• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN

SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN

KOGNITIF SISWA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI NIM. 1201257

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN

SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN

KOGNITIF SISWA

Oleh

Kharisma Prawesti Sri Utami, S.Pd.

Universitas Pendidikan Indonesia, 2015

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Prodi Pendidikan Fisika Sekolah Pascasarjana

© Kharisma Prawesti Sri Utami 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

(4)

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

(5)

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam.

IPA adalah sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang

diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan

dengan menggunakan metode ilmiah. Sehingga IPA merupakan cabang

pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan

biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang melibatkan

aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam.

Carin dan Sund (dalam Khoerunisa, 2013:7) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku untuk umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala

alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji

kebenaranya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah. Hal itu

sesuai dengan hakikat pembelajaran Sains atau Ilmu pengetahuan alam (IPA)

yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara

sistematis, sehingga “IPA bukan hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan

yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan” (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008).

Dalam pembelajaran sains, proses pembelajaran adalah hal yang sangat penting.

Hal tersebut sejalan dengan Permendiknas no 41 tahun 2007 tentang Standar

Nasional Pendidikan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang

yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa

(6)

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam

sekitar. Karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran

IPA adalah memadukan antara pengalaman proses IPA dan pemahaman produk

serta teknologi IPA dalam bentuk pengalaman langsung yang berdampak pada

sikap siswa yang mempelajari IPA (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008:22).

Di sekolah kemampuan siswa menentukan keberhasilan prestasi siswa.

Kemampuan siswa ini ditunjukkan dari hasil belajar, baik dari ranah kognitif,

afektif, maupun psikomotoriknya. Ranah kognitif siswa diinterpretasikan

melalui kemampuan kognitif dalam menguasai konsep, ranah afektif dalam

pembelajaran sains berkaitan dengan sikap ilmiahnya, dan ranah psikomotorik

berkaitan dengan keterampilan proses yang dimiliki. Baik kognitif, afektif,

maupun psikomotorik erat kaitannya dan saling mempengaruhi. Jika seseorang

menerapkan keterampilan proses dalam pembelajaranya maka sikap ilmiah

dapat terbentuk dan kemampuan kognitif dapat terbangun dengan baik karena

pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna. Disisi lain, Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan menetapkan kompetensi dasar sebagai kemampuan siswa

yang harus dicapai melalui kegiatan pembelajaran. Kompetensi dasar adalah

pengetahuan, keterampilan, dan sikap minimal yang harus dicapai oleh siswa

untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar kompetensi yang

telah ditetapkan. Pengetahuan yang dimaksud dalam kompetensi dasar

merupakan kemampuan kognitif yang harus diperoleh siswa sesuai dengan

pokok bahasan yang dipelajari, dan keterampilan yang dimaksud dalam

pembelajaran IPA salah satunya adalah keterampilan proses sains. Dahar

(1985:11) menyatakan bahwa keterampilan proses sains sangat penting bagi

setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam

mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan

(7)

3

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari, untuk

menghadapi situasi baru dan memecahkan persoalan baru, tentunya

keterampilan proses siswa sangat diperlukan seperti kemampuan mengamati,

menafsirkan, memprediksi, menerapkan konsep, dan mengkomunikasikan.

Menurut Lee et al., dalam Susilawati (2010) keterampilan proses sains memiliki

pengaruh kuat dalam pendidikan karena keterampilan proses sains membuat

para siswa mengembangkan proses mental yang lebih tinggi. Penyelesaian

masalah tersebut dapat dilakukan dengan baik jika kemampuan kognitif juga

terbangun dengan baik, karena siswa akan mampu menerapkan pengetahuan

yang telah dimiliki untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan

dengan konsep tersebut. Bahkan sangat dimungkinkan jika keterampilan proses

dan kemampuan kognitif siswa terbangun, siswa tersebut mampu menciptakan

sesuatu yang baru baik dari konsep maupun produk yang bermanfaat dalam

kehidupan sehari-hari. Pentingnya kedua hal tersebut sejalan dengan tujuan Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs menurut Depdiknas (2006) yaitu agar

peserta didik meningkatkan pengetahuan konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa dan guru fisika yang

bersangkutan mengenai pembelajaran fisika yang biasanya dilakukan di kelas

sebagai berikut: 1) guru memulai pembelajaran dengan mengecek kehadiran

siswa, 2) guru sedikit mengulas materi pada pembelajaran sebelumnya kemudian

menginformasikan materi yang akan dibahas pada pembelajaran hari itu, 3) guru

menyebutkan fenomena alam yang terkait dengan materi yang akan diajarkan

dan sesekali mengajukan pertanyaan kepada siswa, 4) guru menjelaskan materi

dengan menggunakan penurunan persamaan matematis, 5) guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan, 6) guru meminta dan

membimbing siswa untuk mengerjakan soal pada buku, 7) guru membahas

beberapa soal yang ada pada buku, 8) guru menutup kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap guru, diperoleh

informasi bahwa dengan melaksanakan proses pembelajaran seperti yang

(8)

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran dengan cara meminta siswa untuk menganalisis fenomena alam

yang terkait dengan materi dengan sesekali mengajukan pertanyaan arahan dan

meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan pada buku. Selain itu, guru

juga merasa telah memfasilitasi siswa untuk berdiskusi dalam membahas

soal-soal latihan yang dapat mendorong siswa untuk dapat saling berbagi pemahaman

yang telah mereka miliki. Selain itu guru tersebut juga pernah menerapkan

model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan

siswa, yaitu pembelajaran berbasis proyek, namun karena kendala sumber daya

dan sarana yang minim maka pembelajaran seperti itu tidak sering dilakukan.

