• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahua Tentang Kehamilan Dan Persalinan Usia Dini Dengan Sikap Dan Tindakan Orangtua Menikahkan Putrinya Di Usia Dini di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pengetahua Tentang Kehamilan Dan Persalinan Usia Dini Dengan Sikap Dan Tindakan Orangtua Menikahkan Putrinya Di Usia Dini di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar Tahun 2014"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

ORANG TUA MENIKAHKAN PUTRINYA DI USIA DINI DI DESA KASIKAN KECAMATAN TAPUNG HULU

KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH : MERY CAROLINA

111021079

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ORANG TUA MENIKAHKAN PUTRINYA DI USIA DINI DI DESA KASIKAN KECAMATAN TAPUNG HULU

KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH : MERY CAROLINA

111021079

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh perempuan usia remaja yaitu usia 10-19 tahun. Perkawinan dini dapat menimbulkan masalah pada masa kehamilan, persalinan dan pada bayi yang dilahirkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan orangtua tentang kehamilan dan persalinan usia dini dengan sikap dan tindakan orangtua menikahkan putrinya di usia dini di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar. Jenis penelitian ini adalah studi analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh orangtua yang sudah pernah menikahkan putrinya yang berjumlah 483 orangtua. Sampel adalah 133 orangtua yang menikahkan putrinya sebelum hamil. Data dianalisis dengan uji chi-square dengan a = 0,05.

Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan orangtua tentang kehamilan dan persalinan usia dini dengan sikap orangtua menikahkan putrinya di usia dini (p = 0,002). Ada hubungan pengetahuan orangtua tentang kehamilan dan persalinan usia dini dengan tindakan orangtua menikahkan putrinya di usia dini (p = 0,001). Tidak ada hubungan antara sikap dan tindakan orangtua menikahkan putrinya di usia dini (p = 0,140).

Disarankan kepada orangtua di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan usia dini dan kepada kepala desa untuk membuat kebijakan kepada masyarakat khusunya orangtua supaya tidak menikahkan putrinya di usia dini.

(5)

Early marriage is a marriage performed by the teen-age women aged 10-19 years. Early marriage can cause problems during pregnancy, childbirth and at the baby born

This study aims to determine the relationship of knowledge about early pregnancy and childbirth with attitude and action of parents married his daughter at an early age in Kasikan village Tapung Hulu subdistric Kampar regency. This type is the research is analytic research with the cross sectional. The population is all the parents who have been married daughter who taled 483 parents. The sampel was 133 parents who married his daughter before pregnant. Data were analyzed by chi-square test with a = 0,05.

The results showed that there is a relationship between parental knowledge about early pregnancy and childbirth with the parent action married his daughter at an early age (p = 0,00)1. The is a relationship between parent knowledge about early pregnancy and childbirth with the attitude parent married his daughter at an early age (p = 0,002). There is no relationship between attitude and action parents married his daughter at an early age ( p = 0,140).

It suggestios to parents in Kasikan village Tapung Hulu subdistric Kampar regency to improve insight and knowledge about pregnancy and childbirth early age and the village heads to make pilicies to the public, especially parents should not married his daughter at an early age.

(6)

DATA PRIBADI

Nama : Mery Carolina

Tempat/Tanggal Lahir : Kasikan, 8 Juli 1988

Agama : Kristen Protestan

Status Pernikahan : Belum Menikah

Nama Ayah : M. Lumban Gaol

Nama Ibu : E . br Munthe

Jumlah Anggota Keluarga : 5 (Lima)

Alamat Rumah : Jl. Raya Kasikan Kecamatan Tapung Hulu

Kabupaten Kampar

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1995- 2001 : SD 001 Negeri Kasikan

Tahun 2001- 2004 : SMP YPTG 2 Kasikan

Tahun 2004- 2007 : SMK Negeri 1 Pekan Baru

Tahun 2007- 2010 : Akademi Kebidanan SENIOR Medan

(7)

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan kemudahan dan petunjuk kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan Judul “Hubungan Pengetahuan Tentang Kehamilan Dan Persalinan Usia Dini Dengan Sikap dan Tindakan Orangtua Menikahkan Putrinya Di Usia Dini Di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar Tahun 2014”.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk

itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D selaku Ketua Departemen Kependudukan

dan Biostatistik FKM USU.

3. Ibu dr. Ria Masniari, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga penelitian ini dapat

diselesaikan.

4. Ibu Maya Fitria, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

memberikan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan kepada peneliti

(8)

menguji dan menyumbangkan pemikiran guna kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Eddy Syahrial, M.Kes selaku Dosen Penguji II yang juga telaah

bersedia menguji dan menyumbangkan pemikiran guna kesempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Dosen Penasehat Akademik.

8. Para Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

9. Bapak Kepala Desa Kasikan yang telah memberikan izin dan membantu dalam

pengambilan data bagi penulis untuk melaksanakan penelitian.

10. Kepada Ayahanda M. Lumban Gaol dan Ibunda E. Munthe tercinta yang telah

memberikan doa, semangat, nasehat, dukungan, dan kasih sayang yang tiada

henti sehingga ananda dapat menyelesaikan pendidikan untuk masa depan yang

lebih baik.

11. Kepada adik-adikku tercinta Tumbur Sahala Tua ST, Irvan Fresli Bintang, Nozel

Saparingka, Yohanes Frendi dan sanak saudara terima kasih untuk dukungan,

motivasi, perhatian dan doanya.

12. Seorang “teman” yang selalu ada di kala susah senang, selalu meluangkan waktu dan tidak hentinya memberikan semangat dan motivasi kepada penulis

13. Kepada teman seperjuangan Devi, Aprida, Margaret, Tiur, Juni, K’ Angel, Intan,

Anoy, Tina, K’ Iska Simarmata, terimakasih buat dukungan, motivasi, perhatian

dan doa.

14. Kepada teman-teman peminatan Kesehatan Reproduksi Stambuk 2011, terima

(9)

Utara.

Penulis menyadari penelitian ini masih banyak kekurangan dan

kelemahannya serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari

keterbatasan, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, September 2014 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4.Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Perilaku ... 8

2.1.1.Pengertian ... 8

2.1.2.Domain Perilaku ... 8

2.2. Pengetahuan ... 9

2.3. Sikap ... 11

2.4. Tindakan ... 12

2.5. Pengertian Orang Tua ... 13

2.6. Pengertian Pola Asuh Orang Tua ... 13

2.7. Reamaja ... 14

2.7.1. Tahap Perkembangan Remaja ... 16

2.8. Perubahan Pada Masa Remaja ... 17

2.9. Kehamilan Pada Remaja ... 19

2.9.1. Perubahan Fisik Selama Kehamilan Pada Remaja ... 20

2.9.2. Konsekuensi Kehamilan Pada Remaja ... 21

2.9.3. Dampak Kehamilan Pada Remaja ... 22

2.10. Persalinan Pada Remaja ... 22

2.10.1. Dampak Persalinan Pada Remaja ... 23

2.11. Perkawinan Dini ... 24

2.11.1. Batasan Usia Perkawinan ... 25

2.11.2. Alasan Untuk Melakukan Perkawinan ... 26

(11)

