• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK

3.4 Kegiatan-Kegiatan di Apotek

Kegiatan di apotek Rini dikelompokkan menjadi dua, yaitu kegiatan dibidang teknis kefarmasian dan non teknis kefarmasian.

3.4.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian

Kegiatan pengadaan/pembelian perbekalan farmasi, penyimpanan barang, pembuatan obat racikan,penjualan, dan pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan teknis kefarmasian.

3.4.1.1 Pengadaan/Pembelian Perbekalan Farmasi

Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan oleh petugas dari bagian pembelian (Asisten Apoteker) dengan menggunakan surat pesanan yang telah ditandatangani oleh APA. Pengadaan perbekalan farmasi ini dilaksanakan melalui pembelian secara tunai maupun kredit.

Dari hasil print out pengeluaran barang-barang dalam satu hari, petugas bagian pembelian melakukan pencatatan barang-barang yang akan dibeli, yaitu barang-barang yang jumlahnya sudah di bawah atau mendekati stok minimum serta barang-barang yang bersifat fast moving walaupun belum mencapai stok minimum. Stok minimum ditetapkan berdasarkan hasil penjualan pada bulan sebelumnya atau trend penjualan. Bagian pembelian ini mengelompokkan obat atau barang yang dipesan sesuai dengan nama distributor. Surat Pesanan (SP)

yang dibuat ditandatangani oleh APA dan SP ini akan diambil langsung oleh

salesman pada pagi hari. Untuk pemesanan cito disampaikan melalui telepon,

dimana SP menyusul ketika barang diantar. Pada hari yang sama di sore harinya, barang-barang yang dipesan diantarkan disertai dengan faktur sebagai tanda bukti penyerahan barang. Petugas bagian penerimaan barang memeriksa keadaan fisik barang, tanggal kadaluarsa, jenis dan jumlah barang sesuai dengan faktur. Petugas akan menandatangani dan memberikan stempel apotek pada faktur asli dan salinan faktur apabila barang yang diterima sesuai dengan pesanan. Faktur asli dikembalikan kepada distributor dan dua lembar salinannya diberikan masing-masing pada Asisten Apoteker yang bertugas di bagian gudang dan bagian input data. Contoh surat pesanan dan faktur dapat dilihat pada Lampiran 12 dan 13.

3.4.1.2 Penyimpanan dan Pengeluaran Barang

Barang-barang yang telah selesai didata oleh bagian gudang, kemudian akan disusun berdasarkan bentuk sediaan secara alfabetis dan dengan sistem FIFO (First In First Out). Obat bebas dan obat bebas terbatas disimpan langsung di ruang pelayanan, sedangkan untuk obat keras dan obat generik diletakkan di ruang peracikan.

3.4.1.3 Pembuatan Sediaan Standar (Anmaak)

Sediaan standar (anmaak) adalah obat yang dibuat sendiri oleh apotek berdasarkan resep standar dari buku resmi untuk dijual bebas ataupun berdasarkan resep dokter. Acuan yang dipakai untuk formula standar ini adalah Farmakope Belanda. Beberapa obat racikan yang dibuat di apotek Rini, antara lain OBH,

Boor Zalf, AAV Zaff I, Liquor Faberi, rivanol 1%, alkohol 70%, gargarisma khan, Lotio Calamine, bedak salisilat. Pembuatan sediaan anmaak ini berdasarkan nilai

stok minimum yang ada.

3.4.1.4 Penjualan

Kegiatan penjualan pada apotek Rini, antara lain melayani penjualan resep tunai, resep kredit, penjualan OTC, kosmetik, dan lainya.

a. Penjualan Resep Tunai

Penjualan obat berdasarkan resep dokter kepada pasien dengan pembayaran tunai, debit atau kartu kredit disebut penjualan resep tunai. Alur pemesanan tunai dapat dilihat pada Gambar 3.1.

b. Penjualan Resep Kredit

Penjualan yang dilakukan berdasarkan perjanjian kerja sama yang disepakati antara perusahaan/instansi (baik pemerintah maupun swasta) dengan apotek Rini disebut penjualan resep kredit. Pembayaran dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian sebelumnya, biasanya penagihan dilakukan pada akhir bulan.