Walaupun didalam proses pembelajaran guru sudah berupaya untuk

menerapkan prinsip pembelajaran agar sesuai dengan apa yang telah ditetapkan

didalam peraturan pemerintah, ternyata kualitas dari proses pembelajaran

tersebut masih jauh dari apa yang diharapkan. Beberapa hal yang masih menjadi

masalah dari proses pembelajaran yang sudah dilakukan diantaranya adalah: 1)

guru kurang memberikan fenomena langsung yang memunculkan gagasan awal

siswa terhadap materi sehingga motivasi dan rasa ketertarikan siswa masih

kurang, 2) sepanjang kegiatan pembelajaran dominasi guru masih cukup besar.

Hal tersebut terlihat dari lebih seringnya guru memberikan penjelasan konsep

secara langsung dibandingkan membangun gagasan siswa, 3) guru kurang

memberikan kesempatan pada siswa untuk mengkonstruksi gagasanya, guru

lebih menekankan dalam membangun kemampuan matematis siswa dengan

memberikan soal-soal latihan, 4) kurangnya sumber daya dan sarana

menyebabkan pembelajaran berbasis praktikum masih jarang dilakukan.

Penemuan tersebut diperkuat dengan hasil tes kemampuan kognitif siswa yang

rendah dengan persentase 21,9% dengan kategori kurang. Sedangkan untuk

keterampilan proses sain siswa juga masih rendah dengan persentase 25,7%

dengan kategori kurang.

Berdasarkan paparan di atas, maka diperlukan suatu pembelajaran yang

tepat yang melibatkan siswa secara aktif dalam melatih keterampilan proses

sains dan mampu membangun kemampuan kognitif siswa. Salah satu

(9)

5

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan kognitif dan melatih keterampilan proses sains siswa adalah model

pembelajaran Children Learning In Science (CLIS). Model pembelajaran CLIS

adalah model pembelajaran yang memiliki tahapan-tahapan untuk

membangkitkan perubahan konseptual siswa. Kelebihan-kelebihan model CLIS

adalah sebagai berikut : (1) gagasan anak lebih mudah dimunculkan; (2)

membiasakan siswa untuk belajar mandiri dalam memecahkan suatu masalah;

(3) perkembangan gagasan terpenuhi; (4) menciptakan kreatifitas siswa untuk

belajar sehingga tercipta suasana kelas yang lebih nyaman dan kreatif, terjadi

kerjasama sesama siswa dan siswa terlibat langsung dalam melakukan kegiatan;

(5) menciptakan belajar yang lebih bermakna karena timbulnya kebanggaan

siswa menemukan sendiri konsep ilmiah yang dipelajari; (6) guru mengajar akan

lebih efektif karena dapat menciptakan suasana belajar yang aktif. Model

pembelajaran CLIS ini dilandasi oleh pandangan konstruktivisme yang

memperhatikan pengalaman dan konsep awal siswa, sehingga kemampuan

kognitif siswa dapat terbangun dengan baik.

Sejak awal kegiatan praktikum (real laboratory) menjadi bagian integral

dalam pembelajaran IPA, begitu juga dalam pembelajaran CLIS. Dalam

pembelajaran CLIS, kegiatan praktikum memberi wadah bagi siswa untuk

melakukan kegiatan penyelidikan dan mendapatkan pengalaman nyata terutama

dalam tahap penyusunan ulang gagasan sehingga pemahaman siswa dapat

terkonstruksi dengan baik. Sedikitnya ada empat alasan yang dikemukakan

Woolnough dan Allsop mengenai pentingnya kegiatan praktikum (dalam

Rustaman, 1995: 2). Pertama, praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA.

Kedua, praktikum mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar dalam

melaksanakan eksperimen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar

pendekatan ilmiah. Keempat, praktikum menunjang pemahaman materi

pelajaran.

Namun dalam pembelajaran sains dan CLIS menggunakan real laboratory

terdapat beberapa kelemahan, diantaranya dalam pembelajaran fisika beberapa

fenomena bersifat abstrak dan mikiroskopis sehingga sulit diamati langsung, ada

(10)

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

beberapa fenomena yang bersifat khusus, selain itu dibutuhkan waktu yang

relatif lama untuk kegiatan real laboratory, belum lagi ketersediaan fasilitas

laboratorium yang kurang memadai. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan Widodo (2005: 10) bahwa alasan terbanyak yang dikemukakan oleh

guru-guru terkait kegiatan praktikum adalah kurangnya waktu yang dibutuhkan

untuk mengelola sebuah praktikum, alat-alat yang belum tersedia, terlalu

merepotkan, dan kurang terampilnya guru dalam melakukan praktikum. Selain

itu beberapa konsep fisika yang bersifat abstrak dan mikroskopis sulit untuk

diamati langsung melalui kegiatan Real Laboratory seperti menggambarkan

pergerakan elektron dalam konsep listrik dan jalannya sinar pembentukan

bayangan pada konsep cermin dan lensa. Akibatnya kegiatan Real Laboratory

merupakan metode pembelajaran yang jarang dilakukan di sekolah-sekolah.

