• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. BAB I PENDAHULUAN

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:

1. Menambah wawasan serta ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam mengkaji secara ilmiah mengenai aktifitas industri batu bata dan dampaknya pada strategi nafkah masyarakat sekitar pertambangan.

2. Menambah literatur bagi kalangan akademisi dalam mengkaji perubahan struktur nafkah di pedesaan akibat adanya aktifitas industri batu bata. 3. Acuan bagi pemerintah dan swasta dalam melakukan kebijakan industri.

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian industri dan Penggolongannya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian industri adalah kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan. Berdasarkan kamus online Indonesia, industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.

Penggolongan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, dapat dibagi sebagai berikut:

1. Industri Rumahtangga adalah industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumahtangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan.

2. Industri Kecil adalah industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar lima sampai 19 orang. Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.

3. Industri Sedang adalah industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri Industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja 13 orang, memiliki keterampilan tertentu dan pemimpin perusahaan memiliki kemampuan manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri border, dan industri keramik.

4. Industri Besar adalah industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara

keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan (fit and proper test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang (Siahaan, 1996).

Penggolongan industri berdasarkan lokasi, industri dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Industri Perkotaan adalah industri yang terletak dalam jarak yang dekat dengan daerah metropolitan atau kota yang besar. Adanya kepadatan penduduk yang cukup tinggi di kota metropolitan atau kota besar dapat dimanfaatkan sebagai sumber tenaga kerja bagi industri tersebut. 2. Industri Semi perkotaan adalah kawasan industri yang terletak di

ibukota kabupaten (diantaranya daerah perkotaan dan kecamatan). 3. Industri Pedesaan adalah kawasan industri yang terletak di ibukota

kecamatan yang penduduknya cukup besar.

Penggolongan industri menurut Badan Pusat Statistik (2009) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Industri kerajinan rumahtangga mempunyai 1-4 karyawan. 2. Industri kecil mempunyai 5-19 karyawan.

3. Industri sedang mempunyai 20-99 karyawan. 4. Industri besar mempunyai lebih dari 100 karyawan.

2.1.2 Industri Batu Bata

Industri batu bata merupakan industri yang mengolah bahan baku tanah liat dan bahan pembantu berupa air dan pasir serta serbuk gergaji melalui proses pencampuran, pembentukan bahan, pengeringan dan pembakaran. Industri batu bata ini merupakan industri yang mengolah sumberdaya alam, dimana lokasinya berada dekat sumber bahan baku. Batu bata atau bata merah dibuat dengan bahan dasar lempung atau secara umum dikatakan sebagai tanah liat yang merupakan hasil pelapukan dari batuan keras (beku) dan merupakan batuan sedimen,

Menurut Departemen Perindustrian sebagaimana dikutip oleh Yuniarti (1996), tanah liat di bagi dalam beberapa jenis berdasarkan atas tempat dan jarak pengangkutannya dari daerah asalnya, yaitu:

1. Tanah liat residual yaitu tanah liat yang terdapat pada tempat dimana tanah liat tersebut terjadi atau dengan kata lain tanah liat belum berpindah tempat sejak terbentuk.

2. Tanah illuvial yaitu tanah liat yang telah terangkat dan mengendap pada satu tempat tidak jauh dari asalnya, misalnya kaki bukit.

3. Tanah liat alluvial atau limpah sungai yaitu tanah liat yang diendapkan oleh air sungai

4. Tanah liat marina atau formasi adalah tanah liat yang terjadi dari endapan yang berada di laut.

5. Tanah liat rawa adalah tanah liat yang diendapkan di rawa-rawa dan berwarna hitam.

6. Tanah liat danau adalah tanah liat yang diendapkan di danau air tawar. Pembuatan bata di Indonesia pada umumnya menggunakan tanah liat alluvial, jarang sekali yang menggunakan tanah liat marina atau formasi. Padahal sebagian besar sawah-sawah di Indonesia terdapat endapan alluvial, sehingga kesuburan sawah-sawah pada tempat pembuatan batu bata sangat rendah. Ini berarti pembuatan batu bata atau barang lain yang terbuat dari tanah liat akan merugikan pertanian, karena pada umumnya para pengusaha industri batu bata dalam mencari dan menggunakan bahan baku tidak atau kurang memperhatikan kerugian yang timbul sebagai akibat cara pengambilan bahan baku yang tidak teratur. Misalnya kerugian bagi usaha pertanian apabila dalam pengambilan tanah liat tersebut terambil pula lapisan tanah yang mengandung zat-zat penyubur tanaman (humus).

