• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGUNG JAWAB PIHAK BANK TERHADAP NASABAH ATAS LAYANAN INTERNET BANKING (Studi Pada Bank BRI Syariah Cabang Medan) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TANGGUNG JAWAB PIHAK BANK TERHADAP NASABAH ATAS LAYANAN INTERNET BANKING (Studi Pada Bank BRI Syariah Cabang Medan) SKRIPSI"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

TANGGUNG JAWAB PIHAK BANK TERHADAP NASABAH ATAS LAYANAN INTERNET BANKING

(Studi Pada Bank BRI Syariah Cabang Medan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

NIM : 140200489 FITRA YUSFANI

DEPARTEMEN HUKUM PERDATA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)
(3)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

NAMA : FITRA YUSFANI

NIM : 140200489

DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN.

JUDUL SKRIPSI : TANGGUNG JAWAB PIHAK BANK TERHADAP NASABAH ATAS LAYANAN INTERNET BANKING ( STUDI PADA BANK BRI SYARIAH CABANG MEDAN).

Dengan ini menyatakan :

1. Bahwa skripsi yang saya buat di atas adalah benar tidak merupakan jiplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.

2. Apabila terbukti dikemudian hari bahwasannya skripsi tersebut adalah jiplakan, maka segala akibat hukum maupun sanksi dari Universitas akan menjadi tanggung jawab saya.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

Medan, Februari 2018

140200489 FITRA YUSFANI

(4)

ABSTRAK

*Fitra Yusfani

**Puspa Melati Hasibuan

***Mulhadi

Kemajuan teknologi di era globalisasi berdampak pada kegiatan perbankan, kehadiran layanan internet banking sebagai media alternatif dalam memberikan kemudahan-kemudahan bagi nasabah untuk bertransaksi melalui internet banking tidak terlepas dari berbagai risiko yang terjadi dalam layanan internet banking tersebut. Pada penulisan skripsi tentang tanggung jawab pihak bank terhadap nasabah atas layanan internet banking pada bank BRI Syariah terdapat beberapa rumusan masalah, yang membahas mengenai bagaimana karakter hukum perjanjian pembuatan layanan internet banking pada bank BRI Syariah, bagaimana tanggung jawab dan perlindungan hukum yang diberikan bank BRI Syariah terhadap nasabah serta upaya apa yang dilakukan oleh Bank BRI Syariah untuk meminimalisir risiko yang terjadi dalam layanan internet banking.

Metode yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris dan penelitian ini bersifat deskriptif. Sumber data yang digunakan dalam metode ini adalah berupa bahan primer dan bahan skunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan serta wawancara.

Hasil dari penelitian mengenai tanggung jawab layanan internet banking pada bank BRI Syariah cabang Medan terhadap nasabah bahwa karakter hukum perjanjian pembuatan layanan internet banking pada bank BRI syariah termasuk pada perjanjian tertulis, perjanjian baku, perjanjian bersifat kepercayaan, perjanjian pemberian kuasa dan bersifat mengikat yang dibuat dan disepakati oleh pihak bank dan nasabah, bentuk tanggung jawab dan perlindungan hukum yang diberikan oleh bank BRI Syariah kepada nasabanya telah sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku akan tetapi pada saat ini belum ada Undang- Undang yang mengatur secara langsung terkait dengan internet banking, namun hal tersebut dikaitkan dengan Undang-Undang Perbankan, Peraturan Bank Indonesia, Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-Undang tentang Telekomunikasi serta peraturan Perundang-undangan lainnya, upaya yang dilakukan bank BRI Syariah untuk meminimalisir risiko yang terjadi dalam layanan internet banking dengan cara melakukan beberapa kebijakan-kebijakan seperti kebijakan privasi dan kebijakan keamanan dan memberitahu kepada nasabah agar selalu menjaga kerahasiaan data.

Kata Kunci : Tanggung Jawab, Bank, Nasabah, Internet Banking

* Mahasiswa Fakultas Hukum

** Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

*** Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT karena rahmat dan karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skrispsi ini.

Skripsi ini berjudul “TANGGUNG JAWAB PIHAK BANK TERHADAP NASABAH ATAS LAYANAN INTERNET BANKING”(Studi Pada Bank BRI Syariah cabang Medan), yang ditulis sebagai salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan progam S1, program studi Hukum Perdata BW Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini penulis sudah sangat banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, sehingga proses penulisan dapat berjalan dengan lancar dan dapat diselesaikan. Untuk itu penulis dengan segala ketulusan hati mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Budiman Ginting. SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Puspa Melati, SH., M.Hum, selaku Wakil dekam II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing I yang telah banyak membantu penulis, dalam memberikan masukan, arahan-arahan serta bimbingan di dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(6)

5. Ibu Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum, selaku Ketua Departemen Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Mulhadi, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak membantu, memberikan arahan-arahan, serta bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Dr Mohammad Eka Putra, SH., M.Hum, selaku Dosen Penasehat Akademik beserta seluruh dosen dan pegawai administrasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya dan membantu semasa perkuliahan.

8. Kepada kedua orang tua tercinta, Ayah dan Mama yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, perhatian dan dukungan dari segala hal dan juga doa doa yang selalu di berikan kepada penulis. Dan juga nenek beserta kakak dan abangku.

9. Kepada teman-teman SMP Sari, Yussi, Selvi dan Idzni, juga kepada teman-teman seperjuangan sewaktu kuliah Yue, Fitrah, Tantri, Dila, Hanaz, Ammar, Dika, Azhari, Rinaldi yang telah membantu dalam hal apapun selama ini.

10. Kepada pihak Bank BRI Syariah yang telah bersedia membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan di dalam penulisannya, oleh karena itu penulis berharap banyak masukan dan saran yang bersifat membangun untuk dimasa yang akan datang, mengingat bahwa sifat ilmu pengetahuan akan terus berkembang dimasa yang akan datang.

(7)

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, atas segala kekurangan dan kesalahan saya mohon maaf, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Medan, Februari 2018 Penulis

Fitra Yusfani

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Metode Penelitian ... 4

F. Keaslian Penelitian ... 7

G. Sistematika Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK DAN NASABAH A. Pengertian Bank ... 10

B. Pengertian Nasabah ... 11

C. Jenis-jenis Bank ... 12

D. Kegiatan-kegiatan Bank ... 21

BAB III LAYANAN INTERNET BANKING DALAM PERBANKAN A. Pengertian Internet Banking ... 37

B. Tujuan dan Manfaat Internet Banking ... 37

C. Tipe-tipe Layanan Internet Banking ... 39

D. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Layanan Internet Banking ... 42

E. Risiko-risiko dalam Layanan Internet Banking ... 43

(9)

F. Peraturan yang Mengatur Tentang Layanan Internet Banking ... 48

BAB IV TANGGUNG JAWAB PIHAK BANK BRI SYARIAH TERHADAP NASABAH ATAS LAYANAN INTERNET BANKING.

A. Bagaimana Karakter Hukum Perjanjian Pembuatan Layanan

Internet Banking Pada Bank BRI Syariah? ... 56 B. Bagaimana Tanggung Jawab dan Perlindungan Hukum yang

diberikan Bank BRI Syariah Kepada Nasabah? ... 67 C. Upaya apa yang dilakukan Bank BRI Syariah untuk Meminimalisir

Risiko yang Terjadi dalam Layanan Internet Banking? ... 74

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 77 B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79 LAMPIRAN

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Revolusi informasi yang ditandai dengan kemunculan internet telah berdampak hampir ke setiap aspek sektor kehidupan manusia, yang dimulai dari sektor pertahanan dan keamanan hingga sampai pada sektor perbankan. Pada sektor perbankan, hasil revolusi informasi ini adalah ditemukannya sebuah konsep baru yang disebut internet banking.

