• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR REMAJA AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR REMAJA AKHIR"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Aditya Advian Natali NIM: 069114011

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

boleh menyesali resikonya”

(5)

v

perkenankanlah aku mengucap syukur kepada-MuTuhan yang memiliki dan

mengendalikan kehidupanku,karena Engkau sungguh baik, menjadi teladan

yang tak tergantikan dalam hidup, menjadi sumber cinta, pengharapan dan kasih.

Terima kasih Tuhan atas berkat-Mu sehingga aku bisa menyelesaikan penulisan

skripsi ini, karenatanpa kasih-Musemua ini hanya akan menjadiselembar

kertas kosong…

(6)
(7)

vii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar remaja akhir. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar siswa. Penelitian dilaksanakan di SMA N 9 Yogyakarta pada siswa kelas XI IS dan XI IA 5. Subjek penelitian berjumlah 59 siswa yang ditentukan dengan cara purposive samplingdengan karakteristik subyek (1) Siswa – siswi SMA yang berada pada rentang usia remaja akhir yaitu umur 16 sampai 18 tahun, (2) Subyek tinggal bersama dengan kedua orangtua, (3) Subyek memiliki nilai – nilai ujian yang lengkap. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala keharmonisan keluarga yang dibuat dengan model skala likert serta laporan hasil belajar siswa berupa nilai yang diperoleh siswa pada semester satu. Reliabilitas skala keharmonisan keluarga diuji dengan menggunakan metode koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dan diperoleh hasil sebesar 0,962. Berdasarkan analisis korelasiPearson Product Momentdiperoleh hasil koefisien korelasi sebesar r = 0,176 dengan taraf signifikansi sebesar 0,091 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan positif yang signifikan antara keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar remaja akhir sehingga hipotesis dalam penelitian ini ditolak.

(8)

viii

ABSTRACT

The research was aimed to investigate the relationship between the family harmony with the learning achievement of adolescent. Hypothesis that was proposed in the research was that there was positive relationship between the family harmony with the students’ learning achievement. The research was carried out at SMA N 9 Yogyakarta to the students of grade XI IS and XI IA5. The subjects were 59 students who were determined using purposive sampling technique with the characteristics of the research subject (1) the students of senior high school in the range of adolescent’s ages of 16 to 18 years old, (2) living with both of their parents, (3) subjects had complete value of test. The data collecting in the research used the perception scale towards the family harmony that was made through Likert’s scale and the value of the learning achievement which was achieved by the students in the first semester. The reliability of the family harmony scale was estimated using reliability coefficients method of Alpha Cronbach and provided the value of 0.962. The correlation coefficient between family harmony and achievement was r = 0.176 with significant levels 0.091 (p > 0.05). The result showed that there was not significant positive relationship between family harmony with learning achievement of the students so that the hypothesis in the research was declined.

(9)
(10)

x

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih

dan penyertaan-Nya yang tak berkesudahan, hingga akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Antara Keharmonisan Keluarga

dengan Prestasi Belajar.”

Terwujudnya penulisan skripsi ini tidak lepas dari adanya dukungan

berbagai pihak, oleh karena itu penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima

kasih yang tulus kepada:

1. Ibu Dr. Ch. Siwi H, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta,

2. Ibu Titik Kristiyani, M.Psi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan banyak waktu, arahan, kesabaran, ketelitian, kritik dan saran

yang sangat membangun dalam penyusunan skripsi ini,

3. Bapak Agung Santoso, MA, Bapak Y. Heri Widodo, M.Psi. dan Ibu Titik

Kristiyani, M.Psi. selaku dosen penguji skripsi. Terima kasih atas segala

masukan, arahan dan saran sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah

mendidik dan mengajar dengan baik selama penulis mengikuti kuliah. Terima

kasih atas semua jasa dan ilmu pengetahuan yang diberikan.

5. Seluruh karyawan dan karyawati yang telah memberikan perhatian dan

pelayanan yang tulus dan asertif (mas Muji, mas Gandung, mas Doni, mbak

(11)

xi penelitian,

7. Orang tuaku, Bapak Renung Bakirna dan Ibu Tri Hastuti Wahyuningsih, aku

bersyukur kepada Tuhan karena memulai kehidupanku di dunia melalui

kalian. Terima kasih untuk semua cinta, usaha, pengorbanan yang begitu besar

dan kasih yang tak terhapuskan. Terima kasih juga atas semua doa – doa

bapak & ibu sehingga aku bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini,

8. Kakakku Hanung Kriswibowo dan adikku Atmaka Kosala Labdajaya, terima

kasih karena kalian telah menjadi saudara dan sahabat yang menyenangkan

serta selalu mendukung apa yang kukerjakan. Terima kasih juga untuk mbak

Ditya yang selalu memberikan semangat dan dukungannya, serta untuk

keponakanku Radit (RDT) yang ganteng dan lucu terima kasih karena telah

menjadi sumber keceriaan baru dalam keluarga,

9. Seluruh keluarga besarku (eyang, pakde, bude, om, tante, dan seluruh

saudaraku) yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas

segala bentuk dukungan yang diberikan dan rasa persaudaraan yang erat di

antara kita,

10. Margaretha Normanitha Shintya Dewi, dewi kecil yang memberikan perhatian, kasih sayang dan cinta yang menyejukkan. Terima kasih karena

selalu mendukung apa yang kulakukan, memberi motivasi dan selalu

(12)

xii keluarga kita,

12. Sahabat – sahabat di Psikologi yang telah memberikan banyak warna dalam

masa – masa belajar di kampus (Satria, Berto, Coro, Agung 05, Noby, Chika,

Viany, Kesed, Mia, Cacha, Lily, Adel 07, Eriza, Liem, Ari, Timmo, Manto,

Liza, Ayuk, Crish, Clare, Vivin, Endy, Guntur) dan seluruh teman – teman

yang pernah berdinamika bersamaku, kalian semua tidak akan pernah

terlupakan,

13. Kedua sahabatku (Rully dan Ayuk), terima kasih banyak atas semua waktu

dan persahabatan tanpa syarat yang kalian berikan selama ini,

14. Teman – teman GIGA band (Mas Boni, Vishnu, Indra, Leo, dan Foo), mari

terus bermusik dan berkarya untuk masa depan kita, terima kasih karena

kalian membuatku mengerti banyak tentang musik, persahabatan dan usaha

untuk terus menjadi lebih baik,

15. Teman – teman GKJ Prambanan yang selalu mendoakanku dan memberikan

motivasi terutama rekan Komunitas Tumbuh Bersama (mas Nug, mbak Ari,

mbak Mim, mbak Nensi, Sia, Dita, Nining, Siska, Agung, Satria, Enggi, Adis,

Yonatan, Yoan, Andre, mas Ian, Wawan, dll). Terima kasih karena

membantuku dalam pertumbuhan iman kepada Tuhan. Tuhan memberkati,

16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas

(13)

xiii

pihak yang membacanya dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 2 Agustus 2010 Penulis,

(14)

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… ii

HALAMAN PENGESAHAN ………..

HALAMAN MOTTO ………

HALAMAN PERSEMBAHAN ………

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………

ABSTRAK ……….

ABSTRACT ………...

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ………

KATA PENGANTAR ………...

BAB I PENDAHULUAN ……….... 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ………. 4

C. Tujuan Penelitian…...………

D. Manfaat Penelitian ………

4

5

BAB II LANDASAN TEORI………... 6

A. Remaja Akhir ………..………...

1. Definisi Remaja Akhir……….. 6

(15)

ii

B. Prestasi Belajar ….………..

1. Pengertian Belajar ………

2. Pengertian Prestasi Belajar………

3. Kriteria Penilaian Prestasi Belajar…..………..

4. Pengukuran Prestasi Belajar………...………...

5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar …………

C. Keharmonisan Keluarga ……….

1. Pengertian Keharmonisan Keluarga………..…………

2. Aspek – Aspek Keharmonisan Keluarga……….. 10

D. Hubungan antara Keharmonisan Keluarga dengan Prestasi Belajar...

E. Hipotesis………..

F. Skema Hubungan antara Keharmonisan Keluarga dengan Prestasi

Belajar………... 26

28

29

BAB III METODE PENELITIAN……….………

A. Jenis Penelitian ………...

B. Identifikasi Variabel Penelitian ………..

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian………

1. Keharmonisan Keluarga…..………..

2. Prestasi Belajar ….………

D. Subyek Penelitian ………...

(16)

iii

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ...………...

