• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Kegiatan Pengelolaan Lingkungan A. Tujuan

Untuk mengetahui kegiatan Pengelolaan Lingkungan yang telah dilakukan oleh PT.Berau Bara Abadi

B. Dasar Teori

Pengelolaan lingkungan adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan. ( Farisyalwan, 2009).

C. Alat dan bahan

Alat tulis menulis dan data dari Perusahaan D. Prosedur Kerja

Berdiskusi dengan pembimbing lapangan mengenai pengelolaan lingkungan di beberapa lokasi kegiatan pertambangan PT.Berau Bara Abadi. E. Hasil yang dicapai

Hasil yang dicapai adalah informasi mengenai pengelolaan lingkungan di beberapa lokasi kegiatan pertambangan PT.Berau Bara Abadi

F. Pembahasan

Berikut adalah beberapa lokasi pertambangan batubara PT.Berau Bara Abadi yang berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan dan upaya pengelolaan yang dilakukan oleh PT.Berau Bara Abadi :

a) PIT

PIT merupakan lahan kegiatan pembukaan lahan batubara dan pengambilan batubara. Beberapa kegiatan di Pit batubara adalah sebagai berikut (1) Pembukaan/penebasan dan persiapan lahan

(2) Pengambilan tanah pucuk dan Over Burden (3) Pengambilan batu bara

Beberapa dampak yang ditimbulkan serta pengelolaan yang dilakukan dari kegiatan diatas antara lain :

(a) Hilangnya flora dan fauna

Sejalan dengan kegiatan operasi penambangan, kegiatan pembukaan dan penebasan lahan yang dilakukan terbatas hanya pada lahan yang dibutuhkan sesuai dengan rencana penambangan. ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan lingkungan sekaligus memperkecil kerusakan lingkungan akibat kegiatan penebasan pohon-pohon sehingga berkibat dari hilangnya flora dan fauna. Maka, kegiatan penebasan telah dilaksanakan secara bertahap, tidak sekaligus membabat habis pohon atau tanaman-tanaman disekitar lokasi yang akan ditambang, namun dengan tetap membiarkan sebagian daerah tidak terganggu untuk menjadi jalur-jalur hijau yang berfungsi sebagai penyangga ekologi dengan harapan kegiatan rehabilitasi lahan lebih cepat berhasil.

Kegiatan penebasan lahan sebagian besar diperuntukkan sebagai lokasi penambangan dan hanya sebagian kecil yang dibuka sebagai lokasi timbunan tanah/batuan penutup (waste dump). untuk lokasi pemupukan tanah penutup dan penimbunan tanah/batuan penutup tetap ditempatkan pada bekas penambangan yang telah selesai diambil batubaranya atau kegiatan back filling.

(b) Debu dan emisi udara jalan tambang

Dalam setiap kegiatannya, pertambangan batubara pasti menghasilkan pencemaran seperti debu dan emisi jalan tambang yang berasal dari kendaraan tambang, untuk itu kegiatan pengelolaan yang dilakukan untuk penanganannya adalah penyiraman jalan tambang untuk meminimalisasi debu serta penanaman disepanjang jalan tambang untuk mengurangi emisi debu dari kendaraan tambang.

(c) Air limbah tambang

Air limbah tambang dihasilkan pada saat kegiatan pembukaan lahan serta pengambilan batubara. Air limbah yang berpotensi mencemari lingkungan selanjutnya dialirkan ke drainase dan settling pond untuk dilakukan pengolahan agar tidak mencemari lingkungan.

(d) Erosi dan sedimentasi

Erosi diakibatkan dari kegiatan penebasan pohon saat pembukaan lahan. Tanaman yang hilang atau berkurang menyebabkan tanah lebih mudah mengalami erosi dan sedimentasi. Maka penanganan yang dilakukan adalah : (i) Penataan dan pembentukan timbunan tanah/batuan penutup berupa teras

dengan sudut kemiringan (slope) yang landai yaitu sekitar 26, membentuk permukaan bidang olah dengan kemiringan sekitar 3% ke arah kaki lereng, dengan demikian laju erosi yang diakibatkan air limpasan permukaan yang melalui bidang-bidang lereng dapat terkendali.

