• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Kehamilan pada Trimester Pertama

Pembentukan manusia dimulai pada saat sel telur (ovum) dan sperma bersatu (fertilasi) untuk membentuk zigot. Setelah 30 jam sel telur mengalami fertilasi, zigot membelah diri menjadi dua. Pembelahan ini terjadi berulang kali, sel-sel ini bergerak melalui pipa fallopi ke uterus. Disamping membelah diri, yang dinamakan hiperplasia, sel-sel pun membesar. Pada akhir trimester pertama, sebagian besar organ telah terbentuk dan janin sudah terasa bergerak.

Kekurangan gizi pada masa ini atau tekanan-tekanan lain yang diperoleh janin melalui ibu, misalnya penggunaan obat-obatan dan alkohol, radiasi atau trauma, dapat berpengaruh negatif terhadap janin untuk selamanya. Pengaruh paling berat adalah keguguran. Ibu harus menghindari penggunaan bahan-bahan berbahaya pada tahap tumbuh kembang janin dimasa ini, selain tentunya memperhatikan mutu gizi makanan. Walaupun dimasa-masa ini ibu mungkin kurang mempunyai nafsu makan atau merasa mual dan ingin muntah kecukupan gizi hendaknya terus diupayakan. Di saat-saat ini mutu gizi makanan lebih penting dari jumlah makanan. Oleh sebab itu ibu hendaknya mengkonsumsi makanan yang padat gizi (Almatsier, 2003).

Trimester pertama kehamilan, wanita kadang mengalami morning sicnes yang membuatnya malas untuk makan, apalagi mengkonsumsi makanan yang sehat. Ibu justru mencari makanan yang membuatnya merasa nyaman dan tidak mual seperti buah-buahan yang berasa asam atau makanan yang pedas-pedas. Akibatnya janin akan semakin kekurangan nutrisi yang seharusnya bisa membantu perkembanganorgan-organ tubuhnya. Bayi yang lahir dengan mengalami masalah, tentunya disebabkan kurangnya nutrisi diawal kehamilan (Ibrahim, 2010).

I. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Trimester Pertama

1. Asam Lemak Omega-6 (Asam Lenoleat) dan Asam Lemak Omega-3 (Asam Alfa-Lenoleat)

Manfaat: Asam lemak Omega-6 prekusor digunakan untuk pembentukan asam lemak arakidonat (AA) sedangkan asam lemak omega-3 di dalam tubuh diubah jadi EPA (asameikosapentanoat) dan DHA (asam dokosaheksanoat).

AA dan DHA terbukti sebagai lemak dominan penyusun sel-sel saraf dan otak janin.

Jenis makanan : Asam lemak omega-6 contohnya terdapat pada minyak kedelai atau minyak zaitun. Asam lemak omega-3 contohnya terdapat pada ikan salmon, sardin, kembung, tuna, tenggori, ikan tawas.

2. Asam folat

Manfaat : Salah satu jenis vitamin B ini berperan dalam proses pembentukan sistem saraf pusat termasuk otak.

Jenis makanan : Contohnya terdapat pada kacang kedelai(tempe, tahu ), hati sapi, serelia, yang sudah difortifikasi asam folat, sayuran berwarna hijau tua, jeruk, apel dan sebagainya.

3. Vitamin B2 (Riboflamin)

Manfaat : Membantu melepas energi dari protein serta membantu memenuhi kebutuhan protein yang meningkat selama hamil.

Jenis makanan : Contohnya terdapat pada telur dan keju cheddar. 4. Vitamin B12

Manfaat :1. Menjaga kerja sel-sel sumsum tulang belakang, sistem saraf dan saluran pencernaan. Dengan demikian berbagai sel tubuh janin yang telah terbentuk berfungsi normal; 2. Membantu kelancaran pembentukan sel darah merah.

Jenis makanan : Contohnya terdapat pada produk olahan kacang kedelai tahu dan tempe, susu dan produk lainnya.

5. Vitamin C

Manfaat : 1. Membantu penyerapan zat besi, kacang-kacangan,buah serta sayuran ;2. Meningkatkan penyerapan asam folat, mengurangi resiko pre- eklamsia, meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Jenis makanan : Contohnya terdapat pada jeruk, kiwi, belimbing, paprika. 6. Vitamin D

Manfaat : 1. Memperbaiki penyerapan kalsium (Ca) dan membantu keseimbangan mineral dalam darah. 2. Untuk pembentukan tulang dan gigi.

Jenis makanan : Contohnya terdapat pada ikan salmon, ikan hering, dan susu (Dewi, 2011).

Ada beberapa jenis makanan yang tidak boleh dimakan selama hamil karena berpotensi membahayakan janin , yaitu: keju yang tidak dipasteusisasi, susu domba dan kambing yang tidak dipasteurisasi, makanan yang sering dihangatkan, hot dog, daging dan telur yang dimasak setengah matang, ikan mentah atau sushi dan kerang. Selain jenis makanan yang disebutkan di atas, ibu hamil juga harus hindari konsumsi kafein secara berlebuhan karena selama kehamilan dapat mengakibatkan BBLR dan keguguran (Champell & Mackonochie, 2006).

