• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Kegiatan Penjualan

1. Fluktuasi Produksi TBS, CPO dan RBD Olein

Fluktuasi produksi juga berpengaruh terhadap kegiatan penjualan. perhatikan Gambar 5.9 berikut:

Sumber: Data Primer Diolah Lampiran 7

Dari gambar 5.9 dapat dijelaskan bahwa fluktuasi produksi CPO Perusahaan A cenderung stabil, hal tersebut dikarenakan terpenuhinya kapasitas PKS setiap kebun. Perusahaan menjalankan integrasi milik sendiri pada kegiatan penjualan CPO ke RBD Olein oleh karena itu perusahaan dapat memperkecil biaya produksi. Biaya yang dipakai perusahaan dalam memproduksi RBD olein adalah harga pokok produksi CPO.

Produksi CPO selalu stabil karena PKS selalu memenuhi kapasitas terpasang pabrik, keputusan perusahaan untuk menjual produk dalam bentuk CPO ataupun RBD Olein tergantung kepada harga CPO di pasar internasional, harga CPO internasional tinggi maka Perusahaan Akan menjual dalam bentuk CPO, sementara apabila harga CPO internasional rendah maka Perusahaan Akan mengolah CPO menjadi RBD Olein.

Dari Gambar 5.9 juga dapat dijelaskan bahwa fluktuasi pruduksi RBD Olein lebih terlihat pergerakan naik dan turun, hal itu bisa terjadi dikarenakan harga CPO Internasional, apabila harga CPO Internasional tinggi maka Perusahaan Akan menjual dalam bentuk CPO akibatnya produksi RBD Olein akan menurun, sebaliknya kondisi naiknya produksi RBD Olein itu dikarenakan harga CPO internasional turun, oleh karena itu perusahaan cenderung mengolah CPO menjadi RBD Olein, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.3.

Alasan Perusahaan A melakukan integrasi vertikal dikarenakan antara CPO dan RBD Olein mempunyai pilihan pasar, maksudnya perusahaan bebas memilih pasar, apabila harga CPO internasional tinggi maka Perusahaan Akan menjual CPO ke pasar internasional, sebaliknya apabila harga CPO di pasar

rendah maka Perusahaan Akan mengolah CPO menjai RBD Olein dan menjualnya ke pasar domestic. Kondisi inilah yang menjadi salah satu tujuan perusahaan melakukan integrasi vertikal.

2. Fluktuasi Harga CPO dan RBD Olein

Perusahaan A memperhatikan fluktuasi harga baik CPO maupun RBD Olein. Apabila harga CPO di pasar internasional maka Perusahaan Akan melakukan ekspor dalam bentuk CPO, namun apabila harga CPO di pasar rendah maka perusahaan akan mengolah produknya menjadi minyak goreng, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.2, adapun perkembangan harga CPO internasional dan RBD Olein domestik dapat dilihat pada Gambar 5.10 berikut:

Gambar 5.10 Pekembangan Harga CPO internasional dan Harga RBD Olein Domestik

Sum ber: Data Sekunder Diolah Lampiran 8

Pada Gambar 5.10 dapat dijelaskan bahwa perkembangan harga CPO internasional selalu diikuti dengan perkembangan harga RBD Olein domestik.

Pada kenyataannya apabila harga CPO internasional naik maka harga RBD Olein juga akan mengalami kenaikan.

Perusahaan B

1. Kegiatan Pembelian

Faktor-fator yang mempengaruhi strategi integrasi vertical pada kegiatan pembelian adalah:

1. Mutu Produksi

Dalam pembelian TBS dari kebun Plasma dapat dipengaruhi oleh mutu produksi TBS yang ingin di jual petani, Mutu TBS yang diterima oleh PT. B adalah:

1. Buah Matang

2. Rendemen buah minimal 19% 3. Panjang tangkai max 2 cm

Gambar 5.11 Rendemen TBS menjadi CPO antara Pihak III dan Kebun sendiri PT. B

Sumber: Data Primer Diolah Lampiran 10

Dari Gambar 5.11 dapat dijelaskan bahwa nilai rendemen pihak III lebih rendah dibandingkan dengan nilai rendemen kebun sendiri milik PT. B. Namun rendemennya tidak berbeda jauh dengan Pihak III, diduga hal ini dikarenakan perusahaan belum mempunyai Riset dan Development untuk melihat perkembangan mutu tanaman di kebun, berbeda dengan PT. A yang sudah memiliki Riset dan Developmen, sehingga rendemen yang dicapai bisa lebih tinggi. Rata-rata rendemen pihak ke III berkisar antara 19-20% sementara TBS Perusahaan B menghasilkan rendemen yang tidak berbeda jauh sekitar 19-21%. Karena rendemen yang tidak jauh berbeda dengan rendemen pihak III perusahaan dan juga karena kebutuhan akan TBS yang besar perusahaan tetap menjalin kerja sama dengan pihak III dalam hal pengadaan TBS.