Kehadiran layanan internet banking sebagai media alternatif dalam memberikan kemudahan-kemudahan bagi nasabah suatu bank sepertinya menjadi suatu solusi yang cukup efektif. Hal ini tidak terlepas dari kelebihan-kelebihan yang dimiliki internet itu sendiri, dimana seseorang ketika ingin melakukan transaksi melalui layanan internet banking, dapat melakukannya dimana dan kapan saja.

Tujuan yang ingin dicapai oleh suatu bank ketika ia memperluas layanan jasanya melalui intenet banking tersebut adalah pertama, produk-produk yang kompleks dari bank dapat ditawarkan dalam kualitas yang ekuivalen dengan biaya yang murah dan potensi nasabah yang lebih besar; kedua, dapat melakukan hubungan di setiap tempat dan kapan saja, baik pada waktu siang maupun malam.

Pemanfaatan layanan internet bankingmenjadikan lembaga perbankan tidak lagi memerlukan pengembangan kantor baru atau wilayah layanan baru, dimana biaya yang diperlukan sangat besar. Persepsi ini didukung semata-mata

(11)

karena adanya inovasi pada perusahaan yang memungkinkannya berinteraksi secara lebih baik sekaligus dapat mempromosikan layanannya sendiri.1

Peningkatan risiko dan kompleksitas risiko yang dihadapi bank menimbulkan tuntutan bagi bank maupun bank sentral atau otoritas moneter untuk mengembangkan strategi pengawasan bank dan peraturan bidang perbankan yang ditujukan untuk mengarahkan operasional bank sebagai lembaga fiducia (kepercayaan) yang sehat dan berhati-hati.

Karena internet berada dimana-mana dan sudah mengglobal, maka akan lebih mudah di akses oleh pihak-pihak yang tidak diketahui, melalui alur yang tidak diketahui arahnya dengan alat tanpa kabel. Oleh karena itu akan meningkatkan pentingnya pengawasan, pengamanan, teknik-teknik pengenalan pada nasabah, perlindungan data, procedure trial dan standard privacy pada nasabah.

2

1 Budi Agus Riswandi, Aspek hukum internet banking, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2005 , Hlm. 3.

2Mulyana Soekarni dkk., Studi Empiris Dampak Perkembangan Teknologi Informasi Pada Kegiatan Bank Sentral, Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia, Jakarta. 2001, hlm. 49.

Berdasarkan uraian di atas penulis memandang bahwa kehadiran layanan internet banking sebagai media alternatif dalam memberikan kemudahan- kemudahan bagi nasabah suatu bank sepertinya menjadi solusi yang cukup efektif.

Hal ini tidak terlepas dari kelebihan internet tersebut, dimana seseorang dapat melakukan transaksi perbankan dimana saja dan kapan saja, namun hal itu bisa menyebabkan adanya risiko bagi pengguna layanan internet banking tersebut.

Dengan demikian penulis tertarik untuk meneliti tentang tanggung jawab bank atas nasabah yang berjudul:

(12)

“TANGGUNG JAWAB PIHAK BANK TERHADAP NASABAH ATAS LAYANAN INTERNET BANKING (Studi Pada Bank BRI Syariah Cabanag Medan)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dalam penelitian ini secara khusus pokok-pokok permasalahan yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana karakter hukum perjanjian pembuatan layanan internet banking pada bank BRI Syariah?

2. Bagaimana tanggung jawab dan perlindungan hukum yang diberikan bank BRI Syariah terhadap nasabah?

3. Upaya apa yang dilakukan oleh bank BRI Syariah untuk meminimalisir risiko yang terjadi dalam layanan internet banking?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana karakter hukum perjanjian pembuatan layanan internet banking pada bank BRI Syariah.

2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana tanggung jawab dan perlindungan hukum yang diberikan bank BRI Syariah kepada nasabahnya.

3. Untuk mengetahui dan memahami upaya apa yang dilakukan bank BRI Syariah dalam meminimalisir risiko yang terjadi dalam layanan internet banking.

(13)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikankonstribusi baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut:

1. Secara teroritis penelitian ini dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu hukum perdata, dan literatur dalam dunia akademis khususnya mengenai tanggung jawab bank dalam layanan internet banking.

2. Secara praktis,penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan layanan internet banking,serta kalangan akademisi yang berminat terhadap kajian internet banking sebagai informasi awal dalam melakukan penelitian dan pengkajian yang lebih mendalam dan penulis sendiri bermanfaat untuk menambah wawasan keilmuan hukum terutama berkenaan dengan hukum perbankan dan hukum perlindungan konsumen atas layanan internet banking.

E. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini metode penelitian yang dipakai adalah sebagai berikut:

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara penelitian yuridis normatif dan yuridis empiris. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.3

3Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009, Hlm. 1.

Sementara penelitian yuridis empiris adalah penelitian permasalahan mengenai hal-hal yang bersifat yuridis dan didasarkan atas fakta-fakta yang diperoleh dari hasil penelitian dengan

(14)

mengacu kepada pola-pola perilaku masyarakat yang ada di lapangan.4 Penelitian dalam skripsi ini bersifat deskriptif analitis. Penelitian bersifat deskriptif analitis merupakan suatu penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan, dan menganalisis peraturan hukum.5Dengan menggunakan sifat deskriptif ini, maka peraturan hukum dalam penelitian ini dapat dengan cepat digambarkan dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian ini. Pendekatan masalah mengacu pada peraturan perundang- undangan yang berlaku (Statute Approach).6

2. Sumber Data

Data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat. Data skunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langung dari objek yang diteliti, antara lain; buku- buku literatur, laporan penelitian, tulisan para ahli, Peraturan Perundang- Undangan yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Dalam penelitian ini yang merupakan penelitian yuridis normatif, sebagai bahan dasar penelitiannya, menggunakan data sekunder, yakni bahan bahan yang diperoleh dari bahan pustaka lazimnya. Data sekunder yang digunakan sebagai bahan dasar penelitian ini terdiri atas:

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari aturan hukum yang terdapat pada Peraturan Perundang-Undangan atau berbagai perangkat hukum, seperti UUD 1945, Peraturan Pemerintah dan KUH Perdata, dalam penelitian semacam ini, hukum ditempatkan sebagai terikat

4Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 105.

5Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op.Cit., hlm. 72.

6Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Prenada Kencana, Jakarta, 2005, hlm.96

(15)

dan faktor-faktor non-hukum yang mempengaruhi hukum dipandang sebagai variabel bebas peraturan lainnya.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku teks, jurnal-jurnal, karya ilmiah, pendapat sarjana, dan hasil-hasil penelitian, dan bahan lainnya yang dapat berfungsi untuk memberikan penjelasan lebih lanjut atas bahan hukum primer.

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier merupakan petunjuk/penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan 7

3. Pengumpulan data

sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia dan studi pada PT bank BRI Syariah cabang Medan.

Data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian ini sebagai bahan dasar penelitian dikumpulkan dengan menggunakan studi dokumen (documen study) atau studi kepustakaan (libraryresearch) sebagai alat pengumpul data8

4. Analisis Data

. Studi dokumen tersebut merupakan penelitian bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan internet banking, khususnya tentang tanggung jawab pihak bank terhadap nasabah atas layanan internet banking.

Analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh baik dari penelitian pustaka maupun penelitian lapangan. Data primer yang di dapat dari lapangan terlebih dahulu diteliti kelengkapannya dan kejelasannya untuk diklarifikasi

7Ibid, hlm. 97.

8Soerjono soekanto dan Srie Mamudji, Op.Cit., hlm. 66.

(16)

serta dilakukan penyusunan secara sistematis serta konsisten untuk memudahkan melakukan analisis. Data primer ini pun terebih dahulu di edit untuk menyeleksi data yang paling relevan dengan perumusan permasalahan yang ada di dalam peneitian ini. Data sekunder yang didapat dari kepustakaan dipilih serta dihimpun secara sistematis sehingga dapat dijadikan acuan dalam melakukan analisis. Dari hasil data penelitian baik pustaka maupun lapangan ini dilakukan analisa secara kualitatif. Analisa secara kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan, dan perilaku nyata. Maka dengan mempergunakan metode kualitatif seorang peneliti bertujuan untuk mengerti dan memahami gejala yang di telitinya.9

F. Keaslian Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis terlebih dahulu melakukan penelusuran terhadap judul skripsi yang terdapat di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pusat Dokumentasi dan informasi melalui surat tertanggal 30 oktober 2017 menyatakan tidak ada judul yang sama pada arsip perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul skripsi “Tanggung jawab pihak bank terhadap nasabah atas layanan internet banking (studi pada bank BRI syariah cabang Medan)” adalah hasil dari pemikiran dan ide serta gagasan dari penulis sendiri. Dikembangkan pemaparan dengan arahan dosen pembimbing.

Keaslian penulisan ini dapat terjamin benar adanya dengan kata lain bukanlah merupakan suatu plagiat dari penulisan karya ilmiah orang lain. Jikalau

9 Soerjono Soekanto, Pengantar penelitian hukum, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 1986, hlm.32.

(17)

ada terdapat judul yang menyerupai dan terdaftar di fakultas hukum Universitas Sumatera Utara seperti judul penulis di atas, tentunya diluar sepengetahuan penulis dan pasti substansi di dalam skripsi tersebut berbeda dengan substansi di dalam skripsi penulis ini. Namun demikian adanya, di dalam penulisan skripsi ini terdapat kutipan-kutipan atau pendapat orang lain yang dilakukan sebagai referensi untuk mendukung fakta-fakta dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga melihat ada judul yang mirip dengan tanggung jawab pihak bank terhadap layanan internet banking yaitu atas nama NOYA FEIRUZIAN, NIM 020222150, dengan judul “tanggung jawab bank terhadap nasabah dalam menggunakan fasilitas internet banking(Riset di bank Mandiri)” dengan rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana tanggung jawab bank dalam transaksi menggunakan fasilitas internet banking

2. Bagaimana upaya bank dalam mengatasi risiko dalam transaksi dengan menggunakan fasilitas internet banking?

3. Upaya apa yang dapat dilakukan oleh nasabah apabila mengalami kerugian?

4. Upaya apa yang dapat dilakukan oleh bank apabila mengalami kerugian?

G. Sistematika Penulisan

Sistematika pada penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I, bab ini merupakan pengantar dan pedoman untuk pembahasan- pembahasan berikutnya, yang terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, keaslian penelitian,dan sistematika penulisan.

(18)

Bab II, bab ini membahas mengenai tinjauan umum tentang bank dan nasabah yang meliputi pengertian bank, pengertian nasabah, jenis-jenis bank dan kegiatan kegiatan dalam perbankan.

Bab III, bab ini membahas mengenai tentang layanan internet banking yang meliputi pengertian internet banking, tujuan dan manfaat internet banking bagi bank dan nasabah, tipe-tipe layanan internet banking, pihak pihak yang terlibat dalam internet banking, risiko-risiko dalam layanan internet banking, serta Peraturan-Peraturan yang mengatur tentang layanan internet banking.

Bab IV, bab ini membahas tentang tanggung jawab pihak bank BRI Syariah terhadap nasabah atas layanan internet banking yang meliputi bagaimana karakter hukum perjanjian pembuatan layanan internet banking pada bank BRI Syariah, bagaimana tanggung jawab dan perlindungan hukum yang diberikan bank BRI Syariah, serta upaya apa yang dilakukan bank BRI Syariah untuk meminimalisir risiko yang terjadi dalam layanan internet banking.

Bab V, bab ini sebagai penutup yang membahas mengenai kesimpulan- kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan selanjutnya diberikan saran- saran sebagai rekomendasi pihak-pihak yang berkepentingan.

(19)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG BANK DAN NASABAH

A. Pengertian Bank

Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan dana atau mencari dana (uang) dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito.

Pengertian menyalurkan dana adalah melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro, tabungan dan deposito kemasyarakat dalam bentuk pinjaman (Kredit) bagi Bank yang berdasarkan prinsip konvensional atau pembiayaan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah.10

Bank menurut Undang-Undang PerbankanPasal 1 angka 2 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masayarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.11

10Kasmir, Manajemen Perbankan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 11.

11Pasal 1 angka( 2 ) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992

(20)

B. Pengertian Nasabah

Nasabahmenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai berikut:

1. Orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan bank (dalam hal keuangan).

2. Orang yang menjadi tanggungan asuransi.

3. Perbandingan atau pertalian

Menurut Lukman santoso AZ nasabah adalah orang yang menjadi pelanggan bank yang mempunyai rekening simpanan dan pinjaman ataupun tidak.

Sehingga nasabah dalam arti luas juga di pahami sebagai konsumen bank.12

a. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dana nya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.

Nasabah menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankanyang selanjutnya disebut Undang-Undang Perbankan adalah pihak yang menggunakan jasa bank. Dalam pasal 1 angka 16 Undang – Undang Perbankan tersebut nasabah ini dibagi menjadi 2 yaitu: nasabah penyimpan dan nasabah debitur.

13

b. Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.14

Dalam praktik – praktik perbankan setidaknya dikenal tiga macam nasabah pertama nasabah deposan yaitu nasabah yang menyimpan dana nya pada suatu bank, misalnya dalam bentuk deposito atau dalam bentuk lainnya, kedua

12Lukman Santoso AZ, Hak dan Kewajiban Hukum Nasabah Bank, Penerbit Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2011, hlm. 26.

13 Undang-Undang Perbankan ,Op.Cit., Pasal 1 ayat (17) .

14Ibid ., Pasal 1 ayat (18)

(21)

yaitu nasabah yang memanfaatkan fasilitas kredit perbankan misalnya kredit usaha kecil, kredit pemilikan rumah dan sebagainya. Dan yang ketiga, nasabah yang melakukan transaksi dengan pihak lain melalui bank atau walk- in customer misalnya transaksi antara importir sebagai pembeli dan exportir dari luar negri.

C. Jenis – Jenis Bank

Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini, terdapat beberapa jenis perbankan seperti yang diatur dalam Undang – Undang Perbankan. Jika kita melihat jenis perbankan sebelum keluar Undang – Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 dengan sebelum nya yaitu Undang – Undang Nomor 14 Tahun 1967, maka terdapat beberapa perbedaan. Namun kegiatan utama atau pokok bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tidak berbeda satu sama lainnya.

Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi, serta kepemilikannya. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan serta jangkauan wilayah operasi nya. Sedangkan kepemilikan perusahaan dilihat dari segi kepemilikan sahamnya.

Perbedaan lainnya adalah dilihat dari segi siapa nasabah yang mereka layani apakah masyarakat luas atau masyarakat dalam lokasi tertentu (kecamatan).