Kelemahan tersebut juga diungkapkan dalam hasil penelitian Siti Mutiara

(2012) dimana dalam pembelajaran CLIS tidak 100% kegiatan pembelajaran

terlaksana sehingga berdampak pada hasil pemahaman konsep dan keterampilan

proses sains yang rata-rata hanya berada dalam kategori sedang, tidak tinggi

seperti yang diharapkan sebelumnya. Hal tersebut terjadi karena sulitnya

memunculkan gagasan siswa dan terlalu lama dalam melakukan kegiatan real

laboratory dimana terdapat beberapa kendala teknis dalam melakukan

praktikum.

Seiring dengan berkembangnya teknologi beberapa kendala dalam

pelaksanaan kegiatan praktikum dapat diatasi dengan menggunakan komputer

dalam bentuk kegiatan Virtual Laboratory, yaitu simulasi kegiatan praktikum

atau eksperimen berbantuan komputer. Menurut penelitian yang dilakukan Arna

Putri, dkk (2013) pembelajaran menggunakan Virtual Laboratory memiliki

beberapa kelebihan yaitu (a) Memperbaiki ketarampilan berpikir kreatif dan

pemecahan masalah secara ilmiah; (b) Mengembangkan keterampilan di bidang

ICT tanpa mengabaikan pengetahuan mengenai laboratorium; (c) Tidak harus

mendatangkan peralatan praktikum yang sebenarnya, yang terkadang harganya

tidak terjangkau; dan (d) Praktikum bisa dilakukan dimana dan kapan saja.

(11)

7

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan proses sains, dan keterampilan

berpikir asalakan dirancang sesuai keadaan sebenarnya dan sesuai dengan

tahapan pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan aspek tersebut (Yu

J.Q., et al, 2008). Virtual Laboratory ini sebagai alternatif untuk membantu

menghadirkan situasi sebenarnya yang tidak mungkin dihadirkan dalam kelas

atau laboratorium karena tidak tersedianya alat dan bahan, selain itu dapat

menjelaskan konsep abstrak dan mikroskopis yang tidak bisa diamati pada real

laboratory, dan dapat mengefektifkan waktu pelaksanaan praktikum, sehingga

bisa dintegrasikan sebagai kegiatan alternatif laboratorium dalam pembelajaran

CLIS. Berdasarkan paparan di atas dan hasil penelitian terdahulu maka penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan

Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Menggunakan

Virtual Laboratory untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan

Kemampuan Kognitif Siswa” sebagai salah satu alternatif proses

pembelajaran.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian ini

dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan berikut: “Apakah penerapan model pembelajaran CLIS dengan menggunakan Virtual Laboratory dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan kemampuan kognitif siswa?

Masalah tersebut dapat dijabarkan menjadi sejumlah pertanyaan

penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana peningkatan keterampilan proses sains siswa yang

mendapatkan pembelajaran CLIS menggunakan Virtual Laboratory?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan kognitif siswa yang

mendapatkan pembelajaran CLIS menggunakan Virtual Laboratory?

C. BATASAN MASALAH

1. Keterampilan Proses Sains menurut Nuryani Rustaman yang digunakan

(12)

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(integrated skill) yang terdiri dari sembilan keterampilan. Namun dalam

penelitian ini dikontrol meliputi lima keterampilan saja, yaitu keterampilan

mengamati, menafsirkan, memprediksi, mengkomunikasikan, dan

menerapkan konsep. Hal ini disesuaikan dengan keterampilan proses sains

yang dilatihkan dalam tahap pembelajaran dan kompetensi dasar siswa

yang harus dibangun dalam pembelajaran.

2. Kemampuan kognitif pada penelitian ini menurut Anderson yang terdiri

dari C1 sampai C6. Namun pada penelitian ini dikontrol pada tingkatan

Mengingat (C1), Memahami (C2), dan Menerapkan (C3). Hal ini

disesuaikan dengan kemampuan kognitif yang dilatihkan dalam model

pembelajaran.

3. Peningkatan keterampilan proses sains dan kemampuan kognitif siswa

dinyatakan dengan rata-rata gain yang dinormalisasi skor pre-test dan

post-test.

D. TUJUAN PENELITIAN

1. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran peningkatan

kemampuan kognitif siswa yang mendapatkan pembelajaran CLIS

menggunakan Virtual Laboratory.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran peningkatan

keterampilan proses sains siswa yang mendapatkan pembelajaran CLIS

menggunakan Virtual Laboratory.

E. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bukti empiris tentang potensi model

pembelajaran CLIS menggunakan Virtual Laboratory dalam meningkatkan

keterampilan proses sains dan kemampuan kognitif siswa dan memperkaya

hasil-hasil penelitian dalam bidang kajian sejenis, yang nantinya dapat

digunakan oleh berbagai pihak yang terkait atau yang berkepentingan dengan

hasil penelitian ini seperti: guru, praktisi pendidikan, lembaga pendidikan, dan

(13)

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

33 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Fraenkel & Wallen (2008: 261) mengatakan bahwa penelitian

eksperimen adalah cara terbaik untuk mengetahui sebab-akibat dan hubungan

antara berbagai variabel penelitian. Bentuk dan jenis metode penelitian

menurut Tuckman (dalam Riduwan, 2008: 50-51) menyebutkan terdapat

empat metode yaitu pre-experimental, true-experimental, factorial, dan quasi

experimental. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pre-eksperiment (weak experimental design) dan penelitian deskriptif dengan

desain penelitian One Group Pretest-Posttest Design (Fraenkel & Wallen,

2008: 265). Pada penelitian ini hanya akan digunakan satu kelompok

eksperimen yang akan diberikan treatment dengan dilakukan 2 kali tes yaitu

sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Tes yang dilakukan sebelum

eksperimen (pretest), dan tes yang dilakukan sesudah eksperimen (posttest).