2.12. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Tindakan

Orangtua dalam menikahkan Putrinya di Usia Dini ... 29

2.13. Faktor Pencegahan Kehamilan Pada Usia Dini ... 32

2.14. Kerangka Konsep ... 36

2.15. Hipotesa Penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1. Jenis Penelitian... 37

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 37

3.2.2. Waktu Penelitian ... 37

3.3. Populasi dan Sampel ... 37

3.3.1. Populasi ... 37

3.3.2. Sampel ... 37

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 38

3.4.1. Data Primer ... 38

3.4.2. Data Sekunder ... 38

3.5. Defenisi Operasional ... 38

3.6. Aspek Pengukuran ... 38

3.6.1. Aspek Pengukuran Pengetahuan ... 39

3.6.2. Aspek Pengukuran Sikap ... 39

3.6.3. Teknik Pengolahan data ... 40

3.6.4. Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 42

4.1. Gambaran Umum Desa Kasikan ... 42

4.2. Karakteristik Responden ... 42

4.2.1. Umur Responden ... 42

4.2.2. Pendidikan ... 43

4.2.3. Penghasilan ... 43

4.3. Hasil Analisis Univariat ... 44

4.3.1. Pengetahuan Responden Tentang Kehamilan dan Persalinan ... 44

4.3.2. Sikap Orangtua Menikahkan Putrinya di Usia Dini ... 46

4.3.3. Tindakan Orangtua Menikahkan Putrinya di Usia Dini ... 48

4.4. Hasil Analisis Bivariat ... 50

4.4.1. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Orangtua Menikahkahkan Putrinya di Usia Dini ... 51

4.4.2. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Orangtua Menikahkahkan Putrinya di Usia Dini ... 51

(12)

BAB V PEMBAHASAN ... 53

5.1. Hubungan Pengetahuan Orangtua tentang Kehamilan dan Persalinan di Usia Dini dengan Sikap Orangtua Menikahkan Putrinya di Usia Dini ... 53

5.2. Hubungan Pengetahuan Orangtua tentang Kehamilan dan Persalinan di Usia Dini dengan Tindakan Orangtua Menikahkan Putrinya di Usia Dini ... 54

5.3. Hubungan Sikap dan TIndakan Orangtua Menikahkan Putrinya di Usia Dini ... 55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 57

6.1. Kesimpulan ... 57

6.2. Saran ... 59

(13)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 3.1 Skala Sikap Model Likert ... 40

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 42

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 43

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan ... 43

Tabel 4.4 Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Kehamilan dan Persalinan ... 44

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan terhadap Kehamilan dan Persalinan ... 46

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan Sikap Responden Terhadap Menikahkan Putrinya di Usia Dini ... 46

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Responden Menikahkan Putrinya ... 47

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pernyataan tentang Tindakan Menikahkan Putrinya di Usia Dini ... 48

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Orangtua Menikahkan Putrinya di Usia ≤ 20 Tahun ... 48

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Orangtua Menikahkan Putrinya di Usia > 20 Tahun ... 49

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Perasaan Orangtua Menikahkan Putrinya di Usia ≤ 20 Tahun ... 49

Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Perasaan Orangtua Menikahkan Putrinya di Usia >20 Tahun ... 50

Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Orangtua Menikahkan Putrinya ... 50

(14)

Tabel 4.15 Hubungan Pengetahuan dengan tindakan Orangtua

Menikahkan Putrinya ... 51

Tabel 4.16 Hubungan Sikap dan Tindakan Orangtua Menikahkan

(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

(16)

Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh perempuan usia remaja yaitu usia 10-19 tahun. Perkawinan dini dapat menimbulkan masalah pada masa kehamilan, persalinan dan pada bayi yang dilahirkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan orangtua tentang kehamilan dan persalinan usia dini dengan sikap dan tindakan orangtua menikahkan putrinya di usia dini di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar. Jenis penelitian ini adalah studi analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh orangtua yang sudah pernah menikahkan putrinya yang berjumlah 483 orangtua. Sampel adalah 133 orangtua yang menikahkan putrinya sebelum hamil. Data dianalisis dengan uji chi-square dengan a = 0,05.

Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan orangtua tentang kehamilan dan persalinan usia dini dengan sikap orangtua menikahkan putrinya di usia dini (p = 0,002). Ada hubungan pengetahuan orangtua tentang kehamilan dan persalinan usia dini dengan tindakan orangtua menikahkan putrinya di usia dini (p = 0,001). Tidak ada hubungan antara sikap dan tindakan orangtua menikahkan putrinya di usia dini (p = 0,140).

Disarankan kepada orangtua di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan usia dini dan kepada kepala desa untuk membuat kebijakan kepada masyarakat khusunya orangtua supaya tidak menikahkan putrinya di usia dini.

(17)

Early marriage is a marriage performed by the teen-age women aged 10-19 years. Early marriage can cause problems during pregnancy, childbirth and at the baby born

This study aims to determine the relationship of knowledge about early pregnancy and childbirth with attitude and action of parents married his daughter at an early age in Kasikan village Tapung Hulu subdistric Kampar regency. This type is the research is analytic research with the cross sectional. The population is all the parents who have been married daughter who taled 483 parents. The sampel was 133 parents who married his daughter before pregnant. Data were analyzed by chi-square test with a = 0,05.

The results showed that there is a relationship between parental knowledge about early pregnancy and childbirth with the parent action married his daughter at an early age (p = 0,00)1. The is a relationship between parent knowledge about early pregnancy and childbirth with the attitude parent married his daughter at an early age (p = 0,002). There is no relationship between attitude and action parents married his daughter at an early age ( p = 0,140).

It suggestios to parents in Kasikan village Tapung Hulu subdistric Kampar regency to improve insight and knowledge about pregnancy and childbirth early age and the village heads to make pilicies to the public, especially parents should not married his daughter at an early age.

(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Remaja adalah pribadi yang terus berkembang menuju kedewasaan, dan

sebagai proses perkembangan yang berjalan natural, remaja mencoba berbagai

perilaku yang terkadang merupakan perilaku yang berisiko (Smet, 1994). Perkawinan

dini adalah perkawinan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan usia remaja.

Remaja adalah usia 10-19 tahun dimana masa remaja merupakan masa peralihan yang

sesungguhnya yaitu dari kanak-kanak menjadi dewasa (Steve, 2007).

Beberapa ahli menyatakan bahwa pernikahan usia dini sering disebabkan oleh

faktor ekonomi, pendidikan, faktor diri sendiri dan faktor orangtua (Puspitasari,

2006). Menurut UNICEF 2005, pernikahan sebelum usia 18 tahun terjadi diberbagai

belahan dunia, dimana orang tua juga mendorong perkawinan anak-anaknya ketika

mereka masih berusia dibawah 18 tahun dengan harapan bahwa perkawinan akan

bermanfaat bagi mereka secara finansial dan secara sosial, dan juga membebaskan

beban keuangan dalam keluarga. Pada kenyataanya, perkawinan anak-anak adalah

suatu pelanggaran hak asasi manusia, mempengaruhi pengembangan anak-anak

perempuan dan sering juga mengakibatkan kehamilan yang beresiko dan pengasingan

sosial, tingkat pendidikan rendah dan sebagai awal dari kemiskinan (UNICEF,2005).

Dari usia pernikahan yang terlalu dini, dapat beresiko terhadap kesehatan, menurut

Gantt dan Rosenthal (2004) dalam Astuty (2011), kehamilan usia remaja beresiko

terhadap harga diri rendah, depresi, penyalah gunaan obat, gangguan emosi, selain itu

(19)

kematian. Hasil penelitian Abedin di Bangladesh pada tahun 2010, didapatkan bahwa

75% wanita menikah dan melakukan persalinan pertama sebelum usia 20 tahun yang

pada akhirnya berdampak pada masalah kesehatan seperti aborsi dan kematian bayi

setelah lahir.

