• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK DAN NASABAH

D. Kegiatan-kegiatan Bank

Kegiatan usaha bank telah dirinci dan dibatasi, yakni: pertama, mengatur kegiatan-kegiatan usaha yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh bank kedua, kegiatan usaha bank tersebut dibedakan antara bank umum dan bank Perkreditan rakyat dan ketiga, Bank umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan usaha tertentu dan memilih jenis usaha yang sesuai dengan keahlian dan bidang usaha yang ingin dikembangkan. Usaha yang dijalankan Bank umum lebih luas daripada usaha yang dijalankan Bank Perkreditan Rakyat. Bank yang menjalankan usahanya berdasarkan prinsip syariah wajib menerapkan prinsip syariah dalam kegiatan usahanya.

1. Kegiatan bank umum

Usaha-usaha yang dapat dijalankan oleh bank umum pada Pasal 6 Undang-Undang Perbankan yaitu :20

a. Menghimpun dana dari masyarakat

bank umum menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan/ atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

b. Memberikan kredit.

c. Memberikan surat pengakuan utang

Bank umum dapat menerbitkan surat pengakuan utang baik yang berjangka pendek maupun yang berjangka panjang. Surat pengakuan utang yang berjangka pendek adalah sebagaimana dimaksud dalam pasal 100 sampai 229 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, yang dalam pasar

20Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hlm. 208.

uang dikenal sebagai Surat Berharga Pasar Uang (SPBU), yaitu dalam promes dan wesel maupun jenis lain yang mungkin dikembangkan di masa yang akan datang. Surat pengakuan utang berjangka panjang dapat berupa obligasi atau sekuritas kredit.

d. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:

1) Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat yang dimaksud.

2) Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat yang dimaksud.

3) Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah.

4) Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

5) Obligasi.

6) Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 tahun;

7) Instrumen surat berharga lainnya yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun.

Usaha Bank umum sebagaimana dimaksud diatas mencakup kegiatan membeli, menjual atau menjamin surat-surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia.

e. Memindahkan uang

Bank Umum menjalankan usaha memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.

f. Menempatkan atau meminjamkan dana

Bank Umum menjalankan usaha menempatkan dana pada, meminjamkan dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.

g. Menerima pembayaran

Bank Umum menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar-pihak ketiga. Kegiatan ini mencakup antara lain inkaso dan kliring.

h. Menyediakan tempat penyimpanan

Bank umum menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga. Penyediaan tempat disini adalah kegiatan bank yang semata-mata melakukan penyewaan tempat penyimpanan barang dan surat berharga (safety box) tanpa perlu diketahui mutasi dan isinya oleh bank.

i. Melakukan kegiatan penitipan

Bank umum melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak. Kegiatan penitipan dapat dilakukan dengan baik dengan menerima titipan harta penitip maupun mengadministrasikannya secara terpisah dari kekayaan bank. Mutasi dari barang penitipandilaksanakan oleh bank atas perintah penitip. Jika bank yang menyelenggarakan kegiatan penitipan mengalami pailit, semua harta yang dititipkan pada bank tersebut tidak dimasukkan kedalam harta kepailitan dan wajib dikembalikan kepada penitip yang berangkutan.

j. Penempatan dari dalam bentuk surat berharga

Bank Umum melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercantum dalam bursa efek. Dalam kegiatan ini bank berperan sebagai penghubung antara nasabah yang membutuhkan dana dengan nasabah yang memiliki dana.

k. Kegiatan anjak piutang, kartu kredit dan wali amanat

Bank Umum melakukan penempatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat. Kegiatan anjak piutang merupakan kegiatan pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan dalam dan luar negeri, yang dilakukan dengan pengambilalihan atau pembelian piutang tersebut. Sedangkan usaha kartu kredit adalah usaha dalam kegiatan pemberian kredit atau pembiayaan untuk pembelian barang atau jasa penarikannya dilakukan dengan kartu. Secara teknis kartu kredit berfungsi sebagai sarana pemindaha bukuan dalam melakukan pembayaran suatu transaksi.

l. Menyediakan pembiayaan

Bank Umum menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatan lain berdsarkan Prinsip Syariah, seseuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

m. Menyediakan kegiatan lain

Bank Umum dapat melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini dan peraturan Perundang-undangan yang beraku. Kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank dalam hal ini adalah kegiatan kegiatan usaha selain

kegiatan tersebut di atas, yang tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, misalnya memberikan bank garansi, bertindak sebagai bank persepsi, swap bunga, membantu administrasi usaha nasabah-nasabah dan lain lain.

