• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL ) PT. BERAU BARA ABADI KECAMATAN SEGAH, KABUPATEN BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL ) PT. BERAU BARA ABADI KECAMATAN SEGAH, KABUPATEN BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL ) PT. BERAU BARA ABADI

KECAMATAN SEGAH, KABUPATEN BERAU

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

OLEH :

Noor Imam Faisal

120 500 130

PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2015

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan PKL : Laporan pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) PT. Berau Bara Abadi Kecamatan Segah, Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur

Nama : Noor Imam Faisal

N I M : 120500130

Program Studi : Manajemen Lingkungan Jurusan : Manajemen Pertanian

.

Lulus ujian pada tanggal :……… Pembimbing,

Fachruddin Azwari, ST. MSI NIP. 19750521 200812 1 001

Penguji I,

M. Fikri. H. S.Hut. MP

NIP. 19701127 199802 1 002

Penguji II,

Martha E. Siahaya. S,Hut. MP NIP. 19721107 200312 2 001

Mengesahkan,

Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Ir. Dadang Suprapto, MP. NIP. 19620101 198803 1 003

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahhirabbil’alamin. Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Tak lupa shalawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW beserta keluarga besar dan para sahabat nabi. Dan hanya dengan izin-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan praktek kerja lapang ini.

Laporan ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Praktek Kerja Lapang yang dilakukan di PT. Berau Bara Abadi. Praktik Kerja Lapang dilakukan selama 2 bulan yaitu bermula dari awal bulan Maret dan berakhir pada akhir April 2015. Kegiatan Praktek Kerja Lapang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir agar mendapat gelar Ahli Madya serta lulus di perguruan tinggi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapang dan penyusunan laporan, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan, dukungan, dan saran dari banyak pihak, oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan kepada:

1. Orang tua tercinta yang telah banyak memberi dukungan, baik dari segi moril dan material kepada penulis,

2. Keluarga, kakak dan adik tercinta yang telah banyak memberi dukungan, baik dari segi moril dan material kepada penulis,

3. Bapak Said selaku Kepala KTT PT. Berau Bara Abadi

4. Bapak Sumarji yang telah banyak membantu dan membimbing penulis sampai selesainya Praktek Kerja Lapang,

5. Seluruh Karyawan PT. Berau Bara Abadi

6. Bapak Fachruddin Azwari, ST. MSI selaku Dosen Pembimbing Praktek Kerja Lapang,

7. Bapak M. Fikri. H. S.Hut. MP selaku Dosen Penguji 1, 8. Ibu Martha E. Siahaya. S,Hut. MP selaku Dosen Penguji 2,

9. Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen Lingkungan,

(4)

10. Para staf pengajar, administrasi dan teknisi di Program Studi Manajemen Lingkungan yang namanya tidak dapat di sebutkan satu persatu,

11. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2012 Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, khususnya Program Studi Manajemen Lingkungan, serta semua pihak yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.

Pada kesempatan ini penulis memohon maaf kepada semua pihak atas segala khilaf, baik dalam perbuatan maupun perkataan, baik yang sengaja maupun yang tidak disengaja selama melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapang. Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis akan mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT yang tak terhingga, Aamiin.

Walaupun sudah berusaha dengan sungguh-sungguh, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan laporan ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Demikian laporan ini penulis buat untuk dapat dijadikan acuan pada praktek yang akan datang maupun untuk panduan para pembaca laporan ini. Semoga laporan Praktek Kerja Lapang ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kampus Sei Keledang, 28 Mei 2015

(5)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN PENGESAHAN ... i KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan ... 2

C. Hasil yang Diharapkan ... 2

II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN ... 3

A. Tinjauan Umum Perusahaan ... 3

B. Manajemen Perusahaan ... 4

C. Lokasi dan Waktu PKL ... 5

III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG ... 7

A. Persiapan Lahan Tambang Batubara... 7

1. Aspek Legalitas Perusahaan ... 7

B. Tahap Konstruksi Pertambangan Batubara ... 14

1. Observasi sistem K3 pada Contractor Management System (CMS) yang telah diterapkan ... 14

2. Informasi geografis lokasi tambang ... 16

C. Tahap Operasi Pertambangan Batubara... 18

1. Proses Penambangan Konvensional... 18

2. Kegiatan Hauling dan Dumping PT. Berau Bara Abadi ... 22

3. Kegiatan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan PT Berau Bara Abadi ... 22

D. Tahap Pasca Operasi Pertambangan Batubara ... 32

1. Informasi Jenis Tanaman yang digunakan ... 32

(6)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 36 A. Kesimpulan... 36 B. Saran ... 37 DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapang... 5

2. Dampak dan Pengelolaan di ROM ... 26

3. Dampak Pengelolaan di PSY... 27

4. Dampak dan Pengelolaan di Unit Listrik Tenaga Diesel ... 27

5. Dampak dan Pengelolaan di Lokasi Penunjang... 29

6. Pemantauan Kualitas Udara ... 30

7. Standar Bakumutu Kualitas Udara untuk Parameter Udara Ambient dan Emisi Gas Buang Berdasarkan PP No.41 Thn 1999 ... 30

8. Parameter yang di Lakukan dalam Pemantauan Lingkungan ... 32

9. Standar Bakumutu Air Limbah untuk Kegiatan Pertambangan Batubara (Perda Kaltim No.02 Thn 2011 dan KepMenLH No.113 Thn 2003) ... 32

(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Lampiran Halaman

1. Peta Lokasi PT. Berau Bara Abadi ... 39

2. Proses Penambangan PT. Berau Bara Abadi ... 39

3. Struktur Organisasi PT. Berau Bara Abadi ... 41

4. Proses Pemindahan Topsoil ... 41

5. Proses Kegiatan Hauling PT. Berau Bara Abadi ... 42

6. Proses Penanaman di sekitar Lahan Tambang PT . Berau Bara Abadi. ... 44

7. Kegiatan Crusher PT. Berau Bara Abadi... 47

8. Kegiatan Penyiraman Jalur Angkut PT. Berau Bara Abadi... 49

9. Perawatan Sarana dan Prasarana di Areal PT. Berau Bara Abadi. ... 50

10. Settlingpond PT Berau Bara Abadi ... 51

(9)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktek kerja lapang adalah merupakan salah satu konsep pelaksanaan pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Oleh karena itu disamping teori dan praktikum, juga disediakan waktu untuk mendapatkan praktek kerja lapang. Tujuan praktek kerja lapang ini adalah untuk mendapatkan kemampuan dan keterampilan lanjutan, sehingga mahasiswa tidak asing lagi bila kelak bekerja di tengah masyarakat.

Lulusan Program Studi Manajemen Lingkungan diharapkan dapat terlibat aktif dalam usaha pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan di perusahaan maupun di lingkungan secara umum. Di masa depan Indonesia membutuhkan banyak sumber daya manusia yang dapat mengelola berbagai sumber daya alamnya dan mampu mengatasi permasalahan lingkungan yang timbul serta mampu menghasilkan suatu teknologi tepat guna yang dapat diimplementasikan dan bermanfaat langsung bagi masyarakat.

Kegiatan penambangan batubara yang kini sudah banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar baik yang berskala lokal maupun nasional memiliki dua sisi yang saling berlawanan, disatu sisi penambangan batubara memberikan dampak positif bagi peningkatan ekonomi negara dan masyarakat di sekitar perusahaan namun disisi lain dampak kegiatan penambangan batubara menimbulkan adanya penurunan kualitas lingkungan.

Kegiatan penambangan batubara secara terbuka (open pit mining) telah menimbulkan berbagai macam dampak baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung ke lingkungan serta masyarakat sekitar. Berbagai upaya telah dilakukan dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,

(10)

namun upaya tersebut belum dapat secara maksimal dalam memberikan kontribusinya terhadap pengembalian kualitas lingkungan.

Upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan merupakan hal terpenting yang harus dilakukan dalam upaya menjaga ekosistem dan proses produksi pada setiap perusahaan sehingga bagian Quality, Safety and Environment (QSE) memegang peranan penting dalam setiap perusahaan tambang batubara. Kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian harus segera ditanamkan dari sekarang terutama bagi para pelaku usaha yang bergerak dalam bidang pertambangan batubara

B. Tujuan

Tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang dilaksanakan di PT. Berau Bara Abadi ini adalah :

1. Mahasiswa mampu menerapkan dan melakukan komparasi dari teori yang diperoleh di perkuliahan dengan keadaan di lapangan.

2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami proses pemantauan lingkungan yang dilakukan PT. Berau Bara Abadi

3. Agar mahasiswa mampu menerapkan system K3 yang di jalankan oleh perusahaan..

C. Hasil yang Diharapkan Hasil yang diharapkan dari praktek kerja lapang ini adalah:

1. Mahasiswa mampu mengevaluasi kegiatan Penambangan Batubara di perusahaan.

2. Mahasiswa menjadi terampil dan berdedikasi tinggi dalam mengaplikasikan hasil PKL di dalam lingkungan kerja perusahaan.

(11)

II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

A. Tinjauan Umum Perusahaan

PT Berau Bara Abadi sebagai salah satu perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang pertambangan batubara ikut serta berperan aktif dalam pemanfaatan sumberdaya batubara. PT Berau Bara Abadi melakukan penambangan batubara di wilayah Kampung Gunung Sari, Pandan Sari, dan Bukit Makmur Kecamatan Segah, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. PT. Berau Bara Abadi sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan batubara telah mendapat dukungan dari Bupati Berau dengan terbitnya Keputusan Bupati Berau Nomor 319 Tahun 2009 tentang Persetujuan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi kepada PT. Berau Bara Abadi dengan luas kuasa tambang sebesar 2.378 ha, luas masuk KBK sebesar 2.250,98 ha, masuk KBNK sebesar 127,02 ha, dan masuk terminal khusus 14,24 ha yang berlokasi di wilayah Kecamatan Segah. Untuk menunjang kegiatan penambangan batubara PT Berau Bara Abadi juga meletakan Terminal Khusus batubara yang berlokasi di Kampung Gunung Sari, Kecamatan Segah. Hal ini juga telah mendapatkan dukungan dari Bupati Berau dengan terbitnya rekomendasi penetapan lokasi terminal khusus No. 534.41/139/HUBKI-II/2013 Tanggal 18 Februari 2013 serta Surat Rekomendasi Gubernur Kalimantan Timur Nomor 551.33/3711/EK perihal rekomendasi Izin penetapan lokasi Terminal Khusus Batubara PT Berau Bara Abadi.

(12)

Adapun sejarah proyek PT. Berau Bara Abadi secara singkat adalah sebagai berikut : 1. Pembukaan Area a. Penyelidikkan Umum (2008) b. Program Eksploitasi (2009) c. Studi Kelayakan (2010)

d. Pembangunan Fasilitas Sementara (2010 - 2011)

e. Kontrak Penambangan Batubara yang ditanda tangani tanggal (2012) f. Pengupasan pertama lapisan penutup (2013)

g. Pengapalan pertama batubara (2014)

B. Manajemen Perusahaan

Jumlah Karyawan yang ada di PT. Berau Bara Abadi adalah sebanyak 188 orang karyawan yang terbagi dalam beberapa posisi sebagai berikut :

a. Karyawan sebanyak : 86 orang b. Kontraktor sebanyak :102 orang

Yang terbagi dalam berbagai departemen sebagai berikut : a. Departement Mine Engineering

b. Departement Mine Operation c. Departement Mine Survey

d. Departement Coal Handling and Procession

e. Departement QSE (Quality, Safety and Environment) f. Departement Laboratory

g. Departement HRD (Human Resources Dept.) h. Departement GA (General Affair)

(13)

j. Departement Port Operation k. Departement Port Maintenance l. Departement Utilities

C. Lokasi dan Waktu PKL

Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dilakukan di PT. Berau Bara Abadi Kampung Bukit Makmur, Kecamatan Segah Kabupaten Berau, Kalimantan Timur selama 2 bulan mulai tanggal 4 Maret sampai 4 Mei 2015

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapang PT. Berau Bara Abadi No Kegiatan/ Uraian

Kegiatan

Tanggal

Pelaksanaan Lokasi Keterangan

Induction Company 4 Maret 2015 Kantor PT.

BBA Teori

A. Persiapan Lahan Tambang Batubara a. Aspek Legalitas Perusahaan

1. Observasi Perijinan

Usaha Tambang 5 Maret 2015

Kantor PT.

BBA Teori

B. Tahap Konstruksi Pertambangan Batubara a. Pembersihan Lahan

1. Observasi alat berat

yang digunakan 6 Maret 2015

Jeety PT. BBA Teori dan Survei Lapangan b. Mobilisasi Peralatan 1. Observasi sistem K3

yang telah ditetapkan 7 Maret 2015

Jeety PT. BBA

Teori dan Survei Lapangan c. Pembangunan sarana dan Prasarana di Lokasi Tambang

1. Informasi Geografis

Lokasi Tambang 7 Maret 2015

Jeety PT.

BBA Teori

2.

Pengelolaan dan Pemantauan Kualitas Air di Settling Pond (Kolam Penampungan)

9 Maret 2015 Jeety PT.

BBA Teori

C. Tahap Operasi Pertambangan Batubara a. Proses Penambangan Batubara Konvensional 1.

Observasi Pengerukan dan Penimbunan Tanah Pucuk (topsoil) 10 Maret 2015 Jeety PT. BBA Teori dan Survei Lapangan 2. Observasi Pengerukan Batubara 11 – 22 Maret 2015 Jeety PT. BBA Teori dan Survei Lapangan

(14)

Tabel 1. lanjutan

b. Proses Pengangkutan Batubara Ke Stockpile 1. Operasi Hauling / Dumping 23 - 15 April 2015 PIT 1 / Jeety PT. BBA Peraktek D. Tahap Pasca Operasi Pertambangan Batubara

a. Kegiatan Revegetasi Lahan 1. Informasi Jenis Tanaman yang digunakan 16 April 2015 Nursery PT. BBA Teori dan Peraktek Lapangan 2. Penanaman di sekitar

areal tambang 18 – 21 April 2015

Nursery dan Work Shop PT. BBA Teori dan Survei Lapangan b. Kegiatan Reklamasi Lahan

1. Informasi Lahan yang

akan direklamasi 22 April 2015

Areal Konsessi PT. BBA Teori dan Survei Lapangan 2. Pengelolaan dan

Perawatan settlingpond 23 – 27 April 2015 PT. BBA

Teori dan Survei Lapangan Pengumpulan data /

Pembuatan Laporan 28 – 4 Mei 2015

Jeety PT.

BBA Teori

Nb : 8, 15, 21, 22, 29 Maret (LIBUR) 3, 5, 12, 19, 26 April (LIBUR) 1, 3 Mei (LIBUR)

(15)

III.

HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)

A. Persiapan Lahan Tambang Batu bara

1.

Aspek Legalitas Perusahaan

a. Tujuan

Observasi aspek legalitas perusahaan bertujuan untuk:

1) Mengetahui nomor izin kuasa pertambangan (KP) beserta luasan area yang akan ditambang oleh PT. Berau Bara Abadi

2) Mengetahui informasi tentang undang-undang yang terkait dengan kegiatan yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi pada instansi/lembaga pemerintah baik di tingkat kabupaten maupun pusat.

b. Dasar Teori

Aspek hukum dan administrasi yaitu suatu aspek yang terkait dengan aspek legal yang meliputi ketentuan hukum yang berlaku termasuk izin lokasi dan izin usaha yang meliputi akte pendirian perusahaan dari notaris setempat PT/CV atau berbentuk badan hukum lainnya, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat tanda daftar perusahaan, Surat izin tempat usaha dari pemda setempat, Surat tanda rekanan dari pemda setempat, Surat Izin Usaha Pertambangan (SIUP) setempat, Surat tanda terbit yang dikeluarkan oleh Kanwil Departemen Penerangan (Anonim, 2009).

c. Alat dan Bahan

Alat : Buku catatan, Pulpen.

