• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Metode Peer Education dan Metode Ceramah terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa tentang Kehamilan Remaja di SMAN 5 Denpasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Metode Peer Education dan Metode Ceramah terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa tentang Kehamilan Remaja di SMAN 5 Denpasar."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

i

EFEKTIVITAS METODE

PEER EDUCATION

DAN METODE

CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN

SISWA TENTANG KEHAMILAN REMAJA

DI SMAN 5 DENPASAR

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH:

NI LUH ANIK UTAMI NIM. 1102105018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ni Luh Anik Utami

NIM : 1102105018

Fakultas : Kedokteran Universitas Udayana Program Studi : Ilmu Keperawatan

menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai tulisan atau pikiran sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Denpasar, Juni 2015 Yang membuat pernyataan,

(3)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI

EFEKTIVITAS METODE

PEER EDUCATION

DAN METODE

CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN

SISWA TENTANG KEHAMILAN REMAJA

DI SMAN 5 DENPASAR

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH:

NI LUH ANIK UTAMI NIM. 1102105018

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN UNTUK DIUJI

Pembimbing Utama

Nengah Runiari, S.Kp, M.Kep.Sp.Mat NIP. 1972 0219 1994 01 2001

Pembimbing Pendamping

(4)

iv

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

EFEKTIVITAS METODE

PEER EDUCATION

DAN METODE

CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN

SISWA TENTANG KEHAMILAN REMAJA

DI SMAN 5 DENPASAR

OLEH:

NI LUH ANIK UTAMI NIM. 1102105018

TELAH DIUJIKAN DI HADAPAN TIM PENGUJI PADA HARI : SELASA

Prof.Dr.dr. I Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes NIP. 19530131 198003 1 004

KETUA

PSIK FK UNIVERSITAS UDAYANA

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal berjudul Efektivitas Metode Peer Education dan Metode Ceramah terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa tentang Kehamilan Remaja di SMAN 5 Denpasar

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan proposal ini. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada:

1. Prof. Dr. dr. I Putu Astawa, SpOT (K). M.Kes. , sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

2. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS, AIF. , sebagai Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

3. Nengah Runiari, S.Kp, M.Kep.Sp.Mat, sebagai pembimbing utama yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan proposal ini tepat waktu.

4. Ns. Indah Mei Rahajeng, S.kep. , sebagai pembimbing pendamping yang telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan proposal ini tepat waktu.

(6)

vi

6. Dra. Ni Siluh Made Nuriati, M.Pd, sebagai guru pembina KSPAN SMAN 5 Denpasar, yang telah membantu studi pendahuluan pada instansi tersebut. 7. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima segala saran dan masukan yang membangun.

Denpasar, Maret 2015

(7)

vii ABSTRAK

Anik Utami, Ni Luh. 2015. Efektivitas Metode Peer Educator dan Metode Ceramah terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa tentang Kehamilan Remaja di SMAN 5 Denpasar. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Denpasar. Pembimbing (1) Nengah Runiari, S.Kp,M.Kep.Sp.Mat; (2) Ns. Indah Mei Rahajeng, S.kep. Remaja merupakan peralihan masa anak-anak menuju dewasa, yang beresiko mengalami berbagai masalah terkait sistem reproduksinya antara lain yaitu masalah kehamilan remaja. Setiap tahunnya angka kejadian kehamilan remaja mengalami peningkatan. Oleh karena itu, pemerintah telah mengupayakan berbagai tindakan pencegahan yaitu melalui pendidikan kesehatan. Terdapat berbagai macam metode pendidikan kesehatan antara lain metode ceramah dan peer education. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan efektivitas metode peer education dan metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang kehamilan remaja. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental design. Sampel terdiri dari 30 siswa sebagai kelompok kontrol dan 30 siswa lainnya sebagai kelompok perlakuan yang dipilih dengan teknik nonprobability sampling yaitu total sampling. Kelompok kontrol diberikan metode ceramah sedangkan kelompok perlakuan diberikan metode peer education. Hasil yang diperoleh melalui uji Wilcoxon yaitu membandingkan hasil pre dan post test antara kelompok peer education dan ceramah adalah nilai sig. (2-tailed) 0,000 dimana nilai p<0,005 sehingga disimpulkan bahwa metode peer education dan ceramah memiliki manfaat yang positif dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Perbandingan efektivitas metode peer education dan ceramah melalui uji Mann Whitney diperoleh hasil yaitu nilai sig. (2-tailed) 0,026 dimana nilai p<0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa metode peer education lebih efektif dibandingkan dengan metode ceramah dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang kehamilan remaja di SMAN 5 Denpasar. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan bagi kepala sekolah untuk menerapkan metode peer education secara berkesinambungan.

(8)

viii ABSTRACT

Anik Utami, Ni Luh. 2015. Effectiveness of Peer Education Method and Lecture Method on the Level of Student Knowledge about Teen Pregnancy in SMAN 5 Denpasar. Scription, Nursing Departement, Faculty of Medicine, Udayana University. Supervisors (1) Nengah Runiari, S.Kp, Sp. Kep. Mat; (2) Ns. Indah Mei Rahajeng, S.kep.

