• Tidak ada hasil yang ditemukan

kegiatan penangkaran bunga dan kebun untuk berladang yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Tanjung GustaMedan

Sumber: Dokumentasi Pribadi (jayanty:2014)

3.3 Wujud Pembinaan Narapidana Perempuan Di Lembaga Pemasyarakatan Membina narapidana dapat digunakan banyak metode pembinaan. Metode pembinaan merupakan cara dalam penyampaian materi pembinaan, agar dapat secara efektif dan efisien diterima oleh narapidana dan dapat menghasilkan perubahan dalam diri narapidana, baik perubahan dalam berpikir bertindak atau dalam bertingkahlaku. Penyampaian materi pembinaan bukan hanya dilakukan asal dapat menyampaikan, tetapi harus juga memperhatikan seberapa jauh kesiapan para narapidana dalam menerima materi pembinaan.

Narapidana adalah suatu masyarakat yang heterogen yang terdiri dari berbagai macam manusia, dengan segala karakteristik, latar belakang ekonomi, sosial, pendidikan, dan lain sebagainya yang sering kali tidak sama. Dengan demikian, penyampaian materi harus melihat banyak sudut pandang. Pembinaan narapidana tidak dapat menyamaratakan pembinaan narapidana secara sama untuk seluruh naapidana yang memiliki latarbelakang keidupan yang heterogen. Pembinaan naraidana adalah tugas yang berat dan mulia. Tidak semua orang sanggup dan tertarik dengan kehidupan narapidana. 41

41

82 Kegiatan pembinaan dapat dilakukan berupa pembinaan dengan berbagai kegiatan-kegiatan. Wujud bimbingan dan kegiatan-kegiatan pembinaan disesuakan dengan kemampuan para pembimbing dan kebutuhan para narapidana. Pembinaan dengan bimbingan dan kegiatan lainnya yang diprogramkan terhadap narapidana dapat meliputi pelaksanaan:

1. Bimbingan mental, yang diselenggarakan dengan pendidikan agama, kepribadian dan budi pekerti, dan pendidikan umum yang diarahkan untuk membangkitkan sikap mental baru sesudah menyadari akan kesalahan masa lalu.

2. Bimbingan sosial, yang dapat diselenggarakan dengan memberi pengertian akan arti pentingnya hidup bermasyarakat dan pada masa-masa tertentu diberikan kesempatan untuk asimilasi serta integrasi dengan masyarakat diluar.

3. Bimbingan keterampilan, yang dapat diselenggarakan dengan kursus, latihan kecakapan tertentu sesua dengan bakatnya, nantinya memjadi bekal hidup untuk mencari nafkah dikemudian hari. 4. Bimbingan untuk memperoleh rasa aman dan damai, untuk hidup

teratur dan belajar menaati peraturan.

5. Bimbingan-bimbingan lain yang menyangkut perwatan kesehatn, seni budaya dan sedapat-dapatnya diperkenalkan kepada segala aspek kehidupan bermasyarakat dalam bentuk tiruan masyarakat kecil selaras dengan lingkungan sosial yang terjadi di luarnya.

83 Pembinaan terhadap warga binaan pemasyarakatan dimulai sejak yang bersangkutan ditahan di Lembaga Pemasyarakatan wanita sebagai tersangka atau terdakwa untuk kepentingan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan. Wujud pembinaan dimaksud antara lain perawatan tahanan yaitu proses pelayanan tahanan yang dilaksanakan dimulai penerimaan sampai pengeluaran tahanan termasuk di dalamnya program-program perawatan rohani maupun jasmani.

Pembinaan yang dilakukan bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA Wanita medan, dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Pembinaan Kepribadian yang meliputi, antara lain:

• Pembinaan kesadaran beragama.

• Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara.

• Pembinaan kemampuan intelektual (kecerdasan).

• Pembinaan kesadaran hokum.

• Pembinaan mengintegrasikan diri dengan masyarakat. 2. Pembinaan Kemandirian yang meliputi, antara lain:

• Ketrampilan untuk mendukung usaha-usaha mandiri.

• Ketrampilan untuk mendukung usaha-usaha industri kecil.

• Ketrampilan yang dikembangkan sesuai dengan bakatnya masing-masing.

84

• Ketrampilan untuk mendukung usaha-usaha indutri atau kegiatanpertanian (perkebunan) dengan menggunakan teknologi madya atauteknologi tinggi.

