Setelah kegiatan ini siswa mampu untuk :
- Menunjukkan sikap dalam menjaga dan melestarikan budaya dalam kehidupan sehari - hari
yang sangat luar biasa. Dilihat dari potensi yang ada baik sumber daya alamnya (SDA) maupun sumber daya manusianya (SDM), negara Indonesia sangat mungkin untuk bisa menjadi negara adi daya di dunia. Karena untuk menjadi negara besar, maka luas wilayah dan jumlah penduduknyapun harus besar dan syarat sudah dipenuhi oleh negara Indonesia. Untuk bisa menjadi negara besar langkah pertama yang harus dilakukan adalah bagaimana rakyat Indonesia yang beraneka ragam itu memiliki kesamaan pandangan dan memiliki satu nasionalisme yaitu Indonesia.
Sebagai bangsa Indonesia kita harus mengedepankan persamaan-persamaan yang ada, bukan mempertajam perbedaan-perbedaan yang ada. Kita harus menggali persamaan- persamaan yang ada pada setiap suku bangsa. Sebab kenyataannya bangsa Indonesia yang beranekaragam itu lebih banyak persamaan-persamaannya dari pada perbedaan- perbedaannya.
Sebagai bangsa yang beranekaragam, kita harus mau menerima perbedaan-perbedaan itu. Semua sikap dan perilaku kita tidak boleh diskriminatif, yaitu suatu sikap yang membeda-bedakan karena adanya perbedaan suku bangsa. Semua suku bangsa yang ada harus dipandang sama sebagai bangsa Indonesia, sebagai warga negara Indonesia yang memiliki hak dan kewajiban yang sama. Sikap membeda-bedakan akan menyebabkan kita menjadi sulit dan serba terbatas, sehingga kita menjadi sempit dan picik. Sikap toleransi juga harus dikembangkan dalam masyarakat yang multi agama. Kita harus merasa bangga bahwa bangsa Indonesia adalah suatu bangsa dimana bertemunya agama-agama besar dunia. Semua agama besar dunia seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha dapat tumbuh berkembang dengan subur di bumi Indonesia. Jarang ada suatu bangsa dimana agama-agama besar dunia itu hidup tumbuh subur berdampingan secara damai. Sikap toleransi ini tidak lain intinya adalah pengakuan terhadap agama dan kepercayaan yang dianut oleh orang lain, berdasarkan kepada pengakuan ini, maka membiarkan orang lain untuk beribadat sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu. Sikap toleransi ini muncul karena didasari oleh adanya jiwa kebangsaan yang tinggi yang lebih mengedepankan persatuan bersama, ketimbang mengelompokkan diri berdasarkan kelompoknya masing-masing.
Sikap menghargai dan tidak memandang suku bangsa lain lebih rendah dari suku bangsanya, juga merupakan sikap yang dibutuhkan dalam masyarakat Indonesia yang beraneka ragam. Dengan memandang semua suku bangsa memiliki harkat dan derajat yang sama, maka pergaulan yang diciptakan adalah pergaulan yang sederajat. Pergaulan
yang lebih mengedepankan kepentingan dan kesejahteraan bersama. 1. Empati dan Prasangka
Empati sering didefinisikan sebagai berada pada posisi orang lain. Dalam empati, berarti kita berpartisipasi pada pengalaman orang lain. Empati adalah strategi komunikasi yang paling tepat dengan realitas majemuk dan asumsi perbedaan.
Dalam empati, berarti kita ‘berpartisipasi’ pada pengalaman orang lain. Komunikasi empati mendorong kepekaan interrasial dan interkultural. Kemampuan empati dapat dikembangkan dengan mengikuti enam langkah yang saling berkaitan sebagai berikut. a. Mengasumsikan perbedaan
Tanpa asumsi perbedaan, empati dianggap tidak perlu, dan mungkin diremehkan sebagai tidak tulus. Kita harus bisa menerima, bahwa kita bisa berbeda menghadapi konstruksi dan situasi yang berbeda. Kita akan bebas membayangkan pikiran dan perasaan kita dari perspektif yang lain. Selama kita dapat menghubungkan perspektif dari hasil bayangan kita dengan perspektif orang lain yang sebenarnya, maka barulah kita dapat melakukan empati.
b. Mengenali diri
Kebanyakan kita, walaupun ingin mengembangkan empati, takut akan kehilangan diri. Memang, inilah bahaya empati, jika kita tidak betul- betul siap. Persiapan yang diperlukan adalah mengenal diri kita secukupnya, sehingga dimungkinkan peneguhan kembali identitas individual secara mudah.
c. Menunda diri
Pada langkah ini, identitas dipertegas pada langkah kedua untuk sementara dikesampingkan. Tentu, hal ini bukan merupakan sesuatu yang mudah. Pusat perhatian pada langkah ini adalah bukan pada menunda isi identitas (asumsi, nilai, perangkat perilaku, dan sebagainya) akan tetapi fokusnya terletak pada kemampuan mengubah dan memperluas batas.
d. Melakukan imajinasi terbimbing
Jika batas diri diperluas, perbedaan antara yang internal dengan yang eksternal (subyektif dan obyektif) dihapuskan. Kesadaran kita bebas mengembara di antara fenomena di luar, termasuk orang lain. Agar empati interpersonal yang cermat bisa terjadi, kita harus membiarkan imajinasi kita dibimbing ke dalam pengalaman orang lain. Jika kita berhasil membiarkan imajinasi kita disedot oleh orang lain, kita sedang berpartisipasi secara imajinatif pada pengalaman orang lain.
e. Membiarkan pengalaman empati
Jika kita membiarkan imajinasi kita dibimbing ke dalam diri orang lain, maka kita sedang memandang orang lain, seakan-akan itu adalah diri kita sendiri. Walaupun pengalaman ini imajinatif, intensitas dan realitasnya, tidak selalu lebih rendah dari pe ngalaman biasa kita. Intensitas pengalaman empati bahkan bisa lebih besar, sejajar dengan intensitas drama, yang kadang-kadang lebih besar dari pada kehidupan. Pengalaman empati, seperti imajinasi, harus dibiarkan. Mengarahkan pengalaman secara sadar, menurut definisi, adalah kegiatan sadar diri.
f. Meneguhkan kembali diri
Walaupun menemuan jalan untuk memasuki pengalaman orang itu penting, sama perlunya juga mengingat untuk kembali kepada diri sendiri kita. Dalam kebudayaan kita, paling tidak proses peneguhan diri ini adalah komponen yang diperlukan untuk komunikasi empati. Kegagalan untuk melakukannnya, dapat berakhir pada kerancuan identitas, atau kehilangan ego. Tujuan empati bukanlah kehidupan terus- menerus, sehingga orang gagal untuk mengenal identitas diri kembali.
Etnosentrisme dapat dikurangi dengan pembelajaran yang memberi kesempatan siswa untuk mendiskusikan proses terbentuknya stereotipe, memberi kesempatan untuk mengemukakan perasaannya tentang kelompok budaya, mempelajari kontribusi positif dari berbagai kelompok budaya, dan mempertimbangkan beragamnya perilaku yang ditunjukkan oleh berbagai budaya.
PEMERINTAH KABUPATEN MERAUKE