Jenis perbankan dapat dibagi kedalam bagaimana caranya menentukan harga jual dan harga beli atau dengan kata lain carannya mencari keuntungan.

(22)

Adapun jenis perbankan dewasa ini jika ditinjau dari beberapa segi antara lain:15

1. Dilihat dari segi fungsinya

Menurut Undang – Undang Pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967 jenis perbankan menurut fungsi nya terdiri dari:

a. Bank Umum b. Bank Pembangunan c. Bank Tabungan d. Bank Pasar e. Bank Desa f. Lumbung Desa g. Bank Pegawai h. Dan bank lainnya

Namun setelah keluar Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 maka jenis perbankan berdasarkan jenis nya terdiri dari:

a. Bank Umum

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bentuk Bank Pembangunan dan Bank Tabungan yang semula berdiri sendiri dengan keluarnya Undang – Undang diatas berubah fungsinya menjadi Bank Umum. Sedangkan Bank Desa, Bank Pasar, Lumbung Desa dan Bank Pegawai menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

15 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 18.

(23)

Pengertian Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan Undang – Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut :

a. Bank Umum

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.

Begitupula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah Indonesia, bahakan keluar negri (cabang). Bank Umum sering disebut bank komersil (comemrcial bank).

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Dalam kegiatannya BPR tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Artinya jasa – jasa perbankan yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan atau jasa bank umum.

2. Dilihat dari segi kepemilikannya

Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut, kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan.

(24)

Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan adalah:16 a. Bank milik pemerintah

Merupakan bank yang akte pendirian maupun modal bank ini sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah indonesia, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh bank–

bank milik pemerintah Indonesia dewasa ini antara lain:

1) Bank Negara Indonesia 46 (BNI) 2) Bank Rakyat Indonesia (BRI) 3) Bank Tabungan Negara (BTN) 4) Bank Mandiri

Kemudian Bank Pemerintah Daerah (BPD) terdapat didaerah tingkat I dan tingkat II masing – masing provinsi. Modal BPD sepenuhnya dimiliki oleh pemda masing – masing tingkatan. Contoh BPD ada dewasa ini adalah:

1) BPD DKI Jakarta 2) BPD Jawa Barat 3) BPD Jawa Tengah 4) PD DI.Yogyakarta 5) BPD Riau

6) BPD Jawa Timur 7) BPD Sulawesi Selatan 8) BPD Nusa Tenggara Barat 9) BPD Papua

10) Dan BPD lainnya

16Ibid., hlm. 20

(25)

b. Bank Milik Swasta Nasional

Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta Nasional. Kemudian akte pendirian nya pun didirikan oleh swasta begitupula dengan pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contoh milik Bank Swasta Nasional antara lain:

1) Bank Bumi Putera 2) Bank Central Asia 3) Bank Danamon

4) Bank Internasional Indonesia 5) Bank Lippo

6) Bank Mega 7) Bank Muamalat 8) Bank Niaga 9) Bank Universal c. Bank milik koperasi

Merupakan bank yang kepemilikan saham – saham nya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Contoh bank jenis ini adalah bank umum koperasi Indonesia (Bukopin).

d. Bank milik asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank di luar negri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya pun jelas dimiliki pihak asing ( luar negri) contoh bank asing antara lain:

1) ABN AMRO bank 2) American express bank

(26)

3) Bank of America 4) Bank of Tokyo 5) Bangkok bank 6) City Bank

7) Chase Manhattan Bank 8) Deutsche Bank

9) Europran Asian Bank 10) Hongkong Bank

11) Standard Chartered Bank e. Bank milik campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warganegara Indonesia. Contoh bank campuran antara lain :

1) Bank Finconesia 2) Bank Merincorp 3) Bank PDFCI

4) Bank Sakura Swadarma 5) Ing Bank

6) Inter Pasific Bank 7) Mitsubishi Buana Ban 8) Paribas BBD Indonesia 9) Sumitomo Niaga Bank 10) Sanwa Indonesia Bank

(27)

3. Dilihat dari segi status

Dilihat dari segi kemampuannya melayani masyarakat, bank umum dapat dibagi menjadi dua jenis. Pembagian jenis ini disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut.

Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Untuk memperoleh status tertentu diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertetu pula.

Jenis bank dilihat dari segi status adalah sebagai berikut :17 a. Bank devisa

Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, travellers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.

b. Bank non devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa merupakan kebalikan daripada bank devisa, di mana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas negara.

17Ibid., hlm. 22

(28)

4. Dilihat Dari Cara Menetukan Harga

Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya menentukan dalam menentukan harga, baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam 2 kelompok yaitu:18

a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional (Barat)

Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bangsa indonesia di mana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh kolonial belanda.

Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode yaitu:

1) Menetapkan bunga sebagai harga, untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based.

2) Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan konvensional (barat) menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya dikenal dengan istilah fee based.

b. Bank yang berdasarkan prinsip Syariah (Islam)

Bank berdasarkan prinsip syariah belum lama berkembang di Indonesia.

Namun diluar negeri terutama di negara-negara timur tengah seperti

18Ibid., hlm 23

(29)

Mesir atau di Pakistan Bank yang berdasarkan prinsip syariah sudah berkembang pesat sejak lama.

Bagi bank yang berdsarkan prinsip Syariah dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank berdasarkan prinsip Konvensional. Bank berdasarkan prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip Syariah adalah sebagai berikut:19

1) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah) 2) Pembiayaan berdsarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah) 3) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (ijarah) 4) Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang

yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa itiqna)

Sedangkan penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah juga sesuai dengan syariah islam. Sumber penentuan harga atau pelaksanaan bank prinsip Syariah dasar hukumnya adalah Alquran dan Sunah Rasul. Bank dan prisnip syariah mengharamkan penggunaan harga produk nya dengan bunga tertentu.

Bagi bank yang berdasarkan prinsip Syariah bunga adalah riba.

19Ibid., hlm. 24.

(30)

D. Kegiatan-Kegiatan Bank

Kegiatan usaha bank telah dirinci dan dibatasi, yakni: pertama, mengatur kegiatan-kegiatan usaha yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh bank kedua, kegiatan usaha bank tersebut dibedakan antara bank umum dan bank Perkreditan rakyat dan ketiga, Bank umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan usaha tertentu dan memilih jenis usaha yang sesuai dengan keahlian dan bidang usaha yang ingin dikembangkan. Usaha yang dijalankan Bank umum lebih luas daripada usaha yang dijalankan Bank Perkreditan Rakyat. Bank yang menjalankan usahanya berdasarkan prinsip syariah wajib menerapkan prinsip syariah dalam kegiatan usahanya.

1. Kegiatan bank umum

Usaha-usaha yang dapat dijalankan oleh bank umum pada Pasal 6 Undang-Undang Perbankan yaitu :20

a. Menghimpun dana dari masyarakat

bank umum menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan/ atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

b. Memberikan kredit.

c. Memberikan surat pengakuan utang

Bank umum dapat menerbitkan surat pengakuan utang baik yang berjangka pendek maupun yang berjangka panjang. Surat pengakuan utang yang berjangka pendek adalah sebagaimana dimaksud dalam pasal 100 sampai 229 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, yang dalam pasar

20Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hlm. 208.

(31)

uang dikenal sebagai Surat Berharga Pasar Uang (SPBU), yaitu dalam promes dan wesel maupun jenis lain yang mungkin dikembangkan di masa yang akan datang. Surat pengakuan utang berjangka panjang dapat berupa obligasi atau sekuritas kredit.

d. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:

1) Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat yang dimaksud.

2) Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat- surat yang dimaksud.

3) Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah.

4) Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

5) Obligasi.

6) Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 tahun;

7) Instrumen surat berharga lainnya yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun.

Usaha Bank umum sebagaimana dimaksud diatas mencakup kegiatan membeli, menjual atau menjamin surat-surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia.

e. Memindahkan uang

Bank Umum menjalankan usaha memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.

(32)

f. Menempatkan atau meminjamkan dana

Bank Umum menjalankan usaha menempatkan dana pada, meminjamkan dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.

g. Menerima pembayaran

Bank Umum menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar-pihak ketiga. Kegiatan ini mencakup antara lain inkaso dan kliring.

h. Menyediakan tempat penyimpanan

Bank umum menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga. Penyediaan tempat disini adalah kegiatan bank yang semata- mata melakukan penyewaan tempat penyimpanan barang dan surat berharga (safety box) tanpa perlu diketahui mutasi dan isinya oleh bank.

i. Melakukan kegiatan penitipan

Bank umum melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak. Kegiatan penitipan dapat dilakukan dengan baik dengan menerima titipan harta penitip maupun mengadministrasikannya secara terpisah dari kekayaan bank. Mutasi dari barang penitipandilaksanakan oleh bank atas perintah penitip. Jika bank yang menyelenggarakan kegiatan penitipan mengalami pailit, semua harta yang dititipkan pada bank tersebut tidak dimasukkan kedalam harta kepailitan dan wajib dikembalikan kepada penitip yang berangkutan.

(33)

j. Penempatan dari dalam bentuk surat berharga

Bank Umum melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercantum dalam bursa efek. Dalam kegiatan ini bank berperan sebagai penghubung antara nasabah yang membutuhkan dana dengan nasabah yang memiliki dana.

k. Kegiatan anjak piutang, kartu kredit dan wali amanat

Bank Umum melakukan penempatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat. Kegiatan anjak piutang merupakan kegiatan pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan dalam dan luar negeri, yang dilakukan dengan pengambilalihan atau pembelian piutang tersebut. Sedangkan usaha kartu kredit adalah usaha dalam kegiatan pemberian kredit atau pembiayaan untuk pembelian barang atau jasa penarikannya dilakukan dengan kartu. Secara teknis kartu kredit berfungsi sebagai sarana pemindaha bukuan dalam melakukan pembayaran suatu transaksi.

l. Menyediakan pembiayaan

Bank Umum menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatan lain berdsarkan Prinsip Syariah, seseuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

m. Menyediakan kegiatan lain

Bank Umum dapat melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini dan peraturan Perundang-undangan yang beraku. Kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank dalam hal ini adalah kegiatan kegiatan usaha selain

(34)

kegiatan tersebut di atas, yang tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, misalnya memberikan bank garansi, bertindak sebagai bank persepsi, swap bunga, membantu administrasi usaha nasabah-nasabah dan lain lain.

Bank umum dapat melakukan sebagian atau seluruh kegiatan usaha sebagaimana dimaksud di atas dan masing-masing bank dapat memilih jenis usaha yang sesuai dengan keahlian dan bidang usaha yang ingin dikembangkannya.

Dengan cara demikian, kebutuhan masyarakat terhadap berbagai jenis jasa bank dapat dipenuhi oleh dunia perbankan tanpa mengabaikan prinsip kesehatan dan efisiensi.

Menurut Pasal 7 Undang-Undang Perbankan yang diubah, selain melakukan kegiatan usaha pokok sebagaimana dimaksud diatas, bank umum dapat pula melakukan atau menjalankan usaha tambahan namun dengan izin khusus dari Menteri Keuangan. Usaha-usaha tambahan yang dapat dijalankan bank umum meliputi:21

a. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan olen Bank Indonesia.

b. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank antara perusahaan lain dibidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek ansuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

c. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan

d. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Perundang-Undangan dana pensiun yang berlaku.

21 Pasal 7 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.

(35)

Berdasarkan Pasal 12 Undang-Undang Perbankan yang diubah, pemerintah bersama Bank Indonesia dapat melakukan kerja sama dengan Bank umum untuk menunjang pelaksanaan program peningkatan taraf hidup rakyat banyak melalui pemberdayaan koperasi, usaha kecil, dan menengah.

Bank Umum dapat membeli sebagian atau seluruh agunan untuk kepentingan banknya. Hal ini disebutkan dalam Pasal 12A Undang-Undang Perbankan yang diubah, yang merupakan ketentuan baru yang ditambahkan pada Undang-Undang Perbankan 1992. Pembelian tersebut, baik melalui pelelangan maupun yang diluar pelanggan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut, wajib dicairkan secepatnya.

Pembelian oleh bank melalui pelelangan dimaksudkan untuk membantu bank agar dapat mempercepat penyelesaian kewajiban nasabah debitornya. Bank tidak diperbolehkan memiliki agunan yang dibelinya dan secepat-cepatnya harus menjual kembali agar hasil penjualan agunan dapat segera dimanfaatkan oleh bank.

2. Kegiatan bank perkreditan rakyat

Untuk usaha bank yang berjenis Bank Perkreditan Rakyat, usahanya lebih sempit jika dibandingkan dengan usaha yang dijalankan bank umum. Di dalam Pasal 13 Undang-Undang perbankan yang diubah disebutkan bahwa Bank perkreditan Rakyat meliputi:22

22 Rachmadi Usman, Op.,Cit, hlm. 212.

(36)

a. Menghimpun dana masyarakat

Bank Perkreditan Rakyat menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Penyebutan atau “bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu” dimaksudkan untuk menampung kemungkinan adanya bentuk penghimpunan dana dari masyarakat oleh Bank Perkreditan Rakyat yangserupa dengan deposito dan tabungan tetapi bukan giro atau simpanan lain yang dapat ditarik dengan cek.

b. Memberikan kredit.

c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana.

Bank Perkreditan Rakyat menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah tidak diperkenankan melaksanakan kegiatan secara konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat yang berdasarkan prinsip konvensional tidak diperkenankan melakukan kegiatan berdasarkan Prinsip Syariah.

d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain.

Disamping rincian kegiatan usaha bank sesuai dengan jenis banknya, terdapat pulapembatasan bagi bank untuk menjalankan kegitan usahanya tersebut sebagaimana disebutkan didalam Pasal 10 dan 14 Undang-Undang perbankan yang diubah.

(37)

Pasal 10 Undang-Undang perbankan yang diubah menyatakan bahwa bank umum dilarang:

a. Melakukan penyertaan modal, kecuali yang diizinkan oleh undang undang perbankan yang diubah sebagai usaha tambahannya.

b. Melakukan usaha perasuransian.

c. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagai mana dimaksud dalam pasal 6 dan pasal 7, antara lain melakukan kegiatan sebagai penjamin emisi efek (underwriter).

Sama halnya dengan Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat usahanya juga dibatasi. Pasal 14 Undang-Undang Perbankan yang Diubah menyatakan Bank Perkreditan Rakyat dilarang:23

a. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran;

b. Melakukan kegiatan usaha dalam bentuk valuta asing. Larangan di sini tidak termasuk kegiatan tukar-menukar valuta asing (moneychanger).

Untuk melakukan usaha tukar-menukar valuta asing, bank perkreditan rakyat harus memenuhi ketentuan Bank Indonesia.

c. Melakukan penyertaan modal.

d. Melakukan usaha perasuransian.

e. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.

Larangan tersebut dimaksudkan untuk menyesuaikan diri dengan kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat yang terutama ditujukan untuk melayani usaha- usaha kecil dan masyarakat di daerah pedesaan. Untuk itu, jenis-jenis pelayanan yang dapat diberikan oleh Bank Perkreditan Rakyat disesuakan dengan maksud tersebut.

