental. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pre-eksperiment (weak experimental design) dan penelitian deskriptif dengan
desain penelitian One Group Pretest-Posttest Design (Fraenkel & Wallen,
2008: 265). Pada penelitian ini hanya akan digunakan satu kelompok
eksperimen yang akan diberikan treatment dengan dilakukan 2 kali tes yaitu
sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Tes yang dilakukan sebelum
eksperimen (pretest), dan tes yang dilakukan sesudah eksperimen (posttest).
Sedangkan untuk metode deskriptif yang digunakan pada penelitian ini
adalah analisis keterlaksanaan kegiatan pembelajaran. Hal tersebut senada
dengan penjelasan metode deskriptif yang dikemukakan Sukmadinata (2012:
81), yaitu analisis kegiatan yang diarahkan untuk menganalisis kegiatan yang
dilakukan dalam pelaksanaan suatu tugas atau pekerjaan.
Setelah diberikan perlakuan, berdasarkan hasil pretest dan posttest
dilakukan uji N-gain untuk mengetahui pengaruh dari penerapan metode
pembelajaran yang digunakan terhadap peningkatan kemampuan kognitif dan
keterampilan proses sains siswa. Pola desain penelitian ini secara umum dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Desain penelitian the one group pretest - posttest design
Pretest Treatment Posttest
T1, T2 X T1, T2
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan :
T1 = pretest dan posttest untuk menjaring data KPS
T2 = pretest dan posttest untuk menjaring data kemampuan kognitif
X = Perlakuan penerapan pembelajaran CLIS menggunakan Virtual
Laboratory
Instrumen yang diberikan ketika posttest setara dengan pretest.
Instrumen yang digunakan sebagai pretest dan posttest dalam penelitian ini
merupakan instrumen untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif dan
keterampilan proses sains siswa yang telah di-judge dan diujicobakan terlebih
dahulu.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di salah
satu SMP negeri di kabupaten Bandung. Dari sejumlah kelas maka akan
ditentukan satu kelas sebagai sampel penelitian menggunakan teknik
sampling purposive sampling. Purposive sampling ini dilakukan karena dari
pihak sekolah menentukan kelas yang akan digunakan sebagai kelas
penelitian. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diterapkan
model pembelajaran CLIS menggunakan Virtual Laboratory.
C. Definisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan konsep terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka definisi operasional yang dimaksud
dijelaskan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran CLIS dengan menggunakan Virtual Laboratory
adalah model pembelajaran yang memiliki tahapan-tahapan untuk
membangkitkan perubahan konseptual siswa dengan melakukan kegiatan
laboratorium menggunakan media virtual yang bisa mensimulasikan
35
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
digunakan menurut Rosalind Driver ini terdiri dari tahap
orientasi (orientation), pemunculan gagasan (elicitation of ideas),
penyusunan ulang gagasan (restructuring of ideas), penerapan gagasan (application of ideas), dan mengkaji ulang perubahan
gagasan (review change in ideas). Penerapan Virtual Laboratory ini
diterapkan pada tahap peyusunan ulang gagasan dimana siswa melakukan
eksperimen dan pengumpulan data. Program software yang digunakan
dalam Virtual Laboratory ini menggunakan Adobe Flash yang terlebih
dahulu telah melalui proses judgement oleh ahli multimedia.
Keterlaksanaan penerapan model pembelajaran CLIS dengan menggunakan Virtual Laboratory diamati melalui lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan persentase
keterlaksanaan pada pembelajaran.
2. Keterampilan proses sains dalam penelitian ini adalah keterampilan
proses sains terintegrasi (integrated skills) yang terdiri dari keterampilan
mengamati, menafsirkan, memprediksi, mengkomunikasikan, dan
menerapkan konsep yang dibatasi dari sembilan aspek keterampilan
proses sains menurut Nuryani Rustaman. Keterampilan-keterampilan
tersebut diukur dengan menggunakan tes keterampilan proses sains
berdasarkan masing-masing indikator keterampilan (Rustaman, 2005).
Dalam penelitian ini keterampilan proses sains siswa diukur dengan
menggunakan tes tertulis berbentuk pilihan ganda.