Bank umum dapat melakukan sebagian atau seluruh kegiatan usaha sebagaimana dimaksud di atas dan masing-masing bank dapat memilih jenis usaha yang sesuai dengan keahlian dan bidang usaha yang ingin dikembangkannya.

Dengan cara demikian, kebutuhan masyarakat terhadap berbagai jenis jasa bank dapat dipenuhi oleh dunia perbankan tanpa mengabaikan prinsip kesehatan dan efisiensi.

Menurut Pasal 7 Undang-Undang Perbankan yang diubah, selain melakukan kegiatan usaha pokok sebagaimana dimaksud diatas, bank umum dapat pula melakukan atau menjalankan usaha tambahan namun dengan izin khusus dari Menteri Keuangan. Usaha-usaha tambahan yang dapat dijalankan bank umum meliputi:21

a. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan olen Bank Indonesia.

b. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank antara perusahaan lain dibidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek ansuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

c. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan

d. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Perundang-Undangan dana pensiun yang berlaku.

21 Pasal 7 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.

Berdasarkan Pasal 12 Undang-Undang Perbankan yang diubah, pemerintah bersama Bank Indonesia dapat melakukan kerja sama dengan Bank umum untuk menunjang pelaksanaan program peningkatan taraf hidup rakyat banyak melalui pemberdayaan koperasi, usaha kecil, dan menengah.

Bank Umum dapat membeli sebagian atau seluruh agunan untuk kepentingan banknya. Hal ini disebutkan dalam Pasal 12A Undang-Undang Perbankan yang diubah, yang merupakan ketentuan baru yang ditambahkan pada Undang-Undang Perbankan 1992. Pembelian tersebut, baik melalui pelelangan maupun yang diluar pelanggan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut, wajib dicairkan secepatnya.

Pembelian oleh bank melalui pelelangan dimaksudkan untuk membantu bank agar dapat mempercepat penyelesaian kewajiban nasabah debitornya. Bank tidak diperbolehkan memiliki agunan yang dibelinya dan secepat-cepatnya harus menjual kembali agar hasil penjualan agunan dapat segera dimanfaatkan oleh bank.

2. Kegiatan bank perkreditan rakyat

Untuk usaha bank yang berjenis Bank Perkreditan Rakyat, usahanya lebih sempit jika dibandingkan dengan usaha yang dijalankan bank umum. Di dalam Pasal 13 Undang-Undang perbankan yang diubah disebutkan bahwa Bank perkreditan Rakyat meliputi:22

22 Rachmadi Usman, Op.,Cit, hlm. 212.

a. Menghimpun dana masyarakat

Bank Perkreditan Rakyat menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Penyebutan atau “bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu” dimaksudkan untuk menampung kemungkinan adanya bentuk penghimpunan dana dari masyarakat oleh Bank Perkreditan Rakyat yangserupa dengan deposito dan tabungan tetapi bukan giro atau simpanan lain yang dapat ditarik dengan cek.

b. Memberikan kredit.

c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana.

Bank Perkreditan Rakyat menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah tidak diperkenankan melaksanakan kegiatan secara konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat yang berdasarkan prinsip konvensional tidak diperkenankan melakukan kegiatan berdasarkan Prinsip Syariah.

d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain.

Disamping rincian kegiatan usaha bank sesuai dengan jenis banknya, terdapat pulapembatasan bagi bank untuk menjalankan kegitan usahanya tersebut sebagaimana disebutkan didalam Pasal 10 dan 14 Undang-Undang perbankan yang diubah.

Pasal 10 Undang-Undang perbankan yang diubah menyatakan bahwa bank umum dilarang:

a. Melakukan penyertaan modal, kecuali yang diizinkan oleh undang undang perbankan yang diubah sebagai usaha tambahannya.

b. Melakukan usaha perasuransian.

c. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagai mana dimaksud dalam pasal 6 dan pasal 7, antara lain melakukan kegiatan sebagai penjamin emisi efek (underwriter).

Sama halnya dengan Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat usahanya juga dibatasi. Pasal 14 Undang-Undang Perbankan yang Diubah menyatakan Bank Perkreditan Rakyat dilarang:23

a. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran;

b. Melakukan kegiatan usaha dalam bentuk valuta asing. Larangan di sini tidak termasuk kegiatan tukar-menukar valuta asing (moneychanger).

