• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Gunarsa (2004), keharmonisan keluarga ialah

bilamana seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh

berkurangnya ketegangan, kekecewaan dan puas terhadap seluruh

keadaan dan keberadaan dirinya (eksistensi dan aktualisasi diri) yang

meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial.

Keharmonisan keluarga adalah keadaan keluarga yang serasi

dan seimbang di dalam keluarga, saling memuaskan kebutuhan

anggota lainnya serta memperoleh pemuasan atas segala kebutuhannya

(Nurzainun, 2006). Sedangkan menurut Hawari (1997), keharmonisan

keluarga itu akan terwujud apabila masing-masing unsur dalam

keluarga itu dapat berfungsi dan berperan sebagaimana mestinya dan

sosial yang harmonis antar unsur dalam keluarga itu akan dapat

diciptakan.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa

keharmonisan keluarga adalah keadaan keluarga yang bahagia, serasi

dan seimbang sehingga masing – masing anggota keluarga merasa

puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan dirinya yang meliputi

aspek fisik, mental, emosi dan sosial.

2. Aspek-Aspek Keharmonisan Keluarga

Hawari (dalam Murni, 2004) mengemukakan enam aspek sebagai

suatu pegangan hubungan keluarga harmonis adalah:

a. Menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga.

Sebuah keluarga yang harmonis ditandai dengan terciptanya

kehidupan beragama dalam rumah tersebut. Hal ini penting karena

dalam agama terdapat nilai-nilai moral dan etika kehidupan.

b. Mempunyai waktu bersama keluarga

Keluarga yang harmonis selalu menyediakan waktu untuk

bersama keluarganya, baik itu hanya sekedar berkumpul, makan

bersama, menemani anak bermain dan mendengarkan masalah dan

keluhan-keluhan anak, dalam kebersamaan ini anak akan merasa

dirinya dibutuhkan dan diperhatikan oleh orangtuanya, sehingga anak

c. Mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga

Komunikasi yang baik dalam keluarga akan dapat membantu

remaja untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya di luar

rumah, dalam hal ini selain berperan sebagai orangtua, ibu dan ayah

juga harus berperan sebagai teman, agar anak lebih leluasa dan terbuka

dalam menyampaikan semua permasalahannya.

d. Saling menghargai antar sesama anggota keluarga

Furhmann (dalam Murni, 2004) mengatakan bahwa keluarga

yang harmonis adalah keluarga yang memberikan tempat bagi setiap

anggota keluarga menghargai perubahan yang terjadi dan mengajarkan

ketrampilan berinteraksi sedini mungkin pada anak dengan lingkungan

yang lebih luas.

e. Kualitas dan kuantitas konflik yang minim.

Jika dalam keluarga sering terjadi perselisihan dan

pertengkaran maka suasana dalam keluarga tidak lagi menyenangkan.

Dalam keluarga harmonis setiap anggota keluarga berusaha

menyelesaikan masalah dengan kepala dingin dan mencari

f. Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga.

Hubungan yang erat antar anggota keluarga juga menentukan

harmonisnya sebuah keluarga, apabila dalam suatu keluarga tidak

memiliki hubungan yang erat maka antar anggota keluarga tidak ada

lagi rasa saling memiliki dan rasa kebersamaan akan kurang.

D. HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR

Masa remaja adalah masa yang penting bagi perkembangan prestasi

karena selama masa inilah remaja membuat keputusan – keputusan penting

sehubungan dengan masa depan pendidikan dan pekerjaan. Bagi seorang

remaja, jika ia bisa memiliki prestasi baik di sekolah, pada umumnya akan

meratakan jalan untuk memperoleh sekolah lanjutan yang lebih baik, bahkan

nantinya akan berlanjut kepada pencarian pekerjaan yang lebih baik

(Mahmud, 1989).

Usia remaja merupakan usia kritis karena remaja mulai memikirkan

tentang prestasi yang dihasilkannya dan prestasi tersebut terkait dengan bidang

akademis mereka. Siswa SMA yang tergolong dalam remaja akhir juga mulai

memikirkan tentang masa depannya. Hal ini membuat siswa SMA

memperhatikan dan mengejar prestasi belajar di sekolah karena melalui

prestasi belajar, siswa dapat meraih keinginannya dalam mempersiapkan karir

Keberhasilan siswa dalam meraih prestasi belajar dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain tingkat kecerdasan yang baik, ada minat dan

perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar,

cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran yang dikembangkan guru.

Suasana keluarga yang mendorong anak untuk maju, selain itu lingkungan

sekolah yang tertib, teratur dan disiplin merupakan pendorong dalam proses

pencapaian prestasi belajar (Tu`u, 2004).

Seperti yang telah disebutkan diatas, lingkungan keluarga menjadi

salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak dalam meraih prestasi

belajar di sekolah. Keluarga memberikan pengaruh utama dan pertama bagi

kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Pengaruh - pengaruh

tersebut antara lain banyak sedikitnya perhatian yang diberikan oleh orang tua

pada anak, pola pengasuhan orang tua, hubungan interpersonal dan interaksi

antara orang tua dengan anak. Menurut Tu’u (2004), perjumpaan dan interaksi

tersebut sangat besar pengaruhnya bagi perilaku dan prestasi seseorang.

Selain hal diatas, harmonis atau tidaknya keluarga juga akan

memberikan dampak pada setiap anggota keluarga. Misalnya, seorang anak

yang merasa keluarganya harmonis akan menganggap rumah mereka sebagai

suatu tempat yang membahagiakan karena semakin sedikit masalah antara

orangtua, maka semakin sedikit masalah yang dihadapi anak. Hal ini akan

menciptakan suasana yang kondusif untuk proses belajar anak sehingga

diharapkan akan membantu anak dalam mencapai prestasi yang diharapkan.

harmonis maka ia akan terbebani dengan masalah yang sedang dihadapi di

dalam keluarganya tersebut. Suasana di dalam rumah menjadi tidak tenang

sehingga rumah menjadi tempat yang kurang menyenangkan untuk proses

belajar anak karena banyaknya konflik dan permasalahan. Hal ini akan

mengganggu konsentrasi anak dalam belajar dan membuat suasana hati anak

menjadi kurang baik untuk belajar, sehingga akan mempengaruhi prestasi

belajarnya di sekolah.

Dokumen terkait