• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KINERJA KEGIATAN TAHUN 2014

3.3. Kegiatan

Kegiatan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan disinergikan dengan tugas pokok dan fungsi pada masing-masing Eselon II dibawahnya (Direktorat Perbibitan Ternak, Direktorat Budidaya Ternak, Direktorat Pakan Ternak, Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pascapanen dan Sekretariat). Dalam rangka mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan pada program Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan yang dijabarkan dalam enam kegiatan dalam menunjang tupoksinya yaitu : a. Peningkatan kuantitas dan kualitas benih dan bibit dengan mengoptimalkan

sumber daya lokal;

Kegiatan ini dilaksanakan Direktorat Perbibitan Ternak bersama satker provinsi, kab/kota dan UPT yang meliputi: 1) Peningkatan Produksi Perbenihan; 2) Peningkatan Produksi Perbibitan; 3) Produksi dan Distribusi Embrio Ternak; 4) Penguatan Sapi/Kerbau Betina Bunting; 5) Pengembangan Kelompok Pembibitan Ternak; 6) Penetapan Wilayah Sumber Bibit; 7) Penerapan Teknologi Perbibitan; 8) Penguatan Pembibitan Ternak di Pulau dan Kabupaten/Kota Terpilih; 9) Regulasi Perbibitan. Capaian Fisik dan Keuangan Direktorat Perbibitan Ternak Tahun 2014 tersaji pada lampiran 1.

Laporan Tahunan 2014

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 14

b. Peningkatan produksi pakan ternak dengan pendayagunaan sumber daya lokal;

Kegiatan ini dilaksanakan Direktorat Pakan Ternak bersama satker provinsi, kab/kota dan UPT yang meliputi : 1) Pengembangan Integrasi Ternak Ruminansia; 2) Pengembangan HPT di Lahan Kehutanan; 3) Pengambangan Padang Penggembalaan; 4) Penguatan Sumber Benih/Bibit HPT di UPT Pusat, UPTD dan Kelompok; 5) Penanaman dan Pengembangan Tanaman Pakan Ternak Berkualitas; 6) Pengembangan Pakan Konsentrat Sapi Potong melalui UPP, LP, UBP, dan Revitalisasi UPP/LP; 7) Bantuan Penguatan Pakan Sapi Perah; 8) Pengawasan Mutu Pakan; 9) Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK); 10) Pedoman Pelaksanaan Kegiatan. Capaian Fisik dan Keuangan Direktorat Pakan Ternak Tahun 2014 tersaji pada lampiran 2.

c. Peningkatan produksi ternak dengan pendayagunaan sumber daya lokal; Kegiatan ini dilaksanakan Direktorat Budidaya Ternak bersama satker provinsi, kab/kota dan UPT yang meliputi : 1) Pengembangan Budidaya Ternak Potong (pengembangan ternak sapi potong, kerbau dan kambing domba); 2) Optimalisasi IB dan InKA (peningkatan kapsitas petugas IB, pengadaan pejantan, sinkronisasi IB, penguatan kelembagaan IB); 3) Pengembangan Budidaya Ternak Perah; 4) Pengembangan Budidaya Ternak Unggas dan Aneka Ternak, Monogastrik; 5) Pengembangan Usaha dan Kelembagaan; 6) Sertifikasi ISO 9001 : 2008 Direktorat Budidaya Ternak. Capaian Fisik dan Keuangan Direktorat Budidaya Ternak Tahun 2014 tersaji pada lampiran 3.

d. Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis;

Kegiatan ini dilaksanakan Direktorat Kesehatan Hewan bersama satker provinsi, kab/kota dan UPT yang meliputi : 1) Kesiagaan Wabah PHM; 2) Penanggulangan Gangguan Reproduksi dan Penyakit Parasiter; 3) Penguatan Kelembagaan dan Sumber Daya Kesehatan Hewan; 4) Pengawasan Obat HEwan (ekspor obat hewan, perijinan, pendaftaran, pengawasan peredaran); 5) Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (SIKHNAS); 6) Perlindungan hewan terhadap penyakit eksotik. Capaian Fisik dan Keuangan Direktorat Kesehatan Hewan Tahun 2014 tersaji pada lampiran 4.