Rendahnya rendemen yang dihasilkan TBS pihak III dapat berpengaruh terhadap nilai CPO yang dihasilkan dengan kata lain nilai CPO yang dihasilkan akan lebih kecil, rendahnya rendemen yang dihasilkan TBS Pihak III juga bisa mengakibatkan rendahnya juga rendemen CPO ke RBD Olein, akibatnya

kandungan asam lemak bebas akan semakin tinggi, persen nilai RBD Olein pun akan semakin rendah dan nilai RBD stearin akan semakin tinggi. Produksi RBD Olein pun akan menurun. Namun karena jaminan pasokan PKS yang harus terpenuhi maka perusahaan tetap membeli TBS dari Pihak III meskipun rendemen yang dihaslkan berbeda dengan rendemen TBS kebun sendiri.

2. Fluktuasi Produksi

Fluktuasi produksi juga mempengaruhi pembelian, produksi TBS perusahaan B hanya bisa memberikan sebesar 1% dari total keseluruhan TBS untuk memenuhi 20 Ton kapasitas terpasang PKS, oleh karena itu perusahaan B lebih mengharapkan produksi dari pihak III. Dengan kata lain untuk memenuhi kapasitas PKS perusahaan harus menjalin kerja sama dengan pihak III. Adapun fluktuasi produksi TBS kebun sendiri dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 5.12 Persentase Pembelian TBS kepada Pihak III dan Kebun Sendiri

Dari Gambar 5.12 Dapat dijelaskan bahwa rata-rata pembelian TBS PT. B kepada Pihak III sebesar 90%. Karena skala kebun yang kecil hanya 50 Ha, oleh karennya besarnya nilai produksi TBS tidak berpengaruh terhadap kapasitas PKS, dengan demikian perusahaan menjalin integrasi vertikal kebelakang melalui kontrak yang dilkukan kepada pihak III. Untuk lebih jelasnya perkembangan pembelian TBS pihak III dan hasil kebun sendiri dari PT. SATU dapat dilihat pada(Lampiran 9)

Jumlah fluktuasi produksi TBS pihak III juga mengalami penurunan apabila produksi TBS kebun sendiri mengalami peningkatan, hal ini bisa disebabkan masa banjir buah dimana produksi TBS mengalami peningkatan secara besar-besaran. Pada masa banjir buah TBS biasanya jumlah pembelian TBS lebih sedikit kepada pihak III. Namun pada Gambar 5.12 dapat disimpulkan bahwa mayoritas pasokan TBS untuk memnuhi kapasitas PKS PT. B berasal dari pihak III.

2. Kegiatan Penjualan

1. Fluktuasi Produksi

Fluktuasi produksi juga berpengaruh terhadap kegiatan penjualan. perhatikan gambar di bawah ini

Sumber: Data Primer Diolah Lampiran 7

Dari gambar 5.13 dapat dijelaskan bahwa fluktuasi produksi TBS, CPO, dan RBD Olein Perusahaan B berfluktuatifl, fluktuasi yang ditimbulkan dari setiap produksi cenderung sama. hal tersebut dikarenakan terpenuhinya kapasitas PKS hasil integrasi vertikal dengan pihak III. Oleh karena itu produksi CPO pun stabil dan diikuti juga dengan jumlah produksi RBD Olein yang mempunyai pergerakan produksi yang sama dengan CPO, hal tersebut dikarenakan seluruh produksi CPO perusahaan B diolah menjadi RBD Olein. Perusahaan tidak melakukan penjualan CPO baik lokal maupun ekspor.

Perusahaan tidak melakukan penjualan CPO dikarenakan perusahaan hanya menjual produk dalam bentuk RBD Olein atau minyak goreng curah, meskipun harga jual CPO lebih tinggi perusahaan tidak akan menjual produk dalam bentuk CPO. disamping karena skala usaha yang kecil, Perusahaan menjalankan integrasi milik sendiri pada kegiatan penjualan CPO ke RBD Olein oleh karena itu perusahaan dapat memperkecil biaya produksi. Dengan kecilnya biaya produksi perusahaan dapat mendapat keuntung dari penjual RBD Olein.

Dari gambar 5.13 juga dapat dijelaskan bahwa pada bulan Januari hingga Maret 2008 terjadi penurunan produksi TBS, penurunan produksi TBS diakibatkan adanya masa trek dimana tanaman kelapa sawit tidak dapat berbuah sehingga terjadi penurunan produksi. Penurunan produksi juga bisa diakibatkan musim yang tidak bisa diramalkan, musim yang tidak bersahabat akan mengakibatkan rendahnya produksi TBS baik kebun milik sendiri maupun Pihak III.