Perusahaan/instansi dan rumah sakit yang bekerja sama dengan apotek Rini antara lain IAI, Tarakanita, Dino Indria, PT. Triyasa, RS. Mitra Kemayoran, RS. Mitra Kelapa Gading, dan RS. Rawamangun. Alur pengerjaan pelayanan resep kredit tidak berbeda dengan resep tunai, tetapi resep kredit memiliki penomoran tersendiri yang berbeda untuk tiap perusahaan/instansi. Alur penjualan resep kredit dapat dilihat pada Gambar 3.2.

c. Penjualan Over The Counter (OTC)

Kegiatan penjualan bebas meliputi penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, sediaan anmaak, obat tradisional, kosmetika, perlengkapan bayi, susu dan alat kesehatan. Alur pelayanan OTC dapat dilihat pada Gambar 3.3.

3.4.2 Kegiatan Teknis Non Kefarmasian

Di Apotek Rini kegiatan teknis non kefarmasian meliputi kegiatan administrasi pembelian, piutang, penjualan, administrasi pajak, personalia/umum dan laporan keuangan.

3.4.2.1 Administrasi Pembelian

Kegiatan administrasi pembelian disebut juga dengan administrasi utang dagang. Kegiatan ini meliputi :

a. Transaksi pembelian dimasukkan ke dalam komputer oleh Asisten Apoteker berdasaran faktur dan kemudian diprint.

b. Transaksi kemudian diposting, dimana jumlah barang akan tercatat ke dalam kartu stok dan jumlah uang akan tercatat pada transaksi hutang di komputer. c. Penukaran faktur dilakukan setiap hari rabu. Distributor menyerahkan faktur

asli penjualan selama satu minggu dan tanda terima faktur beserta total harga yang harus dibayar oleh apotek. Petugas yang bersangkutan akan membuat tanda terima faktur dan tanggal pengambilan giro. Giro ini akan diambil langsung oleh distributor pada waktu yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Selanjutnya petugas akan memisahkan faktur pajak dan mencocokkan faktur tersebut dengan data jumlah dan harga obat yang telah dimasukkan ke komputer. Contoh tanda terima faktur dapat dilihat pada Lampiran 14.

d. Kemudian dilakukan posting pembayaran hutang ke dalam komputer.

e. Laporan pembayaran dapat dibuat setiap bulan dan dilaporkan kepada pimpinan apotek.

3.4.2.2 Administrasi Piutang

Kegiatan administrasi piutang meliputi :

a. Petugas adminisrasi bertugas memasukkan semua transaksi piutang berdasarkan kuitansi penagihan ke dalam arsip daftar piutang.

b. Pencatatan jumlah tagihan dilakukan setiap bulan atau setiap minggu berdasarkan nama debitor dan kuitansinya.

c. Penagihan dilakukan dengan mendatangi langsung ke perusahaan/instansi yang berpiutang.

3.4.2.3 Administrasi Penjualan

Pemberian harga resep, OTC dan DOWA dilakukan melalui komputer bagian kasir di apotek Rini. Pada saat petugas memasukkan daftar barang yang dibeli dan telah dibayar maka secara otomatis stok barang akan berkurang sesuai dengan transaksi yang telah dilaksanakan. Ketika pergantian shift, masing-masing kasir menyerahkan laporan perincian penjualan yang telah diprint. Setiap hari pada pukul 24.00 WIB dilakukan posting transaksi penjualan, baik dari

penerimaan resep maupun penjualan bebas oleh kasir yang bertugas pada malam hari. Hasilnya akan digunakan sebagai dasar dalam pemesanan barang keesokan harinya.

3.4.2.4 Administrasi Pajak

Bagian pajak bertanggung jawab dalam menghitung serta mencatat jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh apotek.

3.4.2.5 Administrasi Personalia

Mencatat semua hal yang menyangkut urusan kepentingan pegawai, seperti gaji dan surat-surat lain yang berkaitan dengan kepegawaian yang sudah mendapatkan persetujuan Direktur .

3.4.2.6 Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang ada di Apotek Rini ditangani langsung oleh wakil pimpinan yang juga merupakan Apoteker pendamping dengan dibantu oleh bagian personalia.

3.5 Pengelolaan Narkotika

Pengelolaan narkotika di apotek Rini meliputi pengadaan, penyimpanan, penjualan dan pelaporan narkotika.

3.5.1 Pengadaan Narkotika

Kegiatan pembelian narkotik yang dilakukan di Apotek Rini telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pembelian narkotik dilakukan dengan memesan narkotika ke PBF Kimia Farma. Contoh Surat Pesanan Narkotika dapat dilihat pada Lampiran 15.