Adolescence is a transition from childhood to adulthood, so during this period adolescents could risk of experiencing a variety of problems related to the reproductive system. One of the problems is teenage pregnancy. Each year the incidence of teenage pregnancy has increased. Therefore, the government has sought various precautions such as health education. There are various methods of health education, namely, lecture and peer education. The purpose of this study was to compare the effectiveness of peer education method and lecture method on the level of students' knowledge of teen pregnancy. This study used a quasi experimental design. The sample consisted of 30 students as the control group and 30 other students were selected as treatment group with nonprobability sampling method, which was total sampling. The control group was given a lecture while the treatment group was given peer education method. The result, obtained through the Wilcoxon test comparing pre and post test results between groups of peer education and lectures are sig. (2-tailed) 0.000 where in the value of p <0.005. Thus, it can be concluded that the method of peer education and lectures have positive benefits in improving students' knowledge. Comparison of the effectiveness of methods of peer education and lectures through the Mann Whitney test resulted that was sig. (2-tailed) 0.026 wherein the value of p <0.05, so it can be concluded that peer education method is more effective than lecture method in enhancing students' knowledge of teen pregnancy in SMAN 5 Denpasar. Based on the research result, it is encouraged for school principals to implement the peer education method on an ongoing basis.

(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………..ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ………..iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ………..iv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………...…………….10

2.1 Konsep Pengetahuan………10 2.2 Remaja………...………..

2.3 Kehamilan Remaja……….

2.4 Metode Pendidikan Kesehatan……… 2.4 Metode Peer Education……….. 2.5 Metode Ceramah………

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian……… 4.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling……… 4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data……… 4.6 Pengolahan dan Analisa Data………

(10)

x

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN……… …53

5.1 Hasil Penelitian……… ……… 53

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian………… …… ………62

5.3 Keterbatasan Penelitian……… ……….71

BAB VI PENUTUP……… ...73

6.1 Simpulan……… .73

6.2 Saran……… 74 DAFTAR PUSTAKA

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian……….………...……..36 Tabel 5.1 Data Hasil Analisis Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kehamilan

Remaja Sebelum dan Setelah Pendidikan Kesehatan Metode Peer

Education di SMAN 5 Denpasar……….57

Tabel 5.2 Data Hasil Analisis Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kehamilan Remaja Sebelum dan Setelah Pendidikan Kesehatan Metode Ceramah di

SMAN 5 Denpasar……… ………58

Tabel 5.3 Data hasil analisis efektivitas pendidikan kesehatan metode peer

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Kerangka Konsep Penelitian……….34 Gambar 2 Rancangan Penelitian………39

Gambar 3 Kerangka Kerja Penelitian...……….40

Gambar 4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kehamilan Remaja Sebelum dan Setelah Pendidikan Kesehatan Metode Peer Education

di SMAN 5 Denpasar……….56

Gambar 5 Distribusi Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Kehamilan Remaja Sebelum dan Setelah Pendidikan Kesehatan dengan Metode Ceramah

di SMAN 5 Denpasar………..57

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Lampiran 2 Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 Surat Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4 Rancangan Anggaran Dana Penelitian Lampiran 5 Surat Pengantar Kuesioner

Lampiran 6 Master Tabel

Lampiran 7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 8 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Penelitian Lampiran 9 Frequency Table

Lampiran 10 Output Analisis Beda Pengetahuan Sebelum Dan Setelah Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Peer Education

Lampiran 11 Output Analisis Beda Pengetahuan Sebelum Dan Setelah Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Ceramah

Lampiran 12 Output Analisis Efektivitas Metode Peer Education terhadap Pengetahuan Remaja tentang Kehamilan Remaja

Lampiran 13 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian Lampiran 14 Kuesioner Penelitian

Lampiran 15 Kunci Jawaban Kuesioner Penelitian Lampiran 16 Satuan Acara Penyuluhan

(14)

xiv

Lampiran 19 Pedoman Pelaksanaan Metode Ceramah Lampiran 20 Media Pendidikan Kesehatan

Lampiran 21 Surat Ijin Melakukan Penelitian

Lampiran 22 Surat Pernyataan telah Melakukan Penelitian Lampiran 23 Lembar Konsultasi

(15)

xv

DAFTAR SINGKATAN

ASFR : Age Specific Fertility rate DAKU! : Dunia Remajaku Seru!

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia KISARA : Kita Sayang Remaja

KSPAN : Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba UNFPA : United Nations Population Fund

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Remaja merupakan suatu keadaan dimana seseorang berada di antara fase anak dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, perilaku, kognitif, biologis dan emosi (Efendi, 2009). Masa remaja terdiri atas tiga subfase, yaitu : masa remaja awal (usia 11 sampai 14 tahun), masa remaja pertengahan (usia 15 sampai 17 tahun) dan masa remaja akhir (usia 18 sampai 20 tahun) (Wong, 2008).

Menurut United Nations Population Fund (UNFPA) pada tahun 2010 menyebutkan bahwa jumlah remaja di dunia mencapai 1,8 miliar dimana 90 persen diantaranya berada di negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, memiliki populasi remaja yang cukup tinggi. Menurut sensus penduduk tahun 2010, jumlah remaja di Indonesia mencapai 64 juta jiwa atau 27,6 persen dari total penduduk (www.umm.ac.id). Provinsi Bali pada tahun 2010 memiliki jumlah remaja yang berusia 10-24 tahun sebanyak 893.885 jiwa atau 22,97 persen dari jumlah penduduk di Bali yaitu 3.890.757 jiwa (www.bkkbn.go.id).

(17)

2

rambut pubis dan aksila, pinggul dan pelvis melebar, menstruasi pertama dan ovulasi yang mengikuti menstruasi pertama 6 sampai 12 bulan (Priyatna, 2009). Pertumbuhan organ reproduksi pada remaja laki-laki yaitu peningkatan ukuran penis dan testis, pertumbuhan rambut pubis, wajah, aksila dan dada, pelebaran dada, penyempitan pinggul, tinggi dan berat badan bertambah, pembentukan sperma serta emisi nokturnal (Yulaikhah, 2008).