(ii) Pengendalian secara vegetatif dilakukan dengan cara menanam tanaman penutup tanah (cover crop) dan pohon di daerah-daerah terbuka yang sudah selesai ditata bentuk dan permukaannya. dengan telah dilakukan revegetasi ini, maka dampak erosi akibat air hujan dapat diminimalisasi.

(iii) Membuat kolam-kolam pengendap yang dapat mencakup seluruh areal kegiatan operasional penambangan. dengan adanya kolam pengendap ini, maka tanah ataupun sedimen-sedimen yang hanyut telah pendangkalan terhadap badan perairan/sungai disekitar kegiatan penambangan.

(e) Sampah umum

Sampah umum yang dihasilkan dari kegiatan pit berupa sampah umum maupun sampah berbahaya penanganan yang dilakukan untuk sampah umum

dilakukan penimbunan serta untuk sampah berbahaya dimusnahkan di incinerator.

b) ROM (Run of Mine)

ROM adalah tempat penumpukan batubara sebelum dilakukannya peremukkan batubara.

Beberapa dampak yang ditimbulkan serta pengelolaan dilokasi ROM disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2. Dampak dan Pengelolaan di ROM

No Dampak Pengelolaan

1 Debu/fine coal Penyiraman dilakukan di sepanjang jalan tambang guna mengurangi pencemaran debu dijalan tambang.

2 Air limpasan Pembuatan drainase bertujuan menampung serta mengalirkan air limpasan yang diakibatkan dari kegiatan ROM.

3 Sedimen Membuat kolam-kolam pengendap yang dapat mencakup seluruh areal kegiatan operasional penambangan. Dengan adanya kolam pengendap ini, maka tanah ataupun sedimen-sedimen yang hanyut telah pendangkalan terhadap badan perairan/sungai disekitar kegiatan penambangan.

c) Coal Processing Plant (1) Crusher

Crusher merupakan tempat proses peremukan batubara menjadi ukuran yang lebih kecil. Pada saat dumping atau penumpahan batubara ke hopper,maka akan menimbulkan dampak berupa pencemaran debu. Untuk mengurangi pencemaran debu yang dihasilkan maka dilakukan penyiraman.

(2) PSY (Port Stock Yard)

PSY (Port Stock Yard) merupakan tempat penumpukan batubara sebelum di angkut ke kapal pengangkut batubara. Blending dilakukan guna

memaksimalkan kualitas batubara antara batu bara berkualitas rendah dan berkualitas tinggi sesuai permintaan konsumen.

Beberapa dampak yang ditimbulkan di area PSY serta pengelolaan dampak yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Dampak dan Pengelolaan di PSY

No Dampak Pengelolaan

1 Debu Penyiraman jalan

2 Air limpasan Pembuatan drainase dan pengelolaan air di settling pond

3 Hidrokarbon Hidrokarbon berupa sisa oli maupun solar dan sampah berbahaya lainnya dikelola pada oil trap dan di insinerasi.

(3) Unit Listrik Tenaga Diesel/Genset

Unit Listrik Tenaga Diesel merupakan unit yang berfungsi sebagai sumber listrik bagi perusahaan .

Beberapa kegiatan yang menyebabkan dampak pada unit itu adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Dampak dan Pengelolaan di Unit Listrik Tenaga Diesel/Genset

No Dampak Pengelolaan

1 Emisi udara Pemantauan kualitas emisi udara

2 solar tumpahan bahan bakar

Bioremediasi

d) Kegiatan pengelolaan di Settling Pond 1) Pengelolaan air limbah tambang

Settling Pond adalah suatu penyaluran berbentuk kolam yang berfungsi sebagai kolam pengendapan semua air dari areal tambang, baik air tanah maupan air hujan dan bertujuan untuk menjernihkan air yang keluar ke perairan umum.