3. Pembinaan secara khusus, dengan memberikan kesempatan berasimilasi, cutimengunjungi keluarga, cuti menjelang bebas, pembebasan bersyarat, danpemberian remisi.

Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 31 tahun 1999 tentang pembinaan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan dalam ayat kedua menyebutkan:

“program pembinaan dan pembimbingan meliputi kegiatan pembinaan dan pembimbingan kepribadian dan kemandirian”.

Peraturan tersebut menjelaskan bahwa setiap warga binaan pemasyarakatan ikut dalam program pembinaan agar menjadi manusia yang seutuhnya. Menjadi manusia yang bertanggung jawab, diterima kembali dalam masyarakat dan mampu mengembangkan roda perekonomian diri sendiri setelah selesai menyelesaikan masa hukumannya.

Setiap kegiatan yang dilakukan di Lembaga pemasyarakatan telah diatur sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Penentuan jadwal ini dilakukan juga untuk menjamin berlangsungnya proses pembinaan yang dilakukan di Lembaga

85 Pemasyarakatan. Setiap hari dilakukan 3 (tiga) kali apel untuk memastikan keamanan dan ketertiban narapidana. Berikut jadwal setiap hari yang dilakukan setiap narapidana.

Tabel 4.

Jadwal Kegiatan Warga Binaan Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan.

No Waktu Jenis Kegiatan

1 05.00 WIB Bangun Pagi

2 06.00 WIB Apel Penjagaan setelah apel, warga binaan pemasyarakatan dapat keluar dari sell.

3 07.00 WIB Kebersihan kamar dan lingkungan Lembaga

Pemasyarakatan

4 07.30 WIB Olahraga (setiap Rabu dan Jumat dilakukan olahraga secara bersama-sama)

5 08.00 WIB Sarapan Pagi

6 09.00 WIB Istirahat dan kegiatan mandiri seperti mencuci

7 10.00 WIB Kegiatan Keagamaan

8 11.00 WIB Pelatihan keterampilan

9. 12.00 WIB Makan Siang

10 12.30 WIB Shalad Zuhur (dilakukan secara berjamaah)

11 13.00 WIB Apel Penjagaan

12 13.30 WIB Kegiatan Pembinaan baik itu penyuluhan

ataupun konsultasi.

13 14.30 WIB Kegiatan Keagamaan

14 15.30 WIB Shalad Ashar.

15 16.00 WIB Kegiatan Keterampilan

16 17.30 WIB Kegiatan Mandiri

17 18.00 WIB Makan Malam dan kembali ke dalam sel. Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wanita Tanjung Gusta Medan.

86 Wujud pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan dimulai sejak tahap awal hingga tahap akhir. Pembinaan ini menjadi tugas dan kewajiban pegawai lembaga pemasyarakatan sesuai dengan pemenuhan hak dan kewajiban narapidana sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

Pembuatan jadwal ini sebenarnya sangat tidak efektif, menginat sarana dan prasarana yang kurang memadai dan juga petugas pemasyarkatan yang sangat sedikit dibaningkan jumlah warga binaan yang sudah sangat melebihi kapasitas. Contohnya, setiap hari rabu dan jumat dilakukan senam pagi bagi seruluh warga binaan pemasyaraktan, kegitan ini menjadi kegitan rutin yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan.Kegitan ini memakan waktu antara 30 menit hingga 90 menit. Biasanya pada akhir kegitan Kepala Lembaga Pemasyarakatan ataupun petugas yang berjaga secara bergantian memberikan arahan kepada warga binaan pemasyarakatan.

Arahan yang diberikan merupakan salah satu bentuk pembinaan yang dilakukan. Isi dari arahan tersebut biasanya berbentuk motivasi dalam bekerja, peninggkatan kreativitas dan juga tentang tata tertib yang berlaku di lembaga pemasyarakatan.

Senam merupakan salah satu kegiatan yang sangat disukai oleh warga binaan pemasyarakatan. Senam dengan menggunakan musik dengan pengeras suara menjadi salah satu hiburan bagi warga binaan narapidana. Biasanya setelah diberikan arahan oleh petugas, sebagian warga binaan akan melakukan senam

87 kembali. Senam kembali bukan hal yang dilarang ataupun menjadi masalah karena tidak mengikuti proses pembinaan selanjutnya pada hari yang sama.