Pertumbuhan organ reproduksi remaja akan disertai dengan perubahan emosional dan psikologis. Remaja akan memiliki rasa ingin tahu, mencoba dan bereksperimen yang begitu besar. Remaja berusaha mencari identitas dirinya yang akan menjadi penentu perannya di masyarakat, yaitu identitasnya dalam bidang seksual sehingga remaja dan dorongan seksual saling berhubungan serta sulit dipisahkan (Lidya dan Satya, 2008). Hubungan antara dorongan seksual dan remaja ini akan menimbulkan efek negatif jika tidak disertai dengan ilmu pengetahuan yang tepat dan sesuai. Efek negatif tersebut diantaranya perilaku seks bebas yang berakhir dengan kejadian PMS (Penyakit Menular Seksual) dan HIV/AIDS, kehamilan remaja serta pernikahan dini (Surbakti, 2009).

(18)

3

batasan, mengakibatkan remaja mulai mencari jawaban mengenai masalah dorongan seksual yang dihadapinya tanpa mengetahui ketepatan informasi yang disajikan. Akibatnya, remaja saat ini sering terjerumus pada pergaulan bebas yang berujung pada seks pranikah dan kehamilan (Asfriyati, 2005).

Angka kejadian kehamilan remaja di dunia semakin meningkat setiap tahunnya. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013, ditemukan bahwa lebih dari 7 juta anak perempuan di negara miskin melahirkan pada usia di bawah 18 tahun setiap tahunnya. Jika hal ini tetap berlanjut, jumlah anak perempuan yang melahirkan pada usia tersebut akan mengalami peningkatan sebanyak 3 juta kasus setiap tahunnya hingga mencapai tahun 2030. Data kasus kehamilan dini di Indonesia menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, menyebutkan bahwa angka fertilitas remaja atau Age Specific Fertility Rate (ASFR) pada kelompok usia 15-19 tahun mencapai 48 dari 1.000 kehamilan. Angka rata-rata itu jauh lebih tinggi dibandingkan temuan SDKI 2007 yaitu 35 dari 1.000 kehamilan (www.bps.go.id).

(19)

4

Kehamilan pada masa remaja menjadi perhatian khusus karena hal tersebut tidak hanya memberikan dampak fisik dan psikologis bagi remaja itu sendiri, tetapi juga bagi janin yang dikandungnya (Kusumaningtyas, 2013). Dampak fisik yang ditimbulkan antara lain tumbuh kembang janin dalam rahim yang belum matur dapat menimbulkan abortus, persalinan prematur dan dapat terjadi komplikasi penyakit yang telah lama diderita ibu. Saat persalinan sering memerlukan tindakan medis operatif serta janin yang dilahirkan mengalami kelainan kongenital atau berat badan lahir rendah. Kematian maternal dan perinatal pada kehamilan remaja lebih tinggi dibandingkan dengan usia reproduksi sehat (20-35 tahun) (Syafrudin dan Hamidah, 2009). Dampak kehamilan remaja secara psikologis yaitu remaja akan menghadapi berbagai macam masalah yaitu rasa takut, kecewa, menyesal, dan rendah diri terhadap kehamilannya (Kusmiran, 2011).

Berdasarkan tingginya kasus kehamilan remaja di Bali dan komplikasi yang dapat ditimbulkan olehnya, pemerintah telah mengupayakan berbagai tindakan dalam menanggulangi hal tersebut. Diantaranya melalui program Kita Sayang Remaja (KISARA) dan program Dunia Remajaku Seru! (DAKU!). KISARA dan DAKU! merupakan suatu wadah yang memiliki tujuan meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja, remaja mampu menjaga kesehatan reproduksinya, membimbing remaja menuju perilaku sehat dan mampu melindungi dirinya, remaja sadar akan pemeriksaan organ reproduksinya, serta remaja mampu menghindari hubungan seksual bebas (www.balipost.co.id).

(20)

5

dialami remaja saat ini (Rutgers, 2012). Pemberian informasi tersebut dilakukan melalui pendidikan kesehatan. Salah satu metode yang dapat digunakan sebagai sarana penyampaian informasi yaitu metode ceramah. Metode ceramah merupakan metode yang menggunakan penjelasan secara verbal atau lisan dan bersifat satu arah. Metode ceramah baik digunakan dalam peningkatan pengetahuan awal, tetapi kelemahannya tidak memberikan kesempatan kepada peserta untuk berpartisipasi secara aktif, membosankan apabila penyampaian kurang menarik, sehingga dianggap kurang efektif dalam penyampaian informasi kepada remaja (Djamarah, 2006).

(21)

6

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui efektivitas metode ceramah dan metode peer education dalam upaya pendidikan kesehatan diantaranya, penelitian yang dilakukan oleh Indra Purnomo pada tahun 2013 mengenai Perbandingan Pengaruh Metode Pendidikan Sebaya dan Metode Ceramah terhadap Pengetahuan dan Sikap Pengendalian HIV/AIDS pada Mahasiswa Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha serta penelitian mengenai Metode Pendidikan Sebaya dan Metode Ceramah dalam Meningkatkan Pengetahuan Siswa tentang HIV/AIDS yang dilakukan oleh Ayu Henny Achjar pada tahun 2010. Kedua penelitian tersebut menyebutkan bahwa metode pendidikan sebaya meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam pencegahan HIV/AIDS secara signifikan dibandingkan metode ceramah. Namun, sejauh pengetahuan peneliti belum terdapat penelitian mengenai perbandingan efektivitas metode peer education dan metode ceramah tersebut terhadap pengetahuan tentang kehamilan remaja.