2.1.3 Sumber Nafkah

Merujuk pada Dharmawan (2007) Livelihood system atau sistem penghidupan adalah kumpulan dari strategi nafkah yang dibentuk oleh individu, kelompok maupun masyarakat di suatu lokalitas. Perlu dicatat bahwa livelihood memiliki pengertian lebih luas daripada sekedar means of living strategy (strategi cara hidup). Pengertian livelihood strategy yang disamakan pengertiannya menjadi strategi nafkah (dalam bahasa Indonesia), sesungguhnya memiliki makna lebih besar daripada sekedar “aktivitas mencari nafkah” belaka. Sebagai strategi membangun sistem penghidupan, maka strategi nafkah bisa didekati melalui

bisa berarti cara bertahan hidup ataupun memperbaiki status kehidupan. Strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu ataupun kelompok dalam rangka mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap memperhatikan eksistensi infrastruktur sosial, struktur sosial dan sistem nilai budaya yang berlaku.

Konsep modal dalam sistem nafkah rumahtangga seperti yang dijelaskan Scoones (1998) digolongkan menjadi lima jenis yaitu:

1. Modal Alam (Natural Capital) merupakan modal yang berasal dari alam dan terkait dengan proses-proses alamiah, misalnya kondisi tanah, air, udara, siklus hidrologi, dan sebagainya.

2. Modal Ekonomi (Economic/Financial Capital) merupakan modal yang sangat esensial terkait dengan strategi nafkah, misalnya kepemilikan asset ekonomi seperti perlengkapan produktifitas, teknologi dan infrastruktur lainnya.

3. Modal Sumberdaya Manusia (Human Capital), terkait dengan aspek manusianya, misalnya keterampilan, pendidikan/pengetahuan, kesehatan, dan sebagainya

4. Modal Sosial (Social Capital) merupakan sumberdaya sosial yang terdiri atas jaringan, klaim sosial, hubungan sosial, keanggotaan, dan perkumpulan.

5. Modal Fisik (Physical Capital), terdiri dari peralatan, barang simpanan, cadangan makanan, ataupun perhiasan.

Scoones (1998) mengemukakan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi terkait dengan sumber-sumber nafkah tersebut. Ada tiga kemungkinan keragaan sumber-sumber nafkah yang ada, yaitu:

1. Sebagai suatu rangkaian (Sequence)

Sebagai suatu rangkaian, akses terhadap suatu sumber nafkah menjadi jalan untuk bisa mengakses sumber nafkah yang lainnya.

2. Sebagai pengganti (Substitution)

Sebagai pengganti, berarti aksesnya seseorang terhadap suatu sumber nafkah dapat menjadi pengganti dari sumber nafkah yang tidak dapat diakses.

3. Sebagai suatu kelompok (Clustering)

Sebagai suatu kelompok, berarti aksesnya seseorang terhadap suatu sumber nafkah menyebabkan ia juga akses terhadap sumber nafkah yang lainnya.

2.1.4 Strategi Nafkah

Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu dalam proses perjuangan untuk mendapatkan suatu jenis mata pencaharian atau bentuk pekerjaan produktif demi mempertahankan ataupun meningkatkan derajat kehidupan dalam merespons dinamika sosio-ekonomi, ekologi dan politik mengenai mereka (Dharmawan 2007). Beberapa strategi yang dapat diterapkan masyarakat dalam upaya untuk dapat bertahan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya yang dimilikinya menurut Scoones (1998), yaitu:

1. Rekayasa sumber nafkah pertanian, yang dilakukan dengan memanfaatkan sektor pertanian secara lebih efektif dan efisien baik melalui penambahan input eksternal berupa tenaga kerja atau teknologi (intensifikasi) maupun dengan memperluas lahan garapan (ekstensifikasi).

