• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2.3 Kehamilan Remaja

1. Pengertian kehamilan remaja

Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis, akan tetapi pentingnya diagnosis kehamilan tidak dapat diabaikan (Sarwono, 2008). Kehamilan remaja merupakan kehamilan yang terjadi saat usia 16 sampai 20 tahun (Sutarsa, 2009).

Menurut beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa dalam penelitian ini kehamilan remaja adalah keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita yang diawali dengan proses pembuahan dan diakhiri dengan proses persalinan yang dialami oleh remaja dengan rentang usia 16 sampai 20 tahun.

2. Proses terjadinya kehamilan

Kehamilan akan terjadi karena adanya fertilisasi. Fertilisasi merupakan proses bertemunya sel telur (ovum) dengan sel sperma. Sel sperma akan masuk ke dalam vagina untuk bertemu dengan sel telur melalui proses kopulasi. Lelaki normal memproduksi sperma sebanyak 300-400 juta dalam satu kali ejakulasi. Sel sperma tersebut masuk ke dalam vagina dan akan berenang menuju tuba Fallopi (Chopra, 2005). Jika sel sperma tersebut bertemu dengan sel telur makan akan terjadi fertilisasi. Fertilisasi ini akan menghasilkan zigot. Zigot tersebut akan melekat

18

pada endometrium, proses ini disebut implantasi. Setelah proses ini terjadi, dimulailah proses kehamilan yang akan berlangsung selama 9 bulan 10 hari. Janin setelah mencapai usia tersebut akan siap untuk dilahirkan (Manuaba, 2007). 3. Etiologi kehamilan remaja

Kehamilan pada remaja terjadi disebabkan oleh dua faktor yang mendasari perilaku seks pada remaja yaitu, harapan untuk menikah pada usia yang relative muda (20 tahun) dan makin berkembangnya arus informasi yang menimbulkan rangsangan seksual terutama remaja di perkotaan, sehingga mendorong remaja melakukan seks pranikah yang berdampak kehamilan di luar pernikahan pada remaja (Manuaba, 2007).

Menurut Rachmawati (2010), kehamilan remaja disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor sosiodemografik, karakteristik keluarga, dan status perkembangan.

a. Faktor sosiodemografik

Faktor sosiodemografik ini terdiri dari kemiskinan, kebiasaan, seksualitas aktif, penggunaan kontrasepsi dan perkembangan media informasi.

b. Karakteristik keluarga

Keluarga yang memiliki budaya melakukan perjodohan terhadap anaknya akan menjadi pemicu terjadinya kehamilan remaja. Perjodohan tersebut akan memaksa remaja untuk melakukan pernikahan di usia dini sehingga kemungkinan kehamilan di usia remaja akan semakin tinggi.

19

c. Status perkembangan

Kurangnya pengetahuan dan pemikiran tentang masa depan, adanya rasa ingin mencoba dan kebutuhan terhadap perhatian merupakan pemicu terjadinya kehamilan remaja.

4. Resiko kehamilan remaja

Arus informasi menuju globalisasi mengakibatkan perubahan perilaku remaja yang makin menerima hubungan seksual sebagai cerminan fungsi rekreasi, sehingga angka kehamilan remaja atau penyakit hubungan seksual semakin meningkat (Syafrudin dan Hamidah, 2009).

Resiko kehamilan pada usia dini adalah rahim dan panggul belum mencapai ukuran dewasa, ditinjau dari segi gizi kehamilan pada remaja merupakan hal yang beresiko. Gizi yang diperlukan oleh para remaja yang hamil ini berkompetisi antara kebutuhan mereka terhadap pertumbuhan dan perkembangan dan perkembangan janin. Anemia, bayi prematur, bayi berat lahir rendah, kematian bayi dan penyakit menular seksual meningkat pada remaja yang hamil sebelum usia 16 tahun (Depkes RI, 2008)

Menurut Manuaba (2007), risiko kehamilan remaja secara fisik antara lain keguguran, persalinan prematur, mudah terjadi infeksi, anemia kehamilan, keracunan kehamilan dan kematian ibu tinggi.

a. Keguguran

Keguguran sebagian besar dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan remaja yang tidak dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tenaga non profesional dapat menimbulkan efek samping yang serius seperti

20

tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dpat menimbulkan kemandulan.

b. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan Kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dapat mengakibatkan makin tingginya kelahiran premature, berat badan lahir rendah, dan cacat bawaan. c. Mudah terjadi infeksi

Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi infeksi saat hamil, terlebih pada kala nifas.

d. Anemia kehamilan

Nilai kesejahteraan sosial ekonomi yang rendah merupakan penyebab nasional dari anemia kehamilan selain faktor biologis atau fisik.

e. Keracunan kehamilan (gestosis)

Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil, dalam bentuk pre-eklamsia atau eklamsia. Pre-eklamsia dan eklamsia memerlukan perhatian yang serius karena dapat menyebabkan kematian.

f. Kematian ibu tinggi

Remaja yang stress akibat kehamilannya sering mengambil jalan pintas untuk melakukan gugur kandung oleh tenaga dukun. Angka kematian karena pengguguran kandungan yang dilakukan dukun cukup tinggi, akan tetapi angka pasti tidak diketahui. Kematian ibu terutama karena perdarahan dan infeksi. Selain risiko yang telah disebutkan di atas, terdapat risiko kehamilan remaja secara psikologis yang dikemukakan oleh Syafrudin dan Hamidah (2009), yaitu

21

perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman, atau lingkungan masyarakat; tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa diri; dan beban psikis jika kehamilan tersebut tidak diakehendaki oleh ayah sebenarnya atau tidak diketahui siapa ayah sebenarnya. Menurut Kusmiran (2011), risiko kehamilan remaja secara psikologis yaitu remaja akan menghadapi berbagai macam masalah yaitu rasa takut, kecewa, menyesal, dan rendah diri terhadap kehamilannya.

2. 3 Pengetahuan Dasar Siswa tentang Kehamilan Remaja

Kehamilan remaja terjadi karena adanya rangsangan seksual yang mendorong remaja melakukan hubungan seksual sebelum waktunya. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang dimiliki oleh remaja terkait kesehatan reproduksi (Manuaba, 2007). Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang berhubungan. Informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggungjawab mengenai proses reproduksi (Surbakti, 2009).

Pengetahuan dasar yang harus dimiliki oleh remaja adalah (Sitepu, 2014):

1. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja), usia perkawinan serta bagaimana merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginannya dan pasangannya

2. Penyebab penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi

22

3. Bahaya penggunaan obat-obatan/ narkoba pada kesehatan reproduksi

4. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual, kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya

5.Mengembangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif

Pengetahuan dasar tesebut diharapkan dapat menekan kejadian kehamilan di kalangan remaja saat ini. Selain itu, remaja sebaiknya mengetahui pengetahuan kehamilan remaja meliputi konsep dasar, penyebab, risiko yang ditimbulkan serta tanda dan bahaya (Muscari, 2005).

2. 4 Metode Pendidikan Kesehatan

Metode adalah cara yang akan dipakai untuk melaksanakan pendidikan kesehatan kepada masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2006). Pendidikan kesehatan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Achjar, 2011). Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pendidikan kesehatan adalah cara yang dipakai dalam upaya pembelajaran kepada masyarakat untuk meningkatkan kesehatannya.

Tujuan penggunaan metode adalah adanya perubahan perilaku sasaran. Perubahan perilaku tersebut dapat berupa (kognitif), sikap (afektif), maupun tindakan (motorik) atau kombinasi dari komponen tersebut (Departemen Kesehatan RI,

23

2006). Menurut Notoatmojo (2010) beberapa metode promosi atau pendidikan kesehatan antara lain metode individu, kelompok dan massa.

1. Metode individu

Metode individu merupakan metode pendidikan kesehatan yang digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Bentuk pendekatan ini antara lain melalui bimbingan dan wawancara.

2. Metode kelompok

Metode ini harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Metode kelompok di bedakan menjadi 2 yaitu kelompok besar dan kelompok kecil.

a. Kelompok kecil

Metode yang digunakan pada kurang dari 15 peserta yaitu metode pendidikan sebaya (peer education), metode bermain peran (role play) dan metode demonstrasi.

b. Kelompok besar

Metode yang digunakan yaitu metode ceramah dan seminar dengan peserta lebih dari 15 orang.

3. Metode massa

Metode pendidikan kesehatan secara massa dipakai untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik.

Dokumen terkait