e. Penjaminan pangan asal hewan yang aman dan halal serta pemenuhan persyaratan produk hewan non pangan;

Kegiatan ini dilaksanakan Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pascapanen bersama satker provinsi, kab/kota dan UPT yang meliputi : 1) Peningkatan Penerapan Kesejahteraan Hewan (model tempat pemotongan hewan kurban); 2) Peningkatan Pengendalian Penyakit Zoonosis; 3) Penguatan Laboratorium Kesmavet (fasilitasi peralatan dan akreditasi); 4) Peningkatan Pelayanan Teknis Keamanan Produk Hewan (BPMSPH, BBVet,

Laporan Tahunan 2014

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 15

BVet, UPTD); 5) Fasilitasi RPH-R; 6) Fasilitasi Sarana Sistim Rantai Dingin (Cold Chain) di RPH; 7) Fasilitasi Kios Daging; 8) Fasilitasi Alat Transportasi daging Berpendingin; 9) Pengawasan Peredaran PAH; 10) Pembinaan SDM Kesmavet dan Pascapenen (NKV, Juleha, PPC, Butcher); 11) NSPK; 12) Pemutakhiran data pemotongan Hewan di RPH-R melalui sms gateway. Capaian Fisik dan Keuangan Direktorat Kesehatan Masyarakat Veternier dan Pascapanen Tahun 2014 tersaji pada lampiran 5.

f. Peningkatan koordinasi dan dukungan manajemen di bidang peternakan. Kegiatan ini dilaksanakan Sekretariat Ditjen PKH bersama satker provinsi, kab/kota dan UPT yang meliputi : 1) Penyusunan Renstra 2015-2019; 2) Penyusunan RKT Tahun 2015; 3) Penyusunan Renja Tahun 2015; 4) Penyusunan RKAKL Tahun 2015; 5) Pelaksanaan Revisi Tahun 2014; 6) Pelaksanaan Kegiatan Kehumasan Tahun 2014; 7) Penyusunan dan Penelaahan Usulan Dokumen Makalah Kerjasama/Bantuan Luar Negeri; 8) Koordinasi Kehumasan dengan Instansi Terkait; 9) Pengembangan Hubungan Kerjasama Bilateral, Regional, dan Multilateral Bidang PKH; 10) Reformasi Birokrasi; 11) Penataan dan Penguatan Organisasi (Penyusunan Rincian Tugas Pekerjaan Eselon IV UPT); 12) Penataan Tata Laksana (Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan); 13) Penataan Peraturan Perundang-undangan; 14) Penataan Peraturan Perundang-undangan; 15) Penataan Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia Aparatur; 16) Pola pikir dan Budaya Kerja (manajemen perubahan); 17) Pengembangan Perpustakaan Ditjen PKH; 18) Pengembangan Perpustakaan Ditjen PKH; 19) Prestasi Ditjen PKH Tahun 2014 Lainnya; 20) Prestasi Ditjen PKH Tahun 2014 Lainnya; 21) Prestasi Ditjen PKH Tahun 2014 Lainnya; 22) Penyusunan Berita Acara Serah Terima BMN untuk aset-aset yang berasal dari belanja MAK 526112,526113,526115 dan 526211; 23) Penghapusan; 24) Pembayaran Tunjangan Kinerja; 25) Laporan PNBP Lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan TA. 2014; 26) Laporan KN; 27) Monev Pembangunan Peternakan dan Keswan; 28) Pengembagnan Website; 29) Evaluasi Hasil Hasil Pengawasan; 30) SPI. Capaian Fisik dan Keuangan Sekretariat Ditjen PKH Tahun 2014 tersaji pada lampiran 6.

Laporan Tahunan 2014

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 16

3.3.1. Aspek Perbibitan Ternak

3.3.1.1. Peningkatan Produksi Perbenihan

Produksi dan distribusi semen beku dilakukan oleh 2 balai produsen semen beku yaitu BBIB Singosari dan BIB Lembang.