2. Pola nafkah ganda yang dilakukan dengan menerapkan keanekaragaman pola nafkah dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk menambah pendapatan (diversifikasi pekerjaan).

3. Rekayasa spasial merupakan usaha yang dilakukan dengan cara melakukan mobilisasi baik secara permanen maupun sirkuler.

Dalam lingkup strategi nafkah keluarga, Dharmawan (2001) membagi dalam tiga tingkatan, yaitu sebagai berikut:

1. Strategi nafkah rumahtangga petani strata bawah

a. Mengerjakan berbagai jenis pekerjaan (the multiple employment strategy). Strategi ini juga dikenal dengan pola nafkah ganda, juga paling sering dipakai oleh rumahtangga petani miskin untuk bisa

sedangkan modal dan keahlian yang dimiliki sangat terbatas.

b. Penyebaran tenaga kerja rumahtangga, rumahtangga petani pedesaan umumnya mempunyai anggota keluarga yang besar, potensi tersebut dipergunakan untuk melakukan pekerjaan guna membantu ekonomi keluarga.

2. Strategi nafkah rumahtangga petani strata menengah

a. Strategi persiapan pertumbuhan, pada level ini strategi nafkah yang dilakukan bukan untuk sekedar mempertahankan hidup, tetapi lebih lebih ditekankan pada bagaimana agar aset yang telah dimiliki semakin tumbuh berkembang.

b. Strategi produksi rumahtangga, dengan memiliki modal dan kemampuan untuk mengelola aset tersebut, keluarga petani pada level ini bisa membuat usaha yang dikelola oleh rumahtangga.

3. Strategi nafkah rumahtangga petani strata atas

Strategi nafkah pada level ini, sebenarnya lebih mengacu pada bagaimana mengembangkan asset (expensive strategy) besar yang sudah dimilikinya agar semakin bertambah. Kelompok ini paling besar mempunyai akses ke sumber-sumber produksi karena disamping memiliki modal besar, jaringan sosialnya juga luas.

Menurut Crow (1989) dalam Dharmawan (2001) dalam penerapan strategi nafkah, terdapat beberapa aspek penting dari konsep strategi yang harus diperhatikan, antara lain:

1. Harus ada pilihan yang dapat seseorang pilih sebagai tindakan alternatif

2. Kemampuan melatih “kekuatan”. Mengikuti suatu pilihan berarti memberikan perhatian pada pilihan tersebut. Dengan demikian, memberikan perhatian pada suatu pilihan akan mengurangi perhatian pada pilihan yang lain. Dalam konteks komunitas, seseorang yang memiliki lebih banyak kontrol (asset) akan lebih memiliki kekuatan untuk “memaksakan” kehendaknya. Oleh karena itu, strategi nafkah dapat dipandang sebagai suatu kompetisi untuk mendapatkan aset-aset yang ingin dikuasai.

3. Dengan merencanakan strategi yang mantap, ketidakpastian (posisi) yang dihadapi seseorang dapat dieliminir

4. Strategi dibangun sebagai respon terhadap tekanan yang hebat yang menerpa seseorang

5. Harus ada sumberdaya dan pengetahuan sehingga seseorang bisa membentuk dan mengikuti berbagai strategi yang berbeda

6. Strategi biasanya merupakan keluaran dari konflik dan proses yang terjadi dalam rumah tangga.

2.2 Kerangka Pemikiran

Aktivitas industri batu bata yang ada di Desa Gorowong mempengaruhi kondisi ekonomi dan ekologi wilayah Desa Gorowong. Pengaruh sosio-ekonomi lebih kepada pengaruh positif atau manfaat yang timbul akibat dari adanya aktivitas industri, sementara pengaruh pada ekologi adalah dampak negatif dari berkembangnya industri di wilayah Desa Gorowong.