Bahan : Dokumen AMDAL PT. Berau Bara Abadi d. Prosedur Kerja

(16)

2) Menulis tentang informasi perijinan PT. Berau Bara Abadi kaitannya dengan kegiatan penambangan batubara.

e. Hasil Yang Dicapai

Hasil yang dicapai selama mempelajari beberapa dokumen yang dimiliki oleh perusahaan adalah informasi tentang perijinan pada instansi yang terkait dengan kegiatan yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi, dalam hal ini izin KP eksplorasi dan luasan areal beserta peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan batubara PT. Berau Bara Abadi.

Sedangkan perijinan yang terkait dengan kegiatan pertambangan dirincikan sebagai berikut :

1) Undang-undang

a) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok Dasar-Dasar Agraria, digunakan sebagai acuan Karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi ini berhubungan dengan lahan atau tanah. b) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,

digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi akan berpengaruh terhadap sumber daya air.

c) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi ini wajib unutk melakukan upaya untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup.

2) Peraturan pemerintah

a) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan Galian, digunakan sebagai acuan karena batubara yang akan

(17)

diekploitasi oleh PT. Berau Bara Abadi adalah termasuk dalam jenis bahan galian.

b) Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang berdampak besar dan penting sehingga wajib dilengkapi dengan AMDAL.

c) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi ini diprakirakan akan berdampak terhadap terjadinya pencemaran udara (khususnya terjadi peningkatan debu).

d) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi ini ada menggunakan bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti oli/minyak pelumas.

e) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi ini wajib melakukan pengelolaan dan pengendalian pencemaran air akibat limbah cairnya.

f) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2012 tentang Wilayah Pertambangan, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi ini dilakukan pada wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara.

(18)

3) Keputusan, Peraturan dan Instruksi Presiden

a) Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi ini berdekatan/berbatasan langsung dengan kawasan lindung. b) Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1999 tentang Perizinan atau Perjanjian di bidang penambangan yang berada dikawasan hutan, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi ini berada dalam kawasan hutan.

4) Keputusan/Peraturan Menteri

a) Peraturan Menteri Perburuan Nomor 7 Tahun 1964 tentang syarat kesehatan, kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi untuk memperhatikan faktor kesehatan, kebersihan di tempat kerja. b) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : per.02/MEN/1980 tentang pemeliharaan kesehatan tenaga kerja, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi ini diperkirakan akan berdampak terhadap kesehatan pekerja. c) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 718/Menkes/Per/XI/1987 tentang

kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi ini diperkirakan akan berdampak terhadap terjadinya peningkatan kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan (gangguan fisiologis).

d) Keputusan Menteri Penambangan dan Energi Nomor : 1211.K/26/M.PE/1995 tentang pencegahan dan penanggulangan perusakan dan pencemaran lingkungan pada kegiatan usaha

(19)

penambangan umum, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi ini diperkirakan akan berdampak terhadap terjadinya perusakan dan pencemaran lingkungan.

e) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : per.05/MEN/1996 tentang Sistem Managemen K3 dalam penyelenggaraan keselamatan kerja, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi ini wajib untuk menjalankan sistem keselamatan kerja.

f) Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Kep-187/MEN/1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadii ini ada menggunakan bahan berbahaya seperti oli/minyak pelumas.

g) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 829 tahun 1999 tentang kesehatan perumahan, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi ini ada melakukan pembuatan mess untuk karyawannya.

h) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1407/Menkes/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja dan industri, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi ini yang menghasilkan dampak debu diprakirakan akan berdampak terhadap kesehatan di lingkungan kerja.

i) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik bagi usaha badan atau kegiatan penambangan batubara, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang

(20)

dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi ini diprakiran akan menghasilkan air limbah domestik.

j) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan atau kegiatan penambangan batubara, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi ini diprakirakan akan menghasilkan air limbah berupa air larian permukaan (surface run off) dan air dari proses pencucian batubara.

k) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 142 Tahun 2004 tentang pedoman mengenai syarat dan tata cara perijinan serta pedoman kajian pembuangan air limbah ke air atau sumber air, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi ini diprakirakan akan membuang limbah cairnya ke air atau ke sumber air. l) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun

2008 tentang reklamasi dan penutupan tambang, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi ini wajib melakukan reklamasi dan penutupan tambang.

5) Keputusan Dirjen, Kepala Badan dan Surat Edaran

a) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : kep 056 tahun 1994 tentang pedoman umum mengenai ukuran dampak penting, digunakan sebagai acuan karena dalam prakiraan tingkat kepentingan dampak dari kegiatan yang dilakukan PT. Berau Bara Abadi terhadap lingkungan hidup menggunakan peraturan tersebut.

b) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : 299/11/1996 tentang pedoman teknis kajian aspek sosial dalam

(21)

penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan, digunakan sebagai acuan karena ada komponen/aspek sosial yang dikaji dalam penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan hidup PT. Berau Bara Abadi ini c) Keputusan Direktorat Jendral Penambangan Umum Nomor :

693.K/008/DDJP/1996 tentang pedoman teknis pengendalian erosi pada kegiatan penambangan umum, digunakan sebagai acuan karena kegiatan penambangan batubara yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi ini diprakirakan akan menimbulkan dampak erosi.

d) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 45 Tahun 2005 tentang pedoman penyusunan laporan pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL), digunakan sebagai acuan karena ada kewajiban dari PT. Berau Bara Abadi dalam melaporkan hasil pelaksanaan RKL dan RPL dalam pelaksanaan kegiatannya nanti.

6) Peraturan Daerah

a) Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Timur Nomor 12 Tahun 1993 tentang RT/RW Propinsi Kalimantan Timur, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi ini berhubungan rencana tata ruang wilayah.

b) Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air sebagai acuan karena PT. Berau Bara Abadi berkewajiban melakukan pengelolaan pencemaran air di areal tambang.

c) Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup digunakan sebagai acuan karena

(22)

kegiatan yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi ini berhubungan rencana tata ruang wilayah khususnya di Kabupaten Berau.

7) Keputusan Gubernur dan Bupati atau Walikota.

a) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Timur Nomor : 339 tahun 1988 tentang baku mutu lingkungan di Propinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Timur, digunakan sebagai acuan karena lingkungan yang terkena dampak dari kegiatan PT. Berau Bara Abadi ini adalah di Propinsi Kalimantan Timur.

b) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Timur Nomor 28 Tahun 2002 tentang pengujian lingkungan dan kesehatan kerja, digunakan sebagai acuan karena adanya kewajiban dari PT. Berau Bara Abadi jika nantinya beropersi untuk mengujikan kesehatan karyawan dan lingkungan kerjanya.

B.