Menurut Karyadi (2001) dan Haryanto (2000), zat gizi yang dibutuhkan ibu hamil trimester I, antara lain :

1. Kalori

Kalori dibutuhkan untuk perubahan dalam tubuh ibu hamil, meliputi pembentukan sel-sel baru, pengaliran makanan dari pembuluh darah ibu ke

pembuluh darah janin melalui plasenta dan pembentukan enzim serta hormon yang mengatur pertumbuhan janin. Selama trimester pertama, wanita hamil perlu tambahan bobot badan sebanyak 0,5 kg setiap minggu. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi rata-rata yang dianjurkan (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI, 1998), ibu hamil perlu tambahan 285 Kkal setiap hari atau sama dengan 2.485 Kkal per hari. Kekurangan energi dalam asupan makanan yang dikonsumsi menyebabkan tidak tercapainya penambahan berat badan ideal dari ibu hamil yaitu sekitar 11 - 14 kg.

2. Protein

Untuk membangun sel-sel baru janin, termasuk sel darah, kulit, rambut, kuku, dan jaringan otot dibutuhkan protein. Protein juga diperlukan plasenta untuk membawa makanan ke janin dan juga pengaturan hormon sang ibu dan janin. Tambahan protein yang dibutuhkan setiap hari adalah 60 g atau 12 g lebih banyak ketimbang wanita dewasa tak hamil. Protein dapat diperoleh dari bahan makanan seperti daging, keju, ikan, telur, kacang-kacangan, tahu, tempe dan oncom.

3. Vitamin dan Mineral

Diperlukan vitamin dan mineral yang merupakan zat gizi penting selama hamil. Vitamin A dalam jumlah optimal diperlukan untuk pertumbuhan janin. Tidak kalah penting vitamin B1 dan B2 serta niasin yang diperlukan dalam proses

penggunaan protein oleh tubuh. Vitamin C penting untuk membantu penyerapan zat besi selama hamil untuk mencegah anemia.

Untuk pembentukan tulang serta persendian janin diperlukan vitamin D yang membantu penyerapan kalsium. Kalsium penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi janin. Zat kapur ini banyak terdapat pada susu dan olahannya serta kacang-kacangan.

Sementara itu vitamin E diperlukan untuk pembentukan sel-sel darah merah serta melindungi lemak dari kerusakan. Asam folat dan seng penting untuk pertumbuhan susunan saraf pusat sehingga konsumsi makanan yang banyak mengandung asam folat dapat mengurangi risiko kelainan susunan saraf pusat dan otak janin. Makanan yang kaya akan asam folat misalnya jeruk, pisang, brokoli, wortel, dan tomat.

Pasokan zat besi juga tidak kalah penting karena pada masa hamil volume darah ibu akan meningkat 30%. Di samping itu, plasenta harus mengalirkan cukup zat besi untuk perkembangan janin.

4. Serat

Konsumsi serat banyak terdapat pada buah dan sayuran, berguna untuk membantu kerja sistem ekskresi sehingga mudah buang air besar.

5. Air

Kekurangan air (dehidrasi) harus segera ditanggulangi, karena dalam masa kehamilan muda ada kalanya terjadi muntah-muntah sehingga banyak mengeluarkan cairan tubuh.

II. Prinsip diet untuk ibu pada anemia

Diet yang dianjurkan adalah diet yang mengandung besi heme sebagian hemoglobin dan mioglobin, banyak ditemukan dalam daging, unggas dan ikan, ataupun diet yang megandung besi non heme, garam besi ferro atau ferri seperti yang ditemukan dalam sumber – sumber non hewani seperti makanan nabati suplemen dan fortikan. Diet yang mengandung pemacu penyerapan zat besi seperti asam asforbat, dan hindari diet yang mengandung penghambat penyerapan zat besi seperti phitat, polifenol. Selain itu juga harus kaya dengan protein yang cukup ( bahan pangan hewani : daging , ikan, telur, kacang – kacangan ) dan sayuran berwarna hijau yang mengandung mineral dan vitamin. Wanita hamil dikatakan mengalami anemia jika kadar hb kurang dari 10 g/%. Pengawasan terhadap ibu hamil harus sudah mulai dilaksanakan pada trimester pertama dan ketiga karena terjadi pengenceran mencapai puncaknya.(Atikah, 2005).

Ibu hamil harus mengkonsumsi kalori paling sedikit 3000 kalori setiap hari, ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya kepada petugas kesehatan paling sedikit 4 kali selama kehamilannya (Ambarwati, 2012).