(22)

7

guru yang mengajar di SMA tersebut dan merupakan pembina Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba (KSPAN), memaparkan bahwa pemberian materi mengenai kehamilan remaja sudah pernah dilaksanakan melalui KSPAN, namun penyampaian materi ini masih terbatas kepada beberapa siswa tidak secara menyeluruh. Selain karena kejadian kehamilan remaja ini pernah terjadi sebelumnya, siswa yang memperoleh materi ini hanya yang menempati kelas IPA sedangkan untuk kelas IPS belum pernah mendapatkan informasi tersebut. Selain itu, pemberian materi mengenai kehamilan remaja biasanya hanya diberikan dengan metode penyuluhan atau ceramah sehingga para siswa cenderung pasif dan merasa bosan dengan materi yang dipaparkan.

Pendidikan kesehatan mengenai kehamilan remaja dengan metode peer education ini belum pernah dilakukan, sehingga pihak sekolah sangat mengharapkan adanya pemberian pendidikan kesehatan dengan metode yang baru sehingga memudahkan pesan diterima oleh siswa. Wawancara juga telah dilakukan pada sepuluh orang siswa kelas X IPS menunjukkan bahwa 7 orang (70%) siswa belum dapat menjawab pertanyaan dengan benar dari peneliti dan hanya 3 orang (30%) siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar tentang resiko kehamilan remaja.

(23)

8

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:

a. Adakah pengaruh metode peer education terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang kehamilan remaja di SMAN 5 Denpasar ?

b. Adakah pengaruh metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang kehamilan remaja di SMAN 5 Denpasar ?

c. Apakah metode peer education lebih efektif dibandingkan dengan metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang kehamilan remaja di SMAN 5 Denpasar?

1.3Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode peer education dan metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang

kehamilan remaja.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan:

(24)

9

b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan siswa tentang kehamilan remaja sebelum dan setelah diberikan metode ceramah

c. Menganalisis tingkat pengetahuan siswa tentang kehamilan remaja sebelum dan setelah diberikan metode peer education

d. Menganalisis tingkat pengetahuan siswa tentang kehamilan remaja sebelum dan setelah diberikan metode ceramah

e. Menganalisis efektivitas metode peer education dan metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan tentang kehamilan remaja

1.4Manfaat

1.4.1 Manfaat Praktis

Penelitian ini memiliki manfaat bagi pihak sekolah tempat dilaksanakannya penelitian yaitu sebagai acuan dalam menerapkan metode peer education dan metode ceramah untuk meningkatkan pengetahuan tentang kehamilan remaja.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

a. Sebagai salah satu bukti ilmiah di perpustakaan bagi pengembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan maternitas mengenai metode peer education dan metode ceramah

(25)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,2007).

Pengetahuan merupakan suatu hasil dari tindakan mengingat suatu hal, diantaranya mengingat hal yang telah pernah dialami secara sengaja ataupun tidak dan hal ini akan terjadi bila seseorang melakukan pengamatan atau kontak terhadap suatu objek tertentu (Mubarak, Wahit Iqbal, dkk, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud dengan pengetahuan dalam penelitian ini adalah hasil dari tahu dan tindakan dari mengingat suatu hal serta akan terjadi bila seseorang melakukan pengamatan atau kontak terhadap suatu objek tertentu.

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan di dalam Domain Kognitif

(26)

11

1. Tahu (know)

Tahu merupakan pengingat pada suatu materi yang telah didapatkan sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini diantaranya mengingat kembali (recall) hal spesifik dari seluruh materi yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

2. Memahami (comprehension)

Suatu kemampuan memaparkan kembali mengenai hal yang telah diketahui dan dapat menginterprestasikan hal tersebut secara tepat.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi merupakan kemampuan menerapkan materi yang telah dipahami dalam kondisi atau situasi sebenarnya.

4. Analisis (analysis)

Kemampuan untuk membagi suatu materi ke dalam komponen-komponen, tetapi tetap memiliki keterkaitan satu sama lain dan dalam satu organisasi.

5. Sintesis (synthetic)

Sintesis merupakan kemampuan untuk menghubungkan atau menyatukan bagian-bagian dalam suatu struktur keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

(27)

12

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007), dipengaruhi oleh dua faktor antara lain faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal

Faktor internal terdiri dari pendidikan, pekerjaan, usia, minat dan pengalaman. a. Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting sebagai sarana untuk mendapatkan informasi misalnya di bidang kesehatan sehingga memberikan pengaruh positif bagi kualitas hidup seseorang. Pendidikan mempengaruhi seseorang untuk berperan serta dalam pembangunan dan umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin mudah dalam menerima informasi.

b. Pekerjaan

Individu umumnya akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung ataupun tidak di lingkungan pekerjaan.

c. Usia

Usia merupakan hal yang memberikan pengaruh pada daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambahnya usia maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikir seseorang, sehingga seseorang akan semakin mudah dalam menerima informasi.

d. Minat

(28)

13

e. Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan sebagai cara untuk mendapatkan kebenaran dengan mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh di masa lalu untuk memecahkan masalah.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal terdiri dari lingkungan dan informasi. 1. Lingkungan

Lingkungan merupakan segala sesuatu atau objek yang ada di sekitar individu tersebut baik biologis, fisik dan spiritual. Lingkungan ini akan memberikan pengaruh pada proses masuknya pengetahuan bagi individu yang berada di lingkungan tersebut.

2. Informasi

Salah satu faktor yang dapat memudahkan individu dalam memperoleh pengetahuan yaitu melalui informasi yang di berbagai media.

2.1.4 Interpretasi Tingkat Pengetahuan

(29)

14

1. Baik apabila responden menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 76%-100%.

2. Cukup apabila responden menjawab pertanyaan dengan sebanyak 56%-75%. 3. Kurang apabila responden menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak <56%.