Tahap Konstruksi Pertambangan Batubara

1. Observasi sistem K3 pada Contractor Management System (CMS) yang telah diterapkan

a. Tujuan

Observasi mengenai CMS ini bertujuan untuk mempelajari buku panduan yang menjadi pedoman dalam mengelola sistem K3 di PT. Berau Bara Abadi. b. Alat dan Bahan

1) Alat : Buku catatan dan bolpoin

2) Bahan : Buku panduan Pelaksanaan CMS c. Prosedur Kerja

1) Mempelajari buku panduan CMS

(23)

d. Dasar teori

Bahwa CMS merupakan buku panduan untuk memberikan penjelasan secara rinci mengenai, teori dasar, pengertian serta langkah melakukan assessmen dimulai dengan adanya komitmen kebijakan perusahaan serta pelaksanaan secara efektif berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia atau peraturan-peraturan perusahaan sendiri yang bertujuan menciptakan lingkungan kerja yang aman sehat dan ramah lingkungan serta peningkatan produktivitas kerja yang tinggi (CMS, 2011).

e. Hasil yang dicapai

Hasil yang dicapai dalam mempelajari materi mengenai CMS ini adalah informasi dan pengetahuan mengenai kegiatan dalam CMS PT UCI.

f. Pembahasan

Kegiatan CMS terdiri dari : 1) Perencanaan

a) Leadership and Commitment : EHS Policy b) Risk Assessment

c) Compliance Management (Legal & Order Reqirements) d) Penetapan Objective, Target & Program

2) Implementasi

a) Organisasi, penetapan tugas dan tanggung jawab, akuntibilitas dan pendelegasian wewenang.

b) Kompetensi, pelatihan dan kesadaran c) Komunikasi, konsultasi & partisipasi d) Dokumentasi & pengendalian dokumen e) Pengendalian operasi

(24)

f ) Perlindungan mesin (proteksi terhadap potensi bahaya dari mesin g) Kebisingan dan getaran

h) Pencahayaan

i) Penanganan barang

j) Penanganan bahan peledak

k) Sistem izin kerja dan sistem isolasi – penandaan l) Instalasi kelistrikan

m) Fasilitas pendukung bagi karyawan n) Alat pelindung diri

o) Infrastruktur (fasilitas, peralatan dan perlengkapan) & housekeeping p) Penanganan bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3 q) Pengelolaan limbah padat, limbah cair dn kualitas udara

r) Pengelolaan lingkungan lainnya (merujuk pada kontrak kerja sama) s) Pengelolaan kesehatan karyawan

t) Kesiapsiagaan dan tanggap darurat 3) Pemeriksaan

a) Pengukuran dan pemantauan b) Inspeksi dan observasi terencana

c) Pemantauan dan pengukuran kesehatan karyawan

d) Evaluasi pemenuhan terhadap persyaratan legal dan persyaratan lainnya e) Pelaporan dan penyelidikan insiden

f) Ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan g) Pengendalian catatan

(25)

4) Evaluasi

Tinjauan manajemen

2. Informasi geografis lokasi tambang a. Tujuan

Untuk mengetahui letak geografis pertambangan PT. Berau Bara Abadi b. Alat dan bahan

Alat : alat tulis

Bahan : Dokumen RKL-RPL PT. Berau Bara Abadi. c. Prosedur Kerja

Mereview dan menuliskan poin-poin penting informasi tentang letak geografis PT. Berau Bara Abadi

d. Dasar teori

Letak geografis suatu wilayah adalah keberadaan posisi wilayah tersebut sesuai dengan bentuk dan letaknya di bumi (Anonim, 2008).

e. Hasil yang dicapai

Hasil yang dicapai dalam mereview dokumen RKL-RPL adalah informasi mengenai letak geografis pertambangan PT.Berau Bara Abadi.

f. Pembahasan

Secara geografis PT. Berau Bara Abadi terletak pada garis lintang 116 0 BT – 1190 BT dan 10 LT – 20 33’LU Secara administratif terletak di Kecamatan Segah, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Untuk mencapai daerah lokasi PKL yang mempunyai jarak tempuh dari Samarinda ± 560 km dan dari Tanjung Redeb berjarak ± 45 km. Untuk mencapai lokasi proyek dapat ditempuh dengan sarana transportasi sebagai berikut :

(26)

1). Dari Kota Samarinda (Bandara Temindung) dengan menggunakan pesawat terbang (pesawat sekelas ATR) selama ± 60 menit, langsung mendarat di bandara Kalimarau.

2). Dari Kota Balikpapan (Bandara Sepinggan) dengan menggunakan pesawat terbang (pesawat bermesin jet) selama ± 40 menit, dapat langsung mendarat di bandara Kalimarau Tanjung Redeb, Kabupaten Berau.

3). Menggunakan jalan darat dari Samarinda ke Tanjung Redeb ± 14 jam.

Untuk mencapai daerah penelitian dari Tanjung Redeb menuju lokasi IUP PT. Berau Bara Abadi berjarak ± 45 Km ke arah barat daya, dapat ditempuh melalui jalan aspal sampai Kampung Labanan, dan dilanjutkan melalui jalan koral dan jalan tanah dapat ditempuh dalam waktu ± 1 jam. Kondisi jalan pada umumnya baik karena merupakan jalan kabupaten yang dilakukan pembangunan dan pemeliharaan secara berkala.

C.

Tahap Operasi Pertambangan Batubara 1. Proses Penambangan Konvensional

a. Tujuan

Untuk mengetahui proses penambangan yang dilakukan PT. Berau Bara Abadi mulai dari persiapan lahan, pengolahan batubara sampai pengapalan batubara.

b. Dasar Teori

Dalam mengeksploitasi batubara maupun bahan galian lainnya, setiap perusahaan memiliki metode yang berbeda-beda dalam sistem penambangannya, PT Berau Bara Abadi merupakan salah satu perusahaan yang menggunakan metode sistem penambangan yang dilakukan adalah

(27)

tambang terbuka (open pit) kemudian mengisi kembali (back filling) lahan bekas penambangan tersebut setelah operasi penambangan selesai dilakukan.

c. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan : Dokumen Analisis Dampak Lingkungan PT. Berau Bara Abadi dan alat tulis menulis.

d. Prosedur kerja

Membaca dan memahami proses penambangan yang dilakukan PT. Berau Bara Abadi.

e. Hasil yang dicapai

Tahap-tahap kegiatan penambangan batubara adalah sebagai berikut : 1) Pembersihan Lahan (Land Clearing)

2) Pemindahan Topsoil 3) Pengupasan Over Burden 4) Pengolahan Batubara 5) Kegiatan rehabilitasi lahan f. Pembahasan

Kegiatan penambangan batubara yang dilaksanakan PT. Berau Bara Abadi berada di 1(satu) area penambangan yaitu blok timur (PIT 1)

Untuk lebih rinci, sistem penambangan akan dijelaskan sebagai berikut : 1) Land Clearing

Land clearing atau pembersihan lahan merupakan kegiatan untuk membersihkan dan membabat tumbuhan yang berada di atas lapisan topsoil. Kegiatan land clearing dilakukan bila di bawah lapisan tanah tersebut terdapat bahan galian yang akan ditambang atau daerah tersebut akan digunakan untuk

(28)

dumping area. Contoh tumbuhannya adalah rumput, pohon-pohon, dan semak belukar.

Pekerjaan ini dilakukan sebelum tahap pengupasan lapisan tanah penutup dimulai. Pekerjaan ini meliputi pembabatan dan pengumpulan pohon yang tumbuh pada permukaan daerah yang akan ditambang dengan tujuan untuk membersihkan daerah tambang tersebut sehingga kegiatan penambangan dapat dilakukan dengan mudah tanpa harus terganggu dengan adanya gangguan tumbuh-tumbuhan yang ada di lokasi penambangan.

Pembersihan dilakukan pada daerah yang akan ditambang dengan menggunakan Bulldozer, dilakukan secara bertahap sesuai dengan pengupasan lapisan tanah penutup. Dalam pembabatan, pohon didorong ke arah bawah lereng untuk dikumpulkan, dimana penanganan selanjutnya dilakukan oleh PT UCI (United Coal Indonesia).

Alat-alat yang digunakan untuk land clearing adalah :

a) Bulldozer Komatsu D85, digunakan untuk membersihkan dan membabat pohon-pohon dan semak belukar yang memiliki diameter kurang dari 30 cm dan panjang kurang dari 4 meter

b) Excavator PC 200 membantu dalam memindahkan pohon atau kotoran yang ada di sekitar areal lahan.