3. Kemampuan kognitif dalam penelitian ini dibatasi pada tiga aspek dari
enam aspek kemampuan kognitif yang dikemukakan oleh Anderson
(2010), yaitu mengingat (C1), memahami (C2), dan mengaplikasikan
(C3). Kemampuan kognitif diukur dengan menggunakan tes kemampuan
kognitif dalam bentuk tes pilihan ganda yang mencakup ketiga aspek
kemampuan kognitif di atas yang dilaksanakan pada saat pretest dan
posttest.
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga instrumen yaitu
a) Tes tertulis kemampuan kognitif yang diberikan pada saat pretest dan
posttest. Tes ini bersifat konseptual dalam bentuk tes objektif model pilihan
ganda. Tes ini dibuat untuk menguji kemampuan kognitif C1 sampai C3.
b) Tes tertulis keterampilan proses sains yang diberikan pada saat pretest dan
posttest. Tes ini berbentuk tes objektif model pilihan ganda yang mencakup
kemampuan mengamati, memprediksi, menafsirkan, mengkomunikasikan,
dan menerapkan konsep.
c) Lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran berupa aktivitas guru dan
siswa, yang bertujuan mengamati kesesuaian keterlaksanaan pembelajaran
dengan skenario pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Observasi
yang dilakukan adalah observasi terstruktur dengan menggunakan daftar
cek (√). Format observasi diisi oleh observer pada saat pembelajaran
berlangsung. Format observasi berisi tahapan-tahapan pembelajaran yang
digunakan dalam penelitian.
d) Skala sikap tanggapan siswa terhadap pembelajaran CLIS dengan Virtual
Laboratory. Skala sikap adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada
orang lain yang bersedia memberikan respons (responden) sesuai
permintaan pengguna (Riduwan, 2010: 99).
E. Teknik Analisis Uji Coba Instrumen
Sebelum instrumen tes dipakai dalam penelitian, instrumen tes terlebih
dulu di ujicobakan di kelas IX yang berada di sekolah tempat penelitian
dilaksanakan. Data hasil uji coba tes kemudian dianalisis untuk mendapatkan
keterangan mengenai layak atau tidaknya instrumen tes dipakai dalam
penelitian agar data yang didapatkan dalam penelitian menggambarkan
kemampuan subjek penelitian. Berikut di paparkan macam-macam analisis
yang di gunakan untuk mengetahui kelayakan instrumen tes.
37
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Validitas butir soal adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan butir soal yang digunakan (Arikunto, 2006: 168).
Sebuah soal dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak
diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Validitas isi dari setiap butir soal akan dipenuhi dengan menggunakan
judgement beberapa pakar yang relevan dengan konten dalam tes yang
digunakan yang dalam penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
instrumen yang digunakan sudah tepat untuk mengukur apa yang hendak
diukur. Peneliti meminta pendapat dari ahli mengenai instrumen yang telah
dibuat dan para ahli dapat memberikan pendapat berupa instrumen sudah
tepat, ada yang perlu diperbaiki, atau semua harus diperbaiki. Instrumen tes
kemampuan kognitif dan instrumen keterampilan proses sains di-judge oleh
empat dosen ahli. Dari pertimbangan empat dosen ahli tersebut, diperoleh
berbagai masukan mengenai redaksi, isi, dan konstruk.
2. Analisis reliabilitas tes
Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni
sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg
atau tidak berubah-ubah. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan
menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2008). Pengujian reliabilitas
instrumen dilakukan dengan menggunakan instrumen yang ekuivalen. Jadi
dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama dan waktunya yang
berbeda. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien
reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah
dengan menggunakan metoda tes ulang (test-retest method). Uji reliabilitas
tes pilihan ganda dilakukan menggunakan program Anates versi 4.0 for
Windows. Pada program ini menggunakan reliabilitas tes metode belah dua
(split-half method), dengan menggunakan korelasi product moment
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen digunakan
tolok ukur interpretasi nilai koefisien korelasi menurut Arikunto:
Tabel 3.2 Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas 0,800 r 1,00 sangat tinggi
Dari hasil analisis jawaban siswa diperoleh nilai reliabilitas
instrumen tes KPS sebesar 0,826 berada pada kategori sangat tinggi, dan
nilai reliabilitas instrumen tes kognitif sebesar 0,839 berada pada kategori
sangat tinggi.