3.3.1.1.1. Produksi Semen Beku

Target produksi semen beku tahun 2014 sebanyak 4.857.900 dosis dan realisasi 5.124.516 dosis (105,49 %). Realisasi kegiatan relatif melebihi target, hal ini terjadi disebabkan produksi semen beku relatif lebih tinggi karena tersedianya sumberdaya, dana dan permintaan masyarakat melalui penjualan langsung, dan BLU.

Permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan adalah produksi semen beku dari rumpun sapi pejantan eksotik relatif lebih tinggi (67%) dibandingkan semen beku sapi pejantan lokal (33%). Disamping itu masih tersedia stock semen beku sapi pejantan eksotik yang merupakan akumulasi produksi tahun-tahun sebelumnya. Produksi semen beku dari rumpun sapi pejantan eksotik yang jauh lebih tinggi dari pejantan lokal perlu mendapat perhatian karena dapat menguras ketersediaan rumpun sapi lokal melalui perkawinan silang yang tidak terarah dan terencana. Untuk itu dalam rangka mengantisipasi kelestarian rumpun sapi lokal diperlukan penambahan pejantan lokal secara berkelanjutan dan meningkatkan jumlah ekspor semen beku sapi eksotik keluar negeri. Produksi semen beku pada BBIB Singosari dan BIB Lembang dalam kurun waktu tahun 2010-2014 mencapai 25.892.132 dosis (Lampiran 7).

3.3.1.1.2. Distribusi Semen Beku

Tahun 2014 target distribusi semen beku sebesar 3.350.000 dosis dan realisasi 3.943.056 dosis (117,70 %).Realisasi kegiatan melebihi target disebabkan beberapa faktor, antara lain :

a. Tingginya permintaan peternak terhadap semen beku sapi karena meningkatnya pelayanan IB oleh inseminator.

b. Peningkatan jumlah akseptor di daerah introduksi. c. Adanya kegiatan sinkronisai berahi di UPT perbibitan.

Tahun 2013 BIB Lembang telah mengekspor semen beku sapi FH sebanyak 2.000 dosis ke Negara Malaysia. Di tahun yang sama BBIB Singosari telah mengekspor semen beku sapi FH, simental, limousin, angus dan PO dalam bentuk hibah sebanyak 4.000 dosis ke Negara Myanmar, Kamboja, Afganistan, Kirgystan, dan Kazakhstan. Distribusi semen beku pada BBIB Singosari dan BIB Lembang dari tahun 2010-2014 mencapai 18.842.381 dosis (Lampiran 8).

3.3.1.2. Peningkatan Produksi Perbibitan

Kegiatan peningkatan produksi bibit ternak dilaksanakan di 7 UPT, yaitu BHPT Baturraden, BHPT Indrapuri, BHPT Padang Mangatas, HPT Sembawa, HPT Denpasar, HPT Siborongborong, dan BPTU-HPT Pelaihari.

Laporan Tahunan 2014

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 17

B/BPTU-HPT sebagai penghasil bibit ternak dan hijauan pakan ternak,dalam memproduksi bibit dilakukan proses pencatatan, seleksi dan pengaturan perkawinan untuk menghasilkan bibit yang berkualitas mengacu pada program pemuliaan. Populasi dan produksi bibit ternak pada UPT Perbibitan tahun 2014 seperti pada tabel 6 dibawah.

Tabel 6. Populasi dan produksi bibit ternak pada UPT Perbibitan Tahun 2014 No

UPT Komoditas Produksi (ekor) Populasi dan %

Target Realisasi

1 BPTU HPT Indrapuri Sapi Aceh 596 630 105,70

2 BPTU HPT

Siborong-borong Kerbau Babi 245 396 225 416 105,05 91,84

3 Padang Mengatas Sapi Potong 610 993 162,79

4 BPTU HPT Sembawa Sapi Brahman 628 798 128,09

Ayam 150.000 168.931 112,62

5 BBPTU HPT

Baturraden Sapi Perah Kambing 1.200

Perah 83 83 100,00

6 BPTU HPT Pelaihari Sapi Madura 20 - -

Kambing 375 409 109,07

Itik*) 177.400 235.733 132,99

7 BPTU HPT Denpasar Sapi Bali 750 797 106,27

8 BET Cipelang Sapi 70 70 100,00

332.368 410.374 123,47

*) Angka Produksi Ternak

Realisasi populasi dan produksi bibit ternak di UPT perbibitan tahun 2014 sebesar 410.374 ekor (123,47%) dari target 332.368 ekor. Capaian relatif lebih tinggi disebabkan adanya peningkatan produksi dan penambahan populasi ternak.