Kolam pengelolaan yang ada di PT. BBA berjumlah 14 kolam, terdiri dari 5 kolam di PIT Timur (WMP T-02, WMP T-01, WMP T-03, WMP T-05, WMP T-06) 4 kolam di PIT Selatan (WMP T-08,WMP T-04,WMP T-10,WMP T-09) dan 5 kolam di area Jeety dan pelabuhan (WMP 11,WMP 12,WMP 13,WMP T-14,WMP T-15). Semua kolam tersebut merupakan kolam yang keluarannya (out let) berdekatan dengan titik penataan. Ukuran luasan kolam berbeda-beda, dengan rata-rata ukuran luas 4 meter, panjang 6 meter, kedalaman 2-3 meter dan ketebalan tanggul 1 meter. Usaha pengendalian terhadap air limbah tambang yang telah dilakukan oleh PT. BBA adalah usaha pencegahan (preventive) dan pengelolaan (corrective). Usaha pencegahan (preventive) yang dilakukan berfokus pada pencegahan terjadinya air asam tambang dengan menerapkan sistem manajemen batuan penutup, yaitu penimbunan dan penataan dilakukan sesuai dengan karakteristik batuannya yang telah dituangkan dalam standar prosedur (SOP) di PT. BBA, disamping itu melakukan segera back filling lahan bekas penambangan untuk mencegah jangan sampai terjadi oksidasi mineral sulfida pada bekas penambangan yang dapat berakibat terjadinya air asam tambang. Sedang usaha pengelolaan air limbah tambang (corrective) yang dilakukan adalah dengan cara mengalirkan semua air limbah tambang kedalam kolam-kolam untuk di kelola serta melakukan pemantauan rutin (harian) untuk mengetahui kualitasnya. Terjadi air asam tambang (AAT) di beberapa lokasi penambangan PIT timur. Usaha pengelolaan yang dilakukan adalah menambahkan dan mencampur kapur (hydrated lime) sebagai bahan penetral. Pengecekan kualitas air dilakukan secara terus-menerus selama proses pengelolaan hinga pH air menjadi normal. Setelah pH normal, air kemudian dilepas ke perairan umum/lingkungan. Demikian juga di area penambangan PIT

Selatan, beberapa kolam mempunyai kekeruhan yang tinggi (TSS) sehingga dilakukan pengelolaan dengan cara menambahkan koagulan dan flokulan. Usaha perbaikan yang telah dilakukan untuk menanggulangi masalah kualitas air limbah khususnya parameter TSS adalah pemeliharaan dan pengerukan sedimen dan kolam. Dengan dilakukannya pengerukan ini maka air limbah mempunyai kesempatan untuk mengendap sebelum mengalir ke peraiaran umum, kemudian umur kolam juga akan bertambah lama.

e) Lokasi penunjang limbah

Beberapa lokasi penunjang limbah seperti workshop, office,maupun base camp juga berpotensi menimbulkan pencemaran dari kegiatan yang dihasilkan.

Berikut adalah dampak yang ditimbulkan serta pengelolaan yang dilakukan :

Tabel 5. Dampak dan Pengelolaan Kegiatan di Lokasi Penunjang

No Dampak Contoh Limbah Pengelolan

1 Sampah umum Sisa makanan atau

minuman maupun sampah umum biasa

Dikumpulkan dalam bak sampah untuk selanjutnya di timbun di TPA

2 Limbah kegiatan MCK Tinja Dikelola di septic tank

3 Limbah B3 a. Kemasan/Bahan Kimia &

Pestisida,Catridge printer,

b.

battery Accu

Dikumpulkan dalam kantong khusus yang tertutup rapat, diberi label/symbol untuk selanjutnya di musnahkan

4 Besi, ban bekas dan

sampah hidrokarbon

Contoh sampah hidrokarbon :

a. Pelumas Bekas b.Sisa Grease

c. Filter oil/solar bekas d.Hose hidrolik bekas e.Drum bekas hidrokarbon f. terkontaminasi hidrokarbon g. Lumpur oil trap

h. Tanah terkontaminasi hidrokarbon

1. Untuk besi atau pun ban bekas masih dapat dimanfaatkan kembali. 2. Untuk pelumas bekas,

sisa grase, solar bekas atau hose hidrolik bekas disalurkan ke pengumpul 3. Untuk drum bekas di

manfaatkan kembali 4. Untuk lumpur oil trap dan

tanah terkontaminasi hidrokarbon di kumpulkan dalam drum untuk selanjutnya dikelola di lahan bioremediasi ataupun di kirim ke pengelola B3 yang memiliki izin

b. Kegiatan Pemantauan Lingkungan

Pemantauan lingkungan adalah proses pengamatan, pencatatan, pengukuran, pendokumentasian secara verbal dan visual menurut prosedur standard tertentu terhadap satu atau beberapa komponen lingkungan dengan menggunakan satu atau beberapa parameter sebagai tolak ukur yang dilakukan secara terencana, terjadwal dan terkendali dalam satu siklus waktu tertentu. Dalam Pemantauan lingkungan biasanya di lakukan monitoring agar dapat menghasilkan data yang tepat sebagai unsur analisa suatu pengamatan.