2) Pemindahan Topsoil

Kegiatan topsoil removal atau pengupasan lapisan tanah penutup untuk mengupas lapisan tanah yang paling atas, dimana tanah ini biasanya terdiri dari lapisan humus dan tanah yang strukturnya tidak keras, sehingga lapisan topsoil berguna sebagai tanah yang akan dipakai kembali untuk kegiatan reklamasi. Topsoil biasanya terbentuk dari clay atau tanah liat. Pengupasan tanah ini

(29)

dilakukan dengan cara menggali, memuat, kemudian mengangkut tanah tersebut ke topsoil stock. Lapisan topsoil yang diambil adalah dengan ketebalan 30 – 60 cm.

Alat-alat yang digunakan untuk kegiatan topsoil removal adalah :

a) Alat gali muat adalah excavator Komatsu PC 200 dengan kapasitas gali 1,8 m3

b) Alat angkut, yaitu 2 Articulated Dump Truck (ADT) tipe Komatsu HM 400 Timbunan di lapisan topsoil dipersiapkan untuk melapisi lapisan tanah di dumping area. Setelah dumping area siap untuk direklamasi maka lapisan tersebut di spreading (disebarkan) dahulu dengan menggunakan lapisan topsoil. Alat yang digunakan untuk spreading tersebut sama dengan alat yang digunakan untuk topsoil removal yaitu Excavator Komatsu PC 200 dan Articulated Dump Truck HM 400.

3) Pengupasan Overburden

Tahap pengupasan overburden dilakukan setelah semua proses topsoil removal selesai dilaksanakan. Lapisan tanah penutup (overburden) dibongkar hingga ditemukan lapisan batubara. Karakteristik dari berbagai jenis overburden menentukan cara untuk mengupasnya, lapisan overburden ada yang memiliki kekerasan yang ekstrem sehingga perlu dilakukan blasting dan ada juga yang lunak sehingga cukup digali saja dengan excavator.

Overburden di PIT Timur adalah Tanah Liat, alat yang biasanya digunakan adalah:

a) Excavator backhoe Komatsu PC 1250 dengan kapasitas bucket 7 m3 b) Excavator backhoe Komatsu PC 2000 dengan kapasitas bucket 12 m3 c) Excavator backhoe Komatsu PC 3000 dengan kapasitas bucket 16 m3 d) Articulated Dump Truck (ADT) tipe Komatsu HM 400

(30)

2. Kegiatan Hauling dan Dumping PT. Berau Bara Abadi A. Tujuan

Untuk mengetahui kegiatan Hauling dan Dumping yang dilakukan oleh PT. Berau Bara Abadi.

B. Dasar Teori

Hauling adalah proses pangangkutan batuan yang telah di muat menggunakan excavator, kemudian batu di angkut menuju mesin Crushing untuk masuk ke dalam tahap processing. Batu-batu yang di angkut ialah batu yang berukuran cukup besar namun ukurannya tidak melebihi kapasitas bucket excavator (Pustaka Yustisia, 2010).

C. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah alat tulis menulis dan kamera untuk dokumentasi D. Prosedur Kerja

Menaiki dump truck dari lokasi Jeety menuju PIT 1 dengan bimbingan seorang driver, yang selanjutnya batuan yang di ambil dari PIT kemudian di angkut menuju stockpile.

E. Hasil yang dicapai

Kita dapat mengetahui proses hauling serta mengetahui bagaimana kegiatan loading batubara yang di lakukan PT. Berau Bara Abadi.

3. Kegiatan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan PT Berau Bara Abadi

a. Kegiatan Pengelolaan Lingkungan A. Tujuan

Untuk mengetahui kegiatan Pengelolaan Lingkungan yang telah dilakukan oleh PT.Berau Bara Abadi

(31)

B. Dasar Teori

Pengelolaan lingkungan adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan. ( Farisyalwan, 2009).

C. Alat dan bahan

Alat tulis menulis dan data dari Perusahaan D. Prosedur Kerja

Berdiskusi dengan pembimbing lapangan mengenai pengelolaan lingkungan di beberapa lokasi kegiatan pertambangan PT.Berau Bara Abadi. E. Hasil yang dicapai

Hasil yang dicapai adalah informasi mengenai pengelolaan lingkungan di beberapa lokasi kegiatan pertambangan PT.Berau Bara Abadi

F. Pembahasan

Berikut adalah beberapa lokasi pertambangan batubara PT.Berau Bara Abadi yang berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan dan upaya pengelolaan yang dilakukan oleh PT.Berau Bara Abadi :

a) PIT

PIT merupakan lahan kegiatan pembukaan lahan batubara dan pengambilan batubara. Beberapa kegiatan di Pit batubara adalah sebagai berikut (1) Pembukaan/penebasan dan persiapan lahan

(2) Pengambilan tanah pucuk dan Over Burden (3) Pengambilan batu bara

(32)

Beberapa dampak yang ditimbulkan serta pengelolaan yang dilakukan dari kegiatan diatas antara lain :

(a) Hilangnya flora dan fauna

Sejalan dengan kegiatan operasi penambangan, kegiatan pembukaan dan penebasan lahan yang dilakukan terbatas hanya pada lahan yang dibutuhkan sesuai dengan rencana penambangan. ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan lingkungan sekaligus memperkecil kerusakan lingkungan akibat kegiatan penebasan pohon-pohon sehingga berkibat dari hilangnya flora dan fauna. Maka, kegiatan penebasan telah dilaksanakan secara bertahap, tidak sekaligus membabat habis pohon atau tanaman-tanaman disekitar lokasi yang akan ditambang, namun dengan tetap membiarkan sebagian daerah tidak terganggu untuk menjadi jalur-jalur hijau yang berfungsi sebagai penyangga ekologi dengan harapan kegiatan rehabilitasi lahan lebih cepat berhasil.

Kegiatan penebasan lahan sebagian besar diperuntukkan sebagai lokasi penambangan dan hanya sebagian kecil yang dibuka sebagai lokasi timbunan tanah/batuan penutup (waste dump). untuk lokasi pemupukan tanah penutup dan penimbunan tanah/batuan penutup tetap ditempatkan pada bekas penambangan yang telah selesai diambil batubaranya atau kegiatan back filling.

(b) Debu dan emisi udara jalan tambang

Dalam setiap kegiatannya, pertambangan batubara pasti menghasilkan pencemaran seperti debu dan emisi jalan tambang yang berasal dari kendaraan tambang, untuk itu kegiatan pengelolaan yang dilakukan untuk penanganannya adalah penyiraman jalan tambang untuk meminimalisasi debu serta penanaman disepanjang jalan tambang untuk mengurangi emisi debu dari kendaraan tambang.

(33)

(c) Air limbah tambang

Air limbah tambang dihasilkan pada saat kegiatan pembukaan lahan serta pengambilan batubara. Air limbah yang berpotensi mencemari lingkungan selanjutnya dialirkan ke drainase dan settling pond untuk dilakukan pengolahan agar tidak mencemari lingkungan.

(d) Erosi dan sedimentasi

Erosi diakibatkan dari kegiatan penebasan pohon saat pembukaan lahan. Tanaman yang hilang atau berkurang menyebabkan tanah lebih mudah mengalami erosi dan sedimentasi. Maka penanganan yang dilakukan adalah : (i) Penataan dan pembentukan timbunan tanah/batuan penutup berupa teras

dengan sudut kemiringan (slope) yang landai yaitu sekitar 26, membentuk permukaan bidang olah dengan kemiringan sekitar 3% ke arah kaki lereng, dengan demikian laju erosi yang diakibatkan air limpasan permukaan yang melalui bidang-bidang lereng dapat terkendali.

(ii) Pengendalian secara vegetatif dilakukan dengan cara menanam tanaman penutup tanah (cover crop) dan pohon di daerah-daerah terbuka yang sudah selesai ditata bentuk dan permukaannya. dengan telah dilakukan revegetasi ini, maka dampak erosi akibat air hujan dapat diminimalisasi.