Sedangkan untuk metode deskriptif yang digunakan pada penelitian ini

adalah analisis keterlaksanaan kegiatan pembelajaran. Hal tersebut senada

dengan penjelasan metode deskriptif yang dikemukakan Sukmadinata (2012:

81), yaitu analisis kegiatan yang diarahkan untuk menganalisis kegiatan yang

dilakukan dalam pelaksanaan suatu tugas atau pekerjaan.

Setelah diberikan perlakuan, berdasarkan hasil pretest dan posttest

dilakukan uji N-gain untuk mengetahui pengaruh dari penerapan metode

pembelajaran yang digunakan terhadap peningkatan kemampuan kognitif dan

keterampilan proses sains siswa. Pola desain penelitian ini secara umum dapat

dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Desain penelitian the one group pretest - posttest design

Pretest Treatment Posttest

T1, T2 X T1, T2

(14)

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan :

T1 = pretest dan posttest untuk menjaring data KPS

T2 = pretest dan posttest untuk menjaring data kemampuan kognitif

X = Perlakuan penerapan pembelajaran CLIS menggunakan Virtual

Laboratory

Instrumen yang diberikan ketika posttest setara dengan pretest.

Instrumen yang digunakan sebagai pretest dan posttest dalam penelitian ini

merupakan instrumen untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif dan

keterampilan proses sains siswa yang telah di-judge dan diujicobakan terlebih

dahulu.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di salah

satu SMP negeri di kabupaten Bandung. Dari sejumlah kelas maka akan

ditentukan satu kelas sebagai sampel penelitian menggunakan teknik

sampling purposive sampling. Purposive sampling ini dilakukan karena dari

pihak sekolah menentukan kelas yang akan digunakan sebagai kelas

penelitian. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diterapkan

model pembelajaran CLIS menggunakan Virtual Laboratory.

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan konsep terhadap istilah-istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, maka definisi operasional yang dimaksud

dijelaskan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran CLIS dengan menggunakan Virtual Laboratory

adalah model pembelajaran yang memiliki tahapan-tahapan untuk

membangkitkan perubahan konseptual siswa dengan melakukan kegiatan

laboratorium menggunakan media virtual yang bisa mensimulasikan

(15)

35

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan menurut Rosalind Driver ini terdiri dari tahap

orientasi (orientation), pemunculan gagasan (elicitation of ideas),

penyusunan ulang gagasan (restructuring of ideas), penerapan gagasan (application of ideas), dan mengkaji ulang perubahan

gagasan (review change in ideas). Penerapan Virtual Laboratory ini

diterapkan pada tahap peyusunan ulang gagasan dimana siswa melakukan

eksperimen dan pengumpulan data. Program software yang digunakan

dalam Virtual Laboratory ini menggunakan Adobe Flash yang terlebih

dahulu telah melalui proses judgement oleh ahli multimedia.

Keterlaksanaan penerapan model pembelajaran CLIS dengan menggunakan Virtual Laboratory diamati melalui lembar observasi

keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan persentase

keterlaksanaan pada pembelajaran.

2. Keterampilan proses sains dalam penelitian ini adalah keterampilan

proses sains terintegrasi (integrated skills) yang terdiri dari keterampilan

mengamati, menafsirkan, memprediksi, mengkomunikasikan, dan

menerapkan konsep yang dibatasi dari sembilan aspek keterampilan

proses sains menurut Nuryani Rustaman. Keterampilan-keterampilan

tersebut diukur dengan menggunakan tes keterampilan proses sains

berdasarkan masing-masing indikator keterampilan (Rustaman, 2005).

Dalam penelitian ini keterampilan proses sains siswa diukur dengan

menggunakan tes tertulis berbentuk pilihan ganda.

3. Kemampuan kognitif dalam penelitian ini dibatasi pada tiga aspek dari

enam aspek kemampuan kognitif yang dikemukakan oleh Anderson

(2010), yaitu mengingat (C1), memahami (C2), dan mengaplikasikan

(C3). Kemampuan kognitif diukur dengan menggunakan tes kemampuan

kognitif dalam bentuk tes pilihan ganda yang mencakup ketiga aspek

kemampuan kognitif di atas yang dilaksanakan pada saat pretest dan

posttest.

(16)

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga instrumen yaitu

a) Tes tertulis kemampuan kognitif yang diberikan pada saat pretest dan

posttest. Tes ini bersifat konseptual dalam bentuk tes objektif model pilihan

ganda. Tes ini dibuat untuk menguji kemampuan kognitif C1 sampai C3.

b) Tes tertulis keterampilan proses sains yang diberikan pada saat pretest dan

posttest. Tes ini berbentuk tes objektif model pilihan ganda yang mencakup

kemampuan mengamati, memprediksi, menafsirkan, mengkomunikasikan,

dan menerapkan konsep.

c) Lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran berupa aktivitas guru dan

siswa, yang bertujuan mengamati kesesuaian keterlaksanaan pembelajaran

dengan skenario pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Observasi

yang dilakukan adalah observasi terstruktur dengan menggunakan daftar

cek (√). Format observasi diisi oleh observer pada saat pembelajaran

berlangsung. Format observasi berisi tahapan-tahapan pembelajaran yang

digunakan dalam penelitian.

d) Skala sikap tanggapan siswa terhadap pembelajaran CLIS dengan Virtual

Laboratory. Skala sikap adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada

orang lain yang bersedia memberikan respons (responden) sesuai

permintaan pengguna (Riduwan, 2010: 99).