1) Pemantauan Perubahan Kualitas Udara

Parameter perubahan kualitas udara yang dipantau adalah sebagai berikut Tabel 6. Pemantauan Kualitas Udara

No Parameter Frekuensi

1 Kadar Debu 3 Bulan

2 SOx, NOx, CO, dll 3 Bulan

3 Kebisingan 3 Bulan

Tabel 7. Standar Baku Mutu Kualitas Udara untuk

Parameter Udara Ambient dan Emisi Gas Buang berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999

No Parameter Standar

1 Carbon Monoksida (CO) 30000 ug/m3 2 Nitrogen Oksida (NO2) 400 ug/m3

3 Debu 230 ug/m3

4 Kebisingan 70 dB

5 Sulfur Dioksida (SO2) 900 ug/m3

Dampak penting yang menyebabkan perubahan kualitas udara dari aktifitas operasional penambangan batu bara adalah peningkatan kandungan debu dan kebisingan (udara ambien).

Dari hasil analisis laboratorium yang telah dilakukan, kemudian dibandingkan dengan baku mutu udara sesuai Perda Kaltim No.339 tahun 1988 ataupun Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999, secara umum memenuhi

standar baku mutu. semua parameter memenuhi standar baku mutu KEP-13/MENLH/3/1995. Namun beberapa parameter seperti debu, kebisingan serta opasitas terlihat hampir mendekati Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditentukan. Hal ini perlu di waspadai agar tidak memicu terjadinya pencemaran lingkungan. 2) Pemantauan Kualitas Air Limbah

Pemantauan perubahan kualitas air khususnya air limbah dari proses kegiatan dilakukan secara rutin dengan frekuensi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. untuk kebutuhan pelaporan dilakukan perbulan dan pertiga bulan yang dilaksanakan melalui laboratorium PT. Sucofindo dan Baristan, sedang untuk kebutuhan internal perusahaan, dilakukan pemantauan harian dan mingguan, dan untuk parameter Fe dan Mn dilakukan sekali dalam sebulan sesuai peraturan yang berlaku.

Beberapa kegiatan dalam pemantauan kualitas air limbah tambang batubara adalah :

a) Pengukuran pH pada setiap settling pond

b) Pencatatan data pH dan debit air pada papan data di setiap settling pond c) Pengukuran TSS air di Laboratorium Environment

Setelah dilakukan pemantauan maka data-data yang diperoleh tersebut di susun untuk dilaporkan ke pemerintah .

Berikut adalah beberapa parameter penting dalam kegiatan pemantauan kualitas air limbah tambang batubara :

Tabel 8. Parameter yang di lakukan dalam Pemantauan Lingkungan

No Parameter Frekuensi

1 pH Harian

2 Fe 1 bulan

3 Mn 1 bulan

Tabel 9. Standar Baku Mutu Air Limbah Untuk Kegiatan Pertambangan Batubara (Perda Kaltim No.2 tahun 2011 dan KepMenLH No.113 tahun 2003)

No Parameter Kadar Maksimum

(mg/L)

1 TSS 300

2 Besi Total (Fe) 7

3 Mangan Total (Mn) 4

4 pH 6 – 9

D. Tahap Pasca Operasi Pertambangan Batubara 1. Informasi Jenis Tanaman yang digunakan a. Tujuan

Mengetahui jenis-jenis tanaman yang digunakan oleh PT. Berau Bara Abadi dalam kegiatan revegetasi lahan pasca tambang.

b. Dasar teori

Tanaman untuk reklamasi digunakan untuk kegiatan revegetasi lahan pasca tambang yang jenisnya disesuaikan dengan kondisi lahan pertambangan. c. Alat dan bahan

Alat tulis menulis dan kamera untuk dokumentasi. d. Prosedur kerja

Mereview dokumen SOP Departemen Reklamasi dan Rehabilitasi PT. Berau Bara Abadi

e. Hasil yang dicapai

Mengetahui jenis-jenis tanaman yang digunakan dalam kegiatan revegetasi lahan.

f. Pembahasan

Jenis tanaman yang digunakan adalah tanaman lokal dan non lokal, sebagai berikut :

Tabel 10. Jenis Tanaman Lokal dan Non Lokal

2. Kegiatan Reklamasi Lahan a. Tujuan

Mengetahui kegiatan-kegiatan reklamasi yang dilakukan PT. Berau Bara Abadi dalam kegiatannya pasca operasi pertambangan batubara.

b. Dasar teori

Reklamasi adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki lahan bekas tambang agar sesuai dengan peruntukannya seperti pembuatan sedimen pond, drainase, penataan lahan dan penanaman.