Kegitan senam seperti ini menjadi salah satu bentuk pembinaan warga binaan pemasyarakatan. Kegiatan ini akan melatih warga binaan pemasyarakatan menjadi tenaga instruktur senam bagi Lembaga Pemasyarakatan yang lain. Beberapa warga binaan pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tanjung Gusta Mevan telah menjadi tenaga instuktur senam bagi Lembaga Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 dan juga Lembaga Pmasyaraktan Anak. Selain di Lembaga Pemasyarakatan menjadi tenaga instuktur senam di lakukan juga di luar lembaga pemasyarakatan namun tetap dengan pengawasan dari petugas pemasyarakatan.

Pemenuhan gizi dalam makanan merupakan salah satu wujud pembinaan dimana telah diatur dalam Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.02-PK.04.10. Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan antara lain:

1) Setiap Narapidana mendapat jatah makan dan minum sesuai dengan ketentuanyang berlaku.

2) Jumlah kalori makanan diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku danmemenuhi syarat kesehatan.

3) Narapidana yang sakit, hamil, menyusui dan anak-anak dapat diberikanmakanan tambahan sesuai dengan petunjuk Dokter.

88 Narapidana maupun tahanan yang sedang hamil pada saat melakukan proses pembinaan tetap melakukan proses pembinaan sama halnya dengan narapiana maupun tahanan yang lainnya. Pada saat melakukan pembinaan akan diawasi tim medis yang ada. Setelah melahirkan, narapiana mapun tahan tersebut berhak mengasuh anaknya hingga berumur 2 tahun. Setelah itu akan iserahkan kepaa keluarga yang bersangkutan, atau jika tidak ada keluarga akan diserahkan kepaa panti asuhan.

Penyedian makanan di Lembaga Pemasyarakatan dilakukan oleh narapidana itu sendiri, diawasi oleh petugas. Setiap pagi bahan makan akan masuk ke Lembaga Pemasyarakatan diantar oleh petugas yang sudah belanja pada pagi hari. Bahan tersebut akan diolah dan dan dikonsumsi oleh seluruh narapidana. Makanan yang disediakan untuk narapidana sudah dapat dikatakan layak, penulis sendiri merasa enak saat menikmati makan siang bersama-sama dengan narapidana.

Penyedian makanan ini menjadi kegiatan wajib yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan. Makanan yang disediakan terkadang tidak sesuai dengan selera warga binaan pemasyarakatan. Biasanya warga binaan pemasyarakatan akan menitip makan kesukaan terhadap keluarga saat berkunjung. Selain makanan kesukaan makanan lain yang menjadi titipan adalah cabe, bawang, tomat, garam, asam, dan terasi. Adanya cobek dari bahan kayu yang tidak dilarang masuk dalam Lembaga Pemasyarakatan menjadikan warga binaan

89 pemasyarakatan untuk membuat sambal terasi sendiri menemani makan dengan makanan yang disediakan Lembaga Pemasyarakatan.

Sesuai dengan keputusan menteri kehakiman Lembaga Pemasyarakatan juga telah menyedikan daftar tabel makanan dalam seminggu seperti yang tertera dalam tabel.

Tabel 5.

Menu makanan yang disediakan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan.

Hari Menu

Pagi Siang Sore

Senin - Nasi putih -Tempe goreng -Oseng-oseng buncis - Nasi putih - Tempe bacem - Sayur asem - Nasi putih - Semur daging - Sayuran sup - Kolak ubi Selasa −Nasi putih

Tempe goreng Tumis kangkung

Nasi putih Perkedel kentang Ikan asin goreng Sayur lodeh Pisang ambon

Nasi putih Ikan asin goreng Pecel

Kolak ubi Rabu −Nasi putih

Tahu bacem Oseng-oseng kacang panjang Nasi putih Telur balado Sayur kare Nasi putih Tempe goreng Sayur sup Bubur kacang ijo

90 Kamis −Nasi uduk

Tempe bacem sayur nangka + kacang pancang Nasi putih Daging gulai Sayur asem Pisang ambon Nasi putih Ikan asin goreng oseng sayuran Sawut Jumat −Nasi putih

Oseng sayuran Bubur kacang ijo Tahu goreng Nasi putih Telur gulai Sayur lodeh Nasi putih Tempe goreng Sayur kare Sabtu −Nasi putih

Tempe goreng Oseng-oseng kol Kering tempe Nasi putih Kering tempe Sayur sup Perkedel kentang Pisang ambon Nasi Putih Ikan asin goreng Daun ubi tumbuk Kolak ubi Minggu −Nasi putih

Tempe goreng Tumis sawi Nasi putih Tempe goreng tepung Sayur kare Nasi putih Ikan asin goreng Sayur asem Kolak ubi