Data UNICEF pada tahun 2001 menunjukkan bahwa wanita yang berusia 25

sampai 29 tahun yang menikah dibawah usia 18 tahun di Indonesia mencapai 34%,

dan Indonesia termasuk dalam lima besar negara-negara yang persentase pernikahan

dini tertinggi di dunia. Berdasarkan usia pernikahan, data statistik di Indonesia

menunjukkan pada tahun 1999 terdapat 20% wanita yang menikah diusia sekitar

15-19 tahun dan 18% wanita yang menikah dengan laki-laki dibawah usia 20 tahun.

Sedangkan berdasarkan Angka Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2007, jumlah kasus pernikahan dini mencapai 50 juta penduduk dengan

rata-rata usia perkawinan di Indonesia yakni 19 tahun. Dan berdasarkan SDKI tahun 2012

tercatat 4,8% menikah di usia 20-24 tahun dan 41,9% menikah pada usia 15-19 tahun

atau 41 per 1000 pernikahan. Dari data tersebut, dapat dilihat besarnya angka

pernikahan dini di Indonesia.

Undang-Undang perkawinan No.1 tahun 1974 memperbolehkan seorang

perempuan usia 16 tahun dapat menikah, sedangkan Undang-Undang Kesehatan

No.36 tahun 2009 memberikan batasan 20 tahun, karena hubungan seksual yang

dilakukan pada usia dibawah 20 tahun beresiko terjadinya kanker serviks serta

penyakit menular seksual. Perkawinan usia dini menyebabkan terjadinya komplikasi

kehamilan dan persalinan antara lain pada kehamilan dapat terjadi pre-eklamspsia,

(20)

panggul yang belum berkembang sempurna. Pada persalinan dapat terjadi robekan

yang meluas dari vagina menembus ke kandung kemih dan meluas ke anus. Pada bayi

dapat terjadi berat badan bayi lahir rendah dan resiko pada ibu yaitu dapat meninggal

(Bunners, 2006).

Di Indonesia data kehamilan remaja tahun 2007 yaitu hamil diluar nikah

karena diperkosa sebanyak 3,2%, karena sama-sama mau sebanyak 12,9%, dan tidak

terduga sebanyak 45%, seks bebas mencapai 22,6%, hal ini terjadi karena minimnya

pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi (Depkes RI, 2008).

Pernikahan dini yang terjadi di daerah pedesaan. Pusat Penelitian

Kependudukan UNPAD bekerja sama dengan BKKBN Jawa Barat melaporkan umur

kawin muda di daerah pantai masih tinggi yaitu 36,7% kawin pertama antara umur

12-14 tahun, 56,7%, umur 15-19 tahun dan 6,6%, umur 20-24 tahun dengan

faktor-faktor yang melatar belakangi adalah rendahnya tingkat pendidikan dan budaya

(Rafidah, 2009).

Anatomi tubuh anak belum siap untuk proses mengandung maupun

melahirkan, sehingga dapat terjadi komplikasi berupa obstructed labour serta

obstetric fistula. Data dari UNPFA tahun 2003, memperlihatkan 15%-30% di antara

persalinan di usia dini disertai dengan komplikasi kronik yaitu obstetric fistula.

Fistula merupakan kerusakan pada organ kewanitaan yang menyebabkan kebocoran

urin atau feses ke dalam vagina. Wanita berusia kurang dari 20 tahun sangat rentan

mengalami obstetric fistula. Obstetric fistula ini dapat terjadi pula akibat hubungan

(21)

Data survei kesehatan ibu dan anak menunjukan usia rata-rata ibu yang hamil

untuk pertama kali adalah di usia 18 tahun 46%, perempuan di Indonesia hamil

dibawah usia 20 tahun, dimana daerah pedesaan memiliki angka lebih tinggi 51%,

dibandingkan perkotaan 37%. Perkawinan usia dini memberikan kontribusi terhadap

angka ini terutama didaerah pedesaan (Depkes RI, 2010).

Badan kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional menyatakan khawatir

karena terjadi peningkatan pernikahan usia dini di perkotaan. Berdasarkan SDKI

2012, perempuan usia 15-19 tahun yang menikah di perkotaan meningkat jadi 32%.

Bila dibandingkan dengan lima tahun yang lalu, persentase pernikahan dini di

perkotaan 26%, dari total populasi kelompok usia tersebut. Fenomena ini justru

berbanding terbalik dengan yang terjadi di pedesaan, dimana pada tahun 2012 yang

lalu angka pernikahan dini menurun menjadi 58%, jika dibandingkan dengan lima

tahun sebelumnya yang mencapai angka 61%, demikian diungkap oleh Kepala Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

Banyaknya kasus pernikahan dini yaitu sebanyak 21,75%, anak perempuan di

perkotaan dan 47,79%, anak perempuan di pedesaan menikah pada usia di bawah 16

tahun. Penyebabnya antara lain pemaksaan dari pihak orangtua, pergaulan bebas, rasa

keingin tahuan tentang dunia seks, faktor ekonomi, faktor lingkungan, rendahnya

pendidikan. Selain itu dampak dari menikah dini adalah abortus, perceraian, tidak ada

kesiapan untuk berkeluarga, tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan

(Maryanti, 2009).

Angka kejadian pernikahan dini di indonesia tahun 2002 usia 15 tahun

(22)

Praktek pernikahan usia dini paling banyak terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Di

Asia Tenggara didapatkan data bahwa sekitar 10 juta anak usia di bawah 18 tahun

telah menikah, sedangkan di Afrika diperkirakan 42% dari populasi anak menikah

sebelum mereka berusia 18 tahun. Di Amerika Latin dan Karibia 29% wanita suda

menikah saat mereka berusia 18 tahun. Kasus pernikahan usia dini tertinggi tercatat di

negiria (79%), kongo (74%), Afganistan (54%), dan bangladesh (51%) (Eddy, 2009).

Beberapa ahli menyatakan bahwa pernikahan usia dini sering disebabkan oleh faktor

ekonomi, pendidikan, faktor diri sendiri dan faktor orangtua (Puspitasari, 2006).

Menurut Taufik (2008) dalam Damayanti (2012), angka statistik pernikahan

dengan pengantin wanita berusia dibawah 16 tahun secara keseluruhan mencapai

lebih dari seperempat dari total pernikahan di Indonesia. Bahkan di beberapa tempat,

angkanya jauh lebih besar, misalnya di Jawa Timur 39,43%, Kalimantan Selatan

35,48%, Jambi 30,63%, Jawa Barat 36% dan Jawa Tengah 27,84%.

