• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan dan Pengembangan dan Penelitian pada Latbang Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat

Dalam dokumen REVIEW PROGRAM KKBPK TAHUN 2017 (Halaman 138-144)

ANGGARAN PROGRAM KKBPK

F. PELATIHAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SERTA KERJASAMA INTERNATIONAL BKKBN

II. Kegiatan dan Pengembangan dan Penelitian pada Latbang Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat

Untuk semester II ke depan (Juli s.d Desember 2017), Latbang Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat, tidak saja melakukan pelatihan dan pengembangan SDM bagi pengelola Program KKBPK di Sumatera Barat, juga mengadakan pengembangan dan penelitian yang menyangkut tentang Program KKBPK, antara lain yang akan dilaksanakan :

Kegiatan ini akan dilaksanakan menunggu surat dari Pusat, karena para penelitinya akan di panggil ke Pusat, supaya ada keseragaman untuk seluruh Indonesia

2). Penelitian kampung KB

Sama dengan kegiatan di atas, bahwa penelitian ini dilaksanakan menunggu surat dari Pusat, mengingat penelitinya akan di panggil ke Pusat 3). Penelitian tentang pemahaman PUS terhadap 1000 hari pertama

kehidupan.

Kegiatan ini akan dimulai pada bulan juli 2017 bekerjasama dengan Ketua IPADI (Ikatan Peminat Ahli Demografi Indonesia) Sumatera Barat Bapak Prof. Agus Irianto.

4). Penelitian Peran Keluarga dalam Penyantunan Lansia Pada Keluarga Kelompok Bina Keluarga Lansia di Sumatera Barat.

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Bapak DR. Alfan Miko dari Universitas Andalas. Tahun pertama (2016) penelitian ini dibiayai oleh Universitas Andalas dan tahun Kedua (2017) dibiayai dari DIPA Satker Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat.

BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dari hasil rencana operasional Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga merupakan program

strategis yang harus menjadi perhatian bersama, dan penanganannya harus dilakukan secara multi sektor dan bersinergi. Oleh sebab itu, implementasinya membutuhkan penguatan kerjasama dengan para pemangku kepentingan dan pemberdayaan para mitra kerja.

2. Arah kebijakan dan strategi melalui pengembangan indikator kinerja dan

pengembangan kegiatan prioritas dan pembiayaannya adalah :

a. Adanya perubahan pendekatan perencanaan dari money follow function menjadi money follow program, dimana pendanaan berdasarkan pertimbangan prioritas program dan kegiatannnya.

b. Perubahan pendekatan perencanaan pembangunan nasional yang holistik (dimana Program KKBPK harus dapat dilaksanakan dengan mobilisasi seluruh potensi dan sumber daya, baik dilingkungan BKKBN maupun dengan mitra di seluruh tingkatan wilayah), tematik (dimana program KKBPK akan difokuskan pada tema sesuai dengan sasaran pembangunan Pengendalian Penduduk dan KB yang ditetapkan dalam RPJMN), terintegrasi (dimana BKKBN mengembangkan keterpaduan dan sinergitas program dan kegiatan dengan lintas sektor terkait dan spasial (dimana program KKBPK akan lebih difokuskan pada wilayah kab/kota, kecamatan dan desa/kelurahan atau wilayah tertentu yang menjadi prioritas).

3. Program strategis Pengendalian Penduduk, Keluaarga Berencana dan

Pembangunan Keluarga, yang harus ditingkatkan pada tahun 2017 adalah: a) pengintegrasian isu kependudukan dalam perencanaan pembangunan daerah, sehingga Pembangunan Kependudukan di kabupaten/kota terintegrasi dengan isu-isu strategis pembangunan yang lain; b) pengembangan materi pendidikan kependudukan melalui berbagai media dan jalur pendidikan, c) peningkatan komitmen lintas sektor dan mitra kerja dalam pengembangan kajian analisis dampak kependudukan terhadap berbagai aspek dan isu aktual, serta

d)pembangunan model solusi strategis kependudukan sangat dibutuhkan sebagai rekomendasi pembangunan daerah.Juga agar dipantau setiap tahun apakah Grand Desain Pembangunan Kependudukan yang sudah disusun, digunakan sebagai dasar perencanaan pembangunan di daerah.

4. Untuk memastikan tercapainya sasaran pengendalian kuantitas penduduk,

penurunan fertilitas dan unmet need, maka perlu dilakukan peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB yang merata, dengan menetapkan Standarisasi Pelayanan KB, peningkatan cakupan KB MKJP, penguatan supply chain management, dan peningkatan cakupan pelayanan KB JKN. Untuk itu, perlu ditindaklanjuti melalui kegiatan strategis: a) membuka akses seluas-luasnya agar dapat memperoleh pelayanan KB, termasuk terjaminnya distribusi alokon ke faskes, pemenuhan sarana alkes, serta sistem penapisan yang baik, b) meningkatkan kompetensi tenaga pelayananKB, c) memfasilitasi pembiayaan melalui INA CBGs dan kapitasi/ non-kapitasi BPJS Kesehatan, serta, d) menggalakkan pelayanan KB JKN melalui faskes pratama, dan faskes rujukan tindak lanjut, serta kerjasama kemitraan dalam menjangkau wilayah tertinggal, terpencil, perbatasan, dan kepulauan.