3.5.2 Penyimpanan Narkotika

Pesanan narkotika diterima oleh petugas penerima barang (Asisten Apoteker) dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, tanda tangan dan stempel apotek dimana pembayaran dilakukan secara tunai.

Obat-obatan golongan narkotika disimpan dalam lemari kayu yang dibagi dua, masing-masing dilengkapi dengan kunci dan menempel di dinding. Bagian pertama menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya dan bagian kedua menyimpan narkotika yang digunakan sehari-hari.

3.5.3 Penjualan Narkotika

Apotek Rini melayani resep asli yang mengandung narkotika atau salinan resep yang berasal dari apotek Rini dengan mencantumkan nama dan alamat pasien yang jelas.

3.5.4 Pelaporan Narkotika

Kegiatan pelaporan narkotik Apotek Rini dilakukan kepada instansi yang berwenang, yaitu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur dengan tembusan Kepala Balai Besar POM DKI Jakarta. Contoh pelaporan narkotika dapat dilihat pada Lampiran 16 dan 17.

3.6 Pengelolaan Psikotropika

Pengelolaan psikotropik di apotek Rini meliputi pengadaan, penyimpanan, penjualan dan pelaporan.

3.6.1 Pengadaan Psikotropika

Kegiatan pembelian psikotropik yang dilakukan di Apotek Rini telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Contoh Surat Pesanan Psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 18.

3.6.2 Penyimpanan Psikotropika

Kegiatan penyimpanan psikotropik di Apotek Rini, yaitu ditempatkan pada lemari khusus yang terpisah dari obat golongan lainnya.

3.6.3 Penjualan Narkotika

Apotek Rini melayani resep asli yang mengandung psikotropik dengan mencantumkan nama dan alamat pasien yang jelas.

3.6.4 Pelaporan Psikotropika

Kegiatan pelaporan psikotropik Apotek Rini dilakukan kepada instansi yang berwenang, yaitu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur dengan tembusan Kepala Balai Besar POM DKI Jakarta.

Apotek adalah suatu tempat pengabdian profesi apoteker yang nyata dan terlegitimasi. Seorang apoteker harus mampu menerapkan berbagai kompetensi dengan baik untuk dapat mewujudkan pelayanan kefarmasian di Apotek. Kompetensi ini tidak hanya berkaitan dengan ilmu kefarmasian, namun juga berkaitan dengan kemampuan untuk mengelola sumber daya manusia yang ada di Apotek serta kemampuan mengelola berbagai sarana lainnya.

Apotek Rini adalah Apotek yang telah berkiprah selama 44 tahun. Kemampuan Apotek Rini untuk terus mempertahankan eksistensinya tentu tidak terlepas dari perwujudan pelayanan kefarmasian dan pengelolaan yang baik. Apotek Rini memberikan pelayanan berupa penyediaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan serta pelayanan informasi obat. Penyediaan sediaan farmasi tidak hanya dilakukan di lokasi Apotek namun juga dapat diantarkan ke rumah pasien.

Apotik Rini terletak pada lokasi yang strategis, yaitu terletak di daerah ramai penduduk serta berada di dekat sarana kesehatan lainnya yaitu Rumah Sakit Persahabatan, Rumah Sakit Dharma Nugraha serta praktek Dokter yang bertempat di sebelah Apotik sehingga pasien yang mengunjungi rumah sakit atau praktek dokter dapat mendapatkan obat yang diresepkan di Apotek Rini. Daerah disekitar Apotek Rini juga merupakan daerah yang ramai dengan tempat-tempat makan dan pusat berbelanjaan, seperti Arion Mall, Tip-Top, Pizza Hut dan Dunkin Donat. Hal ini menyebabkan pasien atau keluarga pasien dapat melakukan kegiatan lain di tempat-tempat tersebut sekaligus menunggu penyiapan obat oleh Apotek. Selain itu, Apotek Rini berada di pinggir jalan dua arah yang dilalui oleh kendaraan umum dan tidak terlalu macet. Hal ini menyebabkan Apotek Rini mudah dijangkau oleh pasien baik yang menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.

Meskipun berlokasi di daerah dengan tingkat keramaian cukup tinggi, terdapat beberapa Apotek lain di daerah sekitar lokasi Apotek Rini, diantaranya Apotek Sana Farma, Apotik K-24, Apotek Kimia Farma dan Apotek Family. Keberadaan Apotek tersebut tidak menyebabkan kerugian terhadap Apotek Rini.