Pada survei awal pada bulan Januari di Desa Kasikan Kecamatan Tapung

Hulu Kabupaten Kampar terdapat 760 Kepala Keluarga dan 483 orang tua yang

sudah menikahkan putrinya dan jumlah data orang tua yang menikahkan putri pada

umur 15-20 tahun adalah sebanyak 389 orang tua. Orang tua berpendapat

menikahkan putrinya karena sudah hamil, dan ada berpendapat karena faktor

ekonomi, faktor pendidikan, faktor diri sendiri, dan faktor orangtua.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dalam penelitian di Desa Kasikan

mewawancarai 10 orang tua yang tinggal di Desa Kasikan ditemukan bahwa 7 (70%)

(23)

(30%) orang tua yang belum menikahkan putrinya. Hal ini disebabkan karena

kurangnya pengetahuan orang tua dalam menikahkan putrinya.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis membuat perumusan masalah

dalam penelitian adalah masih tingginya persentasi orangtua yang menganggap

pernikahan dini adalah hal yang wajar karena terkait dengan rendahnya pengetahuan

orangtua tentang kehamilan dan persalinan di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu

Kabupaten Kampar.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan

usia dini dengan sikap dan tindakan orangtua menikahkan putrinya di usia dini di

Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu kabupaten Kampar tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap sikap orangtua tentang

kehamilan dan persalinan usia dini di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu

Kabupaten Kampar

2. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap tindakan orangtua tentang

pernikahan usia dini di Desa Kasikan Kecamtan Tapung Hulu Kabupaten

kampar.

3. Untuk mengetahui sikap dan tindakan orangtua menikahkan putrinya di usia

(24)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada orangtua di

Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar secara mendalam tentang

kehamilan dan persalinan usia dini dengan sikap dan tindakan orangtua menikahkan

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku

2.1.1. Pengertian

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang didapat atau

diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoadmodjo,

2003).

Macam-macam perilaku menurut Notoadmodjo (2003), dilihat dari bentuk

respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Perilaku tertutup (Cover behavior)

Repon atau reaksi terhadap stimulus yang masih terbatas pada perhatian,

persepsi, pengetahuan, dan sikap yang tejadi pada orang yang menerima

stimulus tersebut dan belum diamati.

2. Perilaku terbuka (Over behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan

atau praktek yang dengan mudah dapat diamati oleh orang lain.

2.1.2. Domain Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau

ransangan dari luar organisme atau orang namun dalam memberikan respon sangat

tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.

(26)

dengan determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedaka menjadi dua

yaitu:

1. Determinan atau faktor internal yakni : karakteristik orang yang bersangkutan

yang bersifat bawaan misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis

kelamin dan sebangainya.

2. Determinan atau faktor eksternal yakni : lingkungan baik, lingkungan fisik, sosial

budaya, tingkat pendapatan, politik dan sebagainya (Notodmodjo, 2003)

Menurut Notoadmodjo (2003), ada beberapa gangguan perilaku pada masa

premenopause diantaranya :

1. Depresi menstrual yang merupakan manifestasi dari kepedihan hati dan

kekecewaan yang tidak lengkap.

2. Perubahan kehidupan seksual akan terjadi kegairahan seksual yang luar biasa

hingga kemungkinan melakukan masturbasi dan dapat juga bersikap dingin.

3. Obsesi untuk hamil lagi yang ingin mempertahankan kapasitas reproduksi dan

kemudahan.

4. Ilusi mempertanyakan apakah suaminya cukup berharga dalam hidupnya.

2.2. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(27)

Dalam teori WHO memaparkan bahwa pengetahuan diperoleh dari

pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Menurut Soekidjo Notoadmodjo

pengetahuan tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi

dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (syntesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

(28)

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu

materi atau objek.

2.3. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulasi atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional

terhadap stimulus sosial (Notoadmodjo, 2007).

Dalam bagian lain, Allport menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3

komponen pokok, yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak.

Sama seperti pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

(29)

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan

itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuting)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan dan mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap menghargai satu sama lain.

4. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

risiko. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap

sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap

membuat seseorang mendekati dan menjauhi orang lain atau objek lain

(Notoadmodjo, 2007).

2.4. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour).

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Di

samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain.

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Penelitian Rogers (1974) yang dikutip dari

Notoadmodjo (2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku

baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus (objek) terlebih dahulu.

(30)

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran

dan sikapnya terhadap stimulus.

2.5. Pengertian Orang Tua

Orang tua adalah ayah dan ibu adalah figur atau contoh yang akan selalu ditiru

oleh anak-anaknya (Mardya, 2000).

2.6. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Para ahli selama ini mengemukakan bahwa pola asuh dari orang tua amat

mempengaruhi kepribadian dan perilaku anak. Baumrind (dalam Agustiani, 2006),

ahli psikologi perkembangan membagi pola asuh orang tua menjadi tiga yakni :

1. Pola Asuh Otoriter (Parent Oriented)

Ciri-ciri dari pola asuh ini menekankan segala aturan orang tua harus ditaati

oleh anak. Orangtua bertindak semena-mena, tanpa dapat dikontrol oleh anak. Anak

harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan orangtua.

Dalam hal ini, anak seolah-olah menjadi “robot” sehingga ia kurang inisiatif, merasa takut, tidak percaya diri, mudah cemas, rendah diri, minder dalam pergaulan akan

tetapi disisi lain anak bisa memberontak, nakal atau melarikan diri dari kenyataan,

misalnya dengan menggunakan narkoba (alcohol or drug abuse).

2. Pola Asuh Permisif

Sifat pola asuh ini children centered yakni segala aturan dan ketetapan

(31)

Orang tua menuruti segala kemauan anak. Anak cenderung bertindak semena-mena

tanpa pengawasan orang tua. Ia bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Dari sisi

negatif anak kurang disiplin dengan aturan sosial yang berlaku.

3. Pola Asuh Demokratis

Kedudukan antara orang tua dan anak sejajar. Suatu keputusan diambil bersama

dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi kebebasan yang

bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus di bawah

pengawasan orang tua dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Orang tua dan

anak tidak dapat berbuat semena-mena. Anak diberi kepercayaan dan dilatih untuk

mempertanggungjawabkan semua tindakannya.

4. Pola Asuh situasional

Dalam kenyataannya, seringkali pola asuh tersebut tidak diterapkan secara

kaku, artinya orang tua tidak menerapkan salah satu tipe pola asuh tersebut. Ada

kemungkinan orang tua menerapkan secara fleksibel, luas dan disesuaikan dengan

situasi dan kondisi yang berlangsung saat itu sehingga seringkali muncullah tipe pola

asuh situasional. Orang yang menerapkan pola asuh ini tidak berdasarkan pada pola

asuh tertentu tetapi semua tipe tersebut diterapkan secara luas (Dariyo, 2004).

2.7. Remaja

Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti

peberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (inggris), berasal dari

bahasa latin “adolescence” yang berarti tumbuh ke arah kematangan (Intan, 2013).

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini

(32)

yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologi, dan perubahan sosial. Di

sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia

10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatdmojo, 2007).

Menurut WHO, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

menuju masa dewasa, dimana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk

fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan

perkembangan, baik fisik, mental, maupun peran sosial. Menurut soetjiningsih (2004)

masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat

terjadinya kematangan seksual yaitu anatara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20

tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda.

Remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa atau usia belasan

tahun, atau seseorang menunjukan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah

terangsang perasaan. Batasan usianya adalah 10-19 tahun dan belum menikah

(Sarwono, 2007)

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan

memasuki masa dewasa. Masa remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan

kehidupan manusia. Golongan umur ini penting karena menjadi jembatan antara masa

kana-kanak yang bebas menuju masa dewasa yang menuntut tanggungjawab

(33)

2.7.1. Tahap Perkembangan Remaja

Menurut Notoatmodjo (2007), batasan usia remaja adalah antara 10 tahun

sampai 22 tahun. Notoatmodjo (2007), membagi batasan usia ini dalam tiga fase,

yaitu:

1. Fase remaja awal : usia 10 tahun sampai 13 tahun

2. Fase remaja pertengahan : usia 14 tahun sampai 17 tahun

3. Fase remaja Akhir : usia 18 tahun sampai 22 tahun

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan ada 3 tahap

perkembangan remaja :

1. Remaja awal 10-12 tahun (early adolescent)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan

yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai

prubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada

lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis.