E. Teknik Analisis Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen tes dipakai dalam penelitian, instrumen tes terlebih

dulu di ujicobakan di kelas IX yang berada di sekolah tempat penelitian

dilaksanakan. Data hasil uji coba tes kemudian dianalisis untuk mendapatkan

keterangan mengenai layak atau tidaknya instrumen tes dipakai dalam

penelitian agar data yang didapatkan dalam penelitian menggambarkan

kemampuan subjek penelitian. Berikut di paparkan macam-macam analisis

yang di gunakan untuk mengetahui kelayakan instrumen tes.

(17)

37

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Validitas butir soal adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

kevalidan atau kesahihan butir soal yang digunakan (Arikunto, 2006: 168).

Sebuah soal dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak

diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Validitas isi dari setiap butir soal akan dipenuhi dengan menggunakan

judgement beberapa pakar yang relevan dengan konten dalam tes yang

digunakan yang dalam penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

instrumen yang digunakan sudah tepat untuk mengukur apa yang hendak

diukur. Peneliti meminta pendapat dari ahli mengenai instrumen yang telah

dibuat dan para ahli dapat memberikan pendapat berupa instrumen sudah

tepat, ada yang perlu diperbaiki, atau semua harus diperbaiki. Instrumen tes

kemampuan kognitif dan instrumen keterampilan proses sains di-judge oleh

empat dosen ahli. Dari pertimbangan empat dosen ahli tersebut, diperoleh

berbagai masukan mengenai redaksi, isi, dan konstruk.

2. Analisis reliabilitas tes

Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni

sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg

atau tidak berubah-ubah. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila

digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan

menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2008). Pengujian reliabilitas

instrumen dilakukan dengan menggunakan instrumen yang ekuivalen. Jadi

dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama dan waktunya yang

berbeda. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien

reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah

dengan menggunakan metoda tes ulang (test-retest method). Uji reliabilitas

tes pilihan ganda dilakukan menggunakan program Anates versi 4.0 for

Windows. Pada program ini menggunakan reliabilitas tes metode belah dua

(split-half method), dengan menggunakan korelasi product moment

(18)

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

  

Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen digunakan

tolok ukur interpretasi nilai koefisien korelasi menurut Arikunto:

Tabel 3.2 Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas 0,800  r  1,00 sangat tinggi

Dari hasil analisis jawaban siswa diperoleh nilai reliabilitas

instrumen tes KPS sebesar 0,826 berada pada kategori sangat tinggi, dan

nilai reliabilitas instrumen tes kognitif sebesar 0,839 berada pada kategori

sangat tinggi.

3. Analisis tingkat kemudahan tes

Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya sesuatu soal

disebut dengan indeks kesukaran. Menurut Arikunto (2009) soal yang baik

adalah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Semakin

mudah soal itu, semakin besar pula bilangan indeksnya dan menunjukkan

soal yang semakin mudah (Arikunto, 2009: 208). Untuk mengetahui

indeks kesukaran suatu soal digambarkan pada suatu skala antara

0,00-1,00. Soal yang sukar memiliki indeks 0,00 sedangkan soal yang mudah

memiliki indeks kesukaran 1,00. Rumus untuk mencari indeks kesukaran

(19)

39

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu � = � + � ×+ %

Keterangan: Tk : Indeks tingkat kesukaran butir soal

SA : jumlah skor kelompok atas

SB : jumlah skor kelompok bawah

IA : jumlah skor ideal kelompok atas

IB : jumlah skor ideal kelompok bawah

Tabel 3.3

Proses analisis tingkat kemudahan instrumen menggunakan program

Anates versi 4.0 for Windows. Hasil perhitungan tingkat kemudahan soal

terdapat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

(20)

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No

sebanyak 2 buah soal berada pada kategori sangat mudah, 2 soal berada pada

kategori mudah, 10 soal berada pada kategori sedang, dan 6 soal berada pada

kategori sukar. Sedangkan dari 20 soal kognitif yang diujicobakan sebanyak 1

buah soal berada pada kategori sangat mudah, 1 soal berada pada kategori

mudah, 10 soal berada pada kategori sedang, 7 soal berada pada kategori sukar,

dan 2 buah soal berada pada kategori sangat sukar.

4. Analisis daya pembeda tes

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan

siswa yang tidak pandai (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2009).

Semakin tinggi indeks diskriminasi, maka makin baik soal tersebut. Untuk

mengukur daya pembeda dari setiap butir soal, peneliti menggunakan

program Anates versi 4.0 for Windows.

�� = − × %

(Karno To, 2003)

Keterangan :

(21)

41

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SA= jumlah jawaban benar pada kelompok atas

SB= jumlah jawaban benar pada kelompok bawah

IA= jumlah siswa

Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka harga tersebut

diinterpretasikan pada kriteria daya pembeda sesuai dengan tabel berikut.