1. Validitas Alat Pengumpulan Data .………...

2. Reliabilitas Alat Tes ………..………...

G. Uji Coba Alat Tes ………..

1. Proses Uji Coba ………

2. Hasil Uji Coba Alat Tes………

H. Teknik Analisis Data ………..

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………...

A. Persiapan Penelitian ………...

B. Pelaksanaan Penelitian ………...

C. Deskripsi Subyek Penelitian ………..

D. Deskripsi Data Penelitian………

1. Data Keharmonisan Keluarga .……….

2. Data Prestasi Belajar Subyek Penelitian …….……….

E. Hasil Uji Hipotesis ……….………

1. Uji Asumsi………

2. Uji Hipotesis Hubungan ………...

F. Pembahasan ………

(17)
(18)

v

Tabel 2 Blueprint Skala Keharmonisan Keluarga Sebelum Uji

Coba……… 36

Tabel 3 Blueprint Skala Keharmonisan Keluarga Setelah Uji Korelasi Aitem Total………... 43

Tabel 4 Blueprint Skala Keharmonisan Keluarga Setelah Uji Coba……… 44

Tabel 5 Data Keharmonisan Keluarga... 48

Tabel 6 Data Prestasi Belajar Subyek Penelitian………... 49

Tabel 7 Hasil Uji Normalitas... 50

(19)

xv

Lampiran 1 Skala Uji Coba……….. 60

Lampiran 2

Lampiran 3

Reliabilitas Skala Uji Coba………...

Skala Penelitian………. 65

71

Lampiran 4 Data Leger Nilai Semester Satu Tahun Pelajaran 2009/2010 SMA

9 Yogyakarta………. 76

Lampiran 5

Lampiran 6

Lampiran 7

Analisis Data Skala Penelitian………..

Reliabilitas Skala Penelitian……….

Deskriptif Statistik……… 79

80

85

Lampiran 8 Hasil Uji Normalitas... 86

Lampiran 9 Hasil Uji Linieritas ………... 86

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak

dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan

berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Papalia dan

Olds, 2001). Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal

(13 hingga 16 tahun) dan masa remaja akhir (16 hingga 18 tahun). Masa remaja

awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu

telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.

Dalam setiap tahap perkembangan kehidupan manusia terdapat tugas

perkembangan yang harus dilalui. Pada remaja akhir, tugas perkembangan utama

bagi individu adalah mencapai kemandirian, namun berfokus pada persiapan diri

untuk benar – benar terlepas dari orang tua, membentuk pribadi yang bertanggung

jawab, mempersiapkan karir ekonomi, dan membentuk ideologi pribadi yang di

dalamnya juga meliputi penerimaan terhadap nilai dan sistem etik (Kimmel,

1995).

Seperti yang telah dijabarkan diatas, salah satu tugas perkembangan

remaja akhir adalah mencapai kemandirian dan mempersiapkan karir ekonomi

untuk masa yang akan datang. Hal tersebut akan dimulai dari keberhasilan remaja

dalam masa studinya. Menurut Santrock (1998), keberhasilan atau kegagalan yang

diperoleh pada masa remaja dapat menjadi prediktor hasil yang akan diperoleh

(21)

remaja pada saat dewasa. Terkait dengan pendapat diatas, Gunarsa (2002)

menambahkan bahwa keberhasilan pada remaja sangat terkait dengan

keberhasilannya pada prestasi belajar di sekolah.

Prestasi belajar sangat penting bagi remaja karena selain untuk mencapai

kemandirian dan mempersiapkan karir ekonomi di masa mendatang, prestasi

belajar juga dapat memenuhi kebutuhan remaja untuk memperoleh status sosial

terutama dengan teman – teman sebayanya. Menurut Prayitno (2006), apabila

kebutuhan remaja tidak terpenuhi akan timbul perasaan kecewa, malu dan frustasi

sehingga remaja akan bertindak agresif, egosentris, dan menarik diri. Dewasa ini,

dunia pendidikan dikejutkan dengan banyaknya siswa SMA melakukan aksi

bunuh diri karena tidak lulus Ujian Nasional (UN). Salah satunya adalah seorang

siswi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Muarojambi, Provinsi Jambi,

Sri Wahyuningsih (18), yang mengakhiri hidupnya dengan menenggak pupuk

tanaman seusai melihat hasil pengumuman UN (Kompas online, 2010).

Fenomena memprihatinkan yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia ini

menunjukkan bahwa prestasi belajar merupakan hal penting dalam kehidupan

remaja akhir.

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes

atau angka nilai yang diberikan guru (Tu`u, 2004). Prestasi belajar siswa di

sekolah dioperasionalisasikan dalam bentuk indikator berupa nilai raport(Azwar,

2007). Dalamraporttercantum nilai – nilai yang menunjukkan kemampuan siswa

(22)

satu kelas sehingga prestasi belajar siswa tersebut dapat dibandingkan dengan

prestasi siswa lainnya.

Keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar dipengaruhi oleh

beberapa faktor baik faktor internal maupun eksternal. Menurut Syah (1995),

secara global faktor – faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan

menjadi tiga macam yaitu faktor internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan

atau kondisi jasmani dan rohani; faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu

kondisi di lingkungan sekitar siswa; dan faktor pendekatan belajar (approach to

learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang

digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi – materi

pelajaran.

Lingkungan keluarga termasuk dalam salah satu faktor eksternal yang

dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Ada berbagai macam aspek yang

terdapat di dalam keluarga seperti pola asuh orang tua, interaksi anggota keluarga,

status sosio-ekonomi, dll. Salah satu hal yang menarik bagi peneliti adalah aspek

keharmonisan keluarga karena sejauh ini belum ada penelitian mengenai kaitan

antara keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar, sedangkan keharmonisan

keluarga adalah salah satu hal yang sangat dapat dirasakan oleh anggota keluarga.

Menurut Gunarsa (2004), keharmonisan keluarga ialah bilamana seluruh anggota

keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan,

kekecewaan dan puas terhadap seluruh keadaan keberadaan dirinya yang meliputi

(23)

Harmonis atau tidaknya keluarga akan memberikan dampak pada setiap

anggota keluarga. Misalnya, seorang anak yang merasa keluarganya harmonis

akan mempersepsi rumah mereka sebagai suatu tempat yang membahagiakan

karena semakin sedikit masalah antara orangtua, maka semakin sedikit masalah

yang dihadapi anak. Hal ini akan menciptakan suasana yang kondusif untuk

proses belajar anak sehingga diharapkan akan membantu anak dalam mencapai

prestasi yang diharapkan. Sebaliknya, jika anak mempersepsi keluarganya

berantakan atau kurang harmonis maka ia akan terbebani dengan masalah yang

sedang dihadapi di dalam keluarganya tersebut. Suasana di dalam rumah menjadi

tidak tenang sehingga rumah menjadi tempat yang kurang menyenangkan untuk

proses belajar anak karena banyaknya konflik dan permasalahan. Hal ini akan

mengganggu konsentrasi anak dalam belajar dan membuat suasana hati anak

menjadi kurang baik untuk belajar, sehingga akan mempengaruhi prestasi

belajarnya di sekolah.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, penulis ingin

mengetahui apakah ada hubungan antara keharmonisan keluarga dengan prestasi

belajar remaja akhir.

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara

(24)

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Sebagai tambahan literatur di bidang psikologi belajar dan psikologi

perkembangan mengenai hubungan antara keharmonisan keluarga dengan

prestasi belajar remaja akhir.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan orangtua, sekolah,

dan remaja akhir mengenai kaitan antara faktor eksternal yaitu keharmonisan

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. REMAJA AKHIR

1. Definisi Remaja Akhir

Dalam penelitian ini, peneliti memilih remaja akhir sebagai subyek

penelitian. Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja

awal (13 hingga 16 tahun) dan masa remaja akhir (16 hingga 18 tahun).