3.3.1.3. Produksi dan Distribusi Embrio Ternak

Produksi dan distribusi embrio dilakukan oleh Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang.Target produksi embrio tahun 2014 sebanyak 700 embrio, realisasi 716 embrio (102,29 %). Realisasi produksi lebih tinggi dari target disebabkan antara lain:

a. Umur donor yang diproduksi embrio masih relative muda, tahun 2012 rata-rata diprogram produksi embrio 1-2 kali.

b. Ketersediaan pakan sepanjang tahun cukup, baik kualitas maupun kuantitas sehingga produktivitas reproduksi meningkat.

c. Lokasi pelaksanaan produksi embrio diluar BET Cipelang (ex-situ) dapat menghasilkan embrio sesuai dengan standar.

Target distribusi embrio sebanyak 700 embrio, realisasi sebanyak 968 embrio (138,30 %). Capaian distribusi embrio tahun 2014 lebih tinggi dari target dan melebihi produksi tahun 2014, kelebihan distribusi memanfaatkan stock embrio yang ada di BET Cipelang.Kelebihan distribusi disebabkan antara lain daerah ingin meningkatkan mutu genetik melalui transfer embrio karena adanya

Laporan Tahunan 2014

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 18

larangan pemasukan pejantan dari luar negeri. Produksi embrio tahun 2010-2014 mencapai 5.391 embrio.

Tindak lanjut untuk memenuhi kebutuhan embrio dilakukan program aplikasi embrio pada UPT pusat dan BIBD, sehingga produksi bibit hasil TE dapat dilakukan penjaringan untuk pemanfaatan peningkatan mutu genetik.

3.3.1.4. Penguatan Sapi/Kerbau Betina Bunting

Kegiatan Penyelamatan Sapi/Betina Produktif dimulai pada tahun 2011 dan terdiri dari 2 sub kegiatan yaitu penyelamatan sapi/kerbau betina produktif dan insentif/penguatan sapi/kerbau betina bunting.

3.3.1.4.1. Penyelamatan Sapi/Kerbau Betina Produktif

Kegiatan penyelamatan dilaksanakan selama 2 (dua) tahun yaitu tahun 2011 s.d tahun 2012, pada tahun 2013 kegiatan penyelamatan tidak dialokasikan kembali, hal ini karena berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Direktorat Perbibitan Ternak menunjukkan hasil yang kurang maksimal dilihat dari lokasi penyelamatan yang seharusnya diutamakan di RPH, namun dalam pelaksanaannya hanya 27% di RPH sehingga tidak signifikan mengurangi pemotongan betina produktif. Data kegiatan tahun 2011 sampai dengan 2012 selengkapnya pada lampiran 9.

3.3.1.4.2. Penguatan Sapi/Kerbau Betina Bunting

Kegiatan penguatan sapi/kerbau betina bunting insentif kepada peternak yang memilki sapi/kerbau betina bunting untuk tetap dipelihara sampai beranak. Pemberian insentif ini dilakukan oleh kelompok peternak terseleksi dengan pola dan mekanisme bantuan sosial.

Capaian kegiatan kurun waktu 2011-2014 sebesar 3.575 kelompok (107,58%) dari target 3.323 kelompok dengan pemberian insentif pada 848.561 ekor (127,50%) ternak (Lampiran 10).