Untuk melakukan usaha tukar-menukar valuta asing, bank perkreditan rakyat harus memenuhi ketentuan Bank Indonesia.

c. Melakukan penyertaan modal.

d. Melakukan usaha perasuransian.

e. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.

Larangan tersebut dimaksudkan untuk menyesuaikan diri dengan kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat yang terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha kecil dan masyarakat di daerah pedesaan. Untuk itu, jenis-jenis pelayanan yang dapat diberikan oleh Bank Perkreditan Rakyat disesuakan dengan maksud tersebut.

Pasal 10 telah dirumuskan secara berlebihan, karena sebenarnya cukuplah apabila hanya dicantumkan larangan melakukan usaha lain di luar kegiatan usahanya yang telah dicantumkan dalam pasal 6 dan pasal 7 dari pasal 10 tersebut.

Larangan yang dimaksud dengan sendirinya berlaku pula untuk usaha-usaha yang

23Pasal 14 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1999 Tentang Perbankan

dimaksud dalam melakukan penyertaan modal dan usaha perasuransian. Demikian pula, Pasal 14 juga telah dirumuskan secara berlebihan sebagaimana halnya Pasal 10.

Pembuat Undang-Undang menyadari bahwa apabila suatu bank dibenarkan melakukan kegiatan usaha yang bermacam ragam tanpa pembatasan, eksistensi bank akan mendapatkan bahaya, yang pada gilirannya akan merugikan para penyimpan dana di bank tersebut. Oleh karna itu, Undang-Undang menentukan bahwa bank hanya boleh melakukan kegiatan-kegiatan tertentu saja sebagaimana ditentukan jenis-jenis kegiatannya dalam Undang-Undang.24

24Ibid.,hlm. 214.

3. Kegiatan Bank Syariah

Berkenaan dengan sifatnya yang berdasarkan syariah, maka produk-produk bank syariah tidak sama dengan produk-produk-produk-produk bank konvensional, yakni diantara bank dan nasabah tidak diperkenankan menerima bunga bank. Akan tetapi jika ada hasil, hasil tersebutlah yang akan dibagi di antara bank dan pihak nasabah. Selain itu produk-produk dari bank syariah harus disesuaikan dengan ajaran-ajaran islam yang melarang riba. Berapa produk syariah memang ada counterr-part nya dalam produk bank yang umum, sementara yang lainnya terasa asing sama sekali. Bahkan beberapa prinsip dalam perbankan secara konvensional terpaksa dilarang, dan ini merupakan konsekuensi dari pengakuan terhadap eksistensi bank syariah itu sendiri. Di antara prinsip hukum perbankan yang dilanggar oleh bank syariah adalah menjadi pemegang saham pada perusahaan lain yang dibiayainya sendiri dan menjadi pembeli barang modal/barang perdagangan untuk perusahaan atau orang lain.

Pasal 28 dan 29 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/34/KEP/DIR/1999 menyebutkan kegitatan usaha bank umum berdasarkan Prinsip Syariah. Bank umum wajib menerapkan prinsip Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya yang meliputi:25

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi:

1) Giro berdasarkan prinsip wadi’ah yaitu akad penitipan barang/uang para pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang/uang.

2) Tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah.

3) Deposito berdsarkan prinsip mudharabah yaitu akad antara pemilik modal dengan pengelola untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan.

4) Bentuk lain berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah.

b. Melakukan penyaluran dana melalui 1. Transaksi jual beli berdasarkan prinsip

a) Murabahah yaitu akad jual beli antara bank dengan nasabah

b) Istishna yaitu akad jual beli barang antara pemesan dengan penerima pesanan

c) Ijarah yaitu akad sewa menyewa barang antara bank dengan penyewa d) Salam yaitu akad jual beli barang pesanan antara pembeli dengan

penjual

e) Jual beli lainnya.

25 Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001. Hlm. 215

2. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip

a) Mudharabah yaitu akad antara pihak pemilik modal dengan pengelola untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan

b) Musyarakah yaitu akad kerja sama usaha patungan antaraa dua belah pihak atau lebih pemilik modal untuk membiayai suatu jenis usaha yang halal dan produktif.

c) Bagi hasil lainnya.

3. Pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip:

a) Hiwalah yaitu akad pemindahan piutang nasabah kepada bank dari nasabah lain.

b) Rahn yaitu penyerahan barang atau harta dari nasabah kepada bank sebagai jaminan sebagian atau seluruh utang.

c) Qardhyaitu akad pinjaman dari bank kepada pihak tertentu yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.

c. Membeli, menjual, dan/atau menjamin atas resiko sendiri surat-surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata (undelyingtransaction) berdasarkan prinsip jual beli atau hiwalah.

d. Membeli surat-surat berharga pemerintah dan/atau Bank Indonesia yang diterbitkan atas dasar prinsip Syariah.

e. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan/atau nasabah berdasarkan prisnsip wakalah yaitu akad pemberian kuasa dari pemberi kuasa kepada penerima kuasa untuk melaksanakan suatu tuas atas nama pemberi kuasa.

f. Menerima pembayaran tagihan ats surat berharga yang diterbitkan dan melakukam perhitungan dengan antar-pihak ketiga berdasarkan prinsip wakalah.

g. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang atau surat-surat berharga berdasarkan prinsip wadi’ah yad amanah yaitu akad penitipan branag/uang antara para pihak yang mempunyai barang/uang dan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk memberi keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang/uang.

h. Melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip wakalah.

i. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lain dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di dalam bursa efek berdasarkan prinsip ujr yaitu imbalan yang diberikan atau yang diminta atas suatu pekerjaan yang dilakukan.

j. Memberikan fasilitas Letter of credit (L/C) berdasarkan prinsip wakalah,mudharabahah, mudharabah, musyarakah, dan wadi’ah, serta memberikan garansi bank berdasarkan prinsip kafalah yaitu akad pemberian jaminan yang diberikan satu pihak kepada pihak lain diamna pemberi jaminan bertanggung jawab atas pembayaran kembali suatu utang yang menjadi penerima jaminan.

k. Melakukan kegiatan usaha kartu debet berdasarkan prinsip ujr.

l. Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan prinsip wakalah.

m. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank umum Syariah sepanjang disetujui oleh Dewan Syariah Nasional.

Selain melakukan kegiatan usaha di atas, bank umum syariah dapat pula melakukan kegiatan antara lain:26

a. Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan prinsip sharf yaitu akad jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya.

b. Melakukan kegiatan penyertaan modal berdasarkan prinsip musyarakah dan/atau mudharabah pada bank atau perusahaan lain yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prisnip syariah.

c. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasarkan prisnisp musyarakah dan/atau mudharabah untuk mengatasi kegagalan pembiayaan dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya.

d. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun berdasarkan prinsip syariah sesuai ketentuan dalam Perundang-Undangan dana pensiun yang berlaku.

Dapat bertindak sebagai lembaga baitul mal yaitu, menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, shadaqah, wakaf, hibah, ata dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada yang berhak dalam bentuk santunan dan/atau pinjaman kebajikan (qardhul hasan).

4. Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat Syariah diatur dalam Pasal 27 dan pasal 28 Surat keputusan Direksi Bank indonesia Nomor 32/36/KEP/DIR/1999. Disebutkan Bank Perkreditan Rakyat Syariah menerapkan prinsip syariah dalam melakukan kegiatan usahanya, yang meliputi:27

26 Ibid., hlm. 217.

27Ibid

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi:

1) Tabungan berdasarkan prisip syariah wadi’ah(akad penitipan barang/uang dan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang dan uang) dan mudharabah(akad antara pihak pemilik modal dengan pengelola untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan).

2) Deposito berdasarkan prinsip mudharabah.

3) Bentuk lain yang menggunakan prinsip wadi,ah atau mudharabah.

b. Melakukan penyaluran dana melalui:

1) Transaksi jual beli berdasarkan prinsip:

a) Murabahah(akad jual beli antara bank dengan nasabah).

b) Istishna (akad jual beli barang antara pemesan dengan penerima pesanan.

c) Ijarah (akad sewa-menyewa barang antara bank dengan penyewa).

d) Salam (akad jual beli barang pesanan antara pembeli dengan penjual).

e) Jual beli lainnya.

2) Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip:

a) Mudharabah(akad antara pihak pemilik modal dengan pemgelola untuk memperoleh pendapatan ataupun keuntungan).

b) Musyarakah(akad kerja sama usaha patungan antara kedua belah pihak atau lebih pemilik modal untuk membiayai suatu jenis usaha yang halal dan produktif.

c) Bagi hasil lainnya.

3) Pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip

a) Rahn(penyerahan barang/harta nasabah kepada bank sebagai jaminan sebagian atau seluruh utang).

b) Qardh (akad pinjaman dari bank kepada pihak tertentu yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.

c) Melakukan kegiatan lain yang dilakukan Bank Perkreditan Rakyat Syariah sepanjang disetujui oleh Dewan Syariah Nasional.

Bank Perkreditan Rakyat Syariah dapat bertindak sebagai lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, shyadaqah, waqaf, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada yang berhak dalam bentuk santunan dan/atau pinjaman kebajikan (qardhul hasan).

Dari daftar kegiatan-kegiatan usaha yang boleh dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Bank Perkreditan Rakyat Syariah tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan usaha menerima dana simpanan dalam bentuk giro sekalipun hal itu dilakukan berdasarkan prinsip wadi’ah. Hal ini sejalan dengan ketentuan Undang-Undang Perbankan yang tidak memungkinkan Bank Perkreditan Rakyat untuk menerima simpanan dalam bentuk giro.28

Bank-bank asingdan bank campuran yang bergerak di Indonesia adalah jenis bank umum. Kegiatan bank asing dan campuran memiliki tugasnya yang sama dengan bank umum lainnya. Yang membedakan kegiatan bank umum milik Indonesia adalah mereka lebih dikhususkan dalam bidang-bidang tertentu dan ada larangan tertentu pula dalam melakukan kegiatannya.

5. Kegiatan bank campuran dan bank asing.

28Sutan Remy Sjahdeni, Perbankan Islam dan Kedudukanya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2005, hlm. 169.

Adapun kegiatan bank asing dan bank campuran di Indonesia dewasa ini adalah:29

a. Dalam mencari dana bank asing dan bank campuran juga membuka simpanan giro dan simpanan deposito namun dilarang menerima simpanan dalam bentuk tabungan.

b. Dalam hal pemberian kredit yang diberikan lebih diarahkan ke bidang-bidang tertentu seperti dalam bidang:

1) Perdagangan Internasional.

2) Bidang industri dan produksi 3) Penanaman modal asing/campuran

4) Kredit yang tidak dapat dipenuhi oleh bank swasta nasional.

c. Untuk jasa-jasa bank lainnya juga dapat dilakukan oleh bank umum campuran dan asing sebagaimana layaknya bank umum yang ada di Indonesia seperti berikut:

1) Jasa transfer 2) Jasa kliring 3) Jasa inkaso

4) Jasa jual beli valuta asing 5) Jasa bank card (kartu kredit) 6) Jasa bank draft

7) Jasa safe deposit box

8) Jasa pembukaan dan pembayaran 9) Jasa bank garansi

29Kasmir, Op.Cit., hlm. 38.

10) Jasa bank notes

11) Jasa jual beli travellers cheque 12) jasa bank umum lainnya

BAB III

LAYANAN INTERNET BANKING DALAM PERBANKAN

A. Pengertian Internet Banking

Menurut Budi Agus Riswandiinternet banking merupakan suatu bentuk pemanfaatan media internet oleh bank untuk mempromosikan dan sekaligus melakukan transaksi secara online, baik dari produk yang sifatnya konvensional maupun yang baru30

Menurut wiji nurastuti bahwa internet banking merupakan salah satu jasa layanan bank melalui jaringan internet yang memungkinkan nasabah untuk mendapatkan jasa dan layanan perbankan seperti memperoleh informasi dan melakukan transaksi perbankan.

.

31

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/18/DPNP tanggal 20 April Tahun 2004 Pasal 1internet banking adalah salah satu jasa bank yang memungkinkan nasabah untuk memperoleh informasi, melakukan komunikasi dan melakukan transaksi perbankan melalui jaringan internet dan bukan merupakan bank yang hanya menyelenggarakan layanan perbankan melalui internet, sehingga pendirian dan kegiatan internet only bank tidak diperkenankan.32

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/18/DPNP tanggal 20 April Tahun 2004 Pasal 1internet banking adalah salah satu jasa bank yang memungkinkan nasabah untuk memperoleh informasi, melakukan komunikasi dan melakukan transaksi perbankan melalui jaringan internet dan bukan merupakan bank yang hanya menyelenggarakan layanan perbankan melalui internet, sehingga pendirian dan kegiatan internet only bank tidak diperkenankan.32

Dokumen terkait