2. 2 Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja

Menurut WHO (2014), remaja merupakan periode pertumbuhan manusia setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa dan ditandai dengan kecepatan pertumbuhan yang luar biasa serta telah memasuki usia 10-19 tahun. Remaja adalah kelompok masyarakat yang memiliki vitalitas, potensi, kekuatan, energi dan semangat yang luar biasa sehingga bisa dikembangkan untuk hal-hal yang positif (Surbakti, 2009).

(30)

15

2.2.2 Karakteristik Perkembangan Remaja

Karakteristik perkembangan remaja dibagi menjadi 3 yaitu perkembangan biologis, perkembangan psikologis dan perkembangan sosial.

1. Perkembangan biologis

Masa pubertas merupakan suatu tanda daripada perkembangan biologis yang dialami oleh remaja. Pubertas ini merupakan suatu periode ketika karakteristik seksual primer dan sekunder remaja berkembang dan matang. Remaja perempuan akan mengalami pubertas saat usia 8-14 tahun dan biasanya berakhir dalam tiga tahun, sedangkan remaja pria akan mengalami pubertas pada usia antara 9 dan 16 tahun dan berakhir pada usia 18 atau 19 tahun (Muscari, 2005).

Remaja laki-laki akan mengalami pertambahan tinggi badan kira-kira 10 cm per tahun, sedangkan perempuan akan mengalami pertambahan tinggi kurang lebih 9 cm per tahun. Puncak pertumbuhan tinggi badan (peak height velocity) pada remaja perempuan terjadi pada usia 12 tahun, sedangkan laki-laki pada usia 14 tahun (Anderson, 2009).

(31)

16

2. Perkembangan psikologis.

Perkembangan ini dibagi berdasarkan masa remaja awal (usia 11 sampai 14 tahun), pertengahan (usia 15 sampai 17 tahun) dan akhir (usia 18 sampai 20 tahun) (Anderson, 2009):

a. Remaja awal (usia 11 sampai 14 tahun)

Karakteristik psikologis yang muncul yaitu krisis identitas, jiwa yang labil, pentingnya teman dekat atau sahabat, berkurangnya rasa hormat terhadap orang tua, kadang-kadang berlaku kasar, menunjukkan kesalahan orang tua, dan mencari orang lain yang disayangi selain orangtua.

b. Remaja pertengahan (usia 15 sampai 17 tahun)

Saat ini akan terjadi perubahan psikologis yaitu mengeluh orang tua terlalu ikut campur dalam kehidupannya, sangat memperhatikan penampilan, berusaha mendapatkan teman baru, dan sangat memperhatikan kelompok bermain secara selektif dan kompetitif.

c. Remaja akhir (usia 18 sampai 20 tahun)

Remaja akan mengalami perubahan psikologis yaitu lebih menghargai orang lain, mampu memikirkan ide, bangga dengan hasil yang dicapai dan emosi lebih stabil. 3. Perkembangan sosial

(32)

17

Sikap dan perilaku yang ditampilkan oleh kelompok teman sebaya akan mempengaruhi pribadi remaja tersebut (Syamsu, 2011).

2.2.3 Kehamilan Remaja

1. Pengertian kehamilan remaja

Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis, akan tetapi pentingnya diagnosis kehamilan tidak dapat diabaikan (Sarwono, 2008). Kehamilan remaja merupakan kehamilan yang terjadi saat usia 16 sampai 20 tahun (Sutarsa, 2009).

Menurut beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa dalam penelitian ini kehamilan remaja adalah keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita yang diawali dengan proses pembuahan dan diakhiri dengan proses persalinan yang dialami oleh remaja dengan rentang usia 16 sampai 20 tahun.

2. Proses terjadinya kehamilan

(33)

18

pada endometrium, proses ini disebut implantasi. Setelah proses ini terjadi, dimulailah proses kehamilan yang akan berlangsung selama 9 bulan 10 hari. Janin setelah mencapai usia tersebut akan siap untuk dilahirkan (Manuaba, 2007). 3. Etiologi kehamilan remaja

Kehamilan pada remaja terjadi disebabkan oleh dua faktor yang mendasari perilaku seks pada remaja yaitu, harapan untuk menikah pada usia yang relative muda (20 tahun) dan makin berkembangnya arus informasi yang menimbulkan rangsangan seksual terutama remaja di perkotaan, sehingga mendorong remaja melakukan seks pranikah yang berdampak kehamilan di luar pernikahan pada remaja (Manuaba, 2007).

Menurut Rachmawati (2010), kehamilan remaja disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor sosiodemografik, karakteristik keluarga, dan status perkembangan.

a. Faktor sosiodemografik

Faktor sosiodemografik ini terdiri dari kemiskinan, kebiasaan, seksualitas aktif, penggunaan kontrasepsi dan perkembangan media informasi.

b. Karakteristik keluarga

(34)

19

c. Status perkembangan

Kurangnya pengetahuan dan pemikiran tentang masa depan, adanya rasa ingin mencoba dan kebutuhan terhadap perhatian merupakan pemicu terjadinya kehamilan remaja.

4. Resiko kehamilan remaja

Arus informasi menuju globalisasi mengakibatkan perubahan perilaku remaja yang makin menerima hubungan seksual sebagai cerminan fungsi rekreasi, sehingga angka kehamilan remaja atau penyakit hubungan seksual semakin meningkat (Syafrudin dan Hamidah, 2009).