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wanita Tanjung Gusta Medan. 2014

Program pembinaan yang dilakukan di Lembaga Pemsyarakatan sudah berjalan dengan baik, meskipun memiliki beberapa kekurangan dalam prosesnya. Adanya jadwal yang telah ditentukan sebelumnya menjadi pedoman warga binaan pemasyarakatan menjalankan rutinitasnya selama menjalani masa hukuman. Jadwal yang telah di berikan tidak menjamin seluruh warga binaan pemasyarakatan dapat melaksanakannya sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Pukul 14.30 adalah kegiatan pembinaan rutin dibidang keagamaan, namun banyak dari warga binaan pemasyarakatan itu tidak melakukan hal yang telah dijadwalkan. Alasan yang mereka berikan sangat beragam pada saat wawancara yang penulis lakukan kepada narapidana MW.

91 “liat sendirilah dek, Musolah aja penuh gimana lagi mau ikut

pengajian? Kan banyak kami yang muslim dek klo semua ikut ngaji gak muat musolah itu dek. Biasanya malamnya aku pengajiannya dek gak biasa kalu rame-rame jadi ceritanya nanti didalam mendinglah aku mengkait disini lagian gak dimarahi petugasnya.”( MW )

Konfirmasi hal yang sama juga disampaikan ibu Hj. Syamsidar seperti wawancara yang penulis lakukan.

“Iya dek, mereka tidak melakukan kegiatan sesuai jadwal tidak jadi masalah dek, asal mereka tetap tertib dan tidak berkelahi. Sarana dan prasarana kita juga kurang dek. Sebenarnya mereka tetap melakukan program pembinaan juga dek meskipun tidak sesuai jadwal yang telah ada. Contohnya mereka tidak ikut program keagamaan tapi mereka melanjutkan program keterampilan dek, banyak dari mereka yang kek gitu. Biasanya malam lah orang itu pengajian ataupun baca alkitab sebelum tidur dek kan sama ajanya kek gitu.” ( Hj. Syamsidar R. S.Ag )

Berusaha membuat pemanfaatan waktu luang agar lebih bermanfaat bagi Narapidana maupun lembaga dengan berbagai kegiatan, adalah upaya yang dilakukan Lembaga Pemasyarakatan dalam meningkatkan kualitas pembinaan. Hal ini dikarenakan memang relatif sulit untuk menciptakan sistem pembinaan yang dapat merubah perilaku Narapidana. Pembinaan moral dan agama yang selama ini diberikan dalam Lembaga Pemasyarakatan tidaklah cukup, petugas Lembaga Pemasyarakatan berusaha memberikan pandangan-pandangan ataupun masukan-masukan agar mereka termotivasi untuk dirinya sendiri dengan memberikan insentif tersendiri dari kegiatan-kegiatan ketrampilan yang dilakukan bagi Narapidana yang memacu mereka untuk terus berkarya, walaupun kegiatan

92 di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Medan tidak sesuai dengan bakat yang mereka inginkan.

BAB IV

PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

93 Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Secara fisik jelas terlihat perbedaan antara perempuan dengan laki-laki. Laki-laki ditandai dengan adanya buah jakun dileher, memiliki organ reproduksi yang disebut penis sedangkan perempuan identitik dengan adanya buah dada, memiliki organ reproduksi yang disebut dengan vagina. Selain ciri fisik, otak laki-laki dan perempuan memiliki struktur dan cara kerja yang berbeda. Hal itu dapat kita lihat dari segi kehidupan sehari-hari.

Lembaga Pemasyarakatan Khusus Wanita , jelas dalam undang-undang diatur bahwa ada pemisahaan antara laki-laki dan perempuan. Dalam proses pembinaannnya perlakuaan antara laki-laki dan perempuan jelas berbeda. Pembinaan warga binaan pemasyarakatan melihat secara fisik, psikologis dalam pembinaannya. Pembinaan antara laki-laki dan perempuan memang berbeda.

Sebagai mahluk sosial, yaitu mahluk hidup tidak dapat hidup seorang diri dan selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Perempuan juga membutuhkan orang lain dalam hidupnya termasuk sosok laki-laki. Laki-laki dianggap menjadi sosok yang kuat, melindungi perempuan, dapat memenuhi kebutuhan dari si perempuan. Di Lembaga Pemasyarakatan yang khusus perempuan juga membutuhkan sosok laki meskipun disana tidak ada laki-laki.

