HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN
PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK N 1 SALATIGA
TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh :
Nur Azizah
NIM: 111 13 108
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
MOTTO
“ Wajib menjaga ilmu laksana orang menjaga harga diri dan kehormatannya.
Siapa yang mengemban ilmu kemudian ia titipkan kepada orang yang bukan
ahlinya karena kebodohannya maka ia akan mendzolimimya. Barangsiapa belum
merasakan pahitnya belajar walau sebentar, maka ia akan merasakan hinanya
kebodohan sepanjang hidupnya”
PERSEMBAHAN
Puji Syukur kehadirat Allah swt. atas limpahan rahmat seta karuniaNya,
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
1. Ayah (Salim) dan Ibu (Chotimah), yang senantiasa mendo’akan,
membimbing, menasehati, serta mencurahkan segala kasih sayangnya, turut
juga adik saya adinda Rofi’ati khoiriyah.
2. Keluarga besar mashuri, kepada mamak ( Umayah), almarhum bapak
(Basori), almarhumah nenek ( Siti Rehanah) yang juga sebagai motivasi bagi
saya untuk menyelesaikan skripsi ini, yang telah merawat sedari
kecil,menjadikan orangtua kedua bagi saya selama ini.
3. Bapak Drs. H. Wahyudhiana, MM.Pd yang senantiasa dengan sabar dan telaten
telah membimbing penulis hingga skripsi ini selesai.
4. Bapak Achmad Maimun, M.Ag. yang telah membimbing dari awal perkuliahan
hingga akhir perkuliahan.
5. Bapak Haris Wahyudi, Bapak Martana, Ibu Aprilia,, para guru dan staff serta
seluruh warga SMN 1 Salatiga, yang telah membantu dan mendukung selama
penelitian berlangsung.
6. Sahabat-sahabat dekat saya, Atika Norwida lestari, Annisa Rahmi, Letty
Andrias, Ajeng Virga Maro, Nanda Dwi Putri, yang senantiasa selalu
7. Teman-teman PPL SMK N 1 Salatiga dan seluruh teman-teman seperjuangan
FTIK PAI angkatan 2013.
8. Teman-teman KKN Dusun Mantenan Desa Giyanti, Kec. Candimulyo yang
telah memberikan motivasi.
9. Seluruh Mahasiswa IAIN Salatiga angkatan 2013
10.Rido Dwi Surya,Pria yang selalu mendukung, memotivasi dan menyemangati
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokaatuh
Dengan menyebut nama Allah swt. yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, segala puji dan syukur kehadirat Allah swt. yang telah memberikan
hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN
PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK N 1 SALATIGA TAHUN 2017.
Tak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Agung
Muhammad saw., kepada keluarga, sahabat dan pengikutnya yang selalu setia dan
menjadikannya suri tauladan, yang mana beliaulah yang telah membawa umat
manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benerang seperti saat ini,
melalui ajarannya agama Islam.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak yang telah berkenan membantu dan memberikan dorongan baik moril
maupun materiil. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Bapak Achmad Maimun, M.Ag., selaku dosen Pembimbing Akademik
ABSTRAK
Azizah, Nur. 2017. Hubungan Keharmonisan Keluarga Dengan Prestasi Belajar
Siswa Kelas X SMK N 1 Salatiga Tahun 2017. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Drs. H. Wahyudhiana, M.M.Pd.
Kata Kunci: Hubungan, Keharmonisan Keluarga, Prestasi Belajar
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keharmonisan
keluarga dengan prestasi belajar siswa smk n 1 salatiga tahun 2017. Rumusan masalah pada penelitian ini. 1) Bagaimana keharmonisan keluarga pada orang tua siswa kelas X SMK N 1 Salatiga tahun 2017? 2) Bagaimana prestasi belajar siswa kelas X SMK N 1 Salatiga Tahun 2017? 3) Adakah hubungan antara keharmonisan keluarga dengan prestasi belajar siswa SMK N 1 Salatiga tahun 2017?
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menekankan analisis pada data–data numerikal atau angka. Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dengan pengumpulan data melalui angket,dan dokumentasi dan dengan teknik pengambilan sampel secara acak (random sampling). Sampel penelitian ini 40 siswa kelas X semester 2 SMK N 1 Salatiga. Yang selanjutnya hasil data diolah dengan rumus persentase dan korelasi product moment.
Temuan dalam penelitian ini menunjukan bahwa: 1) keharmonisan keluarga siswa SMK N 1 Salatiga tahun 2017 termasuk dalam kategori sangat tinggi mencapai 15%, kategori tinggi mencapai 35%, kategori sedang 27.5%,dan kategori rendah 22.5% 2) prestasi belajar siswa SMK N 1 Salatiga tahun 2017 termasuk dalam kategori sangat tinggi mencapai 17.5%, kategori tinggi mencapai 32.5%, kategori sedang mencapai 22.5% dan kategori rendah mencapai 27.5% 3) Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus product moment diperoleh hasil rxy
(0,579) lebih besar dari nilai rtabel (0,403) dalam taraf signifikasi 1%. Dengan
DAFTAR ISI
HALAMAN BERLOGO ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Fokus Penelitan ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian.. ... 7
G. Penelitian Terdahulu………..…12
H. Sistematika Penulisan………14
BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Keharmonisan Keluarga ... 15
1. Definisi Keharmonisan Keluarga ... 15
2. Syarat Keharmonisan Keluarga... 24
3. Aspek Keharmonisan Keluarga... 28
4. Faktor Pengaruh Keharmonisan Keluarga ... 31
5. Keluarga Sakinah ... 38
B. Prestasi Belajar………....……….34
1. Definisi Prestasi Belajar………....………...34
2. Teori Teori Belajar………....…………...37
3. Prinsip Belajar………....………..38
4. Tujuan Belajar………....……..40
5. Faktor Pengaruh Pretasi Belajar………...…...40
BAB III METODE PENELITIAN A. Pengertian Penelitian ... .44
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... ..44
C. Pendekatan dan Rancangan Penelitan………...44
D. Populasi Dan Sampel. ... 45
E. Instrumen Penelitan. ... 46
G. Metode Pengumpulan Data. ... 51
H. Teknik Analisis Data. ... 52
BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMK N 1 Salatiga ... ...55
1. Perkembangan SMK N 1 Salatiga ... 55
2. Bangunan Fisik SMK N 1 Salatiga ... 57
3. Fasilitas Sekolah ... 62
4. Keadaan Guru dan Siswa…………...……////……….67
5. Interaksi Sosial………...……….71
6. Pelaksanaan Tata Tertib ... 74
7. Bidang pengelolaan dan Admin ... 74
B. Analisis Data ... 74
1. Analisis Keharmonisan Keluarga. ... 75
2. Analisis Prestasi Belajar. ... 83
C. Analisis Pengolahan Data ... 90
D. Analisis Uji Hipotesis………...………94
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan... ... ... 95
B.Saran-saran ... 95
DAFTAR PUSTAKA ... 97
DAFTAR TABEL
TABEL 1 : Indikator Keharmonisan Keluarga……….47
TABEL 2 : Analisis Validitas Keharmonisan Keluarga………49
TABEL 3 : Daftar Nama Guru………66
TABEL 4 : Petunjuk Penilaian Angket………...74
TABEL 5 : Skor Angket Keharmonisan Keluarga………75
TABEL 6 : Interval Keharmonisan Keluarga………78
TABEL 7 : Interval dan Nominasi Keharmonisan Keluarga………78
TABEL 8 : Skor dan Kategori Keharmonisan Keluarga…………...79
TABEL 9 : Prosentase Keharmonisan Keluarga………81
TABEL 10 : Prestasi Belajar Siswa………..82
TABEL 11 : Interval Nilai Siswa………..85
TABEL 12 : Skor dan Kategori Prestasi Belajar………86
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga merupakan sosialisasi primer yang artinya lingkungan
masyarakat pertama yang dikenal seseorang ketika lahir. Sebagai media
sosialisasi primer, sudah tentu keluargalah yang paling berpengaruh
membentuk karakter dalam diri seseorang. Bagaimana orang itu hidup,
bagaimana cara bersosialisasi dengan masyarakat, bagaimana menyelesaikan
masalah, dan semua hal yang berkaitan langsung dengan kehidupan kita
adalah karena faktor keluarga.