2. Remaja madya 13-15 tahun (middle adolescent)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau

banyak teman yang mengakuinya. Ada kecendrungan narsistis yaitu mencintai diri

sendiri, menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu ia berada dalam

kondisi kebingungan karena tidak ragu memilih yang mana peka atau tidak peduli,

ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau matrealis, dan

(34)

3. Remaja akhir 16-19 tahun (late adolescent)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditindai dengan

pencapaian lima hal yaitu :

a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan

dalam pengalaman-pengalaman baru.

c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti

dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan

masyarakat umum (Sarwono, 2010).

2.8. Perubahan Pada Masa Remaja 1. Perubahan Fisik

Masa remaja diawali dengan pertumbuhan yang sangat cepat dan biasanya

disebut pubertas. Dengan adanya perubahan yang cepat itu terjadilah perubahan fisik

yang dapat diamati seperti pertambahan tinggi dan berat badan pada remaja atau

biasa disebut “pertumbuhan” dan kematangan seksual sebagai hasil dari perubahan

hormonal (Notoatmodjo, 2007).

Terjadinya pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan

organ-organ reproduksi (organ seksual) mencapai kematangan, sehingga muncul

tanda-tanda sebagai berikut :

a. Tanda-tanda seks primer

(35)

2) Terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki

b. Tanda-tanda seks sekunder

1) Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, timbulnya jakun, penis dan

buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih

besar, badan berotot, jambang dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak.

2) Pada remaja putri pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina,

payudara membesar, tumbuh rambut disekitar ketiak dan kemaluan (pubis)

(Depkes, 2001).

2. Perubahan Psikologis

Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

dewasa. Masa transisi sering kali menghadapkan individu yang bersangkutan pada

situasi yang membingungkan, di satu pihak ia masih kanak-kanak dan di lain pihak ia

harus bertingkahlaku seperti orang dewasa. Situasi-situasi yang menimbulkan konflik

itu sering menyebabkan banyak tingkahlaku yang aneh, canggung, dan kalau tidak

dikontrol bisa menimbulkan kenakalan.

Pada masa remaja, labilnya emosi erat kaitannya dengan perubahan hormon

dalam tubuh. Sering terjadi letusan emosi dalam bentuk amarah, sensitif, bahkan

perbuatan nekad. Ketidakstabilan emosi menyebabkan mereka mempunyai rasa ingin

tahu dan dorongan untuk mencari tahu. Pertumbuhan kemampuan intelektual pada

remaja cenderung membuat mereka bersikap kritis, tersalur melalui

perbuatan-perbuatan yang sifatnya eksperimen dan eksploratif (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Wibowo (1994) yang dikuti oleh Notoatmodjo (2007), tindakan dan

(36)

dan berguna. Tetapi sering kali pengaruh faktor dari luar dari remaja, seperti peer

group dan ada sekelompok orang cenderung memanfaatkan potensi tersebut untuk

perbuatan negative sehingga mereka terjerumus kedalam kegiatan yang tidak

bermanfaat, berbahaya bahkan destruktif.

2.9. Kehamilan pada Remaja

Kehamilan adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa janin dikandung

di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan yang

diakhiri dengan proses persalianan. Pembuahan (konsepsi) merupakan awal dari

kehamilan, yang menerangkan bahwa satu sel telur dibuahi oleh satu sperma. Ovulasi

(pelepasan sel telur) termasuk bagian dari siklus menstruasi normal yang terjadi

sekitar 14 hari sebelum menstrusi. Sel telur yang dilepaskan bergerak ke ujung tuba

falopii (saluran telur) yang berbentuk corong yang merupakan tempat terjadinya

pembuahan, jika tidak terjadi pembuahan sel telur akan mengalami kemunduran

(degenerasi) lalu dibuang melalui vagina bersamaan dengan darah menstruasi.

Sementara itu apabila terjadi pembuahan maka sel telur yang telah dibuahi oleh

sperma akan mengalami serangkaian pembelahan dan tumbuh menjadi embrio (bakal

janin) (El-manan, 2011).

Proses kehamilan dan kelahiran pada usia remaja turut berkontribusi dalam

meningkatkan angka kematian perinatal di Indonesia. Menurut Sarwono (2005) pada

ibu hamil usia remaja sering mengalami komplikasi kehamilan yang buruk seperti

persalinan prematur, berat bayi lahir rendah (BBLR) dan kematian perinatal. Grady

(37)

berhubungan dengan peningkatan angka kematian perinatal dan lebih dari 18%

kelahiran prematur terjadi pada kelompok umur ini.

Gaya hidup dan perilaku seks yang bebas mempercepat peningkatan kejadian

kehamilan pada remaja. Hal ini disebabkan oleh cepatnya pertumbuhan dan

perkembangan remaja dan masa menarche yang dirangsang oleh banyaknya media

yang mempertontonkan kehidupan seks bebas yang tidak bertanggung jawab.

Kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi dan KB yang menyebabkan

remaja tidak dapat mencari alternatif perlindungan untuk dirinya dalam mencegah

kehamilan.

Sebagian besar kehamilan pada remaja jarang mendapat konseling pra

konsepsi. Konseling pada kehamilan tahap awalpun masih mungkin dilakukan untuk

mendeteksi sedinimungkin risiko yang terdapat pada remaja, namun masalahnya

remaja kebanyakan tidak memeriksakan kehamilannya pada awal kehamilan dan

cenderung lebih mencari pertolongan pada saat melahirkan dan mendapat masalah

yang tidak dapat dipecahkan pada tingkat keluarga (Ewy hirawati,2011).

2.9.1. Perubahan Fisik Selama Kehamilan Pada Remaja

Perubahan fisik yang dialami selama kehamilan adalah pertambahan berat

badan. Pertambahan berat badan tidak hanya disebabkan oleh timbunan lemak,

namun juga akibat proses tumbuh kembang janin, pertambahan berat rahim, plasenta,

volume darah, cairan ketuban, cairan dalam jaringan tubuh remaja hamil, serta

membesarnya payudara (Bobak, 2004).

Hasil penelitian menunjukkan semua partisipan mengalami penurunan

(38)

sel yang mengakibatkan rasa lemah. Kelemahan menyebabkan penurunan aktivitas

pada remaja hamil (Parcells, 2010). Satu partisipan juga mengatakan dadanya terasa

penuh seperti sesak nafas. Kebutuhan oksigen ibu meningkat selama kehamilan

sebagai respon terhadap percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan

oksigen jaringan uterus dan payudara. Peningkatan kadar estrogen menyebabkan

ligamen pada kerangka iga berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat

paru-paru ditekan oleh semakin membesarnya uterus, diafragma atau sekat rongga

dada pun semakin tertekan ke atas. Hal ini dapat mengakibatkan sesak nafas(Bobak,

2004)

2.9.2. Konsekuensi Kehamilan pada Remaja

Kehamilan pada usia remaja mengandung resiko kesehatan bagi ibu dan

bayinya. Ibu usia remaja juga cenderung belum siap secara mental. Bayi yang

dilahirkan cenderung memiliki berat tubuh rendah, faktor utama yang menyebabkan

kematian bayi maupun masalah neurologis penyakit masa kanak-kanak (Santrock,

2007).