Tabel 3.5

Interpretasi Daya Pembeda Instrumen Tes Indeks daya pembeda Kriteria daya pembeda

Negatif – 9% Sangat buruk, harus dibuang

(22)

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No

dalam kategori sangat buruk, 1 soal dalam kategori cukup, 10 soal dalam

kategori baik, dan 7 soal dalam kategori sangat baik. Sedangkan dari

analisis daya beda soal kognitif didapatkan bahwa 4 soal berada dalam

kategori sangat buruk, 2 soal berada dalam kategori buruk, 3 soal dalam

kategori cukup, 7 soal dalam kategori baik, dan 4 soal dalam kategori

sangat baik. Untuk soal yang memiliki kategori buruk dan sangat buruk

tidak digunakan sebagai soal tes dalam penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Data kemampuan kognitif diperoleh melalui tes tertulis bentuk pilihan

ganda.

2. Data keterampilan proses sains siswa diperoleh melalui tes tertulis

bentuk pilihan ganda.

3. Data observasi keterlaksanaan model pembelajaran.

Lembar observasi dibuat bertujuan sebagai pedoman untuk melakukan

observasi aktifitas siswa dan guru selama proses pembelajaran

berlangsung sesuai dengan tahapan model pembelajaran. Pengamat

memberikan tanda check (√) pada tahapan pembelajaran yang

terlaksana, dan mengisi kolom keterangan pada lembar observasi jika

terdapat saran atau tambahan mengenai proses pembelajaran yang tak

tercantum dalam kolom tahapan pembelajaran.

4. Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran CLIS dengan Virtual

(23)

43

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teknik yang digunakan untuk memperoleh data tanggapan siswa

terhadap pembelajaran dilakukan dengan skala sikap secara kualitatif.

G. Prosedur penelitian

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dibagi

menjadi tiga tahapan, yaitu :

a. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi :

1) Studi kasus ke lokasi penelitian dengan mewawancarai guru

2) Observasi ke lokasi penelitian untuk mengetahui kegiatan pembelajaran

yang biasa dilaksanakan.

3) Memberikan tes KPS dan kemampuan kognitif untuk mengetahui

kemampuan awal siswa

4) Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat mengenai

permasalahan yang akan dikaji.

5) Telaah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dilakukan untuk

mengetahui kompetensi dasar yang hendak dicapai.

6) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan skenario

pembelajaran.

7) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran

(khusus untuk Virtual Laboratory membuat baru dalam bentuk Adobe

Flash)

8) Menyusun instrumen penelitian

b. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi :

1) Memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur keterampilan proses

sains dan kemampuan kognitif siswa sebelum diberikan perlakuan.

2) Memberikan perlakuan pada kelas eksperimen dengan menerapkan

model pembelajaran CLIS menggunakan Virtual Laboratory.

3) Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengukur keterampilan proses

(24)

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Tahap Akhir

Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilakukan antara lain:

1) Mengolah data hasil pretest dan posttest.

2) Menganalisis peningkatan keterampilan proses sains dan kemampuan

kognitif siswa yang mendapatkan model pembelajaran CLIS

menggunakan Virtual Laboratory.

3) Membuat kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan

data.

4) Memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang

sesuai.

Adapun alur penelitian ini dapat ditunjukkan pada gambar 3.1

(25)

45

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran

Untuk melihat persentase ketercapaian pelaksanaan pembelajaran

ditentukan dari rata-rata persentase tiap kegiatan. Nilai ini menunjukkan nilai

keterlaksanaan kegiatan yang ada dalam pembelajaran CLIS menggunakan

Virtual Laboratory. Adapun langkah langkah yang dilakukan untuk mengolah

data tersebut adalah sebagai berikut:

1) Menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” yang observer isi

pada format observasi keterlaksanaan pembelajaran.

2) Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan rumus persamaan (3.1):

Gambar 3.1

(26)

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

%

Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan pembelajaran CLIS

menggunakan Virtual Laboratory dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.7

Tabel 3.7

Kriteria keterlaksanaan pembelajaran

KM (%) Kriteria

KM = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana 0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana

25 ≤ KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana

50 < KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana

75 ≤ KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana

(Pelita, dalam Kurniawan: 2013)

2. Analisis Skala Sikap Siswa

Analisis data skala sikap dihitung dengan cara mencari persentase tanggapan

siswa dan guru terhadap pembelajaran. Adapun langkah-langkah yang dilakukan

untuk mengolah data tersebut adalah:

1. Menghitung jumlah jawaban “SS” ,“S”,“TS” dan “STS” yang disi pada skala

sikap tanggapan siswa terhadap pembelajaran.

2. Melakukan perhitungan persentase angket tanggapan siswa terhadap

pembelajaran dengan menggunakan persamaan berikut:

% ��

= ∑ ∑ � �ℎ � / / / %. . . .