Berdasarkan pendapat Hurlock diatas dapat disimpulkan bahwa remaja

akhir berada pada rentang usia antara 16 hingga 18 tahun.

Remaja akhir adalah tahap untuk mencapai kedewasaan karena

pada masa ini kebanyakan remaja telah mampu menentukan suatu kode

moral dan relatif merasa senang dengan hubungan seksual. Walaupun

masih sering timbul keraguan tentang dirinya, perkembangan kognitifnya

akan terus berkembang dengan cara berpikir secara logis dan prihatin akan

masa depan.

2. Karakteristik Remaja Akhir

Makmun, (2003) memerinci karakteristik perilaku dan pribadi pada

masa remaja, yang terbagi ke dalam bagian dua kelompok yaitu remaja

awal (11-13 s.d. 14-15 tahun) dan remaja akhir (14-16 s.d. 18-20 tahun)

meliputi aspek: fisik, psikomotor, bahasa, kognitif, sosial, moralitas,

(26)

keagamaan, konatif, emosi afektif dan kepribadian. Berikut ini akan

dijelaskan karakteristik pada remaja akhir melalui masing – masing aspek:

a. Aspek Fisik

Laju perkembangan secara umum kembali menurun, sangat

lambat; Proporsi ukuran tinggi dan berat badan lebih seimbang

mendekati kekuatan orang dewasa; Kesiapan berfungsinya

organ-organ reproduktif seperti pada orang dewasa.

b. Aspek Psikomotor

Gerak gerik mulai mantap; Jenis dan jumlah cabang permainan

lebih selektif dan terbatas pada keterampilan yang menunjang kepada

persiapan kerja.

c. Aspek Bahasa

Lebih memantapkan diri pada bahasa asing tertentu yang

dipilihnya; Menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung

nilai-nilai filosofis, etis, religius.

d. Aspek Kognitif

Sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal

disertai kemampuan membuat generalisasi yang lebih bersifat

konklusif dan komprehensif; Tercapainya titik puncak kedewasaan

bahkan mungkin mapan (plateau) yang suatu saat (usia 50-60) menjadi

deklinasi; Kecenderungan bakat tertentu mencapai titik puncak dan

(27)

e. Aspek Sosial

Bergaul dengan jumlah teman yang lebih terbatas dan selektif dan

lebih lama (teman dekat); Kebergantungan kepada kelompok sebaya

berangsur fleksibel, kecuali dengan teman dekat pilihannya yang

banyak memiliki kesamaan minat.

f. Aspek Moralitas

Sudah dapat memisahkan antara sistem nilai – nilai atau normatif

yang universal dari para pendukungnya yang mungkin dapat berbuat

keliru atau kesalahan; Sudah berangsur dapat menentukan dan menilai

tindakannya sendiri atas norma atau sistem nilai yang dipilih dan

dianutnya sesuai dengan hati nuraninya; Mulai dapat memelihara jarak

dan batas-batas kebebasannya mana yang harus dirundingkan dengan

orang tuanya

g. Aspek Keagamaan

Eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai

dipahamkan dan dihayati menurut sistem kepercayaan atau agama

yang dianutnya; Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari mulai

dilakukan atas dasar kesadaran dan pertimbangan hati nuraninya

sendiri secara tulus ikhlas; Mulai menemukan pegangan hidup.

h. Aspek Konatif, Emosi, Afektif dan Kepribadian

Sudah menunjukkan arah kecenderungan tertentu yang akan

mewarnai pola dasar kepribadiannya; Reaksi-reaksi dan ekspresi

(28)

Kecenderungan titik berat ke arah sikap nilai tertentu sudah mulai jelas

seperti yang akan ditunjukkan oleh kecenderungan minat dan pilihan

karier atau pendidikan lanjutannya; yang juga akan memberi warna

kepada tipe kepribadiannya; Kalau kondisi psikososialnya menunjang

secara positif maka mulai tampak dan ditemukan identitas

kepriba-diannya yang relatif definitif yang akan mewarnai hidupnya sampai

masa dewasa.

3. Tugas Perkembangan Remaja Akhir

Dalam setiap tahap perkembangan kehidupan manusia terdapat

tugas perkembangan yang harus dilalui, begitu pula dalam tahap

perkembangan remaja. Havighurst dalam (Kimmel, 1995) menawarkan

suatu konsep tugas perkembangan yang meliputi pengetahuan,

keterampilan, sikap atau fungsi yang diharapkan dapat dicapai oleh

individu pada setiap tahap perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan

ini harus dicapai sebelum seorang individu melangkah ke tahapan

perkembangan selanjutnya. Apabila seorang individu gagal dalam

memenuhi tugas perkembangannya, maka ia akan sulit untuk memenuhi

tugas perkembangan fase selanjutnya. Atau, apabila ia gagal melaksanakan

tugas perkembangannya pada waktu yang tepat, maka ia akan mengalami

kesulitan untuk menyelesaikannya di waktu yang lain, atau melaksanakan

(29)

Pada remaja akhir, tugas perkembangan utama bagi individu adalah

mencapai kemandirian, namun berfokus pada persiapan diri untuk

benar-benar terlepas dari orang tua, membentuk pribadi yang bertanggung jawab,

mempersiapkan karir ekonomi, dan membentuk ideologi pribadi yang di

dalamnya juga meliputi penerimaan terhadap nilai dan sistem etik

(Kimmel, 1995).

B. PRESTASI BELAJAR 1. Pengertian Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil

tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana proses

belajar yang dialami oleh siswa.

Menurut Winkel (1996) belajar adalah “suatu aktivitas mental/

psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan,

yang menghasilkan perubahan - perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara

relatif konstan.

Selanjutnya menurut Slameto (2003), belajar ialah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

(30)

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa

belajar adalah suatu kegiatan aktif yang dilakukan oleh seseorang untuk

mendapatkan perubahan tingkah laku, pengetahuan, ketrampilan dan sikap

yang bersifat permanen.

2. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah kemampuan siswa untuk mencapai target

yang telah ditetapkan dalam suatu program pendidikan. Prestasi itu dapat

diukur melalui evaluasi belajar terhadap siswa baik melalui ujian maupun

tes (Syah, 2004). Sedangkan menurut Azwar (2007), keberhasilan siswa

dalam belajar ditunjukkan oleh prestasi belajar siswa melalui tes hasil

belajar yang diberikan dan dinilai oleh guru, baik pada pertengahan

maupun akhir periode belajar.

Sementara menurut Winkel (2007) prestasi belajar merupakan

suatu hasil dari suatu proses belajar yang terjadi pada anak sekolah yang

hasilnya berupa ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap.

Prestasi belajar siswa terfokus pada nilai atau angka yang dicapai

siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut terutama

dilihat dari sisi kognitif, karena aspek ini yang sering dinilai oleh guru

untuk melihat penguasaan pengetahuan sebagai ukuran pencapaian hasil

belajar siswa (Arifin, 1991).

Dari berbagai macam pengertian prestasi belajar tersebut dapat

(31)

anak didik setelah melalui kegiatan belajar yang ditunjukkan dengan nilai

tes yang diberikan guru.

3. Kriteria Penilaian Prestasi Belajar

Penilaian adalah hasil pengukuran dan penentuan pencapaian hasil

belajar, sementara evaluasi adalah penentuan nilai suatu program dan

penentuan pencapaian tujuan suatu program. Adapun tujuan penilaian

meliputi:

1. Menilai kemampuan individual melalui tugas tertentu.

2. Menentukan kebutuhan pembelajaran

3. Membantu dan mendorong siswa

4. Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik

5. Menentukan strategi pembelajaran

6. Akuntabilitas lembaga

7. Meningkatkan kualitas pendidikan

Depdiknas (2003) mengemukakan penilaian adalah suatu proses

sistematis yang mengandung pengumpulan informasi, menganalisis dan

menginterpretasi informasi tersebut untuk membuat keputusan keputusan.