Banyak orang yang sukses dalam hidupnya adalah karena pendidikan
dalam keluarganya yang selalu mengajarkan cara cara yang baik dan benar
dalam menjalani hidup. Namun banyak pula orang yang hidupnya hancur dan
berantakan juga karena pendidikan dalam keluarganya yang mengajarkan cara
cara yang tidak sesuai dengan tata cara yang berlaku.
Keluarga dipandang sebagai lembaga yang dapat memenuhi kebutuhan
insani (manusiawi), terutama bagi pengembangan kepribadiannya dan
pengembangan ras manusia. Melalui perlakuan dan perawatan yang baik dari
orang tua anak dapat memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik-biologis,
maupun kebutuhan sosio-psikologisnya. Apabila anak dapat memenuhi
kebutuhan kebutuhan dasarnya, maka ia cenderung berkembang menjadi
Anak adalah amanah Allah Swt yang dititipkan kepada orang tua.
Sebagai amanah, kehadiran anak ditengah keluarga harus di syukuri. Salah
satu cara mensyukuri anak adalah orang tua mendidiknya dengan baik agar
menjadi generasi yang berkualitas. Mendidik anak di dalam keluarga harus
didasari dengan kasih sayang. Kasih sayang orang tua akan menjadikan anak
merasa nyaman bersama keluarga.
Salah satu fungsi dan tanggung jawab orang tua yang mendasar
terhadap anak adalah memperhatikan pendidikannya dengan serius.
Memperhatikan pendidikan anak, bukan hanya sebatas memenuhi
perlengkapan belajar anak atau biaya yang dibutuhkan. Melainkan yang
terpenting adalah memberikan bimbingan dan pengarahan serta motivasi
kepada anak, agar anak berprestasi dalam belajar. Oleh karena itu, kedua
orang tua bertanggungjawab dalam memperhatikan pendidikan anak, baik
perlengkapan kebutuhan sekolah atau belajar maupun dalam kegiatan belajar
anak.
Pola pendidikan berbasis keteladanan dalam keluarga sangat
menentukan kepribadian anak pada masa depan, semakin banyak keteladanan
yang di berikan oleh keluarga kepada anak, semakin kuat pengaruh hal-hal
posotif terhadap pembentukan kepribadiannya.
Keluarga merupakan hal yang lebih penting dalam hidup ini, karena di
sinilah dasar kepribadian anak dibentuk. Menurut transaksi yang berlaku di
dalam keluarga, anak-anak membentuk gagasan-gagasan (pikiran) tentang
cita cita yang akan membentuk prinsip-prinsip yang menuntun dalam hidup
seseorang anak di sepanjang hayat. Jika situasi kehiduapn keluarga dapat
mengembangkan iklim yang membuka kesempatan kepada anak untuk
memperoleh perasaan ikut memiliki, maka sikap tidak mampu menyesuaikan
diri dan penyakit jiwa tak akan terjadi dalam diri anak.
Perlakuan orang tua yang penuh kasih sayang dalam pendidikan
nilai-nilai kehidupan, baik nilai-nilai agama maupun nilai-nilai social budaya. Kasih sayang
orang tua yang diberikan kepada anak merupakan faktor yang kondusif untuk
mempersiapkan anak menjadi pribadi dan warga masyarakat yang sehat dan
produktif. Kasih sayang orang tua sangat mempengaruhi mental dan
kepribadian anak.
Seorang anak akan memiliki kepribadian kurang baik apabila di dalam
keluarga kurang harmonis. Kehidupan keluarga sering terjadi suatu
permasalahan dan orang tua dapat mengendalikan emosionalnya dan
mementingkan ke egoisannya masing-masing, sehingga masalah orang tua
akan menjadi besar dan memicu konflik yang berkepanjangan dan pada
akhirnya orang tua bercerai. Perceraian tersebut akan membuat kepribadian
anak menjadi terganggu. Pada akhirnya anak akan menjadi korban dari orang
tuanya dan mereka bingung akan ikut dengan siapa. Kasih sayang dari
keluarga juga berkurang sehingga anak tidak bisa merasakan kehangatan kasih
sayang dalam sebuah keluarga. Kondisi sebaliknya ada keluarga yang
harmonis akan berdampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
menciptakan suatu hubungan yang anggota keluarganya saling menghormati,
menghargai, tentunya orang tua memberikan perhatian terhadap anak. Bukan
hanya perhatian dalam hal kasih sayang tetapi juga memperhatikan pendidikan
anak.
Keharmonisan keluarga yaitu keluarga yang rukun berbahagia, tertib,
disiplin, saling menghargai, penuh pemaaf, tolong menolong dalam kebajikan,
memiliki etos kerja yang baik, bertetangga dengan saling menghormati, taat
mengerjakan ibadah, berbakti pada yang lebih tua, mencintai ilmu
pengetahuan dan memanfaatkan waktu luang dengan hal yang positif dan
mampu memenuhi dasar keluarga (Basri, 1996:111). Keluarga terdiri dari
ayah, ibu, dan anak. Tugas seorang Ayah adalah memberikan pendidikan
yang baik kepada anak-anaknya, agar seorang anak anak menjadi sukses.
Apabila keluarga kita menjadi sukses,maka kebutuhan hidup dalam keluarga
akan terpenuhi.
Prestasi adalah hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil
keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan
(Yamin, 2007:232). Sedang belajar merupakan proses internal yang kompleks
yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang
meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor (Mudjiono, 2006:18).
Menurut hasil penelitian selama 30 tahun terakhir oleh National
Parent Teacher, yang juga dikutip oleh Slameto, menyimpulkan tentang
manfaat peran dan perhatian orang tua, terutama ayah, hubungannya dengan
sosio-emosional, keterampilan kognitif, pengetahuan dan bagaimana anak
belajar sehingga prestasi belajarnya lebih tinggi sering mendapat nilai A
(9-10), kehadiran sekolah lebih tertib/disiplin serta aktif dalam ekstrakurikuler,
menyelesaikan PR dengan tepat, bersikap lebih positif terhadap sekolah,
(http://perpus.iainsalatiga.ac.id/docfiles /fulltext/d37ac5ce5a3b9ca2.pdf)
Sebenarnya keluarga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa,
namun disini keluarga hanya mendorong siswa, melatih kemandirian siswa.