Untuk mengetahui kategori skala sikap siswa terhadap pembelajaran, dapat

diinterpretasikan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8

Kriteri skala sikap tanggapan siswa terhadap pembelajaran

ATGS (%) Kriteria

(27)

47

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ATGS (%) Kriteria

0 < ATGS < 25 Sebagian kecil siswa

25 ≤ ATGS < 50 Hampir setengah siswa

ATGS = 50 Setengah siswa

50 < ATGS < 75 Sebagian besar siswa

75 ≤ ATGS < 100 Hampir seluruh siswa

ATGS = 100 Seluruh siswa

(Wibowo: 2012)

3. Analisis Peningkatan Kemampuan Kognitif dan KPS Siswa

Data peningkatan keterampilan proses sains dan kemampuan kognitif

dianalisis dengan menggunakan gain yang dinormalisasi. Langkah-langkah

dalam penganalisisan data dari hasil tes awal dan tes akhir hasil kemampuan

kognitif dan KPS siswa adalah sebagai berikut:

a. Menentukan skor dan nilai tes awal dan tes akhir.

b. Menentukan nilai rata-rata dan persentase masing-masing kategori.

c. Menghitung skor gain yang dinormalisasi (N-Gain) dari tes awal dan

tes akhir untuk menunjukkan peningkatan kemampuan kognitif dan KPS

menggunakan persamaan (3.3) yang dikembangkan oleh Hake

g S S

S S

post pre

m ideal pre  

 ...(3.3)

Keterangan : g = gain yang dinormalisasi

Spost = skor tes akhir yang diperoleh siswa

Spre = skor tes awal yang diperoleh siswa

Sm ideal = skor maksimum ideal

d.Menentukan skor rata-rata gain yang dinormalisasi

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif dan KPS siswa pada

materi cahaya digunakan data skor rata-rata gain yang dinormalisasi yang

diolah dengan menggunakan persamaan (3.4) yang dikembangkan oleh

(28)

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

<S S

<g>

S S

post pre

m ideal pre

   

  ...(3.4)

Keterangan:

<g> = skor rata-rata gain yang dinormalisasi

<Spost> = skor rata-rata tes akhir yang diperoleh siswa

<Spre> = skor rata-rata tes awal yang diperoleh siswa

Sm ideal = skor maksimum ideal

d. Mengintrepetasikan skor rata-rata gain yang dinormalisasi dengan

menggunakan Tabel 3.9.

Tabel 3.9

Kriteria nilai rata-rata N-gain

Nilai <g> Kriteria

<g> ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ <g> < 0,7 Sedang <g> < 0,3 Rendah

(29)

72

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)

MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anderson and Krathwohl. (2010). Kerangka Landasasan untuk Pembelajaran,

Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Aprianto. (2008). Makalah Pengaplikasian Virtual Laboratory Sebagai Media

Pembelajaran Jarak Jauh. SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Arifin, Zaenul. (2012). Pembelajaran Berbasis Laboratorium. [Online]. Tersedia:

https://aenul.wordpress.com/category/umum/info-fisika/. [12 Juli 2012]

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Didaktik (edisi revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi Aksara

Arum, Wahyuni Fajar., dkk. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Clis (Children

Learning In Science) Dengan Metode Eksperimen Dalam Pembelajaran Fisika

Di Kelas VIII SMP. Jurnal Pembelajaran Fisika. 1(2), 138-144.

Asshagab, Siti Mutiara Ningsih. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Children Learning in

Science (CLIS) untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman Konsep Hukum Newton Siswa. Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Bajpai, Manisha. (2013). Developing Concepts in Physics Through Virtual Lab Experiment: An Effectiveness Study. Techno LEARN: An International Journal of Education Technology. 3(1), 43-50.

Baser, Mustafa & Soner Durmus. (2010). The Effectiveness of Computer Supported Versus Real Laboratory Inquiry Learning Environments on the Understanding of Direct Current Electricity Among Pre-Service Elementary School Teachers. Eurasia Journal of

Mathematics, Science, and Technology Education. 6(1), 47-61.

Dahar, R.W. (1985). Kesiapan Guru Mengajarkan Sains di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Pustaka PelajarOffset.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah

Pertama. Jakarta: Depdiknas.

(30)

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)

MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Driver, Rosalind., et al. (1985). Children’s Ideas And The Learning of Science.

Philadephia: Open University Press.

Driver, Rosalind. (1988). Changing Conceptions. Journal Research in Education. 161-196.

Driver Rosalind, et al. (1994). Constructing Scientific Knowledge in the Classroom.

Educational Researcher. 23(7), 5-12.

Fraenkel, J. Wallen. (2008). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGraw-Hill Higher Education.

Gizerian, Samantha. (2007). The Virtual Laboratory: Using Technology to Enhance

the Learning Experience of Students in Biology, Chemistry, and Physics.

Charles R Drew University of Medicine and Science.

Hake, R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores*† Dept. of Physics, Indiana University 24245 Hatteras Street, Woodland Hills, CA, 91367 USA. [Online].

Available at http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzing Change-Gain.pdf [29 Oktober 2013]

Handayani, Dewi. (2007). Peningkatan Mutu Pembelajaran Mata Kuliah Kimia Organik I Melalui Pendekatan Konstruktivisme Menggunakan Model CLIS (Children’s Learning In Science). Exacta. 5(2), 84-89.

Handayani S, Nurmayanti dan Lusi. (2004). Pengembangan Model Pembelajaran Children Learning in Science dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional. Jurnal pendidikan. 5(1).

Imron, Muhammad. 2012. Ayo Manfaatkan Laboratorium Virtual. [Online]. Tersedia: http://mazguru.wordpress.com/2012/04/19/ayo-manfaatkan-laboratorium-virtual/. [19 April 2012].

Irwanof, dkk. (2010). Laporan Penelitian Evaluasi Bahan Ajar, Kajian Terhadap

Substansi & Media PEFI4309 Praktium Fisika I. Lembaga Penelitian dan

Pengabdian Kepada Masyarakat: Universitas Terbuka.