Pada tahun 2014, realisasi kegiatan adalah 237 kelompok (38.235 ekor) atau 94,04% dari target 252 kelompok (36.288 ekor). Realisasi kegiatan relatif lebih rendah dibanding target disebabkan: (1) adanya instruksi penghematan anggaran sehingga kegiatan ditunda, pada saat kegiatan akan dilaksanakan kembali, jumlah ternak yang yang bunting minimal 5 bulan tidak memenuhi target (Prov. Bali dan Kab. Bekasi); (2) terjadi permasalahan hukum pada kegiatan-kegiatan sebelumnya, sehingga provinsi/kabupaten sangat berhati-hati dalam pelaksanaan kegiatan yang mengakibatkan tidak ditetapkannya kelompok pelaksana (Provinsi Sumsel dan Kalsel).

3.3.1.5. Pengembangan Kelompok Pembibitan Ternak

Dalam rangka mendukung ketersediaan bibit ternak secara berkelanjutan, Pemerintah mengalokasikan kegiatan pembibitan ternak pada satker provinsi/kabupaten. Kegiatan pengembangan kelompok pembibitan ternak pada tahun 2014 terdiri dari beberapa komoditas yaitu sapi potong, kerbau, kambing dan domba, babi, ayam dan itik seperti pada tabel 7 berikut.

Laporan Tahunan 2014

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 19

Tabel 7. Pengembangan Kelompok Pembibitan Ternak

No Output Kelompok Pengadaan Ternak (Ekor)

Target Realisasi % Target Realisasi %

1 Pembibitan sapi potong 17 17 100,00 238 419 176,05 2 Pembibitan kerbau 33 32 96,97 462 719 155,63 3 Pembibitan kambing/domba 7 7 100,00 280 281 100,36 4 Pembibitan babi 7 7 100,00 175 200 114,29 5 Pembibitan ayam local 8 8 100,00 4.000 7.700 192,50 6 Pembibitan itik 9 9 100,00 4.500 6.741 149,78 J U M L A H 81 80 98,77 9.655 16.060 166,34

Realisasi kegiatan mencapai 80 kelompok (98,77%) dari 81 kelompok, realisasi dibawah target disebabkan adanya gagal pengadaan karena sulit mendapat spesifikasi yang sesuai dengan SNI dengan harga yang ditetapkan, namun pengadaan ternak meningkat karena adanya variasi harga di masing-masing daerah sesuai mekanisme pasar.

3.3.1.5.1. Pembibitan Sapi Potong

Kegiatan dialokasikan di 12 satker provinsi/kabupaten. Realisasi kegiatan 17 kelompok atau 100,00% dari target 17 kelompok dan realisasi pengadaan ternak 419 ekor atau 176,05% dari target 238 ekor. Realisasi pengadaan ternak relatif lebih tinggi dari target karena adanya variasi harga ternak di masing-masing daerah.

3.3.1.5.2. Pembibitan Kerbau

Kegiatan dialokasikan pada 15 satker provinsi/kabupaten. Realisasi kegiatan adalah 32 kelompok atau 96,97% dari target 33 kelompok dan realisasi pengadaan ternak 719 ekor (155,63%) dari target 462 ekor. Realisasi kegiatan lebih rendah disebabkanadanya gagal pengadaan (Jambi) karena sulit mendapat spesifikasi yang sesuai dengan SNI dengan harga yang ditetapkan. Namun realisasi pengadaan ternak lebih tinggi disebabkan adanya variasi harga ternak dimasing-masing daerah

3.3.1.5.3. Pembibitan Kambing/Domba

Kegiatan dialokasikan pada 6 satker provinsi/kabupaten, realisasi kegiatan 7 kelompok (281 ekor) atau 100% dari target 7 kelompok (280 ekor).

3.3.1.5.4. Pembibitan Babi

Kegiatan dialokasikan pada 2 satker provinsi/kabupaten. Realisasi kegiatan adalah 7 kelompok atau 100% dari target 7 kelompok dan realisasi pengadaan ternak 200 ekor (114,29%) dari target 175 ekor.

Laporan Tahunan 2014

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 20

3.3.1.5.5. Pembibitan Ayam

Kegiatan dialokasikan pada 6 satker provinsi/kabupaten. Realisasi kegiatan adalah 8 kelompok atau 100% dari target 8 kelompok dan realisasi pengadaan ternak 7.700 ekor (192,50%) dari target 4.000 ekor.