Resiko kehamilan pada usia dini adalah rahim dan panggul belum mencapai ukuran dewasa, ditinjau dari segi gizi kehamilan pada remaja merupakan hal yang beresiko. Gizi yang diperlukan oleh para remaja yang hamil ini berkompetisi antara kebutuhan mereka terhadap pertumbuhan dan perkembangan dan perkembangan janin. Anemia, bayi prematur, bayi berat lahir rendah, kematian bayi dan penyakit menular seksual meningkat pada remaja yang hamil sebelum usia 16 tahun (Depkes RI, 2008)

Menurut Manuaba (2007), risiko kehamilan remaja secara fisik antara lain keguguran, persalinan prematur, mudah terjadi infeksi, anemia kehamilan, keracunan kehamilan dan kematian ibu tinggi.

a. Keguguran

(35)

20

tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dpat menimbulkan kemandulan.

b. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan Kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dapat mengakibatkan makin tingginya kelahiran premature, berat badan lahir rendah, dan cacat bawaan. c. Mudah terjadi infeksi

Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi infeksi saat hamil, terlebih pada kala nifas.

d. Anemia kehamilan

Nilai kesejahteraan sosial ekonomi yang rendah merupakan penyebab nasional dari anemia kehamilan selain faktor biologis atau fisik.

e. Keracunan kehamilan (gestosis)

Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil, dalam bentuk pre-eklamsia atau eklamsia. Pre-eklamsia dan eklamsia memerlukan perhatian yang serius karena dapat menyebabkan kematian.

f. Kematian ibu tinggi

(36)

21

perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman, atau lingkungan masyarakat; tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa diri; dan beban psikis jika kehamilan tersebut tidak diakehendaki oleh ayah sebenarnya atau tidak diketahui siapa ayah sebenarnya. Menurut Kusmiran (2011), risiko kehamilan remaja secara psikologis yaitu remaja akan menghadapi berbagai macam masalah yaitu rasa takut, kecewa, menyesal, dan rendah diri terhadap kehamilannya.

2. 3 Pengetahuan Dasar Siswa tentang Kehamilan Remaja

Kehamilan remaja terjadi karena adanya rangsangan seksual yang mendorong remaja melakukan hubungan seksual sebelum waktunya. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang dimiliki oleh remaja terkait kesehatan reproduksi (Manuaba, 2007). Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang berhubungan. Informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggungjawab mengenai proses reproduksi (Surbakti, 2009).

Pengetahuan dasar yang harus dimiliki oleh remaja adalah (Sitepu, 2014):

1. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja), usia perkawinan serta bagaimana merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginannya dan pasangannya

(37)

22

3. Bahaya penggunaan obat-obatan/ narkoba pada kesehatan reproduksi

4. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual, kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya

5.Mengembangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif

Pengetahuan dasar tesebut diharapkan dapat menekan kejadian kehamilan di kalangan remaja saat ini. Selain itu, remaja sebaiknya mengetahui pengetahuan kehamilan remaja meliputi konsep dasar, penyebab, risiko yang ditimbulkan serta tanda dan bahaya (Muscari, 2005).

2. 4 Metode Pendidikan Kesehatan

Metode adalah cara yang akan dipakai untuk melaksanakan pendidikan kesehatan kepada masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2006). Pendidikan kesehatan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Achjar, 2011). Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pendidikan kesehatan adalah cara yang dipakai dalam upaya pembelajaran kepada masyarakat untuk meningkatkan kesehatannya.

(38)

23

2006). Menurut Notoatmojo (2010) beberapa metode promosi atau pendidikan kesehatan antara lain metode individu, kelompok dan massa.

1. Metode individu

Metode individu merupakan metode pendidikan kesehatan yang digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Bentuk pendekatan ini antara lain melalui bimbingan dan wawancara.

2. Metode kelompok

Metode ini harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Metode kelompok di bedakan menjadi 2 yaitu kelompok besar dan kelompok kecil.

a. Kelompok kecil

Metode yang digunakan pada kurang dari 15 peserta yaitu metode pendidikan sebaya (peer education), metode bermain peran (role play) dan metode demonstrasi.

b. Kelompok besar

Metode yang digunakan yaitu metode ceramah dan seminar dengan peserta lebih dari 15 orang.

3. Metode massa

(39)

24

2. 5 Metode Peer Education

2.5.1. Pengertian Peer Education

Peer education atau sering juga disebut dengan pendidikan sebaya adalah metode

pendidikan yang dilaksanakan antar kelompok sebaya, dipandu oleh seorang fasilitator yang juga berasal dari kelompok tersebut atau yang mengerti kelompok itu (KPA, 2012). Peer education merupakan metode yang semakin populer memberikan informasi dan nasihat kepada remaja di sekolah dan pengaturan berbasis masyarakat (Education Scotland, 2011). Pendidikan sebaya didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik cenderung berhubungan dengan orang lain dan lebih percaya dengan teman sebaya dibandingkan dengan seseorang yang lebih berpengalaman atau profesional seperti orangtua ataupun guru mereka (Community Health and Development at the University of Kansas, 2014).

2.5.2. Manfaat Peer Education

Peer education memiliki manfaat yaitu bagi peserta, masyarakat dan peer educator.

1. Manfaat peer education bagi peserta

Peer education memberikan pengetahuan budaya dengan mempengaruhi

(40)

25

2. Manfaat peer education bagi masyarakat

Manfaat dari model peer educator kepada masyarakat yaitu untuk pengembangan kapasitas masyarakat. Program peer educator dikembangkan dengan masukan dari masyarakat, yang dilaksanakan di lingkungan masyarakat dan dipimpin oleh anggota masyarakat. Hal ini akan meningkatkan rasa kepemilikan masyarakat akan program dapat timbul, menyebabkan anggota masyarakat merasa bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan mereka, dan diberdayakan mengambil tindakan untuk melakukannya (Plescia et al., 2008). 3. Manfaat peer education bagi peer educator

Peer educator juga dapat terinspirasi untuk mengejar karir dalam perawatan

kesehatan. Hal ini menguntungkan individu, tetapi juga menciptakan peluang untuk membangun tenaga kerja kesehatan yang lebih representatif dari populasi yang dilayaninya (Auger and Verbiest, 2007).