3. Analisis tingkat kemudahan tes
Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya sesuatu soal
disebut dengan indeks kesukaran. Menurut Arikunto (2009) soal yang baik
adalah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Semakin
mudah soal itu, semakin besar pula bilangan indeksnya dan menunjukkan
soal yang semakin mudah (Arikunto, 2009: 208). Untuk mengetahui
indeks kesukaran suatu soal digambarkan pada suatu skala antara
0,00-1,00. Soal yang sukar memiliki indeks 0,00 sedangkan soal yang mudah
memiliki indeks kesukaran 1,00. Rumus untuk mencari indeks kesukaran
39
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu � = � + � ×+ %
Keterangan: Tk : Indeks tingkat kesukaran butir soal
SA : jumlah skor kelompok atas
SB : jumlah skor kelompok bawah
IA : jumlah skor ideal kelompok atas
IB : jumlah skor ideal kelompok bawah
Tabel 3.3
Proses analisis tingkat kemudahan instrumen menggunakan program
Anates versi 4.0 for Windows. Hasil perhitungan tingkat kemudahan soal
terdapat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No
sebanyak 2 buah soal berada pada kategori sangat mudah, 2 soal berada pada
kategori mudah, 10 soal berada pada kategori sedang, dan 6 soal berada pada
kategori sukar. Sedangkan dari 20 soal kognitif yang diujicobakan sebanyak 1
buah soal berada pada kategori sangat mudah, 1 soal berada pada kategori
mudah, 10 soal berada pada kategori sedang, 7 soal berada pada kategori sukar,
dan 2 buah soal berada pada kategori sangat sukar.
4. Analisis daya pembeda tes
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan
siswa yang tidak pandai (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2009).
Semakin tinggi indeks diskriminasi, maka makin baik soal tersebut. Untuk
mengukur daya pembeda dari setiap butir soal, peneliti menggunakan
program Anates versi 4.0 for Windows.
�� = −� × %
(Karno To, 2003)
Keterangan :
41
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
SA= jumlah jawaban benar pada kelompok atas
SB= jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
IA= jumlah siswa
Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka harga tersebut
diinterpretasikan pada kriteria daya pembeda sesuai dengan tabel berikut.
Tabel 3.5
Interpretasi Daya Pembeda Instrumen Tes Indeks daya pembeda Kriteria daya pembeda
Negatif – 9% Sangat buruk, harus dibuang
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No
dalam kategori sangat buruk, 1 soal dalam kategori cukup, 10 soal dalam
kategori baik, dan 7 soal dalam kategori sangat baik. Sedangkan dari
analisis daya beda soal kognitif didapatkan bahwa 4 soal berada dalam
kategori sangat buruk, 2 soal berada dalam kategori buruk, 3 soal dalam
kategori cukup, 7 soal dalam kategori baik, dan 4 soal dalam kategori
sangat baik. Untuk soal yang memiliki kategori buruk dan sangat buruk
tidak digunakan sebagai soal tes dalam penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Data kemampuan kognitif diperoleh melalui tes tertulis bentuk pilihan
ganda.
2. Data keterampilan proses sains siswa diperoleh melalui tes tertulis
bentuk pilihan ganda.
3. Data observasi keterlaksanaan model pembelajaran.
Lembar observasi dibuat bertujuan sebagai pedoman untuk melakukan
observasi aktifitas siswa dan guru selama proses pembelajaran
berlangsung sesuai dengan tahapan model pembelajaran. Pengamat
memberikan tanda check (√) pada tahapan pembelajaran yang
terlaksana, dan mengisi kolom keterangan pada lembar observasi jika
terdapat saran atau tambahan mengenai proses pembelajaran yang tak
tercantum dalam kolom tahapan pembelajaran.
4. Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran CLIS dengan Virtual
43
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data tanggapan siswa
terhadap pembelajaran dilakukan dengan skala sikap secara kualitatif.