Para ibu remaja seringkali putus sekolah. Meskipun banyak ibu remaja

kemudian melanjutkan pendidikannya lagi di kemudian hari, umumnya mereka tidak

lagi mencapai taraf kehidupan ekonomi yang setara dengan perempuan yang

menunda melahirkan anak hingga usia dua puluhan.

Sebuah studi menemukan bahwa anak-anak yang berasal dari perempuan yang

melahirkan pertama kali ketika remaja, memiliki skor tes yang rendah dan

memperlihatkan perilaku yang lebih bermasalah dibandingkan ibu-ibu yang memiliki

(39)

2.9.3. Dampak Kehamilan Pada Remaja

Dampak dari kehamilan remaja, antara lain :

1. Pengguguran Kandungan

Faktor yang mendukung terjadinya pengguguran kandungan adalah :

a. Status ekonomi sebuah keluarga

Keadaan ini mendorong suatu keluarga untuk lebih memilih menggugurkan

kandungannya karena faktor ekonomi yang membuat mereka merasa tidak

mampu untuk memenuhi kebutuhan si bayi.

b. Keadaan emosional

Setiap remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah akan terganggu

keadaan emosionalnya, apalagi bagi mereka yang tidak bisa menerima

kehamilan tersebut karena malu terhadap lingkungan sehingga mendorong

mereka untuk menggugurkan kandungan.

c. Pasangan yang tidak bertanggung jawab

Dengan usia yang belum cukup (belum matang) terlebih lagi bagi pihak pria

yang harus bertanggungjawab sepenuhnya atas perbuatan yang

dilakukannya, membuat pihak pria berpikir dua kali untuk bertanggung

jawab. Dan apabila pihak pria tidak bertanggung jawab maka ini terjadi

beban bagi wanita sehingga memaksa dia untuk menggugurkan

kandungannya (Ewy Hirawati, 2011).

2.10. Persalinan Pada Remaja

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.

(40)

menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai peranan ibu adalah

melahirkan bayinya (Saifuddin, 2006). Persalinan adalah proses dimana bayi plasenta

dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya

terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu tanpa disertai adanya

penyulit). Persalinan dimulai (inprtu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan

perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya

plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan

perubahan serviks (JNPK-KR, 2007).

2.10.1. Dampak Persalinan pada Remaja

Beragam resiko yang terjadi pada persalinan di usia dini diantaranya :

1. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan

Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi

terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir

rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang

belum menginjak 20 tahun. Cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu

tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan

(ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di

sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti

dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan

memijat perutnya sendiri. Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya

akan gizi masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang

diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya

(41)

2. Anemia kehamilan/kekurangan zat besi.

Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang

pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda. Karena pada saat

hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam tubuh

fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah

janin dan plasenta. Lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan

menjadi anemis.

3. Mudah terjadi infeksi

Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan

terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.

4. Keracunan Kehamilan (Gestosis)

Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin

meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau

eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat

menyebabkan kematian.

5. Kematian ibu yang tinggi

Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan

infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup tinggi.yang

kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun) (Ewy hirawati, 2011).

2.11. Perkawinan Dini

Perkawinan adalah suatu peristiwa dimana sepasang calon suami istri

(42)

dan sejumlah hadirin, untuk kemudian disahkan secara resmi sebagai suami istri

dengan upacara dari ritual tertentu (Kartono, 2006).

Dalam wikipedia, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian

hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu

pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan pribadi yang biasanya

intim dan seksual (wikipedia, 2001). Perkwaninan dini adalah perkawinan yang

dilakukan oleh laki-laki dan perempuan usia remaja. Remaja adalah usia 10-19 tahun

dimasa masa remaja merupakan masa peralihan yang sesngguhnya yaitu dari

kanak-kanak menjadi dewasa (Steve, 2007).

2.11.1. Batasan Usia Perkawinan

Batasan usia perkawinan berbeda-beda. Menurut Undang-Undang perkawinan

nomor 1 tahun 1974, salah satu syarat untuk menikah adalah bila pihak pria sudah

mencapai usia 19 tahun dan wanita sudah mencapai usia 16 tahun. Undang-Undang

perkawinan bahkan membolehkan adanya dispensasi menikah pada anak di bawah

usia tersebut. Dalam Undang-Undang perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002,

orangtua wajib melindungi anak dari perkawinan dini. Undang-Undang perlindungan

Anak memberikan batasan usia anak adalah usia <18 tahun. Namun menurut BkkbN,

batasan usia perkawinan adalah 20 tahun karena hubungan seksual yang dilakukan

pada uisa di bawah 20 tahun beresiko terjadinya kanker leher rahim serta penyakit

menular seksual (Rafika, 2011).

Usia perkawinan yang ideal bagi perempuan adalah 20-25 tahun, sementara

laki-laki 25-28 tahun karena di usia itu organ reproduksi perempuan secara fisiologis

(43)

terbaik bagi wanita untuk hamil dan melahirkan adalah pada usia 20-30 tahun

(Endjun, 2002).

2.11.2. Alasan Untuk Melakukan Perkawinan

Menurut kartono (2006), alasan dan motivasi orang untuk melakukan

perkawinan ada bermacam-macam. Umpama saja alasan-alsan sebagai berikut :

1. Distimulir oleh dorongan-dorongan romantik

2. Hasrat untuk mendapatkan kemewahan hidup

3. Ambisi besar untuk mencapai status sosial tinggi

4. Keinginan untuk mendapatkan asuransi hidup di masa tua

5. Keinginan untuk mendapatkan kepuasan seks dari partnernya

6. Hasrat untuk melepaskan diri dari belenggu keluarga atau orang tua

7. Dorongan cinta terhadap anak

8. Keinginan untuk mengabadikan nama leluhur

9. Malu kalau sampai di sebut sebagai “gadis tua”

10. Motif-motif tradisional dan berbagai macam alasan lainnya.

2.11.3. Dampak Perkawinan Usia Dini pada Kehamilan dan Persalinan

Kehamilan pada masa remaja mempunyai risiko medis yang cukup tinggi,

karena pada masa remaja ini, alat reproduksi belum cukup matang untuk melakukan

fungsinya setelah umur 20 tahun, karena pada usia ini fungsi hormonal melewati

masa kerjanya yang maksimal. Rahim pada seorang wanita mulai mengalami

kematangan sejak umur 14 tahun yang ditandai dengan dimulainya menstruasi.

Pematangan rahim secara anatomis. Pada seorang wanita, ukuran rahim berubah

(44)

Pada seorang anak yang berusia kurang 8 tahun, ukuran rahimnya kurang

lebih hanya setengah dari panjang vaginya. Setelah umur 8 tahun, ukuran rahim

kurang lebih sama dengan vaginanya. Hal ini berlanjut sampai usianya kurang lebih

14 tahun (masa menstruasi) hingga besar rahimnya lebih besar sedikit dari ukuran

vaginanya. Ukuran ini menetap sampai terjadi kehamilan. Pada usia 14-18 tahun,

perkembangan otot-otot rahim belum cukup baik kekuatan dan kontraksinya sehingga

jika terjadi kehamilan rahim dapat ruptur (robek). Di samping otot rahim, belum

cukup kuat untuk menyangga kehamilan sehingga resiko yang lain dapat juga terjadi

yaitu prolapsus uteri (turunnya rahim ke liang vagina) pada saat persalinan.