2.5.3. Kelebihan dan Kekurangan Peer Education

Kelebihan dan kekurangan peer education yaitu sebagai berikut (Community Health and Development at the University of Kansas, 2014) :

1. Kelebihan peer education

Program pendidikan sebaya bekerja dengan baik dalam situasi tertentu, tetapi mungkin tidak menjadi pilihan yang tepat pada orang lain. Beberapa kelebihan program pendidikan sebaya adalah:

(41)

26

Metode ini sering menggunakan relawan dan telah hampir tidak ada biaya overhead, program pendidikan sebaya tersebut dapat dijalankan dengan biaya

yang minimal

b. Potensi maksimal dalam komunikasi

Relawan yang juga adalah bagian dari masyarakat dapat menyebarkan informasi tentang program-program dengan mudah dan cepat, serta perkataan mereka akan lebih dipercaya.

c. Pengetahuan pendidik dan peserta didik

Kesetaraan yang terjadi antara peserta didik dan pendidik baik secara usia maupun kesetaraan lainnya, akan menimbulkan kesamaan pengetahuan dan keterampilan yang didapat dari penerapan metode ini.

2. Kekurangan peer education

Kekurangan peer education antara lain :

a. Remaja akan menjadi kurang konsentrasi karena pemberi materi merupakan teman sendiri sehingga hasil yang didapat kurang signifikan

b. Beberapa remaja memiliki sifat malu untuk mengungkapkan masalahnya atau bertanya kepada teman sendiri karena takut kelemahannya diketahui oleh orang lain

(42)

27

2.5.4. Karakteristik Peer Educator

Peer education memiliki karakteristik khusus yaitu jumlah anggota yang relatif kecil, ada kepentingan yang bersifat umum dan dibagi secara langsung, terjadi kerja sama dalam suatu kepentingan yang diharapkan dan adanya pengertian pribadi dan saling hubungan yang tinggi antara anggota dalam kelompok (Imron, 2012). Proses pendidikan dalam hal ini bersifat tidak menggurui, belajar dari realitas atau pengalaman dan dialogis. Semua individu berada dalam posisi atau kedudukan yang sama sebagai sumber informasi (Rahardjo, 2008).

2.5.5. Kriteria Peer Educator

Peer educator adalah orang yang menjadi narasumber bagi kelompok sebayanya.

Syarat-syarat menjadi peer educator antara lain (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak, 2008) :

1. Aktif dalam kegiatan sosial dan populer di lingkungannya 2. Berminat pribadi menyebarluaskan informasi kesehatan 3. Lancar membaca dan menulis

(43)

28

sebayanya, memiliki perilaku yang cenderung tidak menghakimi, mempunyai sifat kepemimpinan dan mempunyai rasa percaya diri (Imron, 2012).

Fasilitator dalam melakukan tugasnya memposisikan dirinya sebagai narasumber yang kedudukannya setara dengan peserta, berkontribusi untuk memberikan informasi, menarik kesimpulan, memberikan feedback dan respon sesuai dengan

peer education. Kegiatan ini menjadi pendekatan yang sesuai untuk

mengkomunikasikan isu-isu terkini yang sulit dilakukan di dalam ruang kelas (Rahardjo, 2008).

2.5.6. Prosedur Peer Education

Peer education merupakan metode pendidikan yang dilakukan pada kelompok kecil. Kelompok ini dibentuk dari maksimal 10 orang anggota (FHI, 2010). Pelaksanaan aktivitas peer education ini melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Tenaga kesehatan yang telah menerima pelatihan sebelumnya menentukan materi pelajaran, menentukan peserta teman sebaya dan membaginya dalam beberapa kelompok teman sebaya.

2. Tenaga kesehatan tersebut bersama-sama dengan kelompok teman sebaya yang telah ditentukan memilih individu untuk menjadi fasilitator pada masing-masing kelompok (fasilitator dipilih dari kelompok teman sebaya yang lebih mampu atau dari individu di luar kelompok sebaya yang telah ditentukan).

(44)

29

sebaya. Jumlah dan lama pelatihan tidak ditentukan tetapi sesuai dengan materi yang akan diberikan.

4. Setelah fasilitator siap, mereka kembali ke kelompok atau lingkungannya untuk menyebarkan informasi yang telah diperoleh dari tenaga kesehatan. Fasilitator tersebut memberikan bimbingan berupa pejelasan, praktik, atau pemberian petunjuk-petunjuk teknik terkait informasi yang telah diperoleh sehingga teman sebaya mampu memahami dan melakukan tugas pembelajaran yang diberikan. 5. Jumlah pertemuan dalam penyebaran informasi juga tidak dibatasi tetapi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai fasilitator.

6. Tenaga kesehatan akan melakukan monitor terhadap pelaksanaan metode peer education dan akan memberi penekanan pada materi atau waktu yang dibutuhkan

untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.

7. Fasilitator akan melaporkan hasil pembelajaran termasuk perkembangan dan masalah yang mungkin dihadapi fasilitator (laporan hasil pembelajaran dapat dilakukan setelah pembelajaran berlangsung atau di luar ruangan agar dapat menyampaikan secara leluasa) kepada tenaga kesehatan (Yaumi, 2013).