5. Dalam rangka menjamin kesertaan ber-KB di era JKN, perlu dilakukan advokasi

kepada Pemerintah Kabupaten/ Kota, provider, dan masyarakat agar komitmen untuk menyediakan pelayanan KB yang berkualitas dan merata, dapat didukung oleh komitmen yang tinggi dari Kepala Daerah, sehingga seluruh kebutuhan pelayanan kontrasepsi dapat didukung oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan dan kewajibannya.

6. Dalam rangka menghadapi tantangan perkembangan dan dinamika

kependudukan, sosial, ekonomi serta teknologi dan informasi, maka pembangunan keluarga harus menjadi prioritas dan menjadi amanah yang harus dijalankan oleh BKKBN. Pembangunan keluarga yang dijalankan oleh BKKBN hendaknya menjadi pendukung utama dari upaya Pemerintah dalam melakukan revolusi mental. BKKBN sebagai lembaga Pemerintah harus mampu bekerjasama dengan institusi terkait maupun mitra kerja untuk pemberdayaan keluarga. Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 87 tahun 2014

dan dengan memperhatikan situasi otonomi daerah, Pembangunan Keluarga diarahkan untuk dapat melembagakan dan memberdayakan NKKBS, memberdayakan fungsi keluarga, memandirikan keluarga, memberdayakan kearifan lokal, meningkatkan kualitas seluruh siklus hidup mulai anak balita, remaja dan lansia. Kesemuanya ini termasuk peningkatan pengetahuan dalam hal pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang balita dan anak, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan. Demikian pula remaja dalam persiapan perencanaan keluarga, serta mengantar lansia dan keluarganya agar menjadi tangguh sehingga terwujud keluarga yang berketahanan dan sejahtera.

7. Dalam rangka pengelolaan dan pengendalian Sistem Informasi Keluarga, serta

kebijakan dan strategi menggunakan hasil Pendataan Keluarga Tahun 2015, perlu dilakukan: updating data atau pembenahan data basis dan pelaporan statistik rutin melalui monitoring dan evaluasi terhadap data statistik rutin yang sudah ada; kuantitas dan kualitas SDM sektor pencatatan dan pelaporan di semua lini; Pemerintah daerah diharapkan membuat evaluasi menggunakan analisis multi indikator, untuk melihat kesesuaian antara pencapaian program dan realisasi anggaran; adanya wacana dilakukan perbaikan pemutihan CPR (PA/PUS) terutama yang pencapaiannya yang terlalu tinggi.

8. Untuk memperkuat pembangunan program KKBPK, sesuai amanat

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009, dan tindak lanjut Undang-Undang Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, BKKBN Pusat dan Perwakilan BKKBN Provinsi segera melakukan langkah-langkah sistematis untuk mengantisipasi konsekuensi dari amanah Undang-Undang tersebut, sehingga pada tahun 2017 ini, telah dilakukan inventarisasi tindak lanjut yang menjadi penjabaran amanah dan pembagian urusan yang harus dijalankan oleh Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.

9. Dalam rangkapenguatan program KKBPK di tingkat kabupaten dan kota, Tim

Pemantauan DAK BKKBN Provinsi yang bertanggung jawab melakukan verifikasi, monitoring dan evaluasi, sehingga ketidaksesuaian pelaksanaan DAK, dapat terdeteksi sejak dini dan diterapkan sanksi bagi Pemerintah kabupaten dan kota.

10. Merujuk kepada Forum Diskusi Wilayah Binaan, dimana capaian CPR masih rendah, TFR masih tinggi, Unmet Need masih tinggi, ASFR 15-19 tahun makin naik, dan pilihan pelayanan alokon KB yang didominasi suntik dan pil, direkomendasikan melakukan: pelayanan KIE kesehatan reproduksi dengan pendekatan below the line kepada seluruh sasaran; mengaktifkan dan meningkatkan gerakan Mupen masuk desa; mengoptimalkan peta PUS dan penggerakan PKB/PLKB untuk meningkatkan pengetahuan dan peran serta masyarakat; fokus intervensi program pada daerah sasaran kuadran I dan II.

11. Strategi dan inovasi untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam RPJMN dan RENSTRA BKKBN 2015-2019. Untuk itu, analisis lebih lanjut dalam penetapan strategi operasional harus dilakukan dengan seksama dan memperhatikan faktor-faktor penyebab, antara lain dengan memperhatikan budaya dan local wisdom masing-masing daerah.

BAA KABA ?? BAA KABE ??

Dalam dokumen REVIEW PROGRAM KKBPK TAHUN 2017 (Halaman 138-144)