(iii) Membuat kolam-kolam pengendap yang dapat mencakup seluruh areal kegiatan operasional penambangan. dengan adanya kolam pengendap ini, maka tanah ataupun sedimen-sedimen yang hanyut telah pendangkalan terhadap badan perairan/sungai disekitar kegiatan penambangan.

(e) Sampah umum

Sampah umum yang dihasilkan dari kegiatan pit berupa sampah umum maupun sampah berbahaya penanganan yang dilakukan untuk sampah umum

(34)

dilakukan penimbunan serta untuk sampah berbahaya dimusnahkan di incinerator.

b) ROM (Run of Mine)

ROM adalah tempat penumpukan batubara sebelum dilakukannya peremukkan batubara.

Beberapa dampak yang ditimbulkan serta pengelolaan dilokasi ROM disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2. Dampak dan Pengelolaan di ROM

No Dampak Pengelolaan

1 Debu/fine coal Penyiraman dilakukan di sepanjang jalan tambang guna mengurangi pencemaran debu dijalan tambang.

2 Air limpasan Pembuatan drainase bertujuan menampung serta mengalirkan air limpasan yang diakibatkan dari kegiatan ROM.

3 Sedimen Membuat kolam-kolam pengendap yang dapat mencakup seluruh areal kegiatan operasional penambangan. Dengan adanya kolam pengendap ini, maka tanah ataupun sedimen-sedimen yang hanyut telah pendangkalan terhadap badan perairan/sungai disekitar kegiatan penambangan.

c) Coal Processing Plant (1) Crusher

Crusher merupakan tempat proses peremukan batubara menjadi ukuran yang lebih kecil. Pada saat dumping atau penumpahan batubara ke hopper,maka akan menimbulkan dampak berupa pencemaran debu. Untuk mengurangi pencemaran debu yang dihasilkan maka dilakukan penyiraman.

(2) PSY (Port Stock Yard)

PSY (Port Stock Yard) merupakan tempat penumpukan batubara sebelum di angkut ke kapal pengangkut batubara. Blending dilakukan guna

(35)

memaksimalkan kualitas batubara antara batu bara berkualitas rendah dan berkualitas tinggi sesuai permintaan konsumen.

Beberapa dampak yang ditimbulkan di area PSY serta pengelolaan dampak yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Dampak dan Pengelolaan di PSY

No Dampak Pengelolaan

1 Debu Penyiraman jalan

2 Air limpasan Pembuatan drainase dan pengelolaan air di settling pond

3 Hidrokarbon Hidrokarbon berupa sisa oli maupun solar dan sampah berbahaya lainnya dikelola pada oil trap dan di insinerasi.

(3) Unit Listrik Tenaga Diesel/Genset

Unit Listrik Tenaga Diesel merupakan unit yang berfungsi sebagai sumber listrik bagi perusahaan .

Beberapa kegiatan yang menyebabkan dampak pada unit itu adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Dampak dan Pengelolaan di Unit Listrik Tenaga Diesel/Genset

No Dampak Pengelolaan

1 Emisi udara Pemantauan kualitas emisi udara

2 solar tumpahan bahan bakar

Bioremediasi

d) Kegiatan pengelolaan di Settling Pond 1) Pengelolaan air limbah tambang

Settling Pond adalah suatu penyaluran berbentuk kolam yang berfungsi sebagai kolam pengendapan semua air dari areal tambang, baik air tanah maupan air hujan dan bertujuan untuk menjernihkan air yang keluar ke perairan umum.

(36)

Kolam pengelolaan yang ada di PT. BBA berjumlah 14 kolam, terdiri dari 5 kolam di PIT Timur (WMP T-02, WMP T-01, WMP T-03, WMP T-05, WMP T-06) 4 kolam di PIT Selatan (WMP T-08,WMP T-04,WMP T-10,WMP T-09) dan 5 kolam di area Jeety dan pelabuhan (WMP 11,WMP 12,WMP 13,WMP T-14,WMP T-15). Semua kolam tersebut merupakan kolam yang keluarannya (out let) berdekatan dengan titik penataan. Ukuran luasan kolam berbeda-beda, dengan rata-rata ukuran luas 4 meter, panjang 6 meter, kedalaman 2-3 meter dan ketebalan tanggul 1 meter. Usaha pengendalian terhadap air limbah tambang yang telah dilakukan oleh PT. BBA adalah usaha pencegahan (preventive) dan pengelolaan (corrective). Usaha pencegahan (preventive) yang dilakukan berfokus pada pencegahan terjadinya air asam tambang dengan menerapkan sistem manajemen batuan penutup, yaitu penimbunan dan penataan dilakukan sesuai dengan karakteristik batuannya yang telah dituangkan dalam standar prosedur (SOP) di PT. BBA, disamping itu melakukan segera back filling lahan bekas penambangan untuk mencegah jangan sampai terjadi oksidasi mineral sulfida pada bekas penambangan yang dapat berakibat terjadinya air asam tambang. Sedang usaha pengelolaan air limbah tambang (corrective) yang dilakukan adalah dengan cara mengalirkan semua air limbah tambang kedalam kolam-kolam untuk di kelola serta melakukan pemantauan rutin (harian) untuk mengetahui kualitasnya. Terjadi air asam tambang (AAT) di beberapa lokasi penambangan PIT timur. Usaha pengelolaan yang dilakukan adalah menambahkan dan mencampur kapur (hydrated lime) sebagai bahan penetral. Pengecekan kualitas air dilakukan secara terus-menerus selama proses pengelolaan hinga pH air menjadi normal. Setelah pH normal, air kemudian dilepas ke perairan umum/lingkungan. Demikian juga di area penambangan PIT

(37)

Selatan, beberapa kolam mempunyai kekeruhan yang tinggi (TSS) sehingga dilakukan pengelolaan dengan cara menambahkan koagulan dan flokulan. Usaha perbaikan yang telah dilakukan untuk menanggulangi masalah kualitas air limbah khususnya parameter TSS adalah pemeliharaan dan pengerukan sedimen dan kolam. Dengan dilakukannya pengerukan ini maka air limbah mempunyai kesempatan untuk mengendap sebelum mengalir ke peraiaran umum, kemudian umur kolam juga akan bertambah lama.

e) Lokasi penunjang limbah

Beberapa lokasi penunjang limbah seperti workshop, office,maupun base camp juga berpotensi menimbulkan pencemaran dari kegiatan yang dihasilkan.

Berikut adalah dampak yang ditimbulkan serta pengelolaan yang dilakukan :

Tabel 5. Dampak dan Pengelolaan Kegiatan di Lokasi Penunjang

No

Dampak

Contoh Limbah

Pengelolan

1 Sampah umum Sisa makanan atau

minuman maupun sampah umum biasa

Dikumpulkan dalam bak sampah untuk selanjutnya di timbun di TPA

2 Limbah kegiatan MCK Tinja Dikelola di septic tank

3 Limbah B3 a. Kemasan/Bahan Kimia &

Pestisida,Catridge printer,

b.

battery Accu

Dikumpulkan dalam kantong khusus yang tertutup rapat, diberi label/symbol untuk selanjutnya di musnahkan

4 Besi, ban bekas dan

sampah hidrokarbon

Contoh sampah hidrokarbon :

a. Pelumas Bekas b.Sisa Grease

c. Filter oil/solar bekas d.Hose hidrolik bekas e.Drum bekas hidrokarbon f. terkontaminasi hidrokarbon g. Lumpur oil trap

h. Tanah terkontaminasi hidrokarbon

1. Untuk besi atau pun ban bekas masih dapat dimanfaatkan kembali. 2. Untuk pelumas bekas,

sisa grase, solar bekas atau hose hidrolik bekas disalurkan ke pengumpul 3. Untuk drum bekas di

manfaatkan kembali 4. Untuk lumpur oil trap dan

tanah terkontaminasi hidrokarbon di kumpulkan dalam drum untuk selanjutnya dikelola di lahan bioremediasi ataupun di kirim ke pengelola B3 yang memiliki izin

(38)

b. Kegiatan Pemantauan Lingkungan

Pemantauan lingkungan adalah proses pengamatan, pencatatan, pengukuran, pendokumentasian secara verbal dan visual menurut prosedur standard tertentu terhadap satu atau beberapa komponen lingkungan dengan menggunakan satu atau beberapa parameter sebagai tolak ukur yang dilakukan secara terencana, terjadwal dan terkendali dalam satu siklus waktu tertentu. Dalam Pemantauan lingkungan biasanya di lakukan monitoring agar dapat menghasilkan data yang tepat sebagai unsur analisa suatu pengamatan.