2.5.7. Fokus Perhatian Proses Peer Education

Hal yang menjadi perhatian khusus pada saat proses peer education yaitu (KPA, 2012) :

a. Informasi yang disampaikan jelas dan tidak berbelit-belit

(45)

30

c. Saran yang diberikan bersifat konkrit atau mudah untuk dijalankan dan dapat diukur keberhasilannya

d. Ciptakan komunikasi yang bersifat dua arah dan berikan selalu kesempatan peserta untuk bertanya

e. Ciptakan suasana tenang, tidak tegang, tetapi tetap serius f. Hindari tempat yang menimbulkan kebisingan

g. Selalu memperhatikan situasi, tempat, waktu, dan lingkungan sekitarnya.

2. 6 Metode Ceramah

2.6.1 Pengertian Metode Ceramah

Metode ceramah adalah sebuah metode pengajaran dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah peserta, yang pada umumnya mengikuti secara pasif (Roymond, 2008). Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara di depan sekelompok pengunjung atau pendengar (Maulana, 2007). Jadi dapat disimpulkan pengertian metode ceramah dalam penelitian ini yaitu metode pengajaran secara lisan kepada sejumlah peserta yang disampaikan oleh seorang pembicara.

2.6.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Ceramah

1. Kelebihan metode ceramah

(46)

31

b. Tidak terlalu melibatkan banyak alat bantu

c. Pembicara umumnya mudah dalam menguasai peserta d. Mudah dilaksanakan

2. Kekurangan metode ceramah

Kekurangan dari metode ceramah ini yaitu (Suyanto, 2013): a. Membuat peserta pasif

b. Peserta tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi dirinya dalam menyampaikan gagasan

c. Membendung daya kritis peserta

d. Sukar mengontrol sejauh mana penerimaan belajar peserta e. Bila terlalu lama, peserta akan mudah bosan

2.6.3 Prosedur Pelaksanaan Metode Ceramah

Prosedur pelaksanaan ceramah yaitu sebagai berikut (Eliza, 2007):

1. Pembicara wajib memperkenalkan diri kepada peserta ceramah, mengemukakan hal yang ingin dicapai dan tujuan serta harapan dari penyampain informasi nantinya

2. Melakukan penjelasan secara sistematis mengenai isi ceramah yang akan diberikan

3. Seorang pembicara harus memiliki suara yang cukup keras dan jelas, memiliki irama yang berbeda sehingga tidak membosankan bagi peserta yang mendengarkan serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti

(47)

32

5. Materi yang diberikan dapat menggunakan alat peraga apabila peserta mengalami kesulitan dalam memahami maksud pembicara. Pemberian materi dapat dilakukan selama 30-60 menit.

6. Pembicara hendaknya menciptakan suasana yang menyenangkan

7. Setelah materi diberikan berikan, berikan waktu kepada peserta untuk bertanya misalnya selama tiga menit

8. Pembicara wajib menjawab pertanyaan dengan meyakinkan tidak ada kesan yang menimbulkan keraguan bagi peserta

9. Pembicara melakukan tinjauan kembali mengenai materi yang telah disampaikan kepada peserta dengan cara memberikan pertanyaan bagi peserta terkait dengan materi yang diberikan

10.Seorang pembicara hendaknya mengakhiri ceramah dengan baik misalnya dengan beramahtamah terhadap peserta dan mengucapkan terimakasih atas partisipasi sebagai peserta

2.6.4 Pengaruh Metode Peer Education dan Metode Ceramah terhadap

Pengetahuan Siswa

(48)

33

seluruh panca indera sehingga mempermudah sasaran menerima pesan yang disampaikan (Achjar, 2010 ).

Peer Education merupakan salah satu metode kelompok yang jumlah anggota relatif kecil, adanya kepentingan yang bersifat umum dan dibagi secara langsung, terjadi kerjasama dalam suatu kepentingan yang diharapkan, adannya pengertian pribadi, serta saling hubungan yang tinggi antar anggota dalam kelompok yang bisa digunakan dalam pendidikan kesehatan. Informasi yang terkandung dalam peer group tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan sasaran

pendidikan kesehatan (Imron, 2012). Metode ceramah merupakan metode kelompok yang digunakan untuk menyampaikan informasi secara lisan yang dilakukan oleh seorang pembicara dengan atau tanpa alat peraga. Metode ceramah ini memiliki tujuan belajar yang ingin dicapai berkenan dengan ranah kognitif (Eliza, 2007).

Referensi

Dokumen terkait

Strategi portofolio adalah tipe strategi tingkat perusahaan yang berhubungan dengan bauran antara unit-unit bisnis (UBS=SBU) dan lini-lini produk yang sesuai satu sama lain

tersosialisasikan dengan baik, sehingga para stakeholder belum sepenuhnya bisa menggunakan standar-standar tersebut yang seperti: kurikulum, modul, tenaga pengajar,

Jenis kaleng yang digunakan dalam produksi pengalengan ikan sarden dalam saus tomat adalah roundcan dengan 2 macam ukuran, yaitu 155 gram dan 425

Didalam penulisan laporan akhir ini, penulis melakukan perencanaan ulang bagaimana yang baik dalam merencanakan desain geometrik, konstruksi perkerasan lentur, kelas jalan,

dilakukan peneliti menunjukkan bahwa pentingnya hubungan.. dengan orang lain untuk mahasiswa perantau. 720) bahwa salah satu kunci untuk. mencapai kesejahteraan adalah

Jadi dapat disimpulkan bahwa, gaya hidup hedonis adalah pola kehidupan dan perilaku mewah seseorang untuk menunjukan kelas sosial ekonominya pada masyarakat.Menurut hasil

Di samping itu, semua karya kreatif termasuk novel fiksyen sejarah bermula dari satu titik iaitu idea. Penulisan novel lebih luas pengembangan idea yang perlu dilakukan berbanding

Setelah penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, maka dapat dilihat respons tanaman Eboni (Diospyros celebica Bakh.) terhadap 4 perlakuan kombinasi antara