Selain pengertian diatas ada beberapa pendapat mengenai pengertian

penilaian antara lain :

1. Hamalik (2003) mengemukakan bahwa penilaian adalah suatu proses

(32)

menilai (assess) keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang

suatu sistem pengajaran.

2. Arikunto (1997) mengemukakan bahwa penilaian dalam pendidikan

adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan atau

sekolah. Guru ataupun pengelola pengajaran mengadakan penilaian

dengan maksud melihat apakah usaha yang dilakukan melalui

pengajaran sudah mencapai tujuan. Dari beberapa arti penilaian yang di

utarakan di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa penilaian dapat di

lakukan setelah diperoleh informasi proses dan hasil belajar siswa.

Penilaian merupakan salah satu bagian yang penting dalam

rangkaian proses pendidikan dan pengajaran. Dapat dikatakan semua

kegiatan pendidikan dan pengajaran baik tidaknya di tentukan oleh

penilaian, dan tentunya di dalam prakteknya tidak melihat hasil baiknya

saja tetapi juga harus melihat kriteria atau hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam penilaian, antara lain:

1. Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu kognitif,

afektif, dan psikomotor.

2. Menggunakan berbagai cara penilaian pada waktu kegiatan belajar

sedang berlangsung

3. Pemilihan alat dan jenis penilaian berdasarkan rumusan tujuan

(33)

4. Mengacu pada tujuan dan fungsi penilaian,misal pemberian umpan

balik,memberikan laporan pada orang tua,dan pemberian informasi

pada siswa tentang tingkat keberhsilan belajarnya.

5. Alat penilaian harus mendorong kemapuan penalaran dan kreativitas

siswa, misalnya tes tertulis uraian, portofolio, hasil karya siswa,

observasi dan lain-lain.

6. Penilaian dapat dilakukan melalui tes dan non tes.

7. Mengacu pada prinsip diferensiasi,yakni memberikan peluang kepada

siswa untuk menunjukkan apa yang diketahui, yang dipahami, dan

mampu dilakukannya.

8. Tidak bersifat diskriminasi, yakni untuk memilih-milih mana siswa

yang berhasil dan mana yang gagal dalam menerima pembelajaran

(Depdiknas,2003) Sumber : Laporan Penilaian Hasil Belajar

(Depdiknas,2003)

Adapun ketentuan-ketentuan dalam kriteria penilaian adalah sebagai berikut:

1. Nilai Kognitif dan Psikomotor dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat

dengan rentang 0 – 100

(34)

3. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk setiap mata pelajaran di setiap

jenjang diputuskan melalui Rapat Kerja Sekolah.

4. Remedial maksimal dapat dilakukan tiga kali, nilai remedial setiap

kompetensi dasar maksimal sama dengan KKM setiap kompetensi dasar.

5. Nilai raport kognitif = rata-rata kumulatif setiap standar kompetensi (SK),

rata-rata SK diperoleh dari rata-rata kompetensi dasar (KD)

6. Nilai raport psikomotor = rata-rata kumulatif setiap standar kompetensi

(SK), sedang rata-rata SK diperoleh dari rata-rata Kompetensi dasar (KD)

7. Nilai raport Afektif = rata-rata kumulatif nilai afektif ( dengan nilai A=

sangat baik, B= baik, C= cukup baik, D= kurang baik, E= tidak baik )

8. Nilai raport semester 1 adalah rerata nilai kumulatif satu semester, nilai

raport semester 2 adalah rerata nilai kumulatif satu tahun.

Nilai ketuntasan standar kompetensi ideal yaitu 100, namun standar

nilai ini disesuaikan dengan tiap sekolah dengan berbagai alasan yang

melatarbelakanginya. Guru dan sekolah dapat menetapkan nilai ketuntasan

minimum secara bertahap dan terencana agar memperoleh nilai ideal.

Siswa yang belum tuntas harus mengikuti program remedial.

4. Pengukuran Prestasi Belajar

Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal

dengan tes prestasi belajar. Azwar (2007) mengemukakan tentang tes

(35)

sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang

dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi

belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap

performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi

yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi

belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan

ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.

Menurut Djamarah (2002) untuk mengukur dan mengevaluasi

tingkat keberhasilan belajar dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar.

Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat

digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut:

a. Tes Formatif

Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa

pokok bahasan tertentu dengan bertujuan untuk memperoleh gambaran

tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tertentu

b. Tes Subsumatif

Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah

diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh

gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi

belajar siswa.

c. Tes Sumatif

Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap

(36)

semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk

menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu

periode belajar tertentu.

Pengukuran prestasi belajar menurut Mulyana (2002) antara lain

dengan menggunakan kegiatan:

a. Ulangan Umum

Ulangan umum dilaksanakan bersama-sama kelas pararel dan

ulangan umum bersama di tingkat rayon, kecamatan, kodya atau

kabupaten maupun propinsi.

b. Ujian Akhir

Ujian akhir dilakukan pada akhir program pendidikan. Hasil

evaluasi ujian akhir ini dipergunakan untuk menentukan kelulusan bagi

setiap peserta didik.

Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan

siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar (Syah, 1995). Di

antara norma-norma pengukuran tersebut adalah:

1) Norma skala dari 0-10

2) Norma skala dari 0-100

Fudyartanto (2002) mengungkapkan bahwa di sekolah perlu

diadakan pengukuran untuk mengetahui sejauh mana pencapaian dan

(37)

pengukuran tersebut dapat dipakai sebagai umpan balik atau bahan

masukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar, penyediaan

sarana belajar dan sebagainya. Hasil pengukuran juga dapat

dipergunakan untuk meningkatkan prestasi belajar dan peningkatan

kualitas pendidikan.

5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Syah (1995), secara global faktor – faktor yang

mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam:

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi

jasmani dan rohani.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi di lingkungan

sekitar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya

belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa

untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi – materi pelajaran.

Faktor – faktor diatas dapat saling berkaitan satu sama lain dalam

hubungannya dengan prestasi belajar yang diperoleh seseorang. Berikut ini

akan dijabarkan faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa:

a. Faktor Internal

Faktor yang berasal dari dalam individu sendiri meliputi dua

aspek, yakni: aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek

(38)

1) Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang

menandai tingkat kebugaran organ – organ tubuh dan sendi –

sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa

dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah,

apalagi jika disertai pusing – pusing kepala misalnya, dapat

menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang

dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Kondisi organ –

organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengaran

dan indera penglihatan, juga sangat mempengaruhi kemampuan

siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan.

2) Aspek Psikologis

a) Inteligensi

Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai

kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau

menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat

(Reber, 1988). Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa

tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat

keberhasilan belajar siswa.

b) Sikap

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif

(39)

cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, barang, dan

sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa

yang positif maupun negatif terutama kepada guru dan mata

pelajaran yang disajikan dapat mempengaruhi proses belajar

siswa tersebut dan kemudian akan mempengaruhi prestasi

belajarnya.

c) Bakat

Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang

dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa

yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Dalam

perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai

kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa

banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Siswa

yang berbakat di suatu bidang, akan jauh lebih mudah

menyerap informasi, pengetahuan, dan ketrampilan yang

berhubungan dengan bidang tersebut. Oleh sebab itu, bakat

akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar

siswa pada bidang – bidang studi tertentu.

d) Minat

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang

(40)

siswa yang menaruh minat besar terhadap suatu bidang studi

akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa

lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif

terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk

belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang

diinginkan.

e) Motivasi

Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal

organisme (manusia ataupun hewan) yang mendorongnya

untuk berbuat sesuatu. Dalam pengetian ini, motivasi berarti

pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman,

1989; Reber, 1988). Dalam perkembangan selanjutnya,

motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi

intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan

keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat

mendorongnya melakukan tindakan belajar, seperti perasaan

menyenangi materi tertentu. Motivasi eksrinsik adalah hal dan

keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga

mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar, seperti

(41)

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal terdiri atas dua macam, yakni: faktor lingkungan

social dan faktor lingkungan nonsosial.

1) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial yang terdapat disekitar individu seperti

keluarga, teman sebaya, masyarakat atau tetangga, dan staff

pengajar dapat mempengaruhi proses belajar seseorang.

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan

belajar adalah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat – sifat

orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan

demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi

dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil

yang dicapai oleh siswa.

2) Lingkungan Non-Sosial

Faktor – faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah

gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa

dan letaknya, alat – alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar

yang digunakan siswa. Faktor – faktor ini dipandang turut

(42)

c. Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau

strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan

efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini

berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian

rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar

tertentu.

C. KEHARMONISAN KELUARGA 1. Pengertian Keharmonisan Keluarga

Menurut Gunarsa (2004), keharmonisan keluarga ialah

bilamana seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh

berkurangnya ketegangan, kekecewaan dan puas terhadap seluruh

keadaan dan keberadaan dirinya (eksistensi dan aktualisasi diri) yang

meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial.

Keharmonisan keluarga adalah keadaan keluarga yang serasi

dan seimbang di dalam keluarga, saling memuaskan kebutuhan

anggota lainnya serta memperoleh pemuasan atas segala kebutuhannya

(Nurzainun, 2006). Sedangkan menurut Hawari (1997), keharmonisan

keluarga itu akan terwujud apabila masing-masing unsur dalam

keluarga itu dapat berfungsi dan berperan sebagaimana mestinya dan

(43)

sosial yang harmonis antar unsur dalam keluarga itu akan dapat

diciptakan.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa

keharmonisan keluarga adalah keadaan keluarga yang bahagia, serasi

dan seimbang sehingga masing – masing anggota keluarga merasa

puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan dirinya yang meliputi

aspek fisik, mental, emosi dan sosial.

2. Aspek-Aspek Keharmonisan Keluarga

Hawari (dalam Murni, 2004) mengemukakan enam aspek sebagai

suatu pegangan hubungan keluarga harmonis adalah:

a. Menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga.

Sebuah keluarga yang harmonis ditandai dengan terciptanya

kehidupan beragama dalam rumah tersebut. Hal ini penting karena

dalam agama terdapat nilai-nilai moral dan etika kehidupan.

b. Mempunyai waktu bersama keluarga

Keluarga yang harmonis selalu menyediakan waktu untuk

bersama keluarganya, baik itu hanya sekedar berkumpul, makan

bersama, menemani anak bermain dan mendengarkan masalah dan

keluhan-keluhan anak, dalam kebersamaan ini anak akan merasa

dirinya dibutuhkan dan diperhatikan oleh orangtuanya, sehingga anak

(44)

c. Mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga

Komunikasi yang baik dalam keluarga akan dapat membantu

remaja untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya di luar

rumah, dalam hal ini selain berperan sebagai orangtua, ibu dan ayah

juga harus berperan sebagai teman, agar anak lebih leluasa dan terbuka

dalam menyampaikan semua permasalahannya.

d. Saling menghargai antar sesama anggota keluarga

Furhmann (dalam Murni, 2004) mengatakan bahwa keluarga

yang harmonis adalah keluarga yang memberikan tempat bagi setiap

anggota keluarga menghargai perubahan yang terjadi dan mengajarkan

ketrampilan berinteraksi sedini mungkin pada anak dengan lingkungan

yang lebih luas.

e. Kualitas dan kuantitas konflik yang minim.

Jika dalam keluarga sering terjadi perselisihan dan

pertengkaran maka suasana dalam keluarga tidak lagi menyenangkan.

Dalam keluarga harmonis setiap anggota keluarga berusaha

menyelesaikan masalah dengan kepala dingin dan mencari

(45)

f. Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga.

Hubungan yang erat antar anggota keluarga juga menentukan

harmonisnya sebuah keluarga, apabila dalam suatu keluarga tidak

memiliki hubungan yang erat maka antar anggota keluarga tidak ada

lagi rasa saling memiliki dan rasa kebersamaan akan kurang.

D. HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR

Masa remaja adalah masa yang penting bagi perkembangan prestasi

karena selama masa inilah remaja membuat keputusan – keputusan penting

sehubungan dengan masa depan pendidikan dan pekerjaan. Bagi seorang

remaja, jika ia bisa memiliki prestasi baik di sekolah, pada umumnya akan

meratakan jalan untuk memperoleh sekolah lanjutan yang lebih baik, bahkan

nantinya akan berlanjut kepada pencarian pekerjaan yang lebih baik

(Mahmud, 1989).

Usia remaja merupakan usia kritis karena remaja mulai memikirkan

tentang prestasi yang dihasilkannya dan prestasi tersebut terkait dengan bidang

akademis mereka. Siswa SMA yang tergolong dalam remaja akhir juga mulai

memikirkan tentang masa depannya. Hal ini membuat siswa SMA

memperhatikan dan mengejar prestasi belajar di sekolah karena melalui

prestasi belajar, siswa dapat meraih keinginannya dalam mempersiapkan karir

(46)

Keberhasilan siswa dalam meraih prestasi belajar dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain tingkat kecerdasan yang baik, ada minat dan

perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar,

cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran yang dikembangkan guru.

Suasana keluarga yang mendorong anak untuk maju, selain itu lingkungan

sekolah yang tertib, teratur dan disiplin merupakan pendorong dalam proses

pencapaian prestasi belajar (Tu`u, 2004).

Seperti yang telah disebutkan diatas, lingkungan keluarga menjadi

salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak dalam meraih prestasi

belajar di sekolah. Keluarga memberikan pengaruh utama dan pertama bagi

kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Pengaruh - pengaruh

tersebut antara lain banyak sedikitnya perhatian yang diberikan oleh orang tua

pada anak, pola pengasuhan orang tua, hubungan interpersonal dan interaksi

antara orang tua dengan anak. Menurut Tu’u (2004), perjumpaan dan interaksi

tersebut sangat besar pengaruhnya bagi perilaku dan prestasi seseorang.

Selain hal diatas, harmonis atau tidaknya keluarga juga akan

memberikan dampak pada setiap anggota keluarga. Misalnya, seorang anak

yang merasa keluarganya harmonis akan menganggap rumah mereka sebagai

suatu tempat yang membahagiakan karena semakin sedikit masalah antara

orangtua, maka semakin sedikit masalah yang dihadapi anak. Hal ini akan

menciptakan suasana yang kondusif untuk proses belajar anak sehingga

diharapkan akan membantu anak dalam mencapai prestasi yang diharapkan.

(47)

harmonis maka ia akan terbebani dengan masalah yang sedang dihadapi di

dalam keluarganya tersebut. Suasana di dalam rumah menjadi tidak tenang

sehingga rumah menjadi tempat yang kurang menyenangkan untuk proses

belajar anak karena banyaknya konflik dan permasalahan. Hal ini akan

mengganggu konsentrasi anak dalam belajar dan membuat suasana hati anak

menjadi kurang baik untuk belajar, sehingga akan mempengaruhi prestasi

belajarnya di sekolah.

E. HIPOTESIS

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori terhadap permasalahan

diatas, maka peneliti dapat menyusun sebuah hipotesis sebagai berikut : “Ada

hubungan yang positif antara keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar

siswa.” Hal ini berarti bahwa semakin tinggi keharmonisan keluarga remaja

(48)

F. SKEMA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PRESTASI

merasa aman dan nyaman berada di dalam rumah karena

ada suasana yang hangat, saling menghargai, saling terbuka, saling pengertian, saling menjaga dan diwarnai

(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional. Penelitian

korelasional adalah penelitian yang bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi

pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain

(Azwar, 1997). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya

korelasi antara dua variabel, yaitu keharmonisan keluarga dan prestasi belajar

siswa.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian atau apa saja yang menjadi perhatian

suatu penelitian (Arikunto, 2002). Penelitian ini menggunakan dua macam

variabel yaitu:

1. Variabel tergantung : Prestasi belajar

2. Variabel bebas : Keharmonisan keluarga

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah penegasan arti dari variabel yang

digunakan dengan cara tertentu untuk mengukurnya, sehingga pada akhirnya

akan menghindari salah pengertian dan penafsiran yang berbeda dalam

(50)

penelitian (Kerlinger, 1990). Definisi operasional variabel dalam penelitian ini

sebagai berikut:

1. Keharmonisan keluarga

Dalam penelitian ini, keharmonisan keluarga akan diungkap dari

persepsi anak terhadap keharmonisan di dalam keluarganya. Persepsi

terhadap keharmonisan keluarga adalah proses seseorang dalam

menyimpulkan, mengerti dan memahami keadaan keluarga yang bahagia,

serasi dan seimbang sehingga masing – masing anggota keluarga merasa

puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan dirinya yang meliputi

aspek fisik, mental, emosi dan sosial.