Revegetasi adalah kegiatan penanaman kembali lahan yang sudah terganggu akibat kegiatan penambangan dengan tanaman penutup tanah (cover crop), jenis pelindung dan tanaman jenis lokal yaitu tanaman yang sebelumnya pernah tumbuh di lokasi tersebut.

c. Alat dan bahan

Alat tulis menulis dan kamera untuk dokumentasi. d. Prosedur kerja

1) Mengamati kegiatan di rumah pembibitan

2) Melakukan Penanaman di sekitar Workshop PT. Berau Bara Abadi

No Tanaman Lokal Tanaman Non Lokal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Anthocephalus cinensis (jabon) Aquilaria moluccensis (garu) Eusideroxylon zwageri (ulin) Lansium domesticum (duku) Niphelium longanum (lengkeng) Nypah fruticans (nipah)

Piper aduncum (kiseureuh) Polythia glauca (banitan) Shorea seminis (tengkawang) Shorea lamellata (meranti putih) Shorea leprosula (meranti merah) Shorea laevis (bengkirai)

Acacia mangium (akasia) Cassia siamea (johar) Durio sp (durian hutan)

Leucaena leucocephala (lamtoro) Gmelina arborea (jati putih) Artocarpus integer (cempedak) Mangifera indica (mangga) Nephelium lappaceum (rambutan) Paraserianthes falcataria (sengon) Samanea saman (trembesi) Swietenia mahagoni (mahoni) Terminalia catappa (ketapang)

e. Hasil yang dicapai

Hasil yang dicapai adalah mengetahui kegiatan penghijauan dan pembibitan yang dilakukan PT.Berau Bara Abadi

f. Pembahasan

Kegiatan reklamasi yang telah dilakukan pada lahan bekas penambangan maupun lokasi-lokasi timbunan tanah / batuan penutup meliputi :

1) Penghijauan

Realisasi penghijauan atau revegetasi pada daerah yang terbuka / terganggu termasuk bekas penumpukan topsoil, di daerah blok selatan sekitar 12.9 Ha , dengan jumlah bibit yang ditanam sebanyak 220 Pohon.

2) Pembibitan

Pengembangan bibit untuk keperluan penghijauan dilapangan tetap dilaksanakan secara kontinyu dirumah pembibitan/nursery. Teknik pengembangan bibit dilakukan secara generatif (melalui biji, anakan) dan pengembangan secara vegetatif (melalui stek). Karena kebutuhan bibit yang cukup besar, maka pengembangannya lebih banyak dilakukan secara generatif.

Disamping lebih praktis dan mudah didapat, cara ini juga dapat dilakukan dalam jumlah yang banyak. Jumlah bibit yang sudah dikembangkan dirumah pembibitan dan siap tanam adalah sebanyak 1000 batang yang terdiri dari 10 spesies. Jenis tanaman ini terdiri dari jenis lokal (jenis tanaman yang berasal dari sekitar areal tambang atau pernah tumbuh sebelum dilakukan penambangan) 59 spesies jenis lokal dan 43 spesies jenis non lokal (tanaman yang berasal dari luar daerah). Diantara jenis non lokal ada beberapa jenis buah-buahan yang diharapkan menjadi sumber makanan satwa liar nantinya. Beberapa hal yang

perlu dijelaskan sehubungan dengan pencapaian target reklamasi adalah sebagai berikut :

a) Kegiatan penyebaran tanah penutup lebih banyak diarahkan ke area lahan bekas penambangan (backfilling dump)

b) Luasan area penimbunan tanah penutup diluar tambang (out pit dump) dapat diminimalisir.

Revegetasi yang merupakan tahap akhir dari reklamasi dapat dilakukan secara maksimal karena didukung oleh ketersediaan lahan yang cukup.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait