• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

4.2. Upaya Tindak Lanjut

4.2.1. Upaya Tindak Lanjut Permasalahan Administrasi

a. Proses pelelangan agar dipercepat pada tahun berikutnya.

b. Di masa datang perlu diantisipasi oleh semua pihak terkait kelancaran kegiatan, agar mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan berdasarkan rencana dan target yang sudah ditetapkan, jika menjumpai permasalahan agar secepatnya dikoordinasikan dengan pihak berwenang di pusat agar diperoleh solusi tepat waktu.

c. Terhadap kegiatan yang tidak dilaksanakan agar daerah membuat surat ke pusat tentang alasan kegiatan tidak dilaksanakan.

d. Koordinasi dengan dinas terkait di provinsi atau Satker Kab/Kota agar segera menyelesaikan CPCL dan verifikasi kelompok serta mendorong mempercepat proses pelelangan untuk pengadaan barang.

e. Penetapan Pengelola keuangan ditetapkan dengan Permentan 135 dan Permentan 136 Tahun 2015.

Laporan Tahunan 2014

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 93

4.2.2. Upaya Tindak Lanjut Pencapaian program swasembada daging sapi/kerbau a. Meningkatkan fasilitasi pembiayaan yang memadai untuk menjamin dan

meningkatkan skala usaha bagi peternak kecil;

b. Optimalisasi sumber daya lokal melalui fasilitasi seleksi daerah-daerah sumber bibit dan sertifikasi bibit unggul.

c. Mendorong munculnya regulasi di daerah agar swasta dan BUMN berperan dalam pembangunan peternakan. Misalnya, keharusan beternak di lahan sawit dan reklamasi lahan eks tambang menjadi padang penggembalaan;

d. Pembangunan sarana prasarana bongkar muat dan transportasi ternak ternak segera diwujudkan oleh Kementerian Perhubungan;

e. Penyusunan regulasi dan kebijakan terkait tata niaga daging sapi.

f. Mendukung penerapan sanitasi di RPH melalui peningkatan sarana dan prasarana RPH.

g. Mendorong komitmen pemda dalam menambah jumlah dan kompetensi petugas di RPH seperti pengawas penerapan kesejahteraan hewan, juru sembelih halal, meat inspector, keur master, dan butcher.

h. Peningkatan manajemen RPH melalui kerjasama RPH dengan BUMN, SMD Feedlot, asosiasi jagal atu RPH

i. Mendorong pemerintah daerah untuk menerbitkan Perda, PerGub, PerBup yang mengatur tentang pemotongan hewan harus di RPH, penataan penjualan daging dipasar atau kios daging, dan perda untuk pengendalian pemotongan betina produktif sebagai tindak lanjut dari Permentan 35 Tahun 2011 tentang pengendalian pemotongan ternak ruminansia betina produktif.

j. Mengoptimalkan produksi susu ternak perah dengan melakukan perbaikan kualitas bibit, pakan dan manajemen pemeliharaan oleh peternak, melalui : 1. Penyediaan indukan sapi perah yang berkualitas dan bebas penyakit dapat

dilakukan dengan kegiatan pembesaran pedet sapi perah (rearing);

2. Peningkatan skala usaha dan kepemilikan ternak melalui penguatan kelembagaan;

3. Pencegahan dan penanganan penyakit reproduksi melalui vaksinasi dan biosekuriti;

4. Penanganan pasca panen terhadap produk susu segar;

5. Pengembangan sentra-sentra atau kawasan budidaya sapi perah di luar Pulau Jawa;

6. Perlunya dibangun koperasi dan unit penampungan susu di luar Pulau Jawa.

Laporan Tahunan 2014

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 94

4.2.3. Upaya Tindak Lanjut Permasalahan Teknis 4.2.3.1. Aspek Perbibitan Ternak

a. Produksi semen beku dari rumpun sapi pejantan eksotik yang jauh lebih tinggi dari pejantan lokal perlu mendapat perhatian karena dapat menguras ketersediaan rumpun sapi lokal melalui perkawinan silang yang tidak terarah dan terencana. Untuk itu dalam rangka mengantisipasi kelestarian rumpun sapi lokal diperlukan penambahan pejantan lokal secara berkelanjutan dan meningkatkan jumlah ekspor semen beku sapi eksotik keluar negeri.

b. Upaya tindak lanjut penetapan wilayah sumber bibit adalah daerah agar bekerja sama dengan Perguruan Tinggi setempat.

c. Upaya tindak lanjut kegiatan Uji Zuriat Sapi Perah Nasional adalah : (1) memotivasi petugas rekorder dan memberi fasilitas; (2) DC cukup umur tapi belum bisa di IB agar ditangani oleh tim reproduksi ternak; (3) dilakukan pembandingan produksi susu dengan ternak pembanding yang kandangnya berdekatan dengan DC yang melahirkan.

d. Upaya tindak lanjut kegiatan Uji Performans Sapi Potong adalah (1) dinas provinsi, dinas kabupaten dan petugas rekorder untuk memberikan identitas kepada induk dan anak sehingga kegiatan uji performan dapat terlaksana dengan baik, (2) meningkatkan pembinaan teknis oleh dinas kabupaten dan provinsi; (3) pelaksanaan pelatihan pencatatan (rekording) bagi petugas. e. Upaya tindak lanjut kegiatan penetapan rumpun dan galur ternak adalah

perlunya daerah untuk melakukan kerjasama dengan Perguruan Tinggi atau Lembaga Litbang setempat.

4.2.3.2. Aspek Pakan Ternak

a. Upaya tindak lanjut kegiatan pengembangan integrasi tanaman ruminansia adalah koordinasi dengan dinas terkait di provinsi atau Satker Kab/Kota agar segera menyelesaikan CPCL dan verifikasi kelompok serta mendorong mempercepat proses pelelangan untuk pengadaan barang.

b. Upaya tindak lanjut kegiatan Pengembangan HPT di Lahan Kehutanan adalah 1) Di masa datang perlu diantisipasi oleh semua pihak terkait kelancaran kegiatan, agar mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan berdasarkan rencana dan target yang sudah ditetapkan, jika menjumpai permasalahan agar secepatnya dikoordinasikan dengan pihak berwenang di pusat agar diperoleh solusi tepat waktu; 2)Terhadap kegiatan yang tidak dilaksanakan agar daerah membuat surat ke pusat tentang alasan kegiatan tidak dilaksanakan.

c. Upaya tindak lanjut kegiatan perbaikan padang penggembalaan Agar ke depan daerah membuat jadwal pelaksanaan secara cermat dan mempunyai komitmen untuk melaksanakan pekerjaan serta mengantisipasi terhadap perubahan cuaca/iklim dalam penanaman rumput/legum.

Laporan Tahunan 2014

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 95

4.2.3.3. Aspek Budidaya Ternak

a. Menyusun regulasi tentang penerapan tata cara budidaya ternak yang baik (GFP), melakukan sosialisasi, dan pendampingan/pembinaan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peternak dalam menerapkan GFP ternak potong, ternak perah maupun ternak unggas dan aneka ternak, serta mengeluarkan sertifikat atau surat keterangan penerapan GFP bagi peternak/kelompok peternak. Disamping itu perlu peningkatan SDM baik peternak maupun petugas teknis dengan mengadakan ataupun mengikuti pelatihan-pelatihan.

b. Meningkatkan pembinaan dan sosialisasi kegiatan kepada kelompok mulai dari tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota sehingga sistem pelaporan dapat berjalan dengan baik.

4.2.3.4. Aspek Keswan

a. Dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan serta pelaporan yang bersinergi serta dengan mekanisme monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang jelas.

b. Upaya tindak lanjut program SIHKNAS antara lain : 1) Mendorong petugas SIKHNAS untuk melakukan pelaporan secara berkesinambungan dengan memberikan pengetahun lebih dalam mengolah data; 2) Mensosialisasikan program ISIKHNAS yang akan digunakan secara terintegrasi; 3) Koordinasi lebih lanjut antara tingkat Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupatenupaten/Kota dalam pelaksanaan sistem informasi dan pelaporan kesehatan hewan serta perkembangannya.

4.2.3.5. Aspek Kesmavet dan Pascapanen

a. Diperlukan sarana dan prasarana RPH yang mendukung penerapan Higiene sanitasi di RPH seperti: 1) Pembangunan/renovasi fisik bangunan seperti: (i) Ruang Bersih dan Ruang Kotor; (ii) Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL); (iii) Gangway; 2) Peralatan Utama, terdiri dari : (i) Scradle; (ii) Tempat penampung jeroan; (iii) Tempat Penampungan daging; (iv) Alat pengeluaran isi rumen; (v) Gerobak kotoran; (vi) Golok pembelah karkas; (vii) Pisau penyembelihan; (viii) Pisau pengkulitan (skinning).

b. Diperlukan Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota yang mengatur tentang pemotongan hewan harus di RPH, penataan penjualan daging di pasar-pasar atau kios-kios daging.

c. Pengawas yang berkompeten dalam peredaran dan penjajaan daging melalui peningkatan jumlah dan ketrampilan.

d. Diperlukan peningkatan manajemen RPH melalui : (i) kerjasama antara RPH kategori II dengan SMD (sarjana membangun desa) yang melakukan penggemukan sapi sebagai pemasok hewan yang berkesinambungan; (ii) pembentukan Asosiasi Jagal atau asosiasi RPH di tingkat provinsi; (iii) kerjasama RPH dengan Feedlot untuk melakukan pengelolaan RPH yang menggunakan sumber sapi dari Feedlot; (iv) Workshop manajemen pengelolaan RPH untuk meningkatkan kualitas pengelolaan RPH; (v) Pemutakhiran data pemotongan sapi di RPH.

Laporan Tahunan 2014

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 96

V. POKOK-POKOK KEGIATAN YANG AKAN DILAKUKAN TAHUN 2015

Dokumen terkait