Pasal 10 telah dirumuskan secara berlebihan, karena sebenarnya cukuplah apabila hanya dicantumkan larangan melakukan usaha lain di luar kegiatan usahanya yang telah dicantumkan dalam pasal 6 dan pasal 7 dari pasal 10 tersebut.

Larangan yang dimaksud dengan sendirinya berlaku pula untuk usaha-usaha yang

23Pasal 14 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1999 Tentang Perbankan

(38)

dimaksud dalam melakukan penyertaan modal dan usaha perasuransian. Demikian pula, Pasal 14 juga telah dirumuskan secara berlebihan sebagaimana halnya Pasal 10.

Pembuat Undang-Undang menyadari bahwa apabila suatu bank dibenarkan melakukan kegiatan usaha yang bermacam ragam tanpa pembatasan, eksistensi bank akan mendapatkan bahaya, yang pada gilirannya akan merugikan para penyimpan dana di bank tersebut. Oleh karna itu, Undang-Undang menentukan bahwa bank hanya boleh melakukan kegiatan-kegiatan tertentu saja sebagaimana ditentukan jenis-jenis kegiatannya dalam Undang-Undang.24

24Ibid.,hlm. 214.

3. Kegiatan Bank Syariah

Berkenaan dengan sifatnya yang berdasarkan syariah, maka produk- produk bank syariah tidak sama dengan produk-produk bank konvensional, yakni diantara bank dan nasabah tidak diperkenankan menerima bunga bank. Akan tetapi jika ada hasil, hasil tersebutlah yang akan dibagi di antara bank dan pihak nasabah. Selain itu produk-produk dari bank syariah harus disesuaikan dengan ajaran-ajaran islam yang melarang riba. Berapa produk syariah memang ada counterr-part nya dalam produk bank yang umum, sementara yang lainnya terasa asing sama sekali. Bahkan beberapa prinsip dalam perbankan secara konvensional terpaksa dilarang, dan ini merupakan konsekuensi dari pengakuan terhadap eksistensi bank syariah itu sendiri. Di antara prinsip hukum perbankan yang dilanggar oleh bank syariah adalah menjadi pemegang saham pada perusahaan lain yang dibiayainya sendiri dan menjadi pembeli barang modal/barang perdagangan untuk perusahaan atau orang lain.

(39)

Pasal 28 dan 29 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/34/KEP/DIR/1999 menyebutkan kegitatan usaha bank umum berdasarkan Prinsip Syariah. Bank umum wajib menerapkan prinsip Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya yang meliputi:25

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi:

1) Giro berdasarkan prinsip wadi’ah yaitu akad penitipan barang/uang para pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang/uang.

2) Tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah.

3) Deposito berdsarkan prinsip mudharabah yaitu akad antara pemilik modal dengan pengelola untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan.

4) Bentuk lain berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah.

b. Melakukan penyaluran dana melalui 1. Transaksi jual beli berdasarkan prinsip

a) Murabahah yaitu akad jual beli antara bank dengan nasabah

b) Istishna yaitu akad jual beli barang antara pemesan dengan penerima pesanan

c) Ijarah yaitu akad sewa menyewa barang antara bank dengan penyewa d) Salam yaitu akad jual beli barang pesanan antara pembeli dengan

penjual

e) Jual beli lainnya.

25 Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001. Hlm. 215

(40)

2. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip

a) Mudharabah yaitu akad antara pihak pemilik modal dengan pengelola untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan

b) Musyarakah yaitu akad kerja sama usaha patungan antaraa dua belah pihak atau lebih pemilik modal untuk membiayai suatu jenis usaha yang halal dan produktif.

c) Bagi hasil lainnya.

3. Pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip:

a) Hiwalah yaitu akad pemindahan piutang nasabah kepada bank dari nasabah lain.

b) Rahn yaitu penyerahan barang atau harta dari nasabah kepada bank sebagai jaminan sebagian atau seluruh utang.

c) Qardhyaitu akad pinjaman dari bank kepada pihak tertentu yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.

c. Membeli, menjual, dan/atau menjamin atas resiko sendiri surat-surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata (undelyingtransaction) berdasarkan prinsip jual beli atau hiwalah.

d. Membeli surat-surat berharga pemerintah dan/atau Bank Indonesia yang diterbitkan atas dasar prinsip Syariah.

e. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan/atau nasabah berdasarkan prisnsip wakalah yaitu akad pemberian kuasa dari pemberi kuasa kepada penerima kuasa untuk melaksanakan suatu tuas atas nama pemberi kuasa.

(41)

f. Menerima pembayaran tagihan ats surat berharga yang diterbitkan dan melakukam perhitungan dengan antar-pihak ketiga berdasarkan prinsip wakalah.

g. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang atau surat-surat berharga berdasarkan prinsip wadi’ah yad amanah yaitu akad penitipan branag/uang antara para pihak yang mempunyai barang/uang dan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk memberi keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang/uang.

h. Melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip wakalah.

i. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lain dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di dalam bursa efek berdasarkan prinsip ujr yaitu imbalan yang diberikan atau yang diminta atas suatu pekerjaan yang dilakukan.

j. Memberikan fasilitas Letter of credit (L/C) berdasarkan prinsip wakalah,mudharabahah, mudharabah, musyarakah, dan wadi’ah, serta memberikan garansi bank berdasarkan prinsip kafalah yaitu akad pemberian jaminan yang diberikan satu pihak kepada pihak lain diamna pemberi jaminan bertanggung jawab atas pembayaran kembali suatu utang yang menjadi penerima jaminan.

k. Melakukan kegiatan usaha kartu debet berdasarkan prinsip ujr.

l. Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan prinsip wakalah.

m. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank umum Syariah sepanjang disetujui oleh Dewan Syariah Nasional.

(42)

Selain melakukan kegiatan usaha di atas, bank umum syariah dapat pula melakukan kegiatan antara lain:26

a. Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan prinsip sharf yaitu akad jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya.

b. Melakukan kegiatan penyertaan modal berdasarkan prinsip musyarakah dan/atau mudharabah pada bank atau perusahaan lain yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prisnip syariah.

c. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasarkan prisnisp musyarakah dan/atau mudharabah untuk mengatasi kegagalan pembiayaan dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya.

d. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun berdasarkan prinsip syariah sesuai ketentuan dalam Perundang-Undangan dana pensiun yang berlaku.

Dapat bertindak sebagai lembaga baitul mal yaitu, menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, shadaqah, wakaf, hibah, ata dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada yang berhak dalam bentuk santunan dan/atau pinjaman kebajikan (qardhul hasan).

4. Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat Syariah diatur dalam Pasal 27 dan pasal 28 Surat keputusan Direksi Bank indonesia Nomor 32/36/KEP/DIR/1999. Disebutkan Bank Perkreditan Rakyat Syariah menerapkan prinsip syariah dalam melakukan kegiatan usahanya, yang meliputi:27

26 Ibid., hlm. 217.

27Ibid

(43)

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi:

1) Tabungan berdasarkan prisip syariah wadi’ah(akad penitipan barang/uang dan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang dan uang) dan mudharabah(akad antara pihak pemilik modal dengan pengelola untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan).

2) Deposito berdasarkan prinsip mudharabah.