3.3.1.5.6. Pembibitan Itik

Kegiatan dialokasikan pada 8 satker provinsi/kabupaten. Realisasi kegiatan adalah 9 kelompok atau 100% dari target 9 kelompok dan realisasi pengadaan ternak 6.741 ekor (149,78%) dari target 4.500 ekor

3.3.1.6. Penetapan Wilayah Sumber Bibit

Penetapan wilayah sumber bibit bertujuan mendorong pemerintah daerah yang memiliki banyak ternak rumpun tertentu untuk mengusulkan penetapan wilayah sumber bibit dan meningkatkan pemahaman terhadap pengelolaan wilayah sumber bibit.Landasan yang digunakan dalam penetapan wilayah sumber bibit ternak adalah Peraturan Menteri Pertanian Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/OT.140/11/2012 juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/OT.140/9/2011 tentang Pewilayahan Sumber Bibit dan Peraturan Sampai dengan tahun 2014, sudah 2 lokasi ditetapkan Menteri Pertanian sebagai wilayah sumber bibit, yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan ditetapkan menjadi wilayah sumber bibit itik alabio dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 4436/Kpts/SR.120/7/2013 tanggal 1 Juli 2013, dan Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan ditetapkan sebagai wilayah sumber bibit Sapi Bali dengan Nomor 4437/Kpts/SR.120/7/2013 tanggal 1 Juli 2014.

Pada tahun 2014, tujuh belas (17) kabupaten mengajukan untuk menjadi wilayah sumber bibit ternak lokal/asli Indonesia yaitu: Kab. Aceh Jaya, Pasaman Barat, Siak, Lampung Tengah, Lampung Selatan, Ciamis, Banjarnegara, Kebumen, Blora, Banyumas, Purworejo, Bojonegoro, Rembang, Gunung Kidul, Probolinggo, Barito Kuala, Lombok Tengah. Dari 4 proposal yang dinilai, 2 proposal wilayah sumber bibit dinilai layak diverifikasi dan diusulkan menjadi wilayah sumber bibit yaitu Kabupaten Kebumen dan Gunung Kidul dan sampai akhir bulan Desember 2014 masih dalam proses pengesahan oleh Menteri Pertanian.

Permasalahan yang dihadapi adalah sulitnya untuk menyusun proposal penetapan pewilayahan sumber bibit terkait kriteria yang dipersyaratkan. Upaya tindak lanjut adalah daerah agar bekerja sama dengan Perguruan Tinggi setempat.

3.3.1.7. Penerapan Teknologi Perbibitan

Peningkatan penerapan teknologi perbibitan dilakukan melalui uji zuriat dan uji performans. Kegiatan uji zuriat dilakukan untuk menghasilkan bibit pejantan unggul yang cocok dengan kondisi agroklimat di Indonesia dalam upaya mengurangi ketergantungan pada pejantan impor, sedangkan uji performans dilakukan untuk menghasilkan bibit khususnya pejantan dengan meningkatkan

Laporan Tahunan 2014

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 21

produktifitas melalui pendekatan faktor genetik. Pencatatan meliputi pencatatan perkawinan/pelaksanaan IB, reproduksi, kebuntingan, pertumbuhan anak.

Disamping untuk menciptakan produksi bibit unggul melalui pengujian, pemerintah berkewajiban untuk menjaga dan melestarikan serta upaya pengembangan Sumber Daya Genetik (SDG) hewan. Guna mencegah kemungkinan pengambilan secara ilegal SDG Hewan (rumpun atau galur) ternak unggul atau yang telah terbentuk di suatu wilayah tersebut, Pemerintah memberikan perlindungan hukum melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Penetapan dan Pelepasan Rumpun atau Galur Ternak. Pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:

3.3.1.7.1. Uji Zuriat Sapi Perah Nasional

Pelaksanaan uji zuriat sapi perah nasional dilakukan bertahap, memerlukan waktu yang relatif lama (± 7 tahun) dan dengan biaya yang relatif mahal, sehingga memerlukan koordinasi antara pemerintah, perguruan tinggi, swasta, koperasi dan peternakan rakyat. Uji zuriat sapi perah nasional mulai dilakukan tahun 2004 dengan melibatkan 6.296 ekor Participated Cow (PC/induk).