Dalam mengukur keharmonisan sebuah keluarga, penelitian ini

menggunakan teori Hawari (dalam Murni, 2004) yang terdiri dari enam

aspek sebagai suatu pegangan hubungan keluarga harmonis sebagai

berikut:

a. Menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga.

b. Mempunyai waktu bersama keluarga

c. Mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga

d. Saling menghargai antar sesama anggota keluarga

e. Kualitas dan kuantitas konflik yang minim.

f. Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga.

Persepsi terhadap keharmonisan keluarga akan diukur dengan

menggunakan skala persepsi keharmonisan keluarga (skala KK). Skala

(51)

Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak

Sesuai (STS). Skor dalam setiap aitem berkisar dari 4 sampai dengan 1

diberikan untuk aitem yang bersifat favourable, sedangkan untuk

unfavourablebergerak dari 1 sampai 4.

Semakin tinggi skor yang diperoleh subyek dalam skala

keharmonisan keluarga menunjukkan bahwa semakin positif subyek

mempersepsikan keluarganya sebagai keluarga yang harmonis. Sedangkan

jika skor yang diperoleh subyek rendah, maka hal ini menunjukkan bahwa

semakin negatif pula persepsi subyek tentang keharmonisan keluarganya.

2. Prestasi belajar

Prestasi belajar adalah hasil dari suatu proses belajar yang terjadi

pada anak sekolah yang hasilnya berupa nilai yang diberikan oleh guru

sebagai ukuran pencapaian keberhasilan belajar siswa. Prestasi belajar

siswa dalam penelitian ini diukur dengan melihat rata – rata nilai siswa

semester satu dalam leger. Leger merupakan buku yang berisi informasi

pencapaian hasil belajar peserta didik dalam satu kelas, yang memberi

gambaran secara rinci tentang kemampuan prestasi akademik maupun

catatan pribadi dalam kurun waktu satu tahun. Leger ini dimaksudkan

untuk merekam perkembangan kemajuan belajar peserta didik satu kelas

yang berisi:

a) Identitas peserta didik;

(52)

c) Total nilai dan ranking yang menunjukkan prestasi belajar

siswa

Melalui leger, informasi tentang keadaan hasil belajar peserta didik

dalam satu kelas dapat diketahui.

D. Subyek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini dipilih dengan cara purposive

sampling, yaitu sampel yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria

subjek yang dipakai dalam penelitian ini antara lain :

1. Siswa – siswi SMA yang berada pada rentang usia remaja akhir yaitu umur

16 hingga 18 tahun.

2. Subyek masih memiliki orang tua (ayah atau ibu atau keduanya) serta

tinggal bersama dengan keluarga (ayah atau ibu atau keduanya dan saudara

jika ada)

3. Subyek memiliki nilai – nilai yang lengkap pada seluruh mata pelajaran di

sekolah. Hal ini penting untuk melihat prestasi belajar siswa.

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua metode

pengumpulan data, yaitu metode skala dan metode dokumentasi. Metode

skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pilihan ganda

(53)

menghilangkan jawaban ragu-ragu dengan pertimbangan agar subjek tidak

memberikan jawaban yang mengumpul di tengah (Hadi, 2000). Peneliti

hanya akan menggunakan satu skala yaitu skala persepsi terhadap

keharmonisan keluarga.

Prestasi belajar siswa dilihat dengan menggunakan metode

dokumentasi. Metode dokumentasi adalah mencari data-data mengenai

hal-hal atau variasi yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,

majalah, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002). Metode

dokumentasi digunakan untuk mengambil data tentang prestasi belajar

dengan melihat rata - rata nilai semester satu siswa kelas XI SMA 9

Yogyakarta.

2. Alat Pengumpulan Data

Bentuk skala dalam penelitian ini mengacu pada model skala Likert

dimana masing masing item terdiri dari itemfavourabledanunfavourabel.

Pernyataan favorable digunakan untuk mendukung teori yang ingin

diungkap, sedangkan pernyataan unfavorable menunjukkan indikasi tidak

mendukung teori yang diungkap. Skala Likert dimodifikasi dengan 4

alternatif jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai

(TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS), sehingga tidak ada alternatif

jawaban netral. Menurut Hadi (1991), pada skala tidak diberikan alternatif

(54)

a). Kategori undecided, yaitu mempunyai arti ganda, bisa juga diartikan

sebagai belum memutuskan atau memberi jawaban, bisa juga diartikan

netral, atau bahkan ragu – ragu.

b). Dengan tersedianya jawaban di tengah, menimbulkan kecenderungan

menjawab di tengah (central tendency effect), terutama bagi mereka

yang ragu – ragu atas arah kecenderungan jawabannya.

c). Kategori jawaban SS-S-TS-STS adalah untuk melihat kecenderungan

pendapat responden kearah sesuai atau kearah tidak sesuai, sehingga

dapat mengurangi data penelitian yang hilang akibat jawaban tengah.

Pemberian skor pada pernyataan favorable yaitu 4 untuk SS, 3

untuk S, 2 untuk TS, dan 1 untuk STS. Sedangkan pada pernyataan

unfavorable bergerak dari 1 sampai 4 dimulai dari pernyataan SS, S, TS,

(55)

Berikut adalah tabel blueprint dan distribusi aitem dalam skala

persepsi keharmonisan keluarga:

Tabel 2

Blueprint Skala Persepsi terhadap Keharmonisan Keluarga Sebelum Uji Coba

Fav Unf Fav Unf

1. Menciptakan

5. Kualitas dan kuantitas konflik yang minim

6. Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga

Menurut Kartono (1990) teknik pemeriksaan dokumen adalah

pengumpulan informasi dan data secara langsung sebagai hasil

pengumpulan sendiri. Data yang dikumpulkan tersebut adalah bersifat

(56)

dokumen ini khusus digunakan untuk melakukan pengumpulan data

prestasi belajar.

Adapun teknik pengumpulan data terhadap prestasi belajar ini

adalah dengan mengambil data yang sudah tersedia, yaitu leger nilai pada

semester satu subyek penelitian yang merupakan hasil penilaian oleh pihak

sekolah. Data dari prestasi belajar ini dikumpulkan dengan cara melihat

hasil rapor semester satu dari seluruh subyek penelitian. Mata pelajaran

kelas XI IS adalah Pendidikan Agama, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa

Inggris, Matematika, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Pendidikan

Seni, Pendidikan Jasmani, TIK, Bahasa Prancis dan Bahasa Jawa.

Sedangkan mata pelajaran kelas XI IPA terdiri dari Pendidikan Agama,

PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Biologi,

Kimia, Sejarah, Pendidikan Seni, Pendidikan Jasmani, TIK, Bahasa

Perancis dan Bahasa Jawa.

Penilaian prestasi belajar tersebut merupakan hasil evaluasi dari

suatu proses belajar formal yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif

(angka) yang terdiri antara 10 sampai 100. Hasil ini dapat dilihat dari nilai

rata-rata raport siswa yang diberikan oleh pihak guru dalam setiap masa

(57)

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas Alat Pengumpulan Data

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2002).

Menurut Azwar (1997) validitas berasal dari kata validity yang

mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen

pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Valid tidaknya suatu alat

ukur tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan

pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.