Manfaat atau dampak positif dari adanya aktivitas industri batu bata adalah timbulnya perekonomian lokal. Perekonomian lokal ini terlihat dari pilihan sumber nafkah baru bagi masyarakat, sumber nafkah yang dipilih oleh masyarakat Desa Gorowong tentu saja berorientasi pada sektor industri, sehingga strategi dan struktur nafkah akibat dari pilihan sumber nafkah juga ikut terpegaruh dari industri batu bata. Strategi nafkah yang terpengaruh dari perkembangan industri batu bata meliputi pola nafkah ganda, migrasi, alokasi waktu kerja rumahtangga serta tindakan adaptif ketika rumahtangga menghadapi krisis, sementara struktur nafkah yang ikut terpengaruh dari aktivitas industri batu bata terlihat dari tingkat pendapatan, tingkat kemampuan menabung dan investasi masyarakat.

Dampak negatif pada ekologi wilayah Desa Gorowong dapat diketahui dari pendapat masyarakat mengenai kondisi lingkungannya yaitu kuantitas air, suhu udara yang semakin meningkat, kebersihan udara atau debu yang semakin banyak, dan kondisi lahan yang menjadi kritis. Semakin tinggi aktivtias industri batu bata maka tingkat perekonomian masyarakat akan meningkat namun kondisi lingkungan juga akan semakin rusak apabila tidak ditindak lanjuti.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Keterangan :

: Mempengaruhi

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut:

1. Semakin tinggi perkembangan industri batu bata maka dampak sosio-ekonomi akan semakin tinggi

2. Semakin tinggi perkembangan industri batu bata maka dampak kerusakan ekologi akan semakin tinggi.

Industri batu bata

 Tingkat pendapatan  Tingkat kemampuan menabung  investasi Tingkat investasi  Migrasi

 Alokasi waktu kerja  Pola nafkah ganda  Tindakan saat terjadi

krisis

Struktur nafkah Dampak Sosio-ekonomi

Strategi nafkah

Dampak ekologi

Sumber nafkah  Suhu udara

 debu

 Kuantitas air Kondisi lahan

2.4 Definisi Konseptual

Penelitian ini menggunakan beberapa konsep untuk memberi batasan agar mudah dipahami. Selain itu, batasan dimaksudkan agar pembahasan penelitian ini menjadi terfokus. Adapun konsep yang dipergunakan adalah sebagai berikut: 1. Industri batu bata adalah industri yang mengolah bahan baku tanah liat dan

bahan tambahan berupa air, pasir, dan serbuk gergaji melalui proses pencampuran, pembentukan bahan, pengeringan dan pembakaran.

2. Kerusakan ekologi adalah perubahan kondisi lingkungan akibat adanya aktivitas manusia yang mengeksploitasi lingkungan.

3. Struktur nafkah adalah keseluruhan gambaran tentang tingkat pendapatan, pengeluaran, investasi, kemampuan menabung, dll yang memberikan gambaran khas bagi setiap rumahtangga dalam mempertahankan kehidupan/penghidupannya.

4. Strategi nafkah adalah keterlibatan individu-individu dalam proses perjuangan untuk mendapatkan suatu jenis mata pencaharian atau bentuk pekerjaan produktif demi mempertahankan ataupun meningkatkan derajat kehidupan dalam merespon dinamika sosio-ekonomi, ekologi dan politik.

2.5 Definisi Operasional

Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut:

1. Pengusahaan mata pencaharian pertanian adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang di bidang pertanian. Mata pencaharian pertanian diukur dari ada tidaknya responden yang mengusahakan mata pencaharian pertanian.

a. Tidak melakukan : skor 0 b. Mengusahakan : skor 1

2. Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap di suatu daerah, migrasi diukur dari ada atau tidaknya anggota rumahtangga yang keluar daerah untuk bekerja dan mendapatkan pendapatan.

a. Tidak melakukan migrasi : skor 0 b. Melakukan migrasi : skor 1

tindakan yang dilakukan rumahtangga ketika menghadapi krisis ekonomi, dilihat dari tindakan yang dilakukan pertama kali oleh rumahtangga ketika mengalami krisis.