Sebutan “sentul” adalah sebutan bagi mereka perempuan yang sudah mengaku dirinya sebagai laki-laki. Warga binaan pemasyarakatan seperti ini

94 adalah perempuan yang tidak mementingkan penampilan dan menganggap dirinya berbeda dengan perempuan lainnya. Biasanya Warga binaan pemasyarakatan seperti ini mengganti namanya dengan nama laki-laki seperti abang dan om. Pengantian nama tersebut telah digunakan warga binaan pemasyarakatan yang lain dan terkadang petugas juga mengunakan nama tersebut.

Sentul juga berbeda dengan perempuan lainnya, selain menyukai sesama perempuan. Warga binaan pemasyarakatan seperti ini juga memiliki kelebihan lain seperti memiliki tenaga yang lebih kuat dari yang lain dan lebih dikenal di Lembaga Pemasyarakatan. Kondisi ini juga kadang dimanfaatkan petugas lembaga pemasyarakatan. Petugas yang juga kebanyakan perempuan memanfaatkan kondisi mereka yang kuat. Tenaga mereka digunakan untuk hal-hal yang lebih membutuhkan tenaga, seperti menggangkat bahan makanan, membersihkan kantor, bahkan membersihkan halaman Lembaga Pemasyarakatan.

Sebagai imbalan, biasanya para sentul lebih dekat dengan petugas yang sering menggunakan tenaga mereka. Kedekatan ini terkadang dimanfaatkan warga binaan pemasyarakatan untuk memenuhi kebutuhan mereka seperti komunikasi dengan keluarga. Warga binaan pemasyarakatan lebih mudah komunikasi dengan keluarga dengan menggunakan alat komunikasi yang digunakan petugas.

Ada banyak faktor yang menyebabkan adanya fenomena seperti ini terjadi di Lembaga Pemasyarakatan, antara lain karena terlalu sering bertemu dengan

95 sesama perempuan sehingga timbul perasaan bahwa ia berbeda dengan yang lain. Tidak semua perempuan itu kuat, memperhatikan penampilannya dan pintar mengurus diri sendiri. Perbedaan itulah yang menjadikan mereka mengangap dirinya berbeda dengan perempuan lainnya.

Kehidupan mereka diluar sebelum masuk Lembaga Pemasyarakatan, memang sudah membentuk mereka memiliki sifat maskulin, dan hal itu terbawa juga saat mereka menjalani hukumanan. Sifat maskulin seperti ini juga terkadang ditiru warga binaan pemasyarakatan lain. Sehingga kelompok seperti ini cukup banyak di lembaga pemasyarakatan.

Saling mempengaruhi satu sama lain adalah salah satu faktor yang menjadikan adanya kelompok seperti ini. Namun seringkali kondisi seperti ini hanya terjadi pada saat masa hukuman berlangsung, bagi warga binaan pemasyarakatan yang meniru kondisi seperti ini setelah masa hukuman habis, warga binaan pemasyarakatan tersebut akan kembali ke keluarganya dan hidup normal sebagai mana perempuan lainnya.

96 Indonesia sebagai negara hukum tentunya tidak membedakan hukum itu bagi siapa pun. Tua-muda, laki-laki dan perempuan, bahkan perempuan hamil pun tidak telepas dari hukum. Setiap warga negara yang melanggar hukum akan dihukum sesuai dengan bentuk sanksi dari pelanggaran yang dilakukan.

Tidak ada pengecualian bagi perempuan hamil. Perempuan hamil juga dapat dihukum dalam kurungan penjara. Bagi perempuan hamil yang telah diproses hukumnya dan mendapat hukuman kurungan penjara, maka perempuan tersebut tetap di tempatkan di Lembaga Pemasyarakatan. Namun dalam proses pembinaannya kehamilan dan kesehatan ibu dan calon bayi tersebut akan menjadi perhatian tim kesehatan di Lembaga Pemasyarakatan. Peraturan pemerintah menyatakan bahwa seorang bayi yang dilahirkan di dalam penjara dapat dirawat ibunya hingga bayi tersebut berumur 2 tahun. Selama 2 tahun tersebut, Lembaga Pemasyarakatan akan membantu ibu bayi tersebut dengan penyedian susu formula untuk menunjang kesehatan dari bayi tersebut.

2 tahun adalah waktu yang diberika Lembaga Pemasyarakatan untuk merawat bayinya. Jika ibu sibayi belum menyelesaikan masa hukumannya, dan sianak telah berumur 2 tahun, maka bayi tersebut akan diberikan pihak keluarga. Jika pihak keluarga tidak ada yang mau mengurusnya maka sianak akan di pindahkan ke panti asuhan dengan sepengetahuan si ibu dari bayi tersebut.