Anemia gizi adalah suatu kedaan dimana kadar Hb dalam darah kurang normal, yang berbeda untuk semua kelompok umur dan jenis kelamin. Nilai normal yang paling sering dinyatakan adalah 14-18g/100 ml untuk pria, dan 12-16 g/100 ml untuk wanita (gram/100 ml atau gram %). Beberapa literatur menunjukkan nilai yang lebih rendah, terutama pada wanita, sehingga mungkin pasien tidak dianggap menderita anemia sampai Hb kurang dari 6 gram/100 ml pada pria, dan 11 g/100 ml

pada wanita (Supriasa,. dkk, 2002). Baik di negara berkembang maupun negara maju, seseorang disebut menderita anemia bila kadar haemoglobin (Hb) kurang dari 10 g%, disebut anemia berat, atau apabila kurang dari 6 g%. Wanita tidak hamil mempunyai nilai hemoglobin 12-15 g%. Angka-angka tersebut juga berlaku bagi wanita hamil.

Anemia karena kekurangan zat besi biasanya terjadi secara bertahap, melalui beberapa stadium. Gejala timbul pada stadium lanjut.

1. Stadium 1

Kehilangan zat besi melebihi asupannya, sehingga menghabiskan cadangan dalam tubuh, terutama di sumsum tulang. Protein yang menampung zat besi (kadar ferritin) dalam darah berkurang secara progresif.

2. Stadium 2

Cadangan besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk pembentukan sel darah merah, sehingga sel darah merah yang dihasilkan jumlahnya lebih sedikit.

3. Stadium 3

Mulai terjadi anemia. Pada awal ini, sel darah merah tampak normal, tetapi jumlahnya sedikit. Kadar haemoglobin dan hematrokit menurun.

4. Stadium 4

Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah dengan ukuran yang sangat kecil, yang khas untuk anemia karena kekurangan zat besi.

5. Stadium 5

Dengan semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia, maka akan timbul gejala-gejala karena anemia semakin memburuk. Anemia ditetapkan dengan melakukan pemeriksaan Haemoglobin. Haemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Haemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan hemoglobin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia.

III. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) adalah banyaknya masing- masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan mencakup hampir semua orang sehat untuk mencegah defesiensi zat gizi. AKG dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, tinggi badan, genetika dan keadaan fisiologis seperti ibu hamil dan menyusui.

Nilai AKG untuk semua zat gizi kecuali energi ditetapkan selalu lebih tinggi daripada kecukupan rata-rata sehingga dapat dijamin bahwa kecukupan hampir seluruh penduduk terpenuhi.

Menurut Karyadi (2001) angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk ibu hamil tercantum dalam tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Ibu Hamil Zat Gizi Kebutuhan Wanita

Dewasa

Kebutuhan

Wanita Hamil Sumber Makanan Energi

(kalori) 2500 300

Padi-padian, jagung, umbi-umbian, mi, roti. Protein

(gram) 40 10

Daging, ikan, telur, kacang-kacangan, tahu,tempe. Kalsium

(mg) 0,5 0,6

Susu, ikan teri, kacang-kacangan, sayuran hijau. Zat besi

(mg) 28 2

Daging, hati, sayuran hijau.

Vit. A (SI) 3500 500

Hati, kuning telur, sayur dan buah berwarna hijau dan kuning kemerahan. Vit. B1 (mg) 0,8 0,2 Biji-bijian, padi- padian, kacang- kacangan, daging. Vit. B2 (mg) 1,3 0,2

Hati, telur, sayur, kacang-kacangan. Vit. B6

(mg) 12,4 2

Hati, daging, ikan, biji-bijian, kacang- kacangan.

Vit. C (mg) 20 20 Buah dan sayur.

Sumber : Karyadi (2001) a. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi wanita hamil meliputi evaluasi terhadap faktor risiko diet, pengukuran, antropometrik dan biokimiawi. Faktor risiko diet dibagi dalam dua kelompok :

1. Risiko Selama Kehamilan

Faktor risiko diet selama kehamilan sangat dipengaruhi oleh usia hamil di bawah 18 tahun, keluarga prasejahtera, food fadism (kegilaan terhadap pola makanan tertentu yang terkesan aneh), pecandu perokok berat, berat badan ibu hamil dibawah 80 % atau diatas 8x dengan selang waktu dibawah 1 tahun, Riwayat obstetrik ibu, telah menjalani terapi gizi untuk penyakit sistemik.

2. Risiko Selama Perawatan (Antenatal)

Risiko selama perawatan antenatal ini sangat dipengaruhi oleh pertambahan berat tidak adekuat dimana dibawah 1 kg/ bulan, Pertambahan berat berlebihan diatas 1 kg/ minggu, Hb dibawah 11 gr% terendah 9,5 gr%, Ht dibawah 33 terendah 30 g. Risiko lain yang tidak langsung berkaitan dengan gizi diantaranya tinggi badan dibawah 150 cm, tungkai terkena folio, haemoglobin dibawah 8,5 mg%, Tekanan darah diatas 140/90 mmHg, edema dan albuminuria diatas 2, presentasi bokong dan janin kembar, pendarahan vagina dan malaria endemik (Arisman, 2007).

2.4Anemia pada Ibu Hamil

Dokumen terkait