4. Alokasi waktu kerja rumahtangga adalah jumlah jam kerja riil yang dicurahkan oleh anggota rumahtangga dalam mencari nafkah dalam satu hari. Alokasi waktu kerja dilihat dari jumlah rata-rata jam perhari yang digunakan anggota keluarga (suami, istri, dan anggota keluarga lain) untuk bekerja. 5. Ragam sumber pendapatan/nafkah adalah salah satu upaya atau tindakan

masyarakat dalam mempertahankan hidupnya dengan dua pekerjaan atau lebih baik sektor pertanian dan pertanian atau pertanian dan pertanian. Ragam sumber pendapatan/nafkah diukur dari ada tidaknya rumahtangga tersebut melakukan ragam sumber pendapatan

a. Tidak melakukan : skor 0 b. Melakukan : skor 1

6. Tingkat pendapatan adalah jumlah uang yang diterima selama satu tahun dan telah dikurangi dengan biaya-biaya lainnya sebagai imbalan dari pekerjaan. Ukuran tingkat pendapatan ditentukan berdasarkan jumlah rata-rata pendapatan rumahtangga masyarakat lokal. Tingkat pendapatan dihitung menggunakan sebaran normal dengan rumus:

a. Lapisan rendah = -½ standar deviasi

b. Lapisan menengah = - ½ standar deviasi ≤ x ≤ + ½ standar deviasi c. Lapisan atas = +½ standar deviasi

7. Kemampuan menabung adalah kemampuan menyisihkan sebagian hasil pendapatan setelah dikurangi oleh pengeluaran.

Kemampuan menabung dilihat dari: a. Tidak Menabung : skor 0 b. Menabung : skor 1

8. Investasi adalah hasil pendapatan yang dialokasikan bukan untuk ditabung dalam bentuk rupiah tetapi dialokasikan untuk kebutuhan jangka panjang. Investasi diukur dari kemampuan rumahtangga dalam memiliki, membeli atau

membayar investasi (emas, hewan ternak, tanah, pendidikan dll) dalam kurun satu tahun.

a. Tidak memiliki kemampuan investasi : skor 0 b. Memiliki kemampuan investasi : skor 1

9. Kerusakan ekologi adalah perubahan pada lingkungan akibat adanya aktivitas manusia yang mengeksploitasi lingkungan. Kerusakan ekologi meliputi kuantitas air menurun, suhu udara meningkat, debu meningkat, dan kondisi lahan yang semakin kritis, yang dinilai berdasarkan pendapat/opini masyarakat dengan pengukuran sebagai berikut:

a. Sangat buruk : skor -2 b. Buruk : skor -1 c. Cukup baik : skor 0 d. Baik : skor 1 e. Sangat baik : skor 2

PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif pada penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok (Singarimbun, 1989). Sedangkan dalam metode penelitian kualitatif menggunakan metode studi kasus, pengamatan, dan wawancara.

Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui struktur nafkah dan penghidupan setiap rumahtangga masyarakat Desa Gorowong yang menjadi sampel penelitian. Sedangkan metode kualitatif digunakan untuk mendukung data yang diperoleh secara kuantitatif. Pengambilan data dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama, dilakukan pengambilan data melalui wawancara kuesioner kepada beberapa responden dan informan untuk melakukan tes kuesioner (uji kuesioner) sebagai preliminary research. Kemudian tahap kedua, setelah menggunakan tes kuesioner dilakukan editing kuesioner sebagai penelitian sesungguhnya yang disesuaikan dengan karakteristik masyarakat dan daerah lokasi penelitian.

3.2 Sumber Data dan Pengolahan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil kuesioner yang disebarkan dan dijawab oleh responden melalui wawancara. Selain itu, digunakan pula wawancara mendalam dengan informan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur yang sumbernya berasal dari berbagai dokumen pemerintah desa, data-data dari dinas-dinas terkait, makalah ilmiah dan lain sebagainya.

Data kuantitatif pada penelitian ini berupa stuktur nafkah, tindakan adapatif, dan tindakan rasional rumahtangga responden diolah secara deskriptif (statistic deskriptif). Proses pengolahan data kuantitatif ini dimulai dengan proses pemeriksaan data yang terkumpul (editing), pemberian kode pada setiap data yang terkumpul di setiap instrumen, dan pentabulasian data, baik secara tunggal

maupun secara silang dalam bentuk tabel frekuensi. Data kuantitatif ini disajikan dalam bentuk diagram dan tabel. Untuk memperlancar proses pengolahan dan analisis data digunakan Ms. Excell 2007. Kemudian data tersebut digabungkan dengan hasil wawancara mendalam dan observasi berupa kutipan untuk kemudian penarikan kesimpulan dari semua data yang telah diolah sebelumnya.