Sampai dengan tahun 2012 telah di launching sebanyak 8 ekor pejantan unggul sapi perah Indonesia hasil uji zuriat sapi perah nasional. Tahun 2013 kegiatan memasuki periode II B dengan Calon Pejantan Unggul (CPU) yang diuji sebanyak 3 ekor, dan dimulai kegiatan uji zuriat sapi perah nasional periode II C dengan CPU yang diuji sebanyak 3 ekor. PC yang dilibatkan dalam kegiatan uji zuriat sapi perah nasional sebanyak 3.521 Ekor. Tahun 2015 akan dilaunching kembali sebanyak 3 ekor pejantan unggul sapi perah Indonesia hasil uji zuriat sapi perah nasional periode IIB.

Kendala dalam pelaksanaan kegiatan antara lain : (1) petugas rekorder belum melaksanakan tugasnya secara optimal; (2) keterbatasan sarana, prasarana petugas, dana penjaringan DC; (3) sulitnya mendapatkan data produksi susu ternak pembanding yang sekandang dan seumur dengan DC yang melahirkan. Upaya tindak lanjut adalah : (1) memotivasi petugas rekorder dan memberi fasilitas; (2) DC cukup umur tapi belum bisa di IB agar ditangani oleh tim reproduksi ternak; (3) dilakukan pembandingan produksi susu dengan ternak pembanding yang kandangnya berdekatan dengan DC yang melahirkan.

3.3.1.7.2. Uji Performans Sapi Potong

Kegiatan uji performan sapi potong mulai dilakukan tahun 2009 dan sampai tahun 2014 diikuti 15 provinsi dan 1 swasta yaitu Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, Sulawesi Selatan, Sumut, DIY, Sulteng, Aceh, Kalbar, Sumbar, Sulawesi Barat, Papua Baratdan PT. Karya Anugerah Rumpin.Tahapan kegiatan uji performans adalah persiapan (identifikasi lokasi, ternak dan peternak), penyiapan pejantan dan induk, pelaksanaan perkawinan, pencatatan dan seleksi calon pejantan dan calon induk, pengujian.

Kegiatan uji performan sapi potong tahun 2014 memasuki tahapan pelaksanaan perkawinan ternak (IB, kawin alam) dari lima tahapan pelaksanaan uji performan

Laporan Tahunan 2014

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 22

sapi potong. Realisasi kegiatan yang telah dilaksanakan, jumlah ternak yang telah diukur dan dicatat berjumlah sebanyak 10.524 ekor yang terdiri dari sapi bali sebanyak 4.489 ekor, sapi PO 5.004 ekor, sapi aceh 181 ekor dan sapi madura 850 ekor.

Ternak bibit ternak hasil uji performan yang dilaunchingoleh Wakil Menteri Pertanian yaitu:

a. Bibit sapi bali sebanyak 256 ekor dari NTB, Sulsel,dan PT. Karya Anugerah Rumpin.

b. Bibit sapi Madura sebanyak 9 ekor dari Jatim. c. Bibit sapi PO sebanyak 15 ekor dari Jateng.

d. Bibit sapi SO sebanyak 44 ekor dari PT. Karya Anugerah Rumpin.

Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan ini adalah (1) pemberian identitas (nomor ternak) dan pengukuran data vital tubuh induk dan anak sapi yang diikutsertakan belum tertata dengan baik, (2) kurangnya pembinaan dinas kabupaten dan provinsi; (3) petugas uji performans kurang pelatihan pencatatan (recording).

Upaya tindak lanjut adalah (1) dinas provinsi, dinas kabupaten dan petugas rekorder untuk memberikan identitas kepada induk dan anak sehingga kegiatan uji performan dapat terlaksana dengan baik, (2) meningkatkan pembinaan teknis oleh dinas kabupaten dan provinsi; (3) pelaksanaan pelatihan pencatatan (rekording) bagi petugas.