Pada usia 14-19 tahun, sistem hormonal belum stabil. Hal ini dapat dilihat dari

terjadi kehamilan. Kehamilan menjadi tidak stabil, mudah terjadi perdarahan, dan

terjadilah abortus atau kematian janin. Usia kehamilan terlalu dini dari persalinan

memperpanjang rentang usia reproduksi aktif. Hal ini dapat meningkatkan resiko

kanker leher rahim di kemudian hari (Kusmiran, 2001).

Dampak perkawinan dini terhadap kehamilan dan persalinan dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Perkawinan dalam usia muda merupakan salah satu faktor keganasan mulut

rahim. Wanita yang hamil pertama sekali pada usia <17 tahun hampir selalu 2x

lebih memungkinkan terkena kanker servik di usia tuanya dari pada wanita yang

menunda kehamilannya hingga usia 25 tahun atau lebih tua (Manuaba, 1998).

Insidensi kanker servik lebih tinggi terjadi pada wanita yang kawin daripada

yang tidak kawin terutama pada gadis yang koitus pertama (coitarche) dialami

(45)

2. Remaja beresiko paling besar untuk menghadapi masalah dalam masa hamil dan

melahirkan anak termasuk insiden bayi berat lahir rendah. Studi di New York

menunjukkan berat bayi lahir berkurang 200-400 gram pada ibu yang melahirkan

usia <15 tahun dibanding 19-30 tahun. Hal ini merupakan risiko tinggi dalam

proses kehamilan dan persalinan (Aritonang, 2010)

Bayi dengan berat lahir rendah biasanya juga disebabkan karena kurangnya

perhatian terhadap pemberian suplemen gizi selama hamil, khususnya yang

mengandung zat besi, kalsium dan vitamin A. Setelah bayi lahir, sering juga terjadi

kekurangan atau salah gizi pada bayinya. Karena pada usia dini, biasanya secara

ekenomi belum mencapai kemandirian apalagi mapan (Indiarti, 2007).

1. Kematian bayi dan abortus. Kejadian ini dua sampai tiga kali lebih tinggi pada

kelompok usia dini daripada wanita berusia lebih dari 25 tahun karena remaja

cenderung memulai perawatan prenatal lebih lambat daripada wanita dewasa.

Remaja juga memiliki resiko lebih besar mengalami kondisi yang berhubungan

dengan masalah kehamilan misal hipertensi kehamilan (Bobak, 2004).

2. Keracunan Kehamilan (Gestosis). Kombinasi keadaan alat kesehatan reproduksi

yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan

kehamilan dalam bentuk eklamsi dan pre eklamsi. Pre eklamsi dan Eklamsi

memerlukan perhatian khusus karena dapat menyebabkan kematian (Manuaba,

1998).

3. Kemungkinan resiko medik lainnya yaitu Fistula Vasikovaginal (membesarnya

air seni ke vagina), Fistula Retrovaginal (keluarnya gas dan feses dari vagina)

(46)

4. Mudah terkena penyakit infeksi. Keadaan gizi yang buruk mengakibatkan tubuh

mudah terkena infeksi.

5. Persalinan lama dan sulit. Persalinan lama dan sulit adalah persalinan yang

disertai komplikasi ibu maupun janin. Penyebab yaitu kelainan letak janin,

kelainan panggul, kalainan kekuatan his, mengejan yang slah.

6. Anemia kehamilan. Anemia dalam kehamilan adalah suatu keadaan kadar

Hemoglobin darah kurang dari 11 gr/dl. Di indonesia, kira-kira 70 % wanita

hamil menderita anemia. Penyebab anemia saat hamil muda disebabkan karena

kurangnya pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda

(Edjun, 2002).

7. Cacat bawaan. Cacat bawaan merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ

janin sejak saat pertumbuhan (Manuaba, 1998)

Manuaba (2009), menambahkan kehamilan usia terlalu muda dapat

menimbulkan pertumbuhan janin dalam kandungan kurang sempurna, persalinan

sering diakhiri dengan tindakan operasi, pulihnya alat reproduksi setelah persalinan

berjalan lambat, pengeluaran ASI yang tidak cukup.

2.12. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Orangtua dalam Menikahkan Putrinya di Usia Dini

1. Usia

Terjadinya pernikahan di usia muda sedikit banyak pasti terkait dengan

orangtua dan individu yang menjalaninya. Al-Gifari (2002) menyebutkan bahwa

peran orangtua sangat menentukan remaja untuk menjalani pernikahan di usia muda.

(47)

aman buat anaknya, sebagai contoh apabila orangtua menikah di usia muda dan tidak

terjadi hal yang merugikan maka dia sangat mendukung apabila dikemudian

harianaknya untuk menikah muda.

2. Pendidikan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Martino dkk (2004) mengatakan

bahwa tingkat pendidikan orang tua sangat mempengaruhi kecenderungan pada anak

untuk menikah dini karena pendidikan orang tua yang rendah sangat rentan untuk

anak melakukan pernikahan dini. Hal ini disebabkan karena orang tua kurang

memiliki pengetahuan dan wawasan tentang dampak dari pernikahan dini sehingga

orang tua juga mendukung anak untuk melakukan pernikahan dini.

3. Ekonomi

Terjadi pada masyarakat yang tergolong menengah kebawah. Biasanya

berawal dari ketidakmampuan mereka melajutkan pendidikan mereka ke jenjang yang

lebih tinggi. Terkadang mereka hanya bisa melanjutkan sampai sekolah menengah

saja atau bahkan tidak bisa mengenyam sedikitpun pendidikan, sehingga menikah

merupakan sebuah solusi dari kesulitan yang mereka hadapi. Terutama bagi

perempuan, dimana kondisi ekonomi yang sulit, para orangtua lebih memiih

mengantarkan putri mereka untuk menikah, karena paling tidak sedikit banyak beban

mereka akan berkurang. Tetapi berbeda bagi anak laki-laki yang mempunyai peran

dalam kehidupan berumah tangga sangatlah besar, sehingga bagi kaum adam minimal

harus mempunyai keterampilan terlebih dahulu sebagai modal awal membangun

rumah tangga mereka. Bagi sebuah keluarga yang miskin, pernikahan usia dini dapat

(48)

4. Pengetahuan

Pengetahuan tentang kehamilan merupakan hal penting bagi setiap wanita

yang telah menikah, termasuk remaja putri yang menikah dini. Dengan pengetahuan

tentang kehamilan yang cukup wanita akan lebih siap menghadapi kehamilan dan

tidak mudah mengalami kecemasan. Pengetahuan berhubungan dengan jumlah

informasi yang dimiliki seseorang (Stuart & Sundeen, 2001). Menurut Notoatmodjo

(2003), bahwa semakin tinggi pendidikan yang di tempuh seseorang, maka semakin

baik pengetahuan dan lebih luas di banding dengan tingkat pendidikan rendah. Begitu

pula dengan Azwar (2005), yang mengatakan bahwa pendidikan juga membuat

seseorang terdorong untuk ingin tahu, mencari pengalaman sehingga informasi yang

diterima akan jadi pengetahuan. Pengambilan keputusan oleh seseorang untuk

menikah di usia muda dapat dilihat sebagai perilaku manusia, menurut Benyamin

Bloom yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perilaku manusia itu dibagi kedalam 3

domain, yaitu kognitif (Cognitive), afektif (Afective) dan Psikomotor (Phychomotor).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang di dasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan.