3.3 Teknik Penentuan Responden

Terdapat dua subjek dalam penelitian ini, yaitu informan dan responden. Informan adalah pihak-pihak yang memberikan keterangan tentang diri sendiri, keluarga, pihak lain dan lingkungannya. Pemilihan informan dilakukan secara purposive, informan kunci yang dipilih adalah tokoh masyarakat dari kedua kampung yaitu Kampung Ater dan Kampung Ciawian. Pemilihan pemerintah setempat sebagai salah satu informan kunci didasarkan atas pertimbangan bahwa dalam hal ini pemerintah setempat adalah pembuat kebijakan dan memiliki andil serta tanggung jawab terhadap segala sesuatu kegiatan yang diadakan. Tokoh masyarakat dilibatkan sebagai informan kunci sebagai pihak yang berpotensi untuk memberikan informasi terkait populasi yang memiliki karakteristik sesuai dengan konteks penelitian.

Responden didefinisikan sebagai pihak yang memberi keterangan tentang diri dan kegiatan yang dilaksanakannya. Pemilihan responden ini didasarkan pada unit analisis penelitian, yaitu rumahtangga. Untuk melihat perubahan struktur nafkah dan strategi nafkah ditingkat rumah tangga digunakan data primer yang dikumpulkan melalui kuesioner terhadap 60 responden dari dua kampung contoh yang ditentukan secara purposive, yaitu Kampung Ater sebanyak 30 responden dan Kampung Ciawian sebanyak 30 responden. Pemilihan dua kampung ini yaitu sebagai perbandingan yang didasari pada banyaknya jumlah industri batu bata dan jumlah pertanian, yaitu kampung dengan jumlah industri batu bata yang banyak serta kampung yang memiliki industri batu bata namun juga memiliki pertanian. Kedua kampung tersebut diambil masing-masing satu RT untuk menjadi sampel kedua. Responden dipilih secara acak sebanyak 30 responden untuk masing-masing RT yang dijadikan sampel penelitian, dengan lima responden cadangan. Sehingga jumlah total responden adalah sebanyak 60 rumahtangga

diilustrasikan sebagai berikut.

Gambar 2. Teknik Kerangka Sampling dalam Pengambilan Responden

Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumahtangga. Hal ini dikarenakan rumahtangga merupakan unit terkecil dari masyarakat dalam hal pengambilan keputusan keluarga, seperti besarnya pendapatan yang diberikan anggota keluarga maupun aspek-aspek lain yang mempengaruhi keadaan sosial ekonomi.

Desa Gorowong

Kampung dengan jumlah industi banyak Kampung Ater (RT 03/02) Penentuan secara purposif

Kampung yang memiliki industri dan pertanian :

Kampung Ciawian (RT 10/04) Penentuan secara purposif Jumlah total Kampung :

14 Kampung

Jumlah KK sebanyak 115 KK Jumlah KK sebanyak 84 KK

Secara acak dipilih 30 responden Secara acak dipilih 30 responden

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong

Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar 873,019 Ha dengan luas daratan sebesar 788,019 Ha dan tanah sawah sebesar 85 Ha. Desa Gorowong sejak tahun 1982 dikenal sebagai salah satu daerah yang memiliki industri batu bata. Sehingga di wilayah Desa Gorowong banyak ditemukan 1lio atau industri pembuatan batu bata yang dimiliki oleh warga Desa Gorowong.

Seluruh penduduk Desa Gorowong memeluk agama Islam yaitu sebesar 7330 jiwa dari total penduduk 7330 jiwa. Adapun jumlah kampung yang terdapat di Desa Gorowong adalah sebanyak 14 kampung yang tersebar di beberapa wilayah Desa Gorowong. Secara geografis Desa Gorowong dibatasi oleh beberapa wilayah bagian yaitu sebelah utara dibatasi oleh Desa Lumpang/Pingku, sebelah timur oleh desa Pingku/Dago, sebelah selatan dibatasi oleh Desa

Dokumen terkait