G. Prosedur penelitian
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dibagi
menjadi tiga tahapan, yaitu :
a. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi :
1) Studi kasus ke lokasi penelitian dengan mewawancarai guru
2) Observasi ke lokasi penelitian untuk mengetahui kegiatan pembelajaran
yang biasa dilaksanakan.
3) Memberikan tes KPS dan kemampuan kognitif untuk mengetahui
kemampuan awal siswa
4) Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat mengenai
permasalahan yang akan dikaji.
5) Telaah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dilakukan untuk
mengetahui kompetensi dasar yang hendak dicapai.
6) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan skenario
pembelajaran.
7) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran
(khusus untuk Virtual Laboratory membuat baru dalam bentuk Adobe
Flash)
8) Menyusun instrumen penelitian
b. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi :
1) Memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur keterampilan proses
sains dan kemampuan kognitif siswa sebelum diberikan perlakuan.
2) Memberikan perlakuan pada kelas eksperimen dengan menerapkan
model pembelajaran CLIS menggunakan Virtual Laboratory.
3) Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengukur keterampilan proses
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Tahap Akhir
Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilakukan antara lain:
1) Mengolah data hasil pretest dan posttest.
2) Menganalisis peningkatan keterampilan proses sains dan kemampuan
kognitif siswa yang mendapatkan model pembelajaran CLIS
menggunakan Virtual Laboratory.
3) Membuat kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan
data.
4) Memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang
sesuai.
Adapun alur penelitian ini dapat ditunjukkan pada gambar 3.1
45
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran
Untuk melihat persentase ketercapaian pelaksanaan pembelajaran
ditentukan dari rata-rata persentase tiap kegiatan. Nilai ini menunjukkan nilai
keterlaksanaan kegiatan yang ada dalam pembelajaran CLIS menggunakan
Virtual Laboratory. Adapun langkah langkah yang dilakukan untuk mengolah
data tersebut adalah sebagai berikut:
1) Menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” yang observer isi
pada format observasi keterlaksanaan pembelajaran.
2) Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan rumus persamaan (3.1):
Gambar 3.1
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
%
Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan pembelajaran CLIS
menggunakan Virtual Laboratory dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.7
Tabel 3.7
Kriteria keterlaksanaan pembelajaran
KM (%) Kriteria
KM = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana 0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana
25 ≤ KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana
50 < KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana
75 ≤ KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana
(Pelita, dalam Kurniawan: 2013)
2. Analisis Skala Sikap Siswa
Analisis data skala sikap dihitung dengan cara mencari persentase tanggapan
siswa dan guru terhadap pembelajaran. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
untuk mengolah data tersebut adalah:
1. Menghitung jumlah jawaban “SS” ,“S”,“TS” dan “STS” yang disi pada skala
sikap tanggapan siswa terhadap pembelajaran.
2. Melakukan perhitungan persentase angket tanggapan siswa terhadap
pembelajaran dengan menggunakan persamaan berikut:
% ��
= ∑ ∑ � �ℎ � / / / %. . . .
Untuk mengetahui kategori skala sikap siswa terhadap pembelajaran, dapat
diinterpretasikan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8
Kriteri skala sikap tanggapan siswa terhadap pembelajaran
ATGS (%) Kriteria
47
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ATGS (%) Kriteria
0 < ATGS < 25 Sebagian kecil siswa
25 ≤ ATGS < 50 Hampir setengah siswa
ATGS = 50 Setengah siswa
50 < ATGS < 75 Sebagian besar siswa
75 ≤ ATGS < 100 Hampir seluruh siswa
ATGS = 100 Seluruh siswa
(Wibowo: 2012)
3. Analisis Peningkatan Kemampuan Kognitif dan KPS Siswa
Data peningkatan keterampilan proses sains dan kemampuan kognitif
dianalisis dengan menggunakan gain yang dinormalisasi. Langkah-langkah
dalam penganalisisan data dari hasil tes awal dan tes akhir hasil kemampuan
kognitif dan KPS siswa adalah sebagai berikut:
a. Menentukan skor dan nilai tes awal dan tes akhir.
b. Menentukan nilai rata-rata dan persentase masing-masing kategori.