Fluktuasi produksi juga dapat dilihat dilihat terjadi peningkatan pada September hingga November 2007, peningkatan produksi dapat terjadi disaat produksi TBS mengalami kenaikan atau sering dikatakan dengan banjir buah, pada masa banjir buah produksi TBS akan meningkat dan randemen CPO cenderung naik dikarenakan pada saat banjir buah TBS dihasilkan adalah TBS yang bermutu baik. Masa banjir buah merupakan masa puncak produksi TBS yang mengakibatkan produksi TBS terjadi secara besar-besaran.

Tujun utama Perusahaan B melakukan integrasi vertikal dikarenakan perusahaan B ingin memproduksi RBD Olein, dan menjual produknya dalam bentuk RBD Olein. Perusahaan tidak melakukan ekspor dikarenakan selain untuk memenuhi kapasitas pabrik fraksinasi RBD Olein juga dikarenakan mutu TBS yang rendah yang disebabkan banyaknya perusahaan membeli TBS kepada pihak III, sehingga randemen yang diperoleh kecil dan mutu CPO pun menurun.

2. Fluktuasi Harga

Perusahaan B tidak terlau memperhatikan fluktuasi harga RBD Olein, hal tersebut dikarenakan pada dasarnya perusahaan memfokuskan produksi pada RDB Olein bukan pada CPO. Meskipun haga CPO tinggi produksi RBD Olein tetap stabil karena perusahaan tetap memenuhi kapasitas pabrik fraksinasi RBD Olein.

Sumber: Data Primer Diolah Lampiran 12 Sumber: Data Sekunder Diolah Lampiran 12 Pada Gambar 5.14 dapat dijelaskan bahwa perkembangan produksi RBD Olein

PT. B berfluktuatif, pada bulan Maret 2007 terjadi peningkatan produksi RBD Olein, diduga hal tersebut disebabkan oleh naiknya harga RBD Olein domestik sehingga perusahaan meningkatkan produksi RBD Olein.

Pada dasarnya hal tersebut dikarenakan produksi RBD Olein perusahaan tidak bergantung oleh pengaruh harga, namun perusahaan cenderung terus memproduksi RBD Olein dengan jumlah produksi yang sesuai dengan pasokan bahan baku pembuat RBD Olein, perubahan jumlah produksi RBD Olein cenderung diakibatkan oleh jumlah pasokan bahan baku.

Pengaruh Skala Usaha Terhadap Keputusan Integrasi Vertikal

Kegiatan integrasi vertikal dapat dilihat juga terjadi dikarenakan skala usaha perusahaan.

Gambar 5.2 Perbandingan Skala Usaha Perusahaan A dan Perusahaan B

No Keterangan Perusahaan A Perusahaan B

1 Luas Lahan Kelapa Sawit 34.738,38 Ha 50 Ha

2 Produksi TBS 217 Ton/hari 3 Ton/hari

3 Kapasitas Produksi CPO 350 Ton/Hari 20Ton/hari 4 Kapasitas Produksi RBD Olein 320 Ton/Hai 30 Ton/hari Sumber: Data Primer PT. A dabn PT. B

Dari Tabel 5.2 dapat dijelaskan bahwa skala usaha PT. A lebih besar dari pada PT. B hal ini terlihat besarnya luas lahan serta kapastas pabrik perusahaan A. pada kapasitas terpasang pabrik fraksinasi Socfin berada di Tanah Gambus dengan kapasitas 320 Ton CPO/Hari. Sementara kapasitas pabrik RBD Olein PT. B berkapasitas terpasang 3 Ton CPO/hari. Pabrik RBD Olein tersebut membutuhkan kontinuitas input produksi, tentunya kedua perusahaan membutuhkan pasokan input TBS yang tidak boleh terhenti agar produksi dapat terus dilakukan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PT. A membutuhkan lebih banyak kebutuhan TBS, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.1, oleh karena itu untuk memenuhi kapasitas terpasang pabrik Perusahaan A melakukan integrasi vertikal, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa perusahaan menjalankan integrasi vertikal juga disebabkan karena persediaan yang tidak stabil. Pada perusahaan perkebunan apabila melakukan integrasi vertikal perusahaan tidak terlalu mengharapkan pasokan bahan baku dari perusahaan lain, dengan menyediakan bahan baku sendiri Misalnya: TBS, maka perusahaan tidak perlu khawatir dengan ancaman kesulitan bahan baku. Dengan demikian pasokan TBS ataupun CPO tetap terpenuhi.