Karena Apotek Rini dan Apotek lainnya menjalin kerja sama dalam menjamin ketersediaan obat dengan memudahkan penjualan dan pembelian antar Apotek.

Apotek Rini memiliki kekhasan desain eksterior yang tetap dipertahankan selama bertahun-tahun. Hal ini memberikan ciri khas yang melekat bagi masyarakat. Papan nama Apotek terlihat menarik dengann hiasan berupa lampu berwarna-warni serta dapat terlihat jelas dari berbagi arah. Apotek Rini memiliki tempat parkir yang cukup luas serta dikoordinasikan oleh seorang petugas parkir sehingga pasien dapat merasa nyaman dan aman untuk meninggalkan kendaraannya di halaman Apotek Rini. Kaca transparan di bagian depan Apotek Rini memperlihatkan dengan jelas keramaian pengunjung serta pajangan obat-obatan sehingga memberikan kesan bahwa Apotek Rini dikunjungi oleh banyak orang dan memiliki persediaan obat yang lengkap.

Desain interior Apotek Rini juga sangat baik. Tata ruang Apotek ini terdiri atas bagian depan yang meliputi ruang tunggu, tempat pelayanan resep, tempat pelayanan OTC, tempat penyerahan resep; dan bagian belakang yang meliputi tempat peracikan obat, tempat pemberian etiket dan tempat pengecekan harga, ruang kerja Apoteker, ruang administrasi, gudang, mushalla, toilet dan dapur. Kelengkapan ruang ini memberikan efisiensi dan kenyamanan dalam bekerja bagi para pegawai serta memberikan kenyamanan bagi pengunjung dalam menunggu antrian. Selain itu, Apotek Rini juga memiliki fasilitas telivisi untuk kenyamanan pengunjung selama menunggu penyiapan obat dari resep serta ATM yang memudahkan pengunjung untuk melakukan penarikan tunai ketika dibutuhkan. Ruang tunggu selalu dijaga kebersihannya serta dilengkapi dengan AC sehingga menambah kenyamanan.

Satu diantara keunggulan yang ditawarkan oleh Apotek Rini adalah jumlah penolakan resep yang sedikit. Apotek Rini selalu mengusahakan untuk dapat melayani pasien yang datang dengan baik, yaitu dengan lengkapnya ketersediaan obat, kecepatan dan ketelitian penyiapan obat, waktu pelayanan 24 jam serta ramah terhadap pasien. Kecepatan dan ketelitian dalam penyiapan obat diwujudkan dengan memberlakukan sistem pengerjaan estafet, yaitu setiap tahap dilakukan oleh orang yang berbeda untuk mengurangi risiko kesalahan pembacaan resep, penyiapan obat ataupun penulisan etiket. Resep yang datang langsung dari

pasien maupun melalui fax akan didokumentasikan dalam komputer yang terhubung dengan komputer lainnya secara online dalam Apotek. Kemudian resep ini akan dimasukkan ke ruang peracikan melalui loket. Selanjutnya, dilakukan pengambilan obat sesuai resep oleh karyawan yang berbeda. Kemudian, oleh karyawan lain, obat-obat tersebut dimasukkan ke dalam wadah yang tepat serta diberi etiket serta dilengkapi dengan copy resep dan kwitansi jika diperlukan. Terakhir, obat, etiket, copy resep dan kuitansi yang telah disiapkan tersebut diperiksa kesesuaiannya dengan resep dan diberikan kepada pasien oleh karyawan yang juga berbeda. Pengerjaan yang dilakukan oleh orang yang berbeda ini selain bermanfaat pada ketelitian pengerjaan resep, dapat bermanfaat pula untuk meningkatkan semangat kerja sama dan saling mengoreksi antar personel serta membangun rasa tanggung jawab pada setiap karyawan.

Pelaksanaan setiap kegiatan tersebut dicatat dan dibuktikan melalui sistem pencatatan HTKP (Harga, Timbang, Kemas, Penyerahan). Setiap orang yang melakukan pemberian harga, penyiapan obat, pemberian etiket dan pengemasan serta peenyerahan akan menuliskan namanya pada kertas HTKP yang disimpan beserta dengan resep. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penelusuran jika diperlukan informasi atau terjadi kesalahan pada pemberian harga, penyiapan obat atau pemberian etiket.