3.3.1.7.3. Penetapan Rumpun dan Galur Ternak

Penetapan rumpun atau galur ternak adalah pengakuan pemerintah terhadap rumpun atau galur yang telah ada di suatu wilayah sumber bibit yang secara turun-temurun dibudidayakan peternak dan menjadi milik masyarakat, dan merupakan penghargaan negara terhadap suatu rumpun atau galur baru hasil pemuliaan di dalam negeri atau hasil introduksi yang dapat disebarluaskan. Penetapan/pelepasan ternak selama tahun 2010-2014 disajikan seperti pada lampiran 11.

Kurun waktu tahun 2010-2014 telah diterbitkan 60 keputusan Menteri Pertanian tentang penetapan dan pelepasanrumpun/galur ternak, yaitu: (1)Penetapan 57 rumpun/galur ternak (11 rumpun sapi, 9 rumpun kerbau, 7 rumpun kambing, 7 rumpun domba, 2 rumpun kuda, 8 rumpun ayam, 12 rumpun itik,1 rumpun rusa, dan 1 rumpun anjing); (2) Pelepasan 3 rumpun/galur ternak (Kuda Pacu Indonesia, Ayam KUB dan Domba Compass Agrinak).

Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan ini adalah sulitnya untuk menyusun kajian penetapan rumpun atau galur ternak yang diusulkan untuk ditetapkan oleh menteri. Upaya tindak lanjut adalah perlunya daerah melakukan kerjasama dengan Perguruan Tinggi atau Lembaga Penelitian dan Pengembagnan (Litbang) setempat.

Laporan Tahunan 2014

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 23

3.3.1.8. Penguatan Pembibitan Ternak di Pulau dan Kabupaten/Kota Terpilih

Kegiatan terdiri dari: (1) Penguatan Pembibitan Sapi Asli/Lokal di Pulau Terpilih; (2) Penguatan Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Terpilih; dan (3) Penguatan Pembibitan Kerbau di Kabupaten Terpilih. Rincian kegiatan sebagai berikut: 3.3.1.8.1. Penguatan Pembibitan Sapi Asli/Lokal di Pulau Terpilih

Kegiatan Pembibitan Sapi Asli/Lokal di Pulau Terpilih dilaksanakan mulai tahun 2013 di Pulo Raya (Aceh), Pulau Sapudi (Jatim) dan Pulau Nusa Penida (Bali). Kegiatan ini nantinya akan diarahkan ke pemurnian sapi sapi yang ada di pulau tersebut dan menjadikan pulau tersebut sebagai wilayah sumber bibit dan mempertahankan Sumber Daya Genetik (SDG) hewan. Tujuan kegiatan: (1) memfasilitasi sarana perbibitan; (2) meningkatkan pengetahuan/keterampilan (kompetensi) pembibitan; (3) membentuk kelompok peternak sebagai calon kelompok pembibit; (4) menumbuhkan dan menstimulasi peternak secara individu maupun kelompok dalam menerapkan pemurnian dan prinsip-prinsip pembibitan. (5) menumbuhkan Pulo Raya, Pulau Sapudi, dan Pulau Nusa Penida sebagai sumber bibit.

Pelaksanaan kegiatan pada tahun 2014 meliputi pengadaan sapi, sarana rekording, pelatihan rekording, peningkatan SDM, seleksi bibit. Pada tahap kegiatan ini melibatkan kelompok yang akan terus dibina sehingga dapat menjadi kelompok pembibit.

Gambaran umum progres pelaksanaan kegiatan antara lain: 1) telah terfasilitasinya sarana perbibitan di kelompok; 2) pembangunan infrastruktur baik di kelompok, maupun di dinas sebanyak 15 unit antara lain : (Pembangunan kandang ternak pembangunan jalan, pembagunan gudang genset, pengadaan traktor, pengadaan mesin boat, pengadaan kendaraan lapangan (R2 trail), pembangunan Puskeswan, pembungunan embung, lumbung pakan, irigasi tanah

Dokumen terkait