Sementara itu perusahaan B juga memerlukan kebutuhan TBS dikarenakan luas lahan yang kecil serta produksi TBS yang rendah, oleh sebab itu perusahaan lebioh banyak membeli TBS kepada pihak III agar dapat memenuhi kaapsitas PKS dan pabrik fraksinasi RBD Olein. Adapun perbandingan persentase pembelian TBS kedua perusahaan dapat dilihat pada tabel 5.15

Gambar 5.15 Rata-Rata Perbandingan persentase pembelian TBS kebun sendiri dan Pihak III

Sumber: Perusahaan A Sumber: Perusahaan B

Berdasarkan gambar 5.15 dapat dijelaskan bahwa perusahaan B memiliki persentase pembelian TBS kepada pihak III lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan A. hal ini disebabkan skala usaha yang berbeda antara kedua perusahaan. Oleh karenanya perusahaan B lebih banyak melakukan integrasi kepada pihak III dalam pembelian TBS. sementara perusahaan A hanya 40 % membutuhkan TBS dari pihak III.

Tinggi rendahnya pembelian yang dilakukan oleh kedua perusahaan mengakibatkan juga perubahan pada mutu CPO dan RBD Olein, Perusahaan B lebih banyak membeli TBS dari pihak III hingga 90% dari seluruh total produksi TBS. hal tersebut berdampak pada hasil produksi yang berakibat rendahnya kualitas RBD Olein. oleh karenanya perusahaan tidak pernah melakukan eksport RBD Olein karena mutu yang tidak diterima di pasar internasional.

Sementara itu disisi lain perusahaan A lebih sedikit membeli TBS kepada pihak III, hal itu dilakukan untuk tetap menjaga kualitas mutu CPO dan RBD Olein agar bisa melakukan ekspor. Disamping itu skala usaha perusahaan A yang cenderung lebih besar di bandingkan dengan perusahaan B.

Pengaruh Orientasi Pasar Terhadap Keputusan Integrasi Vertikal

Perusahaan A mempunyai skala usaha yang lebih besar dari pada Perusahaan B, skala usaha yang besar mengakibatkan perusahaan lebih bebas menetukan pasar atas produksi yang dihasilkan. Perusahaan A yang memiliki jumlah produk yang lebih besar tentunya lebih bebas memilih pasar atas barang yang diproduksi. Orientasi pasar perusahaan A selain menjual produksi baik CPO

maupun RBD Olein kepada lokal, perusahaan juga menjual produksinya ke pasar ekspor.

Sementara itu perusahaan B yang memiliki skala usaha lebih kecil, memilih untuk menjual hasil produksinya kepada retailer lokal atau kepada perusahaan pengolah RBD Olein bermerek untuk dijadikan minyak goreng bermerek.

Keputusan ekspor perusahaan A juga dikarenakan adanya fluktuasi harga selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.3. Keputusan ekspor juga dikarenakan fluktuasi harga CPO internasional, ketika harga CPO internasional meningkat maka perusahaan cenderung melakukan ekspor ketimbang mengolah produk menjadi TBD Olein. Seperti yang dijelaskan pada gambar di bawah ini, PT. A mencakup pasar internasional (Ekspor) dalam hal penjualan RBD Olein.

Gambar 5.16 Fluktuasi Ekspor RBD Olein PT. A

Sum ber: Data Prim er Diolah Lampiran 4

Dari gambar 5.16 dapat dijelaskan fluktuasi produksi cenderung tidak stabil, pada saat terjadi penurunan jumlah eksport perusahaan lebih mengutamakan untuk

menjual produk ke domestik saja hal tersebut dikarenakan harga perjualan RBD Olein sama dengan penjualan ekspor. Sebaliknya ketika terjadi kenaikan jumlah ekspor RBD Olein hal tersebut disebabkan harga ekspor lebih tinggi dibandingkan dengan harga lokal. Selain itu juga karena skala produksi RBD Olein perusahaan besar, maka Perusahaan A memutuskan untuk melakukan ekspor. Namun demikian dalam melakukan ekspor perusahaan harus memenuhi ketentuan standar mutu ekspor RBD Olein yaitu:

1. Nilai Iodium Value CPO > 53,5

Iodium Value adalah jumlah asam lemak tidak jenuh dalam CPO

2. Kadar Air = 0,10%

3. Kotoran = 0,05%

4. Asam Lemak Bebas = 2,3%

5. PV (Peroksida Value) = ≥ 2%

6. Dobi (Deodorizing of bleach Index) = >2,5%

Standar diatas merupakan standar internasional yang merupakan syarat RBD Olein yang bisa di ekspor. Apabila salah satu standar tersebut kurang ataupun berlebih RBD Olein akan ditolak oleh pasar ekspor. Selain menjual RBD Olein ekspor, PT. A juga menjual RBD Olein secara lokal.

Disisi lain Perusahaan B hanya melakukan penjualan secara lokal RBD Olein, karena kecilnya skala usaha bila dibandingkan dengan Perusahaan A. Oleh karena itu orientasi pasar berada di sektor lokal saja. Kecilnya skala usaha mengakibatkan perusahaan tidak bisa memilih pasar.

Dokumen terkait