c. Menghitung skor gain yang dinormalisasi (N-Gain) dari tes awal dan
tes akhir untuk menunjukkan peningkatan kemampuan kognitif dan KPS
menggunakan persamaan (3.3) yang dikembangkan oleh Hake
g S S
S S
post pre
m ideal pre
...(3.3)
Keterangan : g = gain yang dinormalisasi
Spost = skor tes akhir yang diperoleh siswa
Spre = skor tes awal yang diperoleh siswa
Sm ideal = skor maksimum ideal
d.Menentukan skor rata-rata gain yang dinormalisasi
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif dan KPS siswa pada
materi cahaya digunakan data skor rata-rata gain yang dinormalisasi yang
diolah dengan menggunakan persamaan (3.4) yang dikembangkan oleh
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
<S S
<g>
S S
post pre
m ideal pre
...(3.4)
Keterangan:
<g> = skor rata-rata gain yang dinormalisasi
<Spost> = skor rata-rata tes akhir yang diperoleh siswa
<Spre> = skor rata-rata tes awal yang diperoleh siswa
Sm ideal = skor maksimum ideal
d. Mengintrepetasikan skor rata-rata gain yang dinormalisasi dengan
menggunakan Tabel 3.9.
Tabel 3.9
Kriteria nilai rata-rata N-gain
Nilai <g> Kriteria
<g> ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ <g> < 0,7 Sedang <g> < 0,3 Rendah
72
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)
MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Anderson and Krathwohl. (2010). Kerangka Landasasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Aprianto. (2008). Makalah Pengaplikasian Virtual Laboratory Sebagai Media
Pembelajaran Jarak Jauh. SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan
Arifin, Zaenul. (2012). Pembelajaran Berbasis Laboratorium. [Online]. Tersedia:
https://aenul.wordpress.com/category/umum/info-fisika/. [12 Juli 2012]
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Didaktik (edisi revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi Aksara
Arum, Wahyuni Fajar., dkk. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Clis (Children
Learning In Science) Dengan Metode Eksperimen Dalam Pembelajaran Fisika
Di Kelas VIII SMP. Jurnal Pembelajaran Fisika. 1(2), 138-144.
Asshagab, Siti Mutiara Ningsih. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Children Learning in
Science (CLIS) untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman Konsep Hukum Newton Siswa. Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Bajpai, Manisha. (2013). Developing Concepts in Physics Through Virtual Lab Experiment: An Effectiveness Study. Techno LEARN: An International Journal of Education Technology. 3(1), 43-50.
Baser, Mustafa & Soner Durmus. (2010). The Effectiveness of Computer Supported Versus Real Laboratory Inquiry Learning Environments on the Understanding of Direct Current Electricity Among Pre-Service Elementary School Teachers. Eurasia Journal of
Mathematics, Science, and Technology Education. 6(1), 47-61.
Dahar, R.W. (1985). Kesiapan Guru Mengajarkan Sains di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Pustaka PelajarOffset.
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah
Pertama. Jakarta: Depdiknas.
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)
MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Driver, Rosalind., et al. (1985). Children’s Ideas And The Learning of Science.
Philadephia: Open University Press.
Driver, Rosalind. (1988). Changing Conceptions. Journal Research in Education. 161-196.
Driver Rosalind, et al. (1994). Constructing Scientific Knowledge in the Classroom.
Educational Researcher. 23(7), 5-12.
Fraenkel, J. Wallen. (2008). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGraw-Hill Higher Education.
Gizerian, Samantha. (2007). The Virtual Laboratory: Using Technology to Enhance
the Learning Experience of Students in Biology, Chemistry, and Physics.
Charles R Drew University of Medicine and Science.
Hake, R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores*† Dept. of Physics, Indiana University 24245 Hatteras Street, Woodland Hills, CA, 91367 USA. [Online].
Available at http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzing Change-Gain.pdf [29 Oktober 2013]
Handayani, Dewi. (2007). Peningkatan Mutu Pembelajaran Mata Kuliah Kimia Organik I Melalui Pendekatan Konstruktivisme Menggunakan Model CLIS (Children’s Learning In Science). Exacta. 5(2), 84-89.
Handayani S, Nurmayanti dan Lusi. (2004). Pengembangan Model Pembelajaran Children Learning in Science dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional. Jurnal pendidikan. 5(1).