3) Bentuk lain yang menggunakan prinsip wadi,ah atau mudharabah.

b. Melakukan penyaluran dana melalui:

1) Transaksi jual beli berdasarkan prinsip:

a) Murabahah(akad jual beli antara bank dengan nasabah).

b) Istishna (akad jual beli barang antara pemesan dengan penerima pesanan.

c) Ijarah (akad sewa-menyewa barang antara bank dengan penyewa).

d) Salam (akad jual beli barang pesanan antara pembeli dengan penjual).

e) Jual beli lainnya.

2) Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip:

a) Mudharabah(akad antara pihak pemilik modal dengan pemgelola untuk memperoleh pendapatan ataupun keuntungan).

b) Musyarakah(akad kerja sama usaha patungan antara kedua belah pihak atau lebih pemilik modal untuk membiayai suatu jenis usaha yang halal dan produktif.

c) Bagi hasil lainnya.

3) Pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip

(44)

a) Rahn(penyerahan barang/harta nasabah kepada bank sebagai jaminan sebagian atau seluruh utang).

b) Qardh (akad pinjaman dari bank kepada pihak tertentu yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.

c) Melakukan kegiatan lain yang dilakukan Bank Perkreditan Rakyat Syariah sepanjang disetujui oleh Dewan Syariah Nasional.

Bank Perkreditan Rakyat Syariah dapat bertindak sebagai lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, shyadaqah, waqaf, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada yang berhak dalam bentuk santunan dan/atau pinjaman kebajikan (qardhul hasan).

Dari daftar kegiatan-kegiatan usaha yang boleh dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Bank Perkreditan Rakyat Syariah tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan usaha menerima dana simpanan dalam bentuk giro sekalipun hal itu dilakukan berdasarkan prinsip wadi’ah. Hal ini sejalan dengan ketentuan Undang-Undang Perbankan yang tidak memungkinkan Bank Perkreditan Rakyat untuk menerima simpanan dalam bentuk giro.28

Bank-bank asingdan bank campuran yang bergerak di Indonesia adalah jenis bank umum. Kegiatan bank asing dan campuran memiliki tugasnya yang sama dengan bank umum lainnya. Yang membedakan kegiatan bank umum milik Indonesia adalah mereka lebih dikhususkan dalam bidang-bidang tertentu dan ada larangan tertentu pula dalam melakukan kegiatannya.

5. Kegiatan bank campuran dan bank asing.

28Sutan Remy Sjahdeni, Perbankan Islam dan Kedudukanya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2005, hlm. 169.

(45)

Adapun kegiatan bank asing dan bank campuran di Indonesia dewasa ini adalah:29

a. Dalam mencari dana bank asing dan bank campuran juga membuka simpanan giro dan simpanan deposito namun dilarang menerima simpanan dalam bentuk tabungan.

b. Dalam hal pemberian kredit yang diberikan lebih diarahkan ke bidang-bidang tertentu seperti dalam bidang:

1) Perdagangan Internasional.

2) Bidang industri dan produksi 3) Penanaman modal asing/campuran

4) Kredit yang tidak dapat dipenuhi oleh bank swasta nasional.

c. Untuk jasa-jasa bank lainnya juga dapat dilakukan oleh bank umum campuran dan asing sebagaimana layaknya bank umum yang ada di Indonesia seperti berikut:

1) Jasa transfer 2) Jasa kliring 3) Jasa inkaso

4) Jasa jual beli valuta asing 5) Jasa bank card (kartu kredit) 6) Jasa bank draft

7) Jasa safe deposit box

8) Jasa pembukaan dan pembayaran 9) Jasa bank garansi

29Kasmir, Op.Cit., hlm. 38.

(46)

10) Jasa bank notes

11) Jasa jual beli travellers cheque 12) jasa bank umum lainnya

(47)

BAB III

LAYANAN INTERNET BANKING DALAM PERBANKAN

A. Pengertian Internet Banking

Menurut Budi Agus Riswandiinternet banking merupakan suatu bentuk pemanfaatan media internet oleh bank untuk mempromosikan dan sekaligus melakukan transaksi secara online, baik dari produk yang sifatnya konvensional maupun yang baru30

Menurut wiji nurastuti bahwa internet banking merupakan salah satu jasa layanan bank melalui jaringan internet yang memungkinkan nasabah untuk mendapatkan jasa dan layanan perbankan seperti memperoleh informasi dan melakukan transaksi perbankan.

.

31

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/18/DPNP tanggal 20 April Tahun 2004 Pasal 1internet banking adalah salah satu jasa bank yang memungkinkan nasabah untuk memperoleh informasi, melakukan komunikasi dan melakukan transaksi perbankan melalui jaringan internet dan bukan merupakan bank yang hanya menyelenggarakan layanan perbankan melalui internet, sehingga pendirian dan kegiatan internet only bank tidak diperkenankan.32

30 Budi Agus Riswandi, Op.cit., hlm. 21.

31Wiji Nurastuti, Teknologi Perbankan, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2011, hlm. 113.

32 Pasal 1 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/18/DPNP tanggal 20 April 2004

B. Tujuan dan Manfaat Internet Banking Bagi Bank Dan Nasabah

Media internet dapat digunakan oleh bank untuk beberapa tujuan dan manfaat bagi pihak bank dan pihak nasabah yaitu:

(48)

a. Bagi pihak bank33

Adapun tujuan internet banking bagi pihak bank yaitu:

1. Menjelaskan produk dan jasa seperti pemberian pinjaman dan kartu kredit.

2. Menyediakan informasi mengenai suku bunga dan kurs mata uang asing yang terbaru.

3. Menunjukkan laporan tahunan perusahaan dan keterangan pers lainnya.

4. Menyediakan informasi ekonomi dan bisnis seperti perkiraan bisnisMemberikan daftar lokasi kantor bank tersebut dan lokasi ATM.

5. Memberikan daftar pekerjaan yang membutuhkan tenaga kerja baru.

6. Memberikan gambaran mengenai bank.

7. Menyediakan informasi mengenai sejarah bank dan peristiwa baru.

8. Memberikan pelayanan kepada nasabah untuk memeriksa neraca tabungan dan memindahkan dana antar tabungan.

9. Menyediakan algorithma yang sederhana sehingga para nasabah dapat membuat perhitungan untuk pembayaran pinjaman, perubahan atau pengurangan pembayaran hipotik, dan lain sebagainya.

10. Menyediakan sambungan menuju situs lain di internet yang masih berhubungan dengan internet banking.

Sedangkan manfaat internet banking bagi pihak bank antara lain:34

1. Internet banking memberikan solusi pengehematan biaya operasional (cost effective) dalam penggunaannya dibandingkan dengan saluran lainnya.

Dikarenakan internet banking mampu mengurangi biaya transaksi ke titik terendah yaitu dapat menghemat 79% biaya dibandingkan dengan biaya transaksi perbankan lainnya.

2. Bank dapat berhubungan langsung dengan nasabah melalui internet sehingga menghemat kertas dan biaya telepon. internet banking menghemat biaya percetakan, karena internet banking mengurangi percetakan formulir yang harus diisi nasabah untuk bertransaksi. Selain itu juga mengurangi brosur maupun catalog serta menggantinya dengan elektronik. Selanjutnya internet banking dapat mengurangi penggunaan tinta dan kertas, yang secara jangka panjang diharapkan bisa menjaga agar bumi tetap hijau.

3. Tidak perlu menyiapkan tempat atau ruang dan staf operasional yang banyak. Menurut rosalind dan Dave taylor, intenet banking mereduksi jumlah pegawai dan jumlah telepon. Internet banking secara revolusioner bisa menjadi cabang-cabang ATM baru yang bisa hadir di rumah.