5. Sikap Orangtua tehadap Pernikahan Dini

Menurut Sanderowitz dan Paxman (dalam Sarwono, 2007), menyatakan

bahwa pernikahan dini juga sering terjadi karena remaja berfikir pendek untuk

mengambil keputusan melakukan pernikahan dini. Selain itu faktor penyebab

(49)

putus sekolah. Pendidikan seseorang sangat menentukan dalam kehidupannya, baik

dalam mengambil keputusan, penyikapan masalah termasuk didalamnya kematangan

psikologi maupun dalam hal lain yang lebih kompleks (Sarwono, 2007).

6. Tindakan Orangtua dalam Menikahkan Putrinya di Usia Dini

Perilaku merupakan tindakan atau praktik yang dilakukan oleh orangtua

dalam mengawinkan puterinya di usia remaja, dimana orangtua memilih untuk

mengawinkan puterinya di usia remaja atau tidak mengawinkan puterinya di usia

remaja. Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang

dapat dialami langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skinner

(1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang

terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu suatu perilaku terjadi

melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut

merespon perilaku atau tindakan responden memberikan respon tidak mengawinkan

puteri mereka di usia remaja karena adanya stimulus yang menganggap bahwa

perkawinan usia remaja dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi remaja

puteri (Notoatmodjo, 2003).

2.13. Faktor Pencegah Kehamilan Pada Usia Dini

Pencegahan kehamilan menjadi alternatif terbaik dibandingkan menggugurkan

kandungan yang pastinya hanya merugikan pihak perempuan. Ada beberapa cara

untuk mencegah agar tidak terjadi kehamilan antara lain:

1. Mencegah Kehamilan dengan Coitus Interuptus

Metode Coitus Interuptus juga dikenal dengan metode senggama terputus.

(50)

pria, seorang pria harus menarik penisnya dari vagina sehingga tidak setetespun

sperma masuk kedalam rahim wanita. Namun demikian walaupun teknik ini dapat

mencegah kehamilan, beberapa penelitian menyatakan keberhasilan teknik coitus

interuptus untuk mencegah kehamilan sangat dipengaruhi oleh kemampuan seorang

pria untuk merasakan tanda ejakulasi dan kecepatannya untuk menarik penis dan

mendapatkan orgasme di luar vagina. Karena banyak sekali pria yang tidak tahu pasti

kapan dia mengalami ejakulasi, presentase pencegahan kehamilan dengan teknik ini

menjadi sangat kecil. Untuk membuahi sel telur wanita, tidak dibutuhkan satu liter

sperma. Tapi hanya satu sel sperma saja.

2. Mencegah kehamilan dengan Teknik Kalender

Pencegahan kehamilan dengan teknik kalender sangat erat kaitannya dengan

kemampuan seorang wanita untuk mengetahui masa suburnya. Sperma dapat hidup

maksimal 3 s/d 5 hari di rahim wanita untuk menunggu terjadinya ovulasi dan segera

membuahi sel telur. Dengan teknik kalender, seorang wanita diharapkan dapat

mencegah terjadinya kehamilan dengan cara tidak melakukan hubungan intim di

waktu 3 s/d 5 hari sebelum masa subur tersebut dan 3 hari setelah masa subur (sel

telur dapat hidup selama maks 2 hari). Sama seperti metode sebelumnya, mencegah

kehamilan dengan teknik ini tidak mempunyai presentase keberhasilan sampai 100%

karena kesalahan penghitungan masa subur yang kurang tepat. Terlebih lagi bagi

wanita yang siklus menstruasinya tidak teratur, sehingga tidak dapat diperkirakan

secara pasti kapan ovulasi/masa subur terjadi, akhirnya tekhnik ini sangat tidak

(51)

3. Mencegah kehamilan dengan Alat Kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi merupakan satu hal yang paling masuk akal.

Walaupun tingkat keberhasilannya untuk mencegah kehamilan mendekati 100%

banyak dari masyarakat kita enggan untuk menggunakan alat kontrasepsi. Alat-alat

pencegah kehamilan tersebut antara lain:

a. Mencegah kehamilan dengan Kondom

Kondom merupakan satu cara favorit untuk mencegah kehamilan. Harga yang

murah dan penjualannya juga bebas. Kondom merupakan cara ampuh yang

dikampanyekan pemerintah untuk mencegah kehamilan maupun menghindari

HIV/AIDS. Namun demikian cara ini ternyata juga sering gagal dalam usaha

mencegah kehamilan. Biasanya kehamilan terjadi karena karet plastik kondom bocor

ataupun pada saat setelah ejakulasi dan laki-laki kurang hati-hati dalam menarik

penisnya. Sehingga sperma akhirnya bisa lolos dan merembes masuk ke dalam vagina

melalui pangkal penis laki-laki. Tetap harus diingat, walau pun Cuma setetes sperma,

tapi isinya berjuta-juta sel sperma.

b. Mencegah kehamilan dengan Pil KB

Pil KB merupakan satu pilihan lain untuk mencegah kehamilan. Pil KB yang

dirasa efektif untuk mencegah kehamilan biasanya PIL KB yang berisi kombinasi

hormon pencegah kehamilan. PIL KB sendiri bekerja mencegah kehamilan dengan

cara melindungi indung telur agar tidak melepaskan sel telur. Jika sel telur telah

(52)

3. Mencegah kehamilan dengan memakai susuk/Norplant/Implant

Hampir sama dengan PIL KB, susuk/implant ini setelah tertanam dalam tubuh

wanita akan mengeluarkan hormon pencegah kehamilan secara terus menerus.

Beberapa sumber menyatakan keberhasilan pencegahan kehamilan dengan teknik ini

mencapai hampir 99%.

4. Mencegah kehamilan dengan menggunakan Injeksi

Cara mencegah kehamilan dengan teknik ini adalah dengan cara

menyuntikkan obat Depo Provera yang berisikan hormon kedalam tubuh wanita

dalam waktu tertentu. Biasanya wanita yang ingin mencegah kehamilan diberi dua

opsi untuk melakukan suntik secara bulanan atau setiap tiga bulan sekali. Sama

dengan PIL KB dan susuk, tingkat keberhasilan metode ini untuk menceg

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep
Tabel 3.1. Skala Sikap Model Likert
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar Tahun 2014
Tabel 4.2.  Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar Tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Formasi Balikpapan diendapkan secara selaras di atas Formasi Pulubalang. Formasi ini terdiri dari selang seling antara batulempung dan batupasir dengan sisipan batubara dan batugamping

Berdasarkan hasil uji paired sample t-test dari data tersebut didapatkan nilai p = 0,000 dimana p &lt;0,05, hal ini bearti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat

Pendekat an

dari beberapa tahapan yang mengikuti langkah Borg and Gall, antara lain tahapan studi pendahuluan, mengumpulkan informasi, desain produk awal, validasi produk awal, dan

Dengan empat orang informan utama dan satu orang informan pendamping.Hasil: Persepsi perilaku seks bebas pada remaja, remaja memiliki presepsi negatif terhadap perilaku

Pada Tanggal 15 Agustus 2008, Prita Mulyasari atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan Agustus 2008, bertempat di Rumah Sakit Internasional Bintaro Tangerang

atau online yang dimana media tersebut diatur dalam Undang-undang khusus atau disebut lex spesialis tertuang dalam UU Nomor 11 Tahun 2008 ITE dan sudah berubah

1) Murabahah adalah akad jual beli antara lembaga keuangan dan nasabah atas suatu jenis barang tertentu dengan harga yang disepakati bersama. Lembaga keuangan akan