Imron, Muhammad. 2012. Ayo Manfaatkan Laboratorium Virtual. [Online]. Tersedia: http://mazguru.wordpress.com/2012/04/19/ayo-manfaatkan-laboratorium-virtual/. [19 April 2012].
Irwanof, dkk. (2010). Laporan Penelitian Evaluasi Bahan Ajar, Kajian Terhadap
Substansi & Media PEFI4309 Praktium Fisika I. Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat: Universitas Terbuka.
Karno To. (1996). Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program ANATES). Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung.
Karno To. (2003). Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program Komputer
ANATES). Bandung: FIP UPI.
Khoerunisa, Eneng. (2013). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran IPA
74
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)
MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skripsi pada Program Studi Pendidikan IPA, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan.
Kurniawan, A. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Berbantuan Cmaptools dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Mempertahankan Retensi Siswa. Tesis FP-IPA UPI
Bandung: tidak diterbitkan
Lippoppy, Titty. (2012). Model pembelajaran CLIS. [Online]. Tersedia:
http://titybelajar.blogspot.com/2012/06/model-pembelajaran-clis.html. [19 Juni 2012]
Nedic, Z. (2003). Remote Laboratories versus Virtual Laboratories and Real Laboratories. IEEE November 2003.
Putri, Arna, dkk. (2013). Pengembangan Virtual Laboratory pada Materi Kinematika dengan Analisis Vektor dalam Pembelajaran Fisika di Kelas XI SMA. Philar
of Physics Education. 1(4), 23-29.
Riduwan. (2008). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfa Beta.
Rustaman, N. (1995). Peranan Praktikum dalam Pembelajaran Biologi, Bahan
Pelatihan bagi Teknisi dan Laboran Perguruan Tinggi (Kerjasama FPMIPA UPI Bandung dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi). Bandung:
FPMlPA UPI.
Rustaman, N., et. al. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.
Singh, Jeetinder, et al. (2009). An Open Source Virtual Lab for School Physics Education. The National Conference on Open Source Software (NCOSS),
C-Dac, Nan Mumbai. Report No: IIIT/TR/2009/239.
Subiantoro, Agung W. (2007). Pentingnya Praktikum Dalam Pembelajaran IPA. Makalah yang Disampaikan Pada Kegiatan PPM “Pelatihan Pengembangan Praktikum IPA Berbasis Lingkungan” Bagi Guru-Guru MGMP IPA SMP Kota Yogyakarta.
Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Suparno, Paul. (1997). Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisisus.
Susilawati. (2010). Penerapan Model Siklus Belajar Hipotetikal Deduktif 7E Untuk
KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)
MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
SMA pada Konsep Pembiasan Cahaya. Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak
Diterbitkan.
Tri Joko, R. Wakhid Ahdinirwanto, dan Arif Maftukhin. (2013). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Model Pembelajaran Children Learning
In Science (CLIS) pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Mirit Tahun
Pelajaran 2012/2013. E-Journal Universitas Muhammadiyah Purworejo. 3(2), 112-115.
Tuysuz, Cengiz. (2010). The Effect of the Virtual Laboratory on Student’s Achievement and Attitude in Chemistry. International Online Journal of
Educational Sciences. 2(1), 37-53.
Wibowo, F. C. (2012). Penerapan Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek dengan
Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berfikir Kreatif. Tesis FP-IPA UPI Bandung: tidak diterbitkan
Widodo, A & Vidia Ramdaningsih. (2006). Analisis Kegiatan Praktikum dengan
Menggunakan Video. Jurnal Metalogika: Bidang Kependidikan MIPA.
Widiyarti, Aktris, dkk. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran CLIS (Children
Learning In Science) Dalam Meningkatkan Kreativitas Dan Prestasi Siswa Pada Mata Pelajaran IPA. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan
dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA. Yogayakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Wijayanti, Rafika, dkk. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Children Learning
in Science (CLIS) dengan Menggunakan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Pemahaman pada Pembelajaran TIK. Bandung: Pendidikan
Ilmu Komputer UPI
Yu, J.Q, et al. (2008). Development of a Virtual Laboratory Experiment for Biology.