Tipe validitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

validitas isi dan validitas tampang. Validitas isi suatu alat pengukur

ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua

aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep (Hadi, 2001).

Sedangkan menurut Azwar (2001), validitas isi yaitu validitas yang

diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau

lewat professional judgment yang dilakukan oleh ahli. Item-item tes

diharapkan dapat mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan

kawasan isi objek yang hendak diukur (aspek representasi) dan sejauh

mana item-item tes mencerminkan perilaku yang hendak diukur (aspek

relevansi). Validitas isi akan dicapai oleh peneliti dengan membuat

item-item yang sesuai dengan indikator atau aspek yang ada di dalam teori

(58)

Validitas tampang adalah validitas yang menunjukkan bahwa dari segi

”rupa” suatu alat ukur tampak dapat mengukur apa yang seharusnya

diukur. Bentuk dan penampilan suatu alat ukur menentukan apakah alat

ukur itu valid atau tidak (Hadi, 2001). Validitas tampang dilakukan dengan

membuat skala dengan bentuk yang baik dan jelas sehingga responden

akan memberikan respon positif pada penelitian ini.

2. Reliabilitas Alat Tes

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul

data karena instrumen itu sudah baik (Arikunto, 2002).

Reliabilitas merupakan terjemahan dari katareliability yaitu sejauh

mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Reliabilitas juga menunjukkan

sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran

dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dan dengan alat pengukur

yang sama. Hasil pengukuran dapat dipercaya hasilnya apabila dalam

beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang

sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam

diri subjek memang belum berubah. Relatif sama berarti tetap adanya

toleransi terhadap perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali

pengukuran. Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu, maka

hasil pengukuran tersebut tidak dapat dipercaya dan dikatakan tidak

(59)

Reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini akan menggunakan

pendekatan konsistensi internal, yaitu koefisiensi Alpha yang didasarkan

pada bentuk final masing-masing skala. Pendekatan ini menurut Azwar

(1999) memiliki nilai praktis dan efisiensi tinggi. Oleh karena itu,

reliabilitas yang akan dihasilkan memiliki nilai praktis dan efisiensi yang

tinggi. Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien yang angkanya berada

dalam rentang dari 0 sampai 1.00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas

mendekati 1.00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya, sebaliknya koefisien

yang semakin rendah mendekati 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya.

G. UJI COBA ALAT TES 1. Proses Uji Coba

Dalam melakukan pengambilan data penelitian, skala yang akan

dibagikan kepada subyek penelitian diharapkan dapat memberikan hasil

ukur yang akurat dan objektif. Salah satu upaya untuk mencapainya adalah

alat ukur yang digunakan harus valid atau sahih dan reliabel atau andal

(Hadi, 2000), oleh karena itu sebelum skala diberikan kepada subjek yang

sebenarnya maka sebaiknya dilakukantryoutterlebih dahulu.

Sebelum melakukan uji coba alat ukur, peneliti mengajukan

permohonan ijin penelitian kepada pihak sekolah. Proses permohonan ijin

dilakukan dalam dua tahap yaitu melalui permohonan ijin secara formal

(60)

Kelas XI. IA. 5 dan XI. IS. Setelah mendapat ijin dari Kepala Sekolah dan

Wali Kelas, maka penelitian dapat dilakukan pada subyek penelitian.

Uji coba alat ukur diadakan pada hari Jumat, 11 Juni 2010 di SMA

N 9 Yogyakarta. Skala persepsi terhadap keharmonisan keluarga (skala

KK) dibagikan kepada 70 siswa - siswi kelas XI SMA N 9 Yogyakarta.

Kriteria subyek untuk uji coba adalah siswa yang termasuk dalam rentang

remaja akhir yaitu umur 16 sampai 18 tahun dan saat ini tinggal bersama

dengan orang tua. Pelaksanaan uji coba alat ukur dilakukan pada saat jeda

ulangan umum kenaikan kelas sehingga tidak mengganggu kegiatan

sekolah. Pengerjaan alat ukur dilakukan di luar kelas dalam waktu yang

cukup singkat yaitu sekitar 25 menit. Kemudian peneliti meminta subyek

untuk memeriksa skala yang dikerjakannya untuk memastikan bahwa

semua aitem sudah dikerjakan dan memberikan snack sebagai ucapan

terima kasih.

2. Hasil Uji Coba Alat Tes a. Uji Seleksi Aitem Skala

Dari 70 skala yang diujicobakan, hanya ada 60 skala yang

memenuhi syarat karena ada sebanyak 4 skala yang tidak diisi dengan

lengkap dan 6 skala yang tidak memenuhi syarat karena saat ini subyek

tidak tinggal bersama dengan orang tua. Selanjutnya dilakukan uji

seleksi aitem skala dengan menggunakan Corrected Item Total

(61)

ada dua alternatif untuk menentukan kriteria pemilihan aitem berdasar

korelasi aitem total, yaitu dengan menggunakan batas 0,30 atau dengan

menggunakan batas 0,25. Sebagai kriteria pemilihan aitem berdasar

korelasi aitem total, peneliti menggunakan batasan 0,30. Kriteria ini

diambil karena semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal

0,30 daya pembedanya sudah dianggap memuaskan.

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap 72 aitem, ada tujuh aitem

gugur yaitu item nomor 10, 17, 28, 52, 53, 60, dan 61 sehingga tersisa

65 nomor aitem yang memenuhi syarat dan dapat digunakan dalam

penelitian. Kemudian peneliti menggugurkan beberapa aitem agar

komposisi aspek dalam blueprint skala persepsi terhadap

keharmonisan keluarga seimbang. Pengguguran aitem ini didasarkan

pada aspek yang aitemnya paling banyak gugur, yaitu aspek

menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga. Dalam aspek ini,

aitem yang gugur berjumlah 3 aitem, yaitu 2 aitem pada kolom

favourabel dan 1 aitem pada kolom unfavourabel. Peneliti memilih

beberapa aitem yang mendekati nilai 0,30 atau aitem yang nilai dalam

corrected item total correlationnya tidak terlalu tinggi yaitu aitem

nomor 3, 7, 11, 13, 19, 21, 32, 42, 62, 64, dan 72. Sehingga aitem yang

dianggap gugur menjadi 18 aitem yaitu aitem nomor 3, 7, 10, 11, 13,

17, 19, 21, 28, 32, 42, 52, 53, 60, 61, 62, 64, dan 72. Sehingga jumlah

aitem skala persepsi terhadap keharmonisan keluarga dalam penelitian

(62)

Berikut adalah aitem yang gugur setelah uji korelasi aitem total dan

pengguguran aitem:

Tabel 3

Blueprint Skala Persepsi terhadap Keharmonisan Keluarga Setelah Uji Korelasi Aitem Total

Keterangan: (*) aitem yang gugur (7 aitem)

(**) aitem yang digugurkan (11 aitem)

Skala persepsi terhadap keharmonisan keluarga terdiri dari 54

aitem yang telah layak tersebut kemudian disusun ulang oleh peneliti

dan akan digunakan dalam penelitian.

Aspek Nomor item Item

sahih 5. Kualitas dan kuantitas

konflik yang minim

F 11**, 20, 22, 41, 55, 64**

4

UF 5, 28*, 36, 47, 50, 57 5 6. Adanya hubungan atau

ikatan yang erat antar anggota keluarga

F 12, 18, 32**, 42**, 56, 69

4

UF 4, 27, 30, 38, 61*, 70 5

(63)

Dibawah ini adalah blueprint skala keharmonisan setelah pengguguran

aitem:

Tabel 4

Blueprint Skala Persepsi terhadap Keharmonisan Keluarga Setelah Uji Coba

Fav Unf Fav Unf

1. Menciptakan

5. Kualitas dan kuantitas konflik yang minim

13, 31 26, 44 14, 42 4, 36, 39 9

6. Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga

12, 52 19, 21, 53 8, 43 3, 28 9

Total 27 27 54

b. Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas pada dasarnya menunjukkan pada konsep sejauh

mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Reliabilitas hasil

pengukuran dalam penelitian ini akan menggunakan pendekatan

konsistensi internal dimana hanya akan dilakukan satu kali pengukuran

(single trial administration) kepada sekelompok individu sebagai

subyek penelitian (Azwar, 1999). Reliabilitas ditunjukkan dengan

(64)

tinggi koefisien korelasi (mendekati 1) maka alat tes tersebut semakin

reliabel.