Karno To. (1996). Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program ANATES). Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung.

Karno To. (2003). Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program Komputer

ANATES). Bandung: FIP UPI.

Khoerunisa, Eneng. (2013). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran IPA

(31)

74

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)

MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skripsi pada Program Studi Pendidikan IPA, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan.

Kurniawan, A. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Berbantuan Cmaptools dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Mempertahankan Retensi Siswa. Tesis FP-IPA UPI

Bandung: tidak diterbitkan

Lippoppy, Titty. (2012). Model pembelajaran CLIS. [Online]. Tersedia:

http://titybelajar.blogspot.com/2012/06/model-pembelajaran-clis.html. [19 Juni 2012]

Nedic, Z. (2003). Remote Laboratories versus Virtual Laboratories and Real Laboratories. IEEE November 2003.

Putri, Arna, dkk. (2013). Pengembangan Virtual Laboratory pada Materi Kinematika dengan Analisis Vektor dalam Pembelajaran Fisika di Kelas XI SMA. Philar

of Physics Education. 1(4), 23-29.

Riduwan. (2008). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfa Beta.

Rustaman, N. (1995). Peranan Praktikum dalam Pembelajaran Biologi, Bahan

Pelatihan bagi Teknisi dan Laboran Perguruan Tinggi (Kerjasama FPMIPA UPI Bandung dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi). Bandung:

FPMlPA UPI.

Rustaman, N., et. al. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.

Singh, Jeetinder, et al. (2009). An Open Source Virtual Lab for School Physics Education. The National Conference on Open Source Software (NCOSS),

C-Dac, Nan Mumbai. Report No: IIIT/TR/2009/239.

Subiantoro, Agung W. (2007). Pentingnya Praktikum Dalam Pembelajaran IPA. Makalah yang Disampaikan Pada Kegiatan PPM “Pelatihan Pengembangan Praktikum IPA Berbasis Lingkungan” Bagi Guru-Guru MGMP IPA SMP Kota Yogyakarta.

Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suparno, Paul. (1997). Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisisus.

Susilawati. (2010). Penerapan Model Siklus Belajar Hipotetikal Deduktif 7E Untuk

(32)

KHARISMA PRAWESTI SRI UTAMI, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)

MENGGUNAKAN VIRTUAL LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SMA pada Konsep Pembiasan Cahaya. Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak

Diterbitkan.

Tri Joko, R. Wakhid Ahdinirwanto, dan Arif Maftukhin. (2013). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Model Pembelajaran Children Learning

In Science (CLIS) pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Mirit Tahun

Pelajaran 2012/2013. E-Journal Universitas Muhammadiyah Purworejo. 3(2), 112-115.

Tuysuz, Cengiz. (2010). The Effect of the Virtual Laboratory on Student’s Achievement and Attitude in Chemistry. International Online Journal of

Educational Sciences. 2(1), 37-53.

Wibowo, F. C. (2012). Penerapan Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek dengan

Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berfikir Kreatif. Tesis FP-IPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Widodo, A & Vidia Ramdaningsih. (2006). Analisis Kegiatan Praktikum dengan

Menggunakan Video. Jurnal Metalogika: Bidang Kependidikan MIPA.

Widiyarti, Aktris, dkk. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran CLIS (Children

Learning In Science) Dalam Meningkatkan Kreativitas Dan Prestasi Siswa Pada Mata Pelajaran IPA. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan

dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA. Yogayakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Wijayanti, Rafika, dkk. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Children Learning

in Science (CLIS) dengan Menggunakan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Pemahaman pada Pembelajaran TIK. Bandung: Pendidikan

Ilmu Komputer UPI

Yu, J.Q, et al. (2008). Development of a Virtual Laboratory Experiment for Biology.

Gambar

Tabel 3.2 Interpretasi Reliabilitas
Tabel 3.3 Kategori Tingkat Kemudahan Soal
Tabel 3.7 Kriteria keterlaksanaan pembelajaran
Tabel 3.9 Kriteria nilai rata-rata N-

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan pekerjaan pengadaan SEPEDA MOTOR pada Badan Pemberdayaan Perempuan Dan KB Kabupaten Kepulauan Aru dan Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor

Jalan Tirtosari Ujung yang diambil dari pertengahan Jalan Tirtosari Ujung dari sisi Kiri ( Terlihat ibu R. Sirait sedang mempersiapkan makanan.. ternaknya. Sebuah Becak di depan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Faktor Produksi (bibit, pupuk organik, pupuk N, insektisida, fungisida dan tenaga kerja) secara serempak (bersamaan) berpengaruh secara

7 It is that promise that that has always set this country apart – that through hard work and sacrifice, each of us can pursue our individual dreams but still come together as

Sedangkan komunikasi efektif orang tua-anak merupakan suatu proses pemindahan informasi, ide, pengertian atau pemahaman dari orang tua kepada anak ataupun dari anak kepada orang

studies in the field of reading using interactive read aloud technique to search or. uncover other advantages and disadvantages of the

Sedangkan skala kecemasan disusun berdasarkan gejala-gejala kecemasan dari Conley (2004), Ibrahim (2002), Hurlock dan Darajat (dalam Hasibuan &amp; Simatupang, 1999) yaitu berupa

Dari data perhitungan Fuzzy -mamdani persedian beras untuk bulan januari diperoleh 18.485, 567 ton, sedangkan data menurut Perum BULOG Divisi Regiona Sumatera Utara pada bulan