4. Internet banking sebagai lahan baru untuk menciptakan sumber pendapatan spesifik (revune generation) yang tidak dapat diperoleh melalui saluran distribusi lain.

33Anonim., PengertianInternet Banking, Tujuan dan Manfaat SIstem Keamanan untuk Nasabah Menurut Para Ahli, dikutip dari http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian- internet-banking-tujuan-dan.html dikses tanggal 3 Januari 2017

34Ibid

(49)

5. Denganinternet banking, bank dapat melebarkan jangkauan (global reach) sehingga nasabah dapat menghubungi bank dari manapun diseluruh dunia dengan waktu yang tidak terbatas (unlimited time).

6. Meningkatkan dana dengan pengendapan yang lebih lama karena lalu lintas dana peroindahannya secara intern.

7. Dapat menarik nasabah baru dan membentuk nasabah potensial menjadi nasabah yang fanatik akan internet banking serta menciptakan image sebagai global banking.

8. Cepat mengetahui kebutuhan maupun keluhan nasabah sehingga bank dapat lebih cepat memperbaiki produk maupun layanannya untuk disesuaikan dengan kebutuhan nasabah.

b. Bagi nasabah adapun tujuan internet banking yaitu:35

1. Mempermudah nasabah dalam bertransaksi perbankan, karena dengan intenet banking akses perbankan dapat dilakukan di komputer pribadi tanpa harus datang ke kantor cabang.

2. Mempercepat kegiatan transaksi perbankan, hanya dengan komputer pribadi, nasabah dapat mengakses transaksi apapun dengan komputer.

Tanpa membuang-buang waktu untuk datang dan mengisi formulir di kantor cabang.

3. Menghemat biaya seperti menghemat ongkos jalan ke kantor cabang.

Manfaat internet banking bagi pihak nasabah adalah:

1. Nasabah dapat menjaga hubungan dan melakukan transaksi langsung dengan beberapa bank dan perusahaan pelayanan finansial hanya dengan menggunakan jaringan yang sama.

2. Nasabah dan bank menjadi lebih mandiri dan tidak lagi bergantung pada satu distributor saja.

3. Dengan adanya internet banking maka akan menarik perusahaan perangkat lunak untuk saling bersaing yang kemudian akan menghasilkan harga maupun kualitas yang lebih baik dan dapat menawarkan produk dan jasa yang lebih beragam baik untuk nasabah dan bank.

4. Nasabah dapat berhubungan dengan semua institusi finansial mereka tanpa harus memiliki perangkat lunak, penyedia jaringan penghubung yang berbeda.

5. Pengurangan biaya transaksi, karena bank berusaha untuk menyediakan harga yang lebih rendah untuk dapat bersaing dengan bank lain.

C. Tipe-tipe Layanan Internet Banking.

Sebagai dampak yang lebih khusus dari perkembangan ilmu dan pengetahuan dan teknologi, industri perbankan juga mengalami dampaknya. Hal ini sangat dirasakan jika mencermati produk-produk layanan perbankan yang

35Ibid

(50)

memanfaatkan sarana teknologi elektronik, seperti melalui sarana telepon, personal komputer, dan media elektronik lainnya,

Sejalan dengan keberadaan jasa layanan perbankan dengan media elektronik, disini bisa disampaikan tipe tipe layanan jasa perbankan melalui media web, yaitu sebagai berikut:36

1. Informational web

Tipe jasa layanan perbankan ini merupakan tingkat dasar. Dalam tipe ini, layanan jasa perbankan sudah melalui web, tetapi hanya menampilkan informasi saja. Risiko dari model jasa layanan perbankan seperti ini relatif lebih rendah. Server dan bank itu sendiri merupakan jaringan internal. Pada tingkatan ini, layanan internet banking dapat ditetapkan melalui bank atau pihak ketiga. Meskipun risiko relatif rendah, server dan website mungkin sudah diserang untuk diubah (vulnerable to alteration). Oleh karena itu, pengawasan dari orang yang tidak berwenang terhadap server bank harus terus di monitor.

2. Transactional web.

Pada tingkatan ini electronic banking ini, nasabah dibolehkan mengeksekusi transaksi dengan risiko yang cukup tinggi dibanding dengan informational web membolehkan nasabah untuk melakukan pemberian barang dan jasa seta transaksi perbankan secara online. Transaksi nasabah dapat membuka dan mengakses rekening, membeli produk dan jasa, mengajukan pinjaman, pembayaran dan transfer dana. Karena hubungan secara tipikal eksis antara user diluar dan bank atau jasa penyedia layanan sistem komputer internal

36Budi Agus Riswandi, Op.Cit., hlm. 35.

(51)

(servi’s provider internal computer systems), bentuk layanan internet banking seperti ini mengantarkan risiko yang sangat besar bagi informasi nasabah kemudian dibutuhkan kontrol internal yang sangat kuat.

3. Wireless

Teknologi ini mengizinkan bank untuk menawarkan kepada nasabah tradisional mengenai produk dan jasa baru dengan cara pengembangan channel yang lain. Bank menyediakan produk dan jasa nasabah melalui wirreles divice, seperti telepon seluler, pager dan personal digital assistants yang mempunyai akses wirelles pada bank. Produk dan jasa yang ditawarkan mulai dari informasi, transaksi dan membawa buyer dan seller untuk membawa produk dan jasa bersama-sama. Karena produk dan jasa yang ditawarkan bersifat sensitif dan informasi rahasia, keamanan dan pengawasan merupakan hal yang essensial bagi bank yang menyediakan produk dan jasa melalui wireless.

4. PC Banking

Tipe electronic banking seperti ini membolehkan beberapa interaksi antara sistem bank dan nasabah, PC banking ini menyediakan pengembangan channel secara tertutup melalui telepon kadang-kadang sering disebut home banking. Transaksi dibatasi untuk komunikasi emai, transfer uang, meninjau dan menyeimbangkan rekening, dan pembayaran tanpa cek. Karena server ini menerobos dalam jaringan internal bank, risikonya uang sangat tinggi dalam transaksi. Kelayakan mengontrol harus ditempatkan untuk mencegah dan memonitor perubahan manajemen pada akses yang

Referensi

Dokumen terkait

Bank Mandiri Tbk Cabang Medan Katamso yang telah menggunakan banking network sebesar 45 orang nasabah, metode pengambilan sampling yang dipergunakan didalam penelitian ini

Berdasarkan ketentuan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada saat nasabah melakukan transaksi elektronik melalui internet banking pada Bank BRI Cabang Cilacap segala sesuatu

Upaya perlindungan data pribadi nasabah yang di berikan oleh pihak bank BRI cabang klungkung terhadap penyalahgunaan data pribadi yaitu terlebih dahulu dengan

Judul : Pengaruh Manfaat, Kemudahan Dan Keamanan Terhadap Minat Nasabah Menggunakan Internet Banking Pada Bank Bri Di Surabaya.. Disetujui dan diterima

Skripsi dengan judul “Pengaruh Layanan Elektronik Banking (E-Banking) Terhadap Kepuasan Nasabah di BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Tulungagung ” ini ditulis oleh Mei

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan internet banking dan kepuasan nasabah secara dapat mempengaruhi loyalitas nasabah sebesar 57,4%

“IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INTERNET BANKING PADA BANK SYARIAH (STUDI KASUS DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN) PEKALONGAN” adalah benar-benar karya penulis sendiri,

Dengan Mobile BRI Syariah maka banyak nasabah yang merasa sangat dimudahkan tanpa harus mengantri di bank, nasabah tetap dapat bertransaksi dimanapun