1) Pemantauan Perubahan Kualitas Udara

Parameter perubahan kualitas udara yang dipantau adalah sebagai berikut Tabel 6. Pemantauan Kualitas Udara

No Parameter Frekuensi

1 Kadar Debu 3 Bulan

2 SOx, NOx, CO, dll 3 Bulan

3 Kebisingan 3 Bulan

Tabel 7. Standar Baku Mutu Kualitas Udara untuk

Parameter Udara Ambient dan Emisi Gas Buang berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999

No Parameter Standar

1 Carbon Monoksida (CO) 30000 ug/m3 2 Nitrogen Oksida (NO2) 400 ug/m3

3 Debu 230 ug/m3

4 Kebisingan 70 dB

5 Sulfur Dioksida (SO2) 900 ug/m3

Dampak penting yang menyebabkan perubahan kualitas udara dari aktifitas operasional penambangan batu bara adalah peningkatan kandungan debu dan kebisingan (udara ambien).

Dari hasil analisis laboratorium yang telah dilakukan, kemudian dibandingkan dengan baku mutu udara sesuai Perda Kaltim No.339 tahun 1988 ataupun Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999, secara umum memenuhi

(39)

standar baku mutu. semua parameter memenuhi standar baku mutu KEP-13/MENLH/3/1995. Namun beberapa parameter seperti debu, kebisingan serta opasitas terlihat hampir mendekati Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditentukan. Hal ini perlu di waspadai agar tidak memicu terjadinya pencemaran lingkungan. 2) Pemantauan Kualitas Air Limbah

Pemantauan perubahan kualitas air khususnya air limbah dari proses kegiatan dilakukan secara rutin dengan frekuensi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. untuk kebutuhan pelaporan dilakukan perbulan dan pertiga bulan yang dilaksanakan melalui laboratorium PT. Sucofindo dan Baristan, sedang untuk kebutuhan internal perusahaan, dilakukan pemantauan harian dan mingguan, dan untuk parameter Fe dan Mn dilakukan sekali dalam sebulan sesuai peraturan yang berlaku.

Beberapa kegiatan dalam pemantauan kualitas air limbah tambang batubara adalah :

a) Pengukuran pH pada setiap settling pond

b) Pencatatan data pH dan debit air pada papan data di setiap settling pond c) Pengukuran TSS air di Laboratorium Environment

Setelah dilakukan pemantauan maka data-data yang diperoleh tersebut di susun untuk dilaporkan ke pemerintah .

Berikut adalah beberapa parameter penting dalam kegiatan pemantauan kualitas air limbah tambang batubara :

Tabel 8. Parameter yang di lakukan dalam Pemantauan Lingkungan

No Parameter Frekuensi

1 pH Harian

2 Fe 1 bulan

3 Mn 1 bulan

(40)

Tabel 9. Standar Baku Mutu Air Limbah Untuk Kegiatan Pertambangan Batubara (Perda Kaltim No.2 tahun 2011 dan KepMenLH No.113 tahun 2003)

No Parameter Kadar Maksimum

(mg/L)

1 TSS 300

2 Besi Total (Fe) 7

3 Mangan Total (Mn) 4

4 pH 6 – 9

D. Tahap Pasca Operasi Pertambangan Batubara 1. Informasi Jenis Tanaman yang digunakan a. Tujuan

Mengetahui jenis-jenis tanaman yang digunakan oleh PT. Berau Bara Abadi dalam kegiatan revegetasi lahan pasca tambang.

b. Dasar teori

Tanaman untuk reklamasi digunakan untuk kegiatan revegetasi lahan pasca tambang yang jenisnya disesuaikan dengan kondisi lahan pertambangan. c. Alat dan bahan

Alat tulis menulis dan kamera untuk dokumentasi. d. Prosedur kerja

Mereview dokumen SOP Departemen Reklamasi dan Rehabilitasi PT. Berau Bara Abadi

e. Hasil yang dicapai

Mengetahui jenis-jenis tanaman yang digunakan dalam kegiatan revegetasi lahan.

f. Pembahasan

Jenis tanaman yang digunakan adalah tanaman lokal dan non lokal, sebagai berikut :

(41)

Tabel 10. Jenis Tanaman Lokal dan Non Lokal

2. Kegiatan Reklamasi Lahan a. Tujuan

Mengetahui kegiatan-kegiatan reklamasi yang dilakukan PT. Berau Bara Abadi dalam kegiatannya pasca operasi pertambangan batubara.

b. Dasar teori

Reklamasi adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki lahan bekas tambang agar sesuai dengan peruntukannya seperti pembuatan sedimen pond, drainase, penataan lahan dan penanaman.

Revegetasi adalah kegiatan penanaman kembali lahan yang sudah terganggu akibat kegiatan penambangan dengan tanaman penutup tanah (cover crop), jenis pelindung dan tanaman jenis lokal yaitu tanaman yang sebelumnya pernah tumbuh di lokasi tersebut.

c. Alat dan bahan

Alat tulis menulis dan kamera untuk dokumentasi. d. Prosedur kerja

1) Mengamati kegiatan di rumah pembibitan

2) Melakukan Penanaman di sekitar Workshop PT. Berau Bara Abadi

No Tanaman Lokal Tanaman Non Lokal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Anthocephalus cinensis (jabon) Aquilaria moluccensis (garu) Eusideroxylon zwageri (ulin) Lansium domesticum (duku) Niphelium longanum (lengkeng) Nypah fruticans (nipah)

Piper aduncum (kiseureuh) Polythia glauca (banitan) Shorea seminis (tengkawang) Shorea lamellata (meranti putih) Shorea leprosula (meranti merah) Shorea laevis (bengkirai)

Acacia mangium (akasia) Cassia siamea (johar) Durio sp (durian hutan)

Leucaena leucocephala (lamtoro) Gmelina arborea (jati putih) Artocarpus integer (cempedak) Mangifera indica (mangga) Nephelium lappaceum (rambutan) Paraserianthes falcataria (sengon) Samanea saman (trembesi) Swietenia mahagoni (mahoni) Terminalia catappa (ketapang)

(42)

e. Hasil yang dicapai

Hasil yang dicapai adalah mengetahui kegiatan penghijauan dan pembibitan yang dilakukan PT.Berau Bara Abadi

f. Pembahasan

Kegiatan reklamasi yang telah dilakukan pada lahan bekas penambangan maupun lokasi-lokasi timbunan tanah / batuan penutup meliputi :

1) Penghijauan

Realisasi penghijauan atau revegetasi pada daerah yang terbuka / terganggu termasuk bekas penumpukan topsoil, di daerah blok selatan sekitar 12.9 Ha , dengan jumlah bibit yang ditanam sebanyak 220 Pohon.

2) Pembibitan

Pengembangan bibit untuk keperluan penghijauan dilapangan tetap dilaksanakan secara kontinyu dirumah pembibitan/nursery. Teknik pengembangan bibit dilakukan secara generatif (melalui biji, anakan) dan pengembangan secara vegetatif (melalui stek). Karena kebutuhan bibit yang cukup besar, maka pengembangannya lebih banyak dilakukan secara generatif.