Terdapat 2 tempat peracikan obat, yaitu peracikan sediaan solid (puyer dan kapsul) serta peracikan sediaan semi solid dan cair (salep, krim, suspensi, sirup). Wadah pada pembuatan puyer adalah kertas pembungkus resmi Apotek Rini yang kemudian disegel dengan bantuan mesin sealing, kecuali puyer dengan massa kecil, Puyer dengan massa kecil dibuat secara manual dengan perkamen biasa. Kemudian, hasil racikan akan dilengkapi dengan etiket yang mencakup Nomor Resep, Tanggal, Nama Pasien dan Aturan Pemakaian.

Resep yang diterima setiap harinya dikumpulkan dan dikelompokkan menjadi resep pagi, sore, malam serta resep narkotik dan psikotropik. Resep ini kemudian disusun berdasarkan urutan nomor resep setiap harinya untuk mempermudah penelusuran resep. Resep selama 1 tahun terakhir disimpan di kotak penyimpanan resep, sementara resep 2 tahun sebelumnya disimpan di gudang. Resep-resep tersebut disimpan bersamaan dengan nomor telepon pasien

sehingga penelusuran informasi pasien dapat dilakukan ketika diperlukan. Resep-resep ini disimpan selama 3 tahun dan kemudian dimusnahkan dengan berita acara dan saksi dari Badan POM.

Pembelian sediaan farmasi dilakukan setiap hari kepada distributor terpilih berdasarkan daftar penjualan barang yang dicetak dari data yang tersimpan di computer setiap pukul 00.00 setiap harinya. Di dalam daftar ini, dapat diketahui sisa setiap obat yang masih tersedia serta jumlah stok minimum untuk masing-masing obat yang ditentukan berdasarkan tren penjualan. Pemesanan dilakukan di pagi hari dan diterima pada sore hari. Selain berdasarkan jumlah stok minimum, pemesanan barang juga mempertimbangkan hal-hal lainnya, seperti kondisi cuaca. Pada kondisi cuaca/musim hujan dimana diperkirakan distributor akan datang terlambat, maka pemesanan dilakukan di awal meski belum mencapai jumlah stok minimum. Obat yang perputarannya cepat (fast moving) memiliki stok minimum yang lebih besar serta dipesan setiap minggu untuk menghindari kekosongan obat karena tingginya nilai penjualan. Sementara obat-obat yang perputarannya lambat (slow moving) ditetapkan memiliki nilai stok minimum yang kecil bahkan tidak memiliki nilai stok minimum sehingga baru dibeli ketika telah habis. Hal ini dilakukan untuk menghindari waktu penyimpanan obat yang terlalu lama di Apotek. Pembelian ini dilakukan oleh bagian pembelian berdasarkan perencanaan pembelian yang ditentukan oleh Apoteker.

Distributor obat dipilih berdasarkan kualitas barang yang dikirim, ketepatan waktu pengiriman dan diskon yang ditawarkan. Kesepakatan mengenai pengembalian barang dengan syarat dan ketentuan tertentu dapat dibuat antara Apotek dengan distributor. Syarat dan ketentuan tersebut mencakup jangka waktu sebelum kadaluarsa dan/atau jumlah serta kondisi fisik barang yang akan dikembalikan. Pengembalian barang (retur) kepada distributor dapat berupa penggantian barang, uang atau pemotongan tagihan sesuai dengan kesepakatan yang dibuat. Penerimaan obat dari distributor belum dilakukan di tempat khusus, namun masih dilakukan di tempat penyerahan obat untuk pasien. Dalam hal ini, Apotek Rini mensiasati kendala ini dengan menyediakan tempat yang cukup luas untuk penyerahan resep.

Obat yang datang dari distributor kemudian diamati kondisinya serta diperiksa kadaluarsanya. Jika obat tersebut merupakan obat slow moving maka batas kadaluarsa yang terlalu dekat harus dihindari. Faktur yang diserahkan oleh distributor minimal berjumlah 2. Satu diantara faktur harus diletakkan bersama barang untuk tujuan pengecekan dan faktur lainnya diletakkan di tempat penyimpanan faktur untuk kemudian dimasukkan datanya di computer. Penyimpanan faktur ini bertujuan untuk mencegah pembelian ulang yang belum diperlukan dikeesokan harinya.

Penyimpanan sediaan farmasi dilakukan baik di ruang depan, ruang peracikan maupun di gudang. Penataan obat di ruang peracikan dikelompokkan baik berdasarkan harga maupun bentuk sediaan, diantaranya kelompok obat generik, obat patent tablet, obat mahal tablet, obat salep, obat tetes mata/hidung/telinga, obat sirup/suspensi dan obat injeksi. Selain itu, terdapat juga narkotika yang disimpan pada lemari dua pintu yang menempel pada dinding dan kunci pada masing-masing pintu. Psikotropika disimpan secara terpisah dari obat lainnya dan dibedakan menjadi obat generik dan obat patent. Hal ini dilakukan untuk memberikan pengawasan terhadap obat-obatan tersebut. Obat-obatan pada setiap kelompok disusun berurutan sesuai dengan abjad sehingga memudahkan pencarian.

Gudang menyimpan obat-obatan yang diterima dari distributor setelah diperiksa kondisi fisik, batas kadaluarsa dan kesesuaiannya dengan faktur. Untuk efisiensi penggunaan ruangan. Obat bebas dan generik tidak disimpan di ruang ini, melainkan di lemari tertentu di ruang peracikan. Penataan obat di gudang juga dilakukan dengan metode yang sama, yaitu berurutan sesuai dengan abjad dan dikelompokkan berdasarkan harga dan betuk sediaannya.

Aliran obat keluar dari gudang mengikuti pola FIFO (First In First Out). Obat yang baru masuk diletakkan dari bawah dan obat diambil dari atas sehingga obat yang lebih dahulu masuk akan lebih dahulu keluar.. Meski aliran keluar barang dari gudang tidak mengikuti pola FEFO (First Expired First Out), kejadian obat kadaluarsa di Apotek ini sangat jarang terjadi. Hal ini disebabkan pemeriksaan yang teliti saat penerimaan barang disertai perputaran obat yang cukup cepat di Apotek. Selain itu, pada penyiapan obat yang akan diberikan pada

pasien, batas kadaluarsa ini juga tetap diperhatikan terutama untuk obat-obat injeksi, infus, obat tetes mata, hidung dan telinga.

Pemesanan narkotika dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan khusus, yaitu Surat Pesanan Narkotika yang telah ditanda tangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, jabatan, alamat rumah, nama Apotek serta stempel Apotek. Surat Pesanan terdiri dari empat rangkap. Satu Surat Pesanan hanya berlaku untuk 1 jenis narkotika. Narkotika hanya dapat dipesan pada PBF Kimia Farma dengan pembayaran tunai. Faktur pembelian narkotika dan psikotropika dipisahkan dari faktur lainnya. Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. Laporan ini ditanda tangani oleh APA.

Sistem jaringan komputer yang digunakan oleh Apotek Rini dalam pencatatan penjualan obat sangat mendukung efisiensi penyiapan obat oleh personel Apotek karena setiap personel dapat memeriksa daftar obat pada setiap transaksi melalui komputer yang terletak pada setiap ruangan. Kesalahan pembacaan resep yang ditemukan oleh personel lainnya dapat segera dikomunikasikan. Selain itu, sistem jaringan komputer ini sangat berperan pada pemeriksaan stok barang untuk keperluan penjualan dan pembelian. Bagian penerimaan resep dapat dengan mudah memeriksa ketersediaan obat yang tertulis pada resep yang diberikan melalui jaringan komputer. Begitu juga bagian penjualan dapat memeriksa sisa obat setiap harinya untuk keperluan pemesanan pada distributor.

Apotek Rini memiliki 74 karyawan yang jadwal kerjanya dibagi menjadi pagi, sore dan malam. Karyawan ini diantaranya merupakan asisten apoteker, juru resep dan petugas administrasi. Terdapat beberapa asisten kepala yang masing-masing bertanggung jawab terhadap sejumlah karyawan.

Karyawan yang bekerja di Apotek Rini merupakan karyawan yang telah berpengalaman dan sangat terlattih dengan baik dalam melakukan kegiatan pelayanan kefarmasian di Apotek. Pihak manajemen Apotek senantiasa mengawasi dan menjaga efektifitas kinerja setiap karyawan untuk dapat memenuhi kebutuhan pasien akan kecepatan dan ketelitian penyiapan obat dengan tetap menjaga nilai-nilai kekeluargaan.

Pergeseran paradigma pelayanan kefarmasian dari drug oriented ke patient

Dokumen terkait