Kemandirian bukan berarti tanpa dukungan dari orang lain, namun
kemandirian adalah usaha untuk menjalankan atau melaksanakan segala
pekerjaan dengan mengandalkan kemampuan sendiri dengan dukungan dan
dorongan dari orang lain. Serta tentunya dukungan dari orang tuanya.
(http://annissanimatul.blogspot.co.id/2014/06/pengaruh-peran-orang-tua-terhadap.html)
Menurut penulis, adanya prestasi belajar yang baik salah satunya
adalah dari faktor keharmonisan keluarga yang baik, dengan adanya
keharmonisan keluarga, maka berpengaruh pada prestasi akademik maupun
non-akademik anak. Keadaan keluarga yang sehat dan bahagia memberikan
dorongan,sedangkan hubungan yang tidak sehat dan tidak bahagia
menimbulkan ketegangan emosional yang biasanya memberi efek yang buruk
pada kemampuan berprestasi. Dan dengan adanya fenomena perbedaan
pendapat bahwa keharmonisan keluarga inilah yang membuat semakin yakin
Berdasarkan latar belakang di atas peniliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA
DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK N 1 SALATIGA
TAHUN 2017”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah keharmonisan keluarga pada orang tua siswa kelas X SMK
N 1 SALATIGA tahun 2017?
2. Bagaimanakah prestasi belajar siswa kelas X SMK N 1 SALATIGA tahun
2017?
3. Adakah hubungan positif antara keharmonisan keluarga dengan prestasi
belajar siswa kelas X SMK N 1 SALATIGA?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui tentang :
1. Keharmonisan keluarga orang tua siswa kelas X SMK N 1 SALATIGA
tahun 2017
2. Prestasi belajar siswa kelas X SMK N 1 SALATIGA tahun 2017
3. Hubungan yang positif antara keharmonisan keluarga dengan prestasi
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaat teoritis atau
manfaat praktis,yaitu :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
perkembangan ilmu dan pengetahuan terutama yang berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa.
b. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah khasanah dunia pustaka
tentang keharmonisan keluarga dan prestasi belajar siswa.
c. Menjadikan bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu
bagi pihak-pihak yang berkepentingan guna menjadikan penelitian
lebih lanjut terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum
tercakup dalam penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan kepada orang tua siswa agar dapat menciptakan
keharmonisan keluarga yang dapat menimbulkan dan meningkatkan
prestasi belajar anak.
b. Untuk memberikan masukan kepada guru untuk dapat ikut mendorong
prestasi belajar siswa sehingga akan tercapai prestasi belajar yang
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan suatu kebenaran sementara yang ditentukan oleh
peneliti, tetapi masih harus dibuktikan atau ditegaskan , atau diuji
kebenarannya (Arikunto, 1998:20). Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada
hubungan yang positif dan signifikan antara keharmonisan keluarga dengan
prestasi belajar siswa kelas X SMK N 1 SALATIGA tahun 2017.
F. Penegasan Istilah
Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel independent (variabel
bebas) yaitu keharmonisan keluarga (X). Variabel dependent (variabel
terikat ) yaitu prestasi belajar siswa (Y).
Definisi operasional dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Keharmosian Keluarga
Keharmonisan adalah Adanya keseimbangan, keserasian, saling
pengertian dan saling memahami serta keteraturan. Gunarsa berpendapat
bahwa keharmonisan berasal dari kata “harmonis” yang artinya adalah
selaras, serasi, atau hal/keadaan yang selaras atau serasi dalam rumah
tangga.
Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup dalam tempat
tinggal bersama, dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan
batin, sehingga mempengaruhi, memperhatikan,menyerah diri, melengkapi
dan menyempurnakan dan itu terkandung peran dan fungsi orang tua
Indonesia (2007:536) memberikan definisi bahwa keluarga yaitu ibu dan
bapak beserta anak-anaknya seisi rumah.
Basri (1996:111) memberikan teori tentang keharmonisan
keluarga,yaitu keluarga yang rukun berbahagia, tertib, disiplin, saling
menghargai, penuh pemaaf , tolong menolong dalam kebajikan, memiliki
etos kerja yang baik, bertetangga dengan saling menghormati, taat
mengerjakan ibadah, berbakti pada yang lebih tua, mencintai ilmu
pengetahuan dan memanfaatkan waktu luang dengan hal yang positif dan
mampu memenuhi dasar keluarga.
Berdasarkan uraian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa
keharmonisan keluarga adalah keserasian antara ibu , bapak, beserta anak
yang hidup pada tempat tinggal yang sama ,yang rukun berbahagia, tertib,
disiplin, saling menghargai, penuh pemaaf,taat mengerjakan ibadah ,
berbakti pada yang lebih tua dan masing-masing anggota keluarga
merasakan adanya ikatan batin, sehingga mempengaruhi, memperhatikan,
menyerah diri, melengkapi dan menyempurnakan serta mampu memenuhi
dasar keluarga.
Indikator-indikator variabel keharmonisan keluarga, yaitu:
a. Anggota keluarga tidak terjadi saling berselisih termasuk juga dengan
masyarakat (rukun).
b. Anggota keluarga saling membantu, memiliki waktu yang cukup untuk
keluarga dan masyarakat.
d. Anggota keluarga memberikan maaf kepada orang lain, saling tolong
menolong orang lain dalam kebaikan tanpa mengharapkan imbalan.
e. Anggota keluarga taat beribadah, berbakti kepada kedua orang tua.
f. Memanfaatkan waktu luang dan mencintai ilmu pengetahuan.
g. Memberikan perhatian antar anggota keluarga dan saling
menyempurnakan.
2. Prestasi Belajar
Prestasi erat kaitannya dengan penguasaan seseorang mengenai
suatu hal yang mencerminkan keberhasilan dan kegagalan. Prestasi
dilambangkan dalam bentuk nilai yang berwujud angka atau huruf.
Prestasi adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan
hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar yang telah
ditetapkan (Yamin, 2007:232).
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto,
1991 : 2). Lebih lanjut menurut Tohirin (2005 : 151) menyimpulkan
bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu
dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang
menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk
memperoleh tujuan tertentu..
Jadi prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang di berikan oleh guru. Tes ini
bukan hanya untuk mengukur kemampuan individual melainkan juga
untuk mengevaluasi keefektifan suatu program pembelajaran. Dari skor
tersebut dapat di peroleh informasi ketrampilan yang telah diperoleh
peserta didik. Dengan demikian, prestasi belajar memiliki fungsi untuk
mengukur capaian kompetensi tertentu.
Tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari prestasi.
Prestasi dapat dikatakan sebagai hasil akhir dari proses belajar mengajar di
kelas serta merupakan perwujudn dari kemampuan diri yang optimal
setelah menerima pelajaran. Prestasi belajar juga dapat digunakan untuk
mengetahui sejauh mana efektivitas proses belajar mengajar yang sedang
berlangsung. Hasil belajar memuat kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajar.