Hasil estimasi reliabilitas skala persepsi terhadap keharmonisan

keluarga yang terdiri dari 54 aitem yang valid diuji reliabilitasnya

menunjukkan hasil yang reliabel. Koefisien reliabilitas adalah sebesar

0,962. Sehingga dapat dikatakan skala persepsi terhadap keharmonisan

keluarga telah memenuhi persyaratan keandalan alat ukur.

H. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis kuantitatif, yaitu

dengan menggunakan analisis statistik koefisien korelasi. Analisis korelasi

yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Pearson Product Moment

(65)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PERSIAPAN PENELITIAN

Sebelum melakukan pengambilan data di SMA N 9 Yogyakarta,

peneliti terlebih dahulu meminta ijin penelitian kepada pihak sekolah secara

informal kepada Wali Kelas XI. IA. 5 dan XI. IS. Perijinan secara formal tidak

dilakukan lagi oleh peneliti karena permohonan pengambilan data penelitian

telah disetujui oleh pihak sekolah ketika meminta ijin pelaksanaan uji coba

alat tes.

B. PELAKSANAAN PENELITIAN

Proses pengambilan data penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Juni

2010 di SMA N 9 Yogyakarta dengan subyek penelitian yang berjumlah 62

siswa. Pelaksanaan penelitian dilakukan di dalam dua kelas yaitu kelas XI IA

5 dengan jumlah subyek sebanyak 30 siswa dan kelas XI IS dengan subyek

yang berjumlah 32 siswa.

Pengambilan data dilakukan pada saat siswa – siswi telah selesai

mengerjakan ulangan umum kenaikan kelas tahun pelajaran 2009/2010.

Prosedur penelitian dilakukan pada dua kelas secara bersamaan dengan

membagikan skala kepada semua subyek dan hasilnya dikumpulkan pada hari

yang sama sehingga tidak ada data penelitian yang hilang.

(66)

C. DESKRIPSI SUBYEK PENELITIAN

SMA N 9 Yogyakarta adalah sebuah sekolah yang terletak ditengah

kota Yogyakarta. Pada awalnya sekolah ini bernama SMA ABC Paedagogik,

yang didirikan oleh beberapa tokoh dari Fakultas Sastra Universitas Gajah

Mada Jurusan Paedagogik, yaitu pada tanggal 1 September 1952. Kemudian

sekolah ini berkembang sehingga dapat menempati gedung milik Yayasan

Pancasila di Jalan Sagan No. 1 Yogyakarta. Setelah mengalami beberapa kali

pergantian nama dan kurikulum, pada tanggal 1 Februari 1987 sekolah ini

resmi menggunakan nama SMA Negeri 9 Yogyakarta hingga saat ini. Sekolah

dengan luas bangunan 1.700 m2 ini memiliki visi menjadi institusi

pendidikan yang menjadi idaman dan terpercaya bagi peserta didik maupun

masyarakat untuk menimba ilmu yang berdasar akhlakul kharimah.

Misi sekolah ini adalah membangun generasi muda yang memiliki

keunggulan intelektual, kecerdasan emosional, ketrampilan, budi pekerti

luhur, iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, menciptakan dan

mengembangkan masyarakat belajar yang kondusif, kreatif, inovatif dan

agamis dan mewujudkan hubungan harmonis antarwarga sekolah, komite

sekolah, perguruan tinggi, dan masyarakat. Sekolah ini mampu menampung

548 siswa dengan tenaga pengajar sebanyak 71 guru.

Dalam hal prestasi siswa, SMAN 9 Yogyakarta juga telah berhasil

mengantarkan siswa-siswa menuju prestasi yang gemilang baik tingkat

Provinsi, Nasional maupun Internasional. Beberapa prestasi yang

(67)

tahun 2008, Medali Perunggu Olympiade Biologi tingkat Internasional (2008)

di Mumbay India dan Medali Perunggu Olympiade Komputer tingkat

Nasional (2009).

D. DESKRIPSI DATA PENELITIAN

1. Data Persepsi Terhadap Keharmonisan Keluarga

Setelah melakukan proses perhitungan pada skala Persepsi terhadap

Keharmonisan Keluarga, maka didapatkan deskripsi statistik data penelitian

seperti yang tertera pada tabel di bawah ini:

Tabel 5

Data Persepsi Terhadap Keharmonisan Keluarga

Persepsi Terhadap Keharmonisan

Keluarga

STATISTIK

N Skor Max Skor Min Mean

Teoritik 59 216 54 135

Empirik 59 210 106 158,58

Tabel diatas menunjukkan jumlah mean keseluruhan dari skala

persepsi terhadap keharmonisan keluarga sebesar 158,58. Nilai tertinggi yang

diperoleh sebesar 210 dan nilai terendahnya sebesar 106. Mean teoritik adalah

rata-rata skor alat penelitian dan diperoleh dari angka yang menjadi titik

tengah alat ukur, sedangkan mean empirik adalah rata-rata skor data penelitian

yang hasilnya diperoleh dari angka yang merupakan rata-rata hasil penelitian.

Skala persepsi terhadap keharmonisan keluarga memiliki mean teoritik

sebesar 135 sedangkan mean empiriknya sebesar 158,58 sehingga mean

(68)

sebesar 23,58. Maka melalui data di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi

terhadap keharmonisan keluarga pada subyek penelitian cenderung positif.

2. Data Prestasi Belajar Subyek Penelitian

Berikut ini adalah data hasil analisis deskriptif prestasi belajar subyek penelitian:

Tabel 6

Data Prestasi Belajar Subyek Penelitian

Prestasi Belajar STATISTIK

N Skor Max Skor Min Mean

Teoritik 59 100 0 50

Empirik 59 83.43 69.21 75,33

Dalam tabel tersebut menunjukkan jumlah mean dari keseluruhan nilai

subyek penelitian sebesar 75,33. Nilai tertinggi yang diperoleh pada

keseluruhan subyek penelitian sebesar 83.43 dan nilai terendahnya sebesar

69.21.

Melalui data hasil analisis deskriptif pada prestasi belajar dapat terlihat

bahwa mean empirik (75,33) lebih besar daripada mean teoritik (50). Hal ini

menunjukkan adanya jarak perbedaan mean sebesar 25,33. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar subyek penelitian cenderung tinggi.

E. HASIL UJI HIPOTESIS 1. Uji Asumsi

Sebelum melakukan analisis data penelitian, maka terlebih dahulu

dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu berupa uji asumsi yang meliputi uji

Gambar

Tabel 1Kriteria Nilai Siswa………………………………………………...
Tabel 1Kriteria Nilai Siswa
Tabel 2
Tabel 3
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data, diketahui adanya hubungan positif yang signifikan antara religiusitas dengan keharmonisan keluarga, ditunjukan dengan nilai (r) = 0,686;

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU DELINKUENSI..

Hubungan Antara Self-Esteem Dengan Keharmonisan Keluarga Pada Remaja.. Naskah Publikasi (tidak

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN HARGA DIRI PADA REMAJAi.

Berdasarkan uraian diatas, menunjukkan bahwa diperlukaannya persepsi remaja terhadap keharmonisan keluarga yang diwujudkan dalam hubungan keluarga yang baik dan suasana

menunjukkan bahwa hipotesis diterima yang berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara prestasi belajar dengan efikasi diri pada remaja (r xy =0,581,

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah dilakukan, maka hipotesis yang telah diajukan, yaitu ada hubungan positif antara persepsi terhadap keharmonisan keluarga

Hasil untuk hubungan antara keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar sebesar 0,005 yang berarti nilai tersebut di bawah nilai signifikansi yaitu 0,005