Tidak semua ibu hamil yang memiliki anak balita mengurus anaknya selama 2 tahun di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Setelah dilahirkan kebanyakan ibu dari bayi tersebut akan menyerahkan anaknya kepada keluarga

97 untuk diurus dan dirawat. Ada banyak alasan ibu tersebut langsung menyerahkan anaknya kepada keluarga.

Kondisi Lembaga Pemasyarakatan yang tidak memungkinkan untuk bayi menjadi alasan ibu bayi tersebut tidak merawat anaknya sendiri di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Meskipun masih membutuhkan ASI dari ibunya, kondisi yang tidak memungkinkan ini menjadi alasan ibunya mau berpisah dengan bayinya. Untuk mendapatkan ASI biasanya keluarga akan datang berkunjung dan membawa bayinya untuk memperoleh ASI.

Tidak semua wanita hamil beruntung, dapat memitipkan anaknya ke keluarga untuk di urus dan dirawat. Ada saja keluarga yang tidak mau menerima anak bayi tersebut meskipun anak tersebut memang darah dagingnya. Hal inilah yang dialami bayi yang harus hidup dan tumbuh dengan para warga binaan pemasyarakatan. Bayi tersebut harus tumbuh dan berkembang dengan warga binaan pemasyarakatan dari berbagai kasus, mulai dari warga binaan pemasyarakatan kasus pencurian, pembunuhan, narkotika, perkelahian dan lain-lain.

Ibu yang memiliki bayi tidak memperoleh keistimewaan, sama saja dengan warga binaan pemasyarakatan yang lainnya. Sama dengan bayinya bayi tersebut juga bergabung dengan warga binaan pemasyarakatan lainnya. Lembaga Pemasyarakatan akan tetap mengawasi dan menjaga kesehatan si bayi, namun Lembaga Pemasyarakatan tidak menyediakan tempat khusus bagi si bayi. Lembaga Pemasyarakatan hanya menyediakan bantuan berupa susu formula untuk

98 membantu memenuhi asupan gizi dari si bayi tersebut dan juga bantuan pengecekan kesehatan si bayi secara berkala.

Bayi tersebut tidur diruang tahanan bersama ibunya dan juga warga binaan pemasyarakatn lainnya. Sebagai perempuan maka warga binaan pemasyarakatan yang lainnya juga ikut menjaga si bayi tersebut. Sehingga ibu dari sibayi tersebut tidak hanya satu melainkan banyak.

Kondisi perkembangan si bayi menjadi hal menarik untuk diperhatikan. Bayi umur 0 sampai 2 tahun adalah waktu yang sangat tepat untuk memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan si bayi. Pada masa inilah si anak seharusnya memperoleh kasih sayang dan perhatian dari kedua orangtuanya.

Namun berbeda halnya yang dirasakan bayi yang harus tumbuh di dalam Lembaga pemasyarakatan. Bayi tersebut harus tumbuh berkembang tanpa kasih sayang dan perhatian si ayah karena harus terpisah oleh tembok Lembaga Pemasyarakatan. Sebenarnya kasih sayang dan perhatian orangtua kandung itu tidak bisa di gantikan siapa pun, kondisi ibu si bayi yang harus dibina di Lembaga Pemasyarakatan dan siayah yang berada di luar Lembaga Pemasyarakatan yang membuat kondisi si bayi tidak dapat mendapatkan kasih sayang dan perhatian kedua orangtuanya.

Mendapatkan kasih sayang dari warga binaan pemasyarakatan menjadi salah satu pengganti kehadiran sosok ayah bagi si bayi. Si bayi akan memiliki banyak ibu yang mau menerima dan merawat dia, khususnya bagi teman sekamar

99 tahanan si ibu. Warga binaan pemasyarakatan yang menjadi teman ibu terkadang ikut menjaga dan merawat si anak tersebut.

4.3 Hubungan antara Warga Binaan Pemasyarakatan dan Petugas Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Tanjung Gusta Medan

Warga binaan pemasyarakatan dan petugas pemasyarakatan adalah dua pihak yang saling berhubungan dan terus berinteraksi di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Warga binaan pemasyarakatan adalah pihak yang harus dibina untuk kembali menjadi manusia seutuhnya seperti tujuan warga binaan pemasyarakatan tersebut dibina di Lembaga Pemasyarakatan. Sedangkan petugas

Dokumen terkait