Perlu diketahui bahwa proses belajar guna mencapai prestasi
belajar yang diharapkan itu, terkadang sulit diketahui dengan jelas
kaitannya dengan hal ini. Drs. M. Ali dan kawan-kawan, menerangkan
bahwa prestasi belajar yang baik pada umumnya ditandai dengan adanya :
a. Retensi, yaitu semacam kemampuan keberhasilan belajar pada dirinya
terdapat perubahan perilaku yang berupa sikap positif terhadap apa
yang dipelajarinya.
b. Internalisasi adalah kemampuan yang telah dihayati, sehingga
c. Transfer, yaitu pemindahan keberhasilan belajar dari mata pelajaran
atau bidang studi yang lain atau kehidupan di luar lingkungan sekolah
(Winkel, 1984:15)
G. Telaah Pustaka
Kajian tentang hubungan keharmonisan keluarga dengan prestasi
belajar memang bukan pertama kali oleh para penulis, terutama penelitian
jurnal maupun skripsi. Sejauh peneliian yang dilakukan, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang hubungan keharmonisan keluarga dengan
prestasi belajar, berikut kajian penelitian yang relevan dengan penelitian yang
diangkat oleh penulis sebagai acuan.
Pertama, penelitian yang berkaitan dengan keharmonisan keluarga
penulis merujuk pada skripsi yang ditulis oleh Munjiatun mahasiswa Fakultas
Tarbiyah IAIN SALATIGA tahun 2016 yang berjudul “Hubungan antara
Keharmonisan Keluarga dengan Motivasi Belajar siswa kelas IX di SMP N 2
Suruh Kabupaten Semarang”. Pada penelitian ini membahas mengenai
keharmonisan keluarga mempengaruhi motivasi belajar siswa,kemudian
setelah diuji menggunakan metode survey dengan teknik korelasi, subyek
penelitian sebanyak 52 responden dengan menggunakan dengan menggunakan
teknik pengambilan cluster sampling. Pengambilan data dengan menggunakan
instrument angket, wawancara, dan observasi.Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada pengaruh positif antara keharmonisan keluarga dengan motivasi
belajar siswa.Skripsi penulis memiliki persamaan dengan penelitian yang
keharmonisan keluarga.Namun ada pula yakni yang membedakannya terletak
pada pengaruhnya terhadap prestasi belajar, sedangkan pada skripsi saudari
Munjiatun pengaruhnya terhadap motivasi belajar.
Kajian kedua, penulis merujuk pada skripsi saudara
Taufiqurrahman.Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Progdi PAI IAIN Salatiga pada
tahun 2010 yang berjudul “ HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN
DALAM KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR PAI ( STUDI
KASUS SISWA SD NEGERI BUGEL 02 SALATIGA TAHUN
PELAJARAN 2010)”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peneliti
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan studi korelasi serta
menggunakan metode angket dan dokumentasi.Dan temuan ini disimpulkan
bahwa ada hubungan positif antara keharmonisan keluarga dengan prestasi
belajar siswa.Skripsi penulis memiliki persamaan dengan penelitian yang
dilakukan oleh saudara Munjatun yakni sama-sama membahas tentang
keharmonisan keluarga.Namun ada pula yakni yang membedakannya terletak
pada hubungannya dengan prestasi belajar, sedangkan pada skripsi saudari
Munjiatun hubungannya dengan motivasi belajar.
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam penulisan skripsi ini, terdiri dari lima bab yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Bab I berisi pendahuluan, memuat latar belakang masalah, rumusan
penelitian, hipotesis penelitian,penelitian terdahulu,serta sistematika
penulisan skripsi.
Bab II berisi kajian pustaka,memuat tentang landasan teori,menjelaskan
definisi,serta hal hal yang mendukung variabel keharmonisan keluarga dan
prestasi belajar
Bab III berisi metode peneitian,memuat metode-metode yang
digunakan dalam peneitian berupa populasi dan sampel,metode pegumpulan
data,dan analisis data.
Bab IV berisi tentang hasil penelitian, memuat gambaran umum lokasi
penelitian, analisis diskriptif dan uji hipotesis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Keharmonisan Keluarga
1. Definisi Keharmonisan Keluarga
Keluarga merupakan lambang terkecil dalam masyarakat, yang
dapat menentukan derajat kesejahteraan masyarakat sehingga
kesejahteraan masyarakat sangat tergantung kepada kesejahteraan
perorangan yang dipengaruhi oleh kesejahteraan keluarga. Demikian
pula kesejahteraan perorangan sangat dipengaruhi oleh kesejahteraan
hidup keluarganya. Keluarga terbentuk melalui sebuah perkawinan
yang akan menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat, karena
perkawinan sangat dianjurkan oleh islam bagi yang telah mempunyai
kemampuan (Ghazaly, 2006:13).
Keluarga yang baik menurut Islam sangat menunjang untuk
menuju kepada kesejahteraan, termasuk dalam mencari rezeki.
Seseorang berkeluarga dapat mempunyai anak dan dari anak yang
shaleh diharapkan mendapatkan amal tambahan di samping amal-amal
jariyah yang lain (Ghazaly, 2006:16). Setiap keluarga sudah pasti
menginginkan anak yang shaleh, karena anak shaleh akan melakukan
hal yang baik dan positif dan tentunya akan menjadikan amal
tambahan ketika diakhirat.
di dalam Al Quran pun telah di jelaskan dalam beberapa ayat,
terhindar dari panasnya api neraka. Anggota keluarga wajib menjaga
keluarganya satu sama lain. Salah satunya terdapat dalam Qs At
Tahrim ayat 6 yang berbunyi
ُةَراَجِحْلاَو ُساَّنلا اَهُدىُقَو اًراَن ْمُكيِلْهَأَو ْمُكَسُفْنَأ اىُق اىُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي
َنوُزَمْؤُي اَم َنىُلَعْفَيَو ْمُهَزَمَأ اَم َ َّاللَّ َنىُصْعَي َلَ ٌداَدِش ٌظ َلَِغ ٌةَكِئ َلََم اَهْيَلَع
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Pada hakikatnya pendidikan di keluarga merupakan pendidikan
sepanjang hayat. Pembinaan dan pengembangan kepribadian serta
penguasaan ilmu dilakukan melalui pengalaman hidup sehari-hari dan
dipengaruhi oleh sumber belajar yang ada di keluarga, terutama ibu
dan bapaknya. Begitu pentingnya pembinaan dan pendidikan di dalam
keluarga, pendidikan anak sejak dini di dalam keluarga akan tertanam
secara kuat pada diri seorang anak. Sebab pengalaman hidup pada
masa-masa awal umur manusia akan membentuk cirri khas, baik dalam
tubuh maupun pemikiran yang bisa jadi tidak ada yang dapat
mengubahnya sesudah masa itu.