Disamping lebih praktis dan mudah didapat, cara ini juga dapat dilakukan dalam jumlah yang banyak. Jumlah bibit yang sudah dikembangkan dirumah pembibitan dan siap tanam adalah sebanyak 1000 batang yang terdiri dari 10 spesies. Jenis tanaman ini terdiri dari jenis lokal (jenis tanaman yang berasal dari sekitar areal tambang atau pernah tumbuh sebelum dilakukan penambangan) 59 spesies jenis lokal dan 43 spesies jenis non lokal (tanaman yang berasal dari luar daerah). Diantara jenis non lokal ada beberapa jenis buah-buahan yang diharapkan menjadi sumber makanan satwa liar nantinya. Beberapa hal yang

(43)

perlu dijelaskan sehubungan dengan pencapaian target reklamasi adalah sebagai berikut :

a) Kegiatan penyebaran tanah penutup lebih banyak diarahkan ke area lahan bekas penambangan (backfilling dump)

b) Luasan area penimbunan tanah penutup diluar tambang (out pit dump) dapat diminimalisir.

Revegetasi yang merupakan tahap akhir dari reklamasi dapat dilakukan secara maksimal karena didukung oleh ketersediaan lahan yang cukup.

(44)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Berau Bara Abadi ini adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan pengelolaan lingkungan yang dilakukan PT. Berau Bara Abadi telah terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dari kualitas lingkungan yang memenuhi standar yang ditetapkan.

2. Kegiatan pemantauan lingkungan adalah sebagai berikut :

a) Kegiatan pemantauan kualitas udara dilakukan dengan frekuensi yang teratur.

b) Kegiatan pemantauan kualitas air limbah dilakukan dengan memantau parameter-parameter air limbah seperti pengukuran Mn, Fe, TSS dan pH dengan frekuensi sesuai kebutuhan yang diperlukan agar kualitas yang diinginkan untuk dikembalikan lingkungan tercapai dan tidak mencemari lingkungan.

3. Sistem K3 adalah salah satu hal terpenting guna sebagai penunjang untuk terlaksananya system kerja yang baik pada perusahaan. Sebagai salah satu perusahaan di bidang pertambangan, PT. Berau Bara Abadi dalam lingkup K3 telah memenuhi standar system K3 yang di tetapkan, adapun tahapan yang dilakukan perusahaan dalam menunjan terlaksananya K3 yang baik sebagai berikut :

a) Melakukan kegiatan Safety Talk, kegiatan safety talk adalah proses yang di lakukan perusahaan setiap hari, untuk mengingatkan kepada seluruh karyawan bahwa betapa pentingnya kita melaksanakan K3

(45)

dalam bekerja, agar meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja di areal pertambangan.

b) Pemeriksaan Pemeliharaan Harian (P2H), adalah proses kegiatan yang dilakukan setiap pekerja sebelum melaksanakan proses kerja di setiap departemen. Contoh : memeriksa kendaraan operasional, dan alat pelindung diri yang di gunakan.

B. Saran

Kegiatan PKL ini sangat bermanfaat dan penting bagi mahasiswa/i sehingga sebagaimana telah disebutkan diatas banyak pelajaran yang didapat maka perlu menambahkan saran demi meningkatkan efisiensi dan efektifitas demi meraih kinerja yang profesional dimasa mendatang seperti :

1. Mahasiswa harus lebih aktif dalam menimba informasi agar data yang didapat lebih lengkap.

2. Mahasiswa harus lebih aktif berdiskusi dengan pembimbing lapangan agar segala informasi yang ingin didapat lebih akurat

3. Mahasiswa dapat memberikan motivasi bagi mahasiswa lainnya dan bertukar pengalaman dari hasil PKL

4. Perlu mengadakan hubungan kerja sama antara pihak kampus dan perusahaan yang bukan hanya hubungan praktek kerja namun juga hubungan kerja.

Adapun saran yang diberikan penulis kepada perusahaan tempat melaksanakan PKL di PT. Berau Bara Abadi adalah sebagai berikut :

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut,khususnya pencemaran yang terjadi di udara

(46)

2. Penambahan SDM pada bagian nursery, guna menunjang kegiatan baru dari revegetasi

3. Perbaikan akses jalan menuju settling pond guna mempermudah pemantauan kualitas air limbah pertambangan batubara.

(47)

CMS, 2011,Buku Panduan Pelaksanaan CMS-ITM. Indo Tambangraya Megah. Jakarta

Anonim,2008. Letak Geografis. http://pengertian-letak-geografis.html. Diakses tanggal 20 Mei 2015

Farisyalwan,2009.PengertianPengelolaanLingkungan.http://farisyalwan.blogspot .com/2009/5/pengelolaan-lingkungan-hidup.html. Diakses pada tanggal 20 Mei 2015

Pustaka Yustisia,2010. Kamus Pertambangan Indonesia.diakses 23 mei 2015 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Standar Baku Mutu Kualitas

Udara untuk Parameter Udara Ambient dan Emisi Gas Buang

Nugeraha, 2010. Pengolahan Air Limbah Kegiatan Pertambangan Batubara menggunakan biokagulan : Studi Penurunan Kadar TSS, Total Fe dan Total Mn Menggunakan Biji Kelor (Moringa oleifera). http://ejournal.ac.id. Diakses pada tanggal 8 April 2013

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Standar Baku Mutu Kualitas Udara untuk Parameter Udara Ambient dan Emisi Gas Buang

Perda Kaltim No.2 tahun 2011 dan KepMenLH No.113 tahun 2003 tentang Standar Baku Mutu Air Limbah Untuk Kegiatan Pertambangan Batubara

(48)
(49)

Gambar 1. Peta Lokasi PT. Berau Bara Abadi

(50)
(51)

Gambar 3. Struktur Organisasi PT. Berau Bara Abadi

(52)
(53)
(54)

Gambar 6. Proses Penanaman di sekitar Lahan Tambang PT .Berau Bara Abadi

(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)

Gambar

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapang PT. Berau Bara Abadi  No  Kegiatan/ Uraian
Tabel 1. lanjutan
Tabel 5. Dampak dan Pengelolaan Kegiatan di Lokasi Penunjang
Tabel 8. Parameter yang di lakukan dalam Pemantauan Lingkungan  No  Parameter  Frekuensi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dibidang teknis HTI menerapkan sistem intensifikasi dengan persiapan lahan yang hampir seluruhnya mekanis dan pada kegiatan penananman dilengkapi dengan pemupukan dan

Pemotongan sisi merupakan kegiatan pemotongan pada kedua sisi panjang dan sisi lebar suatu plywood yang telah melalui proses pengempaan panas dengan menggunakan mesin double

Disamping pemanfaatan hutan produksi alam yang masih produktif, kegiatan pengusahaan hutan ini juga diarahkan untuk mendapat merehabilisasi areal hutan yang tidak produktif dengan

Dalam sehari mahasiswa PKL yang berjumlah 4 orang ditambah 2 orang kariyawan dapat mengaudit tanaman lahan sekitar 16 Ha dengan jumlah 450 tanaman sengon buto

Kegiatan Pengukuran Land clearing dilakukan setiap adanya perluasan lahan di suatu pit, setelah selesai melakukan kegiatan pembersihan lahan dilakukan pengeboran lalu

Agar dapat mengatasi bahaya kebakaran yang terjadi di lahan dan mengurangi kecelakaan kerja di lapangan sehingga Fire and safety mendapat dukungan penuh dari pihak perusahaan

Penyulaman (Blanking) adalah kegiatan penanaman kembali bagian-bagian yang kosong bekas tanaman yang mati /diduga akan mati atau rusak sehingga terpenuhi jumlah tanam normal dalam

Pertama-tama yang di lakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang di perlukan untuk kegiatan pengendalian gulma. Pengendalian gulma di tanaman menghasilkan menggunakan cara kimia