• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.9. Kehamilan Pada Remaja

Kehamilan adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan yang diakhiri dengan proses persalianan. Pembuahan (konsepsi) merupakan awal dari kehamilan, yang menerangkan bahwa satu sel telur dibuahi oleh satu sperma. Ovulasi (pelepasan sel telur) termasuk bagian dari siklus menstruasi normal yang terjadi sekitar 14 hari sebelum menstrusi. Sel telur yang dilepaskan bergerak ke ujung tuba falopii (saluran telur) yang berbentuk corong yang merupakan tempat terjadinya pembuahan, jika tidak terjadi pembuahan sel telur akan mengalami kemunduran (degenerasi) lalu dibuang melalui vagina bersamaan dengan darah menstruasi. Sementara itu apabila terjadi pembuahan maka sel telur yang telah dibuahi oleh sperma akan mengalami serangkaian pembelahan dan tumbuh menjadi embrio (bakal janin) (El-manan, 2011).

Proses kehamilan dan kelahiran pada usia remaja turut berkontribusi dalam meningkatkan angka kematian perinatal di Indonesia. Menurut Sarwono (2005) pada ibu hamil usia remaja sering mengalami komplikasi kehamilan yang buruk seperti persalinan prematur, berat bayi lahir rendah (BBLR) dan kematian perinatal. Grady dan Bloom (2004), mengatakan bahwa kehamilan di bawah umur 16 tahun

berhubungan dengan peningkatan angka kematian perinatal dan lebih dari 18% kelahiran prematur terjadi pada kelompok umur ini.

Gaya hidup dan perilaku seks yang bebas mempercepat peningkatan kejadian kehamilan pada remaja. Hal ini disebabkan oleh cepatnya pertumbuhan dan perkembangan remaja dan masa menarche yang dirangsang oleh banyaknya media yang mempertontonkan kehidupan seks bebas yang tidak bertanggung jawab. Kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi dan KB yang menyebabkan remaja tidak dapat mencari alternatif perlindungan untuk dirinya dalam mencegah kehamilan.

Sebagian besar kehamilan pada remaja jarang mendapat konseling pra konsepsi. Konseling pada kehamilan tahap awalpun masih mungkin dilakukan untuk mendeteksi sedinimungkin risiko yang terdapat pada remaja, namun masalahnya remaja kebanyakan tidak memeriksakan kehamilannya pada awal kehamilan dan cenderung lebih mencari pertolongan pada saat melahirkan dan mendapat masalah yang tidak dapat dipecahkan pada tingkat keluarga (Ewy hirawati,2011).

2.9.1. Perubahan Fisik Selama Kehamilan Pada Remaja

Perubahan fisik yang dialami selama kehamilan adalah pertambahan berat badan. Pertambahan berat badan tidak hanya disebabkan oleh timbunan lemak, namun juga akibat proses tumbuh kembang janin, pertambahan berat rahim, plasenta, volume darah, cairan ketuban, cairan dalam jaringan tubuh remaja hamil, serta membesarnya payudara (Bobak, 2004).

Hasil penelitian menunjukkan semua partisipan mengalami penurunan aktivitas. Kelelahan yang terjadi pada remaja hamil karena kurangnya energi dalam

sel yang mengakibatkan rasa lemah. Kelemahan menyebabkan penurunan aktivitas pada remaja hamil (Parcells, 2010). Satu partisipan juga mengatakan dadanya terasa penuh seperti sesak nafas. Kebutuhan oksigen ibu meningkat selama kehamilan sebagai respon terhadap percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudara. Peningkatan kadar estrogen menyebabkan ligamen pada kerangka iga berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat paru-paru ditekan oleh semakin membesarnya uterus, diafragma atau sekat rongga dada pun semakin tertekan ke atas. Hal ini dapat mengakibatkan sesak nafas(Bobak, 2004)

2.9.2. Konsekuensi Kehamilan pada Remaja

Kehamilan pada usia remaja mengandung resiko kesehatan bagi ibu dan bayinya. Ibu usia remaja juga cenderung belum siap secara mental. Bayi yang dilahirkan cenderung memiliki berat tubuh rendah, faktor utama yang menyebabkan kematian bayi maupun masalah neurologis penyakit masa kanak-kanak (Santrock, 2007).

Para ibu remaja seringkali putus sekolah. Meskipun banyak ibu remaja kemudian melanjutkan pendidikannya lagi di kemudian hari, umumnya mereka tidak lagi mencapai taraf kehidupan ekonomi yang setara dengan perempuan yang menunda melahirkan anak hingga usia dua puluhan.

Sebuah studi menemukan bahwa anak-anak yang berasal dari perempuan yang melahirkan pertama kali ketika remaja, memiliki skor tes yang rendah dan memperlihatkan perilaku yang lebih bermasalah dibandingkan ibu-ibu yang memiliki anak pertama ketika dewasa (Santrock, 2007).

2.9.3. Dampak Kehamilan Pada Remaja

Dampak dari kehamilan remaja, antara lain :

1. Pengguguran Kandungan

Faktor yang mendukung terjadinya pengguguran kandungan adalah : a. Status ekonomi sebuah keluarga

Keadaan ini mendorong suatu keluarga untuk lebih memilih menggugurkan kandungannya karena faktor ekonomi yang membuat mereka merasa tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan si bayi.

b. Keadaan emosional

Setiap remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah akan terganggu keadaan emosionalnya, apalagi bagi mereka yang tidak bisa menerima kehamilan tersebut karena malu terhadap lingkungan sehingga mendorong mereka untuk menggugurkan kandungan.

c. Pasangan yang tidak bertanggung jawab

Dengan usia yang belum cukup (belum matang) terlebih lagi bagi pihak pria yang harus bertanggungjawab sepenuhnya atas perbuatan yang dilakukannya, membuat pihak pria berpikir dua kali untuk bertanggung jawab. Dan apabila pihak pria tidak bertanggung jawab maka ini terjadi beban bagi wanita sehingga memaksa dia untuk menggugurkan kandungannya (Ewy Hirawati, 2011).

2.10. Persalinan Pada Remaja

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga

menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai peranan ibu adalah melahirkan bayinya (Saifuddin, 2006). Persalinan adalah proses dimana bayi plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu tanpa disertai adanya penyulit). Persalinan dimulai (inprtu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (JNPK-KR, 2007).

2.10.1. Dampak Persalinan pada Remaja

Beragam resiko yang terjadi pada persalinan di usia dini diantaranya : 1. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan

Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. Cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri. Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.

2. Anemia kehamilan/kekurangan zat besi.

Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda. Karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.

3. Mudah terjadi infeksi

Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.

4. Keracunan Kehamilan (Gestosis)

Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.

5. Kematian ibu yang tinggi

Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun) (Ewy hirawati, 2011).

Dokumen terkait