Untuk itu, keluarga secara langsung atau tidak turut juga
mempengaruhi jatidiri seorang manusia. Dari keluargalah lahir
generasi manusia yang bermartabat memiliki rasa kasih sayang dan
saling tolong-menolong diantara mereka. Dengan begitu terciptalah
tatanan hidup yang kuat, yang didukung keluarga-keluarga harmonis
Perkawinan adalah suatu ikatan kehidupan bersama antara pria
dan wanita yang di halalkan Allah Swt. Untuk mendapatkan
mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan serta keturunan yang
shaleh dan shalehah. Begitu juga perkawinan adalah hal yang
naluriyah dan ibadah, sebagai cermin pergaulan manusia dan
melaksanakan perintah-Nya (Basri, 2004:130). Kedua pasangan suami
istri bukan saja diletakkan atas dasar dorongan seksual yang
menggebu-gebu dan perasaan cinta yang buta saja, akan tetapi didasari
pemikiran dan persiapan yang masak serta kedewasaan yang
sesungguhnya.
Kesadaran yang terpokok untuk membina dan melestarikan
perkawinan, bukan hanya terletak di bahu warga yang sedang berlayar
terutama adalah di pundak kedua pemimpin bahtera kehidupan
tersebut, yakni suami dan istri yang bertanggungjawab akan
kelestariannya. Suami atau istri yang memiliki sifat-sifat kepribadian
yang tidak simpatik dan tetap mengembangkan dalam kehidupan
keluarga mudah menimbulkan kebosanan bagi orang lain. Basri
(2004:76) memberikan teori bahwa faktor kedewasaan yang mencakup
fisik, mental, dan sosial perlu mendapatkan perhatian seseorang
sebelum melangsungkan perkawinan. Sebab, dalam perkawinan
mereka diharapkan berkemampuan dalam mengahadapi dan
menyelesaikan persoalan demi persoalan dengan baik. Kedewasaan
pertanggung jawaban dan kemasakan akal pikiran. Oleh karena itu,
suami istri yang telah dewasa diharapkan mampu bertindak dan dapat
berhati-hati serta mempertimbangkan manfaat dan mudharat dari suatu
tindakan atau perbuatan yang dilakukannya.
Dalam membangun mahligai pernikahan, setiap pasangan pasti
menginginkan sebuah keluarga samara (sakinah, mawaddah wa
rahmah). Membangun rumah tangga samara itu seperti layaknya
membangun rumah, yang fondasinya adalah takwa. Di atas fondasi itu
dibangun pilar-pilar atau tiang utama yang berupa sifat suami sebagai
sang pemimpin. Indah atau tidaknya bangunan, juga tergantung dari
penempatan dan pengaturan dinding yang berfungsi sebagai
pembentuk bangunan tadi, serta sebagai pembatas dari area luar dan
penyekat antara ruangan. Dinding ini adalah sifat shalihah seorang istri
(Idain, 2015:5)
Tidak ada seorang pun di dunia ini yang melangkah
membangun mahligai perkawinan tanpa mengharapkan terwujudnya
ketentraman, cinta dan kasih sayang dalam rumah tangganya kelak.
Ada yang beranggapan bahwa samara akan diperoleh apabila
terpenuhinya aspek material, sehingga mereka berlomba mencarinya
dalam rumah-rumah megah, mobil-mobil mewah atau dalam tumpukan
harta yang melimpah. Sementara yang lain mengira bahwa samara ini
kenal lelah, sehingga mereka tak jemu menunggunya dengan hanya
bermunajat di dalam rumah.
Kehidupan berkeluarga yang di dalamnya akan dijumpai
bermacam-macam persoalan ringan atau berat. Semua masalah
memerlukan kedewasaan seseorang dalam menghadapi dan
menyelesaikan persoalan. Selain itu diperlukan keluasan ilmu
pengetahuan, pengalaman, sifat tekun dan tabah serta sabar dalam
menghadapinya. Betapa banyak perkawinan yang telah gagal
disebabkan cara pengambilan keputusan yang mentah dan terkesan
amat tergesa-gesa dan akan mendatangkan penyesalan di kemudian
hari (Basri, 2004:78).
Pada jaman sekarang ini tidak sedikit rumah tangga yang di
penuhi dengan gelimangan harta benda dan materi sampai-sampai
bingung untuk menghabiskan uangnya untuk apa. Namun,
kebahagiaan hampir tidak ada di dalamnya, yang hadir dalam tiap
harinya adalah keributan yang tidak berujung pangkal. Pada akhirnya
nanti jalan perceraian tak bisa dielakan. Sebab rasa bahagia, sedih,
senang, gelisah, tentram ,galau, cinta dan kasih itu semua di dalam
kalbu. Kalbu adalah tempat bersemayamnya perasaan sakinah,
mawaddah wa rahmah.
Pertengkaran dalam keluarga terkadang dipicu hal-hal sepele.
Tanpa pengetahuan yang cukup, hal sepele tadi bisa saja dianggap hal
Kurangnya pemahaman bahwa saling pengertian merupakan keharusan
dalam membangun sebuah keluarga tentu akan menimbulkan
ketidakharmonisan. Keluarga yang sudah tidak harmonis rawan
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan perselingkuhan. Jika
semuanya terjadi, maka muaranya adalah perceraian dan anaklah yang
menjadi korbannya. Fenomena ini merupakan salah satu hal yang
paling dikhawatirkan oleh semua anggota keluarga, termasuk di
dalamnya anak-anak.
Keluarga yang kuat adalah keluarga yang mampu mengelola
kesulitan kesulitan yang dihadapi dengan cara bervariatif maupun
kreatif. Ini menunjukan keluarga tersebut merupakan keluarga yang
kuat. Keluarga kuat bukanlah keluarga tanpa ada permasalahan, namun
keluarga tersebut mampu menyelesaikan permasalahan yang ada .
karakteristik keluarga kuat mampu melihat sisi positif dari suatu
permasalahan, mampu membangun suatu kebersamaan dan
komunikasi yang efektif, fleksibilitas dan mampu mengalokasikan
waktu bersama.
Pada tahun 2010, terjadi 285.184 kasus perceraian di seluruh
indonesia. Penyebab pisahnya pasangan suami-istri jika diurutkan tiga
besar paling banyak akibat faktor ketidakharmonisan, yaitu sebanyak
91.841 perkara, tidak ada tanggung jawab sebanyak 78.407 perkara,
dan masalah ekonomi sebanyak 68.891 perkara. Perceraian dalam
kurang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya sehingga banyak
anak yang salah jalan. Kasus tawuran disebabkan karena masalah
lemahnya ekonomi keluarga, kurangnya pendidikan agama, keluarga
yang kurang harmonis dan orang tua yang sering tidak ada dirumah
( Idain, 2015: 16)
Selain itu, terkait dengan penyebab perceraian di tanah air
dewasa ini, antara lain ada beberapa faktor; antara lain disebabkan
adanya poligami, nikah di bawah umur, jarak usia suami istri terlalu
jauh, perbedaan agama, karena kekerasan dalam rumah tangga.
Termasuk pula disebabkan faktor tingkat atau jarak intelektual
antara pasangan terlalu jauh, perbedaan sosial, faktor ekonomi,politik,
ketidaksesuaian akibat keras kepala, perselingkuhan akibat orang
ketiga, salah satu dipidana, cacat fisik permanen. Yang paling banyak
perceraian akibat faktor ekonomi dan ketidakcocokan pasangan dalam
menjalankan kehidupan rumah tangga.
Hubungan harmonis diperlukan di dalam sebuah keluarga, baik
antara sesama anggota keluarga, maupun antar anggota keluarga
dengan masyarakat. Dengan adanya hubungan yang baik, maka akan
terbina keluarga yang rukun dan damai, sehingga peranan orang tua
dalam pembinaan anak sebagai tunas bangsa akan berhasil dengan baik
dan maksimal. Orang tua yang bijak, hendaknya jangan salah tafsir
terhadap anak-anak yang sudah diserahkan kepada sekolah untuk
sekolah hanya sebatas membantu keluarga dalam mendidik anak anak,
tentunya ketika berada di sekolah (Sahrani, 2011:58).
Seseorang membentuk keluarga barangkali sangat mudah,
namun tidak demikian melestarikan dan mengupayakan keutuhannya.
Membentuk keluarga tidak semudah membangun istana, yang hanya
perlu perangkat materi yang bersifat kebendaan. Seseorang
membangun rumah tangga berkualitas sesuai dengan tuntunan agama
yang terdiri dari manusia yang saling bebeda sifat, sikap, dan latar
belakang kehidupannya. Pernikahan yang hanya dilandasi
perimbangan seksual, kecantikan, kecerdasan, kekayaan, dan pekerjaan
yang mapan seringakali berantakan dan berakhir dengan masalah yang
tidak terselesaikan. Disebabkan pasangan suami istri yang tidak pandai
merawat cinta kasih yang ada, sehingga yang tidak pandai merawat
cinta kasih yang ada, sehingga keharmonisan keluarga tidak tercapai.
Eko berpendapat Keharmonisan adalah Adanya keseimbangan,
keserasian, saling pengertian dan saling memahami serta
keteratuaran.Sedangkan keharmonisan orang tua dalam keluarga
adalah keharmonisan yang terjadi antara kedua orang tua dengan
adanya pengertian, saling memahami, menyayangi, menghormati,
saling bertutur kata yang baik, adanya keseimbangan dan keteraturan
dalam hidup dan saling percaya. Selain itu keluarga harmonis adalah
masalah kehidupan, tetapi tetap mampu mengatasinya dengan
sebaik-baiknya.( Eko, 2007:231)
Keharmonisan berasal dari kata “harmonis” yang artinya adalah selaras, serasi, atau hal/keadaan yang selaras atau serasi dalam rumah
tangga. (Gunarsa,1995:342)
Yang dimaksud keharmonisan orang tua dalam keluarga
adalah keadaan selaras dan serasi yang di jalankan kedua orang tua
(ayah dan ibu) dalam kehidupan berumah tangga sehingga
mewujudkan ketentraman dan kedamaian dalam keluarga (rumah
tangga).
Basri memberikan teori tentang keharmonisan keluarga, yaitu
keluarga yang rukun berbahagia, tertib , disiplin, saling menghargai,
penuh pemaaf, tolong menolong dalam kebajikan, memiliki etos kerja
yang baik, bertetangga dengan saling menghormati, taat mengerjakan
ibadah, berbakti pada yang lebih tua, mencintai ilmu pengetahuan dan
memanfaatkan waktu luang dengan hal yang positif dan mampu
memenuhi dasar keluarga. (Basri,2004:111)
Berdasarkan uraian diatas peneliti mengambil kesimpulan
bahwa keharmonisan keluarga adalah keselarasan, keserasian antara
bapak, ibu, beserta anak-anaknya yang hidup dalam tempat tinggal
bersama yang rukun berbahagia, tertib, saling menghargai, penuh
pemaaf, bertetangga dengan saling menghormati, taat mengerjakan
memanfaatkan waktu luang dengan hal yang positif dan mampu
memenuhi dasar keluarga.
2. Syarat keluarga harmonis
Daradjat (2011:152) menjelaskan beberapa persyaratan dalam
mencapai keluarga harmonis, adapun syarat tersebut antara lain: Saling
mengerti antara suami dan istri, saling menerima, saling menghargai,
saling mempercayai, saling mencintai.
a. Saling mengerti antara suami dan istri
Saling mengerti antara suami dan istri yaitu mengerti latar
belakang pribadinya, yaitu mengetahui secara mendalam sebab akibat
kepribadian (baik sifat dan tingkah lakunya) pasangan, mengerti diri
sendiri memahami diri sendiri, masa lalu, kelebihan dan kekurangan,
dan tidak menilai orang berdasarkan diri sendiri.
b. Saling menerima
Saling menerima yairu menerima apa adanya pribadinya,
tugas, jabatan, dan sebagainya jika perlu diubah janganlah paksakan,
namun doronglah dia agar terdorong merubah sendiri. Karena itu
terimalah dia apa adanya karena menerima apa adanya dapat
menghilangkan ketegangan dalam keluarga. Terimalah hobi dan
kesenangannya asalkan tidak bertentangan dengan norma dan tidak
merusak keluarga.
Saling menghargai yaitu penghargaan sesungguhnya terhadap
sikap jiwa terhadap yang lain. Perlu diketahui bahwa setiap orang
perlu dihargai. Maka menghargai keluarga adalah hal yang sangat
penting dan harus ditunjukkan dengan penuh keikhlasan dan
kesungguhan.
Cara menghargai dalam keluarga dengan menghargai
perkataan dan perasaan anggota keluarga, yaitu menghargai seseorang
yang berbicara dengan sikap yang pantas, menghadapi setiap
komunikasi dengan penuh perhatian positif dan kewajaran,
mendengarkan keluhan. Menghargai bakat dan keinginan sepanjang
tidak bertentangan dengan norma.
d. Saling mempercayai
Saling mempercayai yang dimaksud yaitu rasa percaya antara
suami istri harus dibina dan dilestarikan hingga hal terkecil terutama
yang berhubungan dengan akhlak maupun segala kehidupan.
Diperlukan diskusi tetap dan terbuka agar tidak ada lagi masalah yang
disembunyikan.
e. Saling mencintai
Saling mencintai merupakan tonggak utama dalam
menjalankan kehidupan keluarga. Cinta bukanlah keajaiban yang
kebetulan datang dan hilang. Adapun syarat untuk mempertalikan
dengan cinta adalah lemah lembut dalam bicara, menunujukan
bijaksana dalam pergaulan, menjauhi sikap egois, tidak mudah
tersinggung dan tunjukkan rasa cinta hal ini dapat melalui tindakan,
ucapan, terhadap pasangan.
Fadillah (2012:86-89) bahwa untuk mewujudkan keluarga
yang sakinah mawadah atau keluarga yang sejahtera perlu melalui
proses diantaranya yaitu : memilih pasangan yang shaleh atau
shalehah, niat saat menikah, berusaha menjalankan kewajiban,
mengenali kekurangan dan kelebihan, beribadah bersama-sama, daan
introspeksi diri.
a) Memilih pasangan yang shaleh atau shalehah
Memilih pasangan yang shaleh atau shalehah maksudnya yang
taat menjalankan perintah Allah Swt. dan sunah Rasulullah Saw, serta
pilihlah pasangan yang mengutamakan keimanan dan ketaqwaannya
dari pada kecantikan, kekayaan, dan kedudukannya.
b) Niat saat menikah
Niatkan saat menikah untuk beribadah kepada Allah Swt. dan
untuk menghindari hubungan yang dilarang Allah Swt.
c) Berusaha menjalankan kewajiban
Berusaha menjalankan kewajiban maksudnya seorang suami
berusaha menjalankan kewajiban sebagai seorang suami dengan
dorongan iman, cinta, dan ibadah. Seperti memberi nafkah, memberi
keamanan, memberi didikan islami pada anak istrinya, memberikan
mampu mengajak anggota keluarganya menuju ridha Allah Swt, istri
juga berusaha menjalankan kewajiban sebagai istri dengan dorongan
ibadah. Seperti melayani suami, mendidik putra putrinya tentang
agama dan ilmu pengetahuan, mendidik dengan akhlak, dan menjaga
kehormatan keluarganya.
d) Mengenali kekurangan dan kelebihan
Saling mengenali kekurangan dan kelebihan maksudnya suami
istri saling mengenali kekurangan dan kelebihan pasangannya, saling
menghargai, merasa saling membutuhkan dan melengkapi,
menghormati, mencintai, saling mempercayai, saling keterbukaan dan
membangun komunikasi yang baik antar pasangan dan anggota
keluarga.
e) Beribadah bersama-sama
Beribadah bersama-sama yaitu suami mengajak anak anak dan
istrinya untuk shalat berjamaah atau beribadah bersama-sama seperti
bersedekah, membaca Al-qur’an, ziarah kubur. f) Introspeksi diri
Introspeksi diri yaitu secara berkala ayah mengajak ibu dan
anaknya untuk melakukan introspeksi diri untuk melakukan perbaikan
dimasa yang akan datang. Tujuannya hubungan masing-masing
keluarga menjadi harmonis, terbuka, dan menjaga masing-masing
anggota keluarga.
Aspek-aspek keharmonisan keluarga di antaranya:
Menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga, mempunyai waktu
bersama keluarga,mempunyai komunikasi yang baik antar anggota
keluarga, saling menghargai antar sesame anggota keluarga, kualitas
dan kuntitas konflik yang minim, dan adanya hubungan atau ikatan
yang erat antar anggota keluarga (Meichiati,2004:61).
a. Menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga
Menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga yaitu
sebuah keluarga yang harmonis ditandai dengan terciptanya
kehidupan beragama dalam rumah tersebut. Hal ini penting karena
dalam agama terdapat nilai-nilai moral dan etika kehidupan.
Beberapa penelitian ditemukan bahwa keluarga yang tidak religius
yang penanaman komitmennya rendah atau tanpa nilai agama sama
sekali cenderung terjadi pertentangan konflik dan percekcokan
dalam keluarga, dengan suasana yang seperti ini, maka anak akan
merasa tidak betah dirumah dan kemungkinan besar anak akan
mencari lingkungan lain yang dapat menerimanya.
b. Mempunyai waktu bersama keluarga
Mempunyai waktu bersama keluarga yaitu keluarga yang
harmonis selalu menyediakan waktu untuk bersama keluarganya,
baik itu hanya sekedar berkumpul, makan bersama, menemani
anak bermain dan mendengarkan masalah dan keluhan-keluhan
dan diperhatikan oleh orangtuanya, sehingga anak akan betah
tinggal di rumah.
c. Mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga
Mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga
yaitu komunikasi merupakan dasar bagi terciptanya keharmonisan
dalam keluarga. Remaja akan merasa aman apabila orangtuanya
tampak rukun, karena kerukunan tersebut akan memberikan rasa
aman dan ketenangan bagi anak, komunikasi yang baik dalam
keluarga juga akan dapat membantu remaja untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapinya di luar rumah, dalam hal ini
selain berperan sebagai orang tua, ibu dan ayah juga harus
berperan sebagai teman, agar anak lebih leluasa dan terbuka
dalam menyampaikan semua permasalahannya.
d. Saling menghargai antar sesama anggota keluarga
Saling menghargai antar sesama anggota keluarga yaitu
keluarga memberikan tempat bagi setiap anggota keluarga,
menghargai perubahan yang terjadi dan mengajarkan ketrampilan
berinteraksi sedini mungkin pada anak dengan lingkungan yang
lebih luas.
e. Kualitas dan kuantitas konflik yang minim
Kualitas dan kuantitas konflik yang minim yaitu jika dalam
keluarga sering terjadi perselisihan dan pertengkaran maka suasana
harmonis setiap anggota keluarga berusaha menyelesaikan masalah
dengan kepala dingin dan mencari penyelesaian terbaik dari setiap
permasalahan.
f. Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga
Hubungan yang erat antar anggota keluarga juga
menentukan harmonisnya sebuah keluarga, apabila dalam suatu
keluarga tidak ada lagi rasa saling memiliki dan rasa kebersamaan
akan kurang. Hubungan yang erat anata anggota keluarga ini dapat
diwujudkan dengan adanya kebersamaan, komunikasi yang baik
anata anggota keluarga dan saling menghargai.
Keenam aspek tersebut mempunyai hubungan yang erat
kaitannya dengan yang lainnya. Proses kebahagiaan dalam rumah
tangga sangat ditentukan dari berfungsi tidaknya keenam aspek di
atas, untuk menciptakan keluarga harmonis peran dan fungsi
orangtua sangat menentukan, keluarga yang tidak bahagia atau
tidak harmonis akan mengakibatkan presentase anak menjadi nakal
semakin tinggi.
4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi keharmonisan keluarga
a. Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi keharmonisan keluarga. Karena komunikasi akan
menjadikan seseorang mampu mengemukakan pendapat dan
sebaliknya tanpa adanya komunikasi kemungkinan besar dapat
menyebabkan terjadinya kesalahpahaman yang memicu konflik.
b. Tingkat ekonomi keluarga
Menurut beberapa penelitian, tingkat ekonomi keluarga
juga merupakan salah satu faktor yang menentukan keharmonisan
keluarga. Semakin tinggi sumber ekonomi keluarga akan
mendukung tingginya stabilitas dan kebahagiaan keluarga, tetapi
tidak berat rendahnya tingkat ekonomi keluarga merupakan
indikasi tidak bahagianya keluarga.
c. Sikap orang tua
Sikap orang tua juga berpengaruh terhadap keharmonisan
keluarga terutama hubungan orang tua dengan anak-anaknya.
Orang tua dengan sikap otoriter akan membuat suasana dalam
keluarga menjadi tegang dan anak merasa tertekan, anak tidak
diberi kebebasan untuk mengeluarkan pendapatnya, semua
keputusan ada ditangan orangtuanya sehingga membuat remaja itu
merasa tidak mempunyai peran dan merasa kurang dihargai dan
kurang kasih saying serta memandang orangtuanya tidak bijaksana.
Orang tua yang permisif cenderung mendidik anak terlalu bebas
dan tidak terkontrol karena apa yang dilakukan anak tidak pernah
mendapat bimbingan dari orang tua. Kedua sikap tersebut
cenderung memberikan peluang yang besar untuk menjadikan anak
demokratis dapat menjadi pendorong perkembangan anak kearah
yang lebih positif. ( Jalaludin,1994:127)
5. Keluarga sakinah
Sejatinya salah satu tujuan orang berumah tangga adalah untuk
mendapatkan sakinah atau ketenangan dan ketentraman. Telah menjadi
sunatullah bahwa setiap orang yang memasuki pintu gerbang
pernikahan memimpikan keluarga sakinah, merupakan pilar
pembentukan masyarakat ideal yang dapat melahirkan keturunan soleh
dan solehah.
Anak-anak yang berkualitas hanya akan lahir dari keluarga
yang berkualitas pula. Disini, keluarga sakinah menjadi sistem
terpenting untuk mewujudkan lahirnya anak-anak berkualitas tersebut.
Di dalamnya terdapat nilai-nilai seperti cinta, kasih sayang, komitmen,
tanggung jawab, saling menghormati, kebersamaan dan komunikasi
yang baik. Keluarga yang dilandasi nilai-nilai tersebut akan menjadi
tempat terbaik bagi anak-anak untuk dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal.
Upaya membangun keluarga sakinah, minimal harus ditunjang
oleh keteladanan, cinta ilmu. Hanya keluarga sakinahlah yang dapat
menjadi fondasi tangguh bagi berdirinya masyarakat dan bangsa yang
beradab, maju, dan beriman.
Keluarga sakinah disebut juga rumah tangga teladan yaitu
al-quran dan sunnah serta menjadikannya sebagai dasar keputusan bagi
suami istri dalam menghadapi permasalahan. Rumah tangga teladan
senantiasa memperhatikan kebersihan rohani dan jasmani. Rumah
tangga teladan berdiri diatas fondasi yang kuat berupa ketenangan,
cinta dan kasih sayang, jauh dari kebisingan dan keributan. Rumah
tangga teladan senantiasa memberikan tempat tidur bagi anak-anaknya.
Keluarga sakinah ikut menentukan terwujudnya masyarakat
yang harmonis. Namun untuk mewujudkan masyarakat harmonis
bukan satu-satunya ditentukan oleh keluarga-keluarga sakinah, tetapi
juga ikut ditentukan oleh sistem budaya,nilai-nilai yang dianut
masyarakat setempat. (Ariwibowo, 2015:15)
B. Prestasi Belajar
1. Definisi prestasi belajar
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata mata
mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi atau materi pelajaran. Belajar dapat di definisikan sebagai
setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai
hasil latihan atau pengalaman. Kata belajar memiliki arti yang penting
dalam pembentukan anak sebagai manusia. Begitu pula dalam
pendidikam bagi manusia, belajar memiliki arti yang sangat penting.
Slameto mendefinisikan belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari
hidupnya. Belajar adalah suatu proses yang berlangsung dari keadaan
tidak tahu menjadi tahu atau dari tahu menjadi lebih tahu, dari tidak
terampil menjadi terampil dan belum cerdas menjadi cerdas, dari sikap
belum baik menjadi bersikap baik dari pasif menjadi aktif, dari tidak
teliti menjadi teliti dan seterusnya. Belajar ialah proses yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. (Slameto,2000:2)
Belajar adalah kata kunci yang paling penting dalam
pendidikan karena tanpa belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan.
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan
makna yang terkandung dalam belajar. Dengan belajar manusia secara
bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan keputusan
penting untuk kehidupannya. Karena kemampuan belajar itu pula
manusia berfungsi menjadi khalifah di muka bumi. Belajar menjadikan
manusia dapat mengembangkan dan meningkatkan peradaban dan
martabatnya. Dengan belajar pula dapat mempertahankan eksistensi
manusia di tengah-tengah persaingan hidup.( Helmawati,2016:190)
Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar.
Definisi prestasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu, hasil
yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan,dsb)
(Depdiknas,2007:895). Sedangkan belajar berusaha memperoleh
Prestasi adalah hasil dari pembelajaran. Semua itu diperoleh
dari evaluasi atau penilaian. Setiap orang akan memiliki hasil belajar
atau prestasi yang berbeda-beda. Prestasi yang diperoleh dari hasil
pembelajaran setelah dinilai dan dievaluasi bisa saja rendah, sedang,
ataupun tinggi. Setiap orang memiliki potensi yang berbeda antara satu
dengan yang lain, maka prestasi yang dicapai orangpun akan
berbeda-beda pula. Walaupun seseorang memiliki potensi yang sama dengan
orang lain, tetapi kemampuan pendalaman dan pencapaian dapat saja
berbeda. Semua tergantung pada usaha (kesungguhan) dan doa, karena
bagaimanapun manusia berusaha keras jika Allah belum mengizinkan
keberhasilan baginya, ia belum akan mencapai pretasi yang
diharapkannya.
Dalam pandangan yang lebih luas, prestasi juga dapat
dikatakan sebagai hasil dari perubahan akibat belajar. Terlepas dari
angka yang diperoleh, ketika anak belajar sesuatu dari tidak bisa
menjadi bisa maka ia dapat dikatakan berprestasi. Prestasinya adalah
perubahan itu sendiri. Anak yang tadinya selalu mendapat angka
dibawah KKM ( criteria ketuntasan minimal/batas minimal yang harus
diperolehnya dalam materi tertentu), kemudian ia memperoleh nilai di
atas KKm meskipun bukan angka sempurna, ia dapat dikatakan telah
berprestasi. Anak yang tadinya jarang beribadah, kemudian rajin
beribadah, hafal Al-Quran juga adalah prestasi. (Helmawati,
Tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari prestasi.
Prestasi dapat dikatakan sebagai hasil akhir dari proses belajar
mengajar di kelas serta merupakan perwujudn dari kemampuan diri
yang optimal setelah menerima pelajaran. Prestasi belajar juga dapat
digunakan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas proses belajar
mengajar yang sedang berlangsung. Hasil belajar memuat kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.
2. Teori-teori belajar
Teori-teori tentang belajar diantaranya yaitu:
a. Teori belajar menurut ilmu jiwa daya
Teori ini mengemukakan bahwa jiwa manusia mempunyai
daya-daya. Daya-daya adalah kekuatan yang tersedia. Manusia
hanya memanfaatkan semua daya itu dengan cara melatihnya
sehingga ketajamannya dirasakan ketiks dipergunakan untuk
sesuatu hal. Daya tersebut misalnya daya mengenal, daya
mengingat, daya berfikir, dan daya fantasi (Djamarah,2011:18).
Untuk mempertajam daya berfikir seseorang harus melatihnya
dengan memecahkan permasalahan dari yang sederhana sampai
yang kompleks. Untuk meningkatkan daya fantasi seseorang harus
membiasakan diri merenungkan sesuatu.
b. Teori Tanggapan
Teori ini dikemukakan oleh Herbart, yang menentang Ilmu
dapat menerangkan kehidupan jiwa, untuk itu Hebart
mengemukakan teori Tanggapan, yaitu unsur jiwa yang paling
sederhana adalah tanggapan. Menurut Hebart orang pandai adalah
orang yang mempunyai banyak tanggapan yang tersimpan di dalam
otaknya (Hasan, 1994:93).
c. Teori Gestalt
Gestalt adalah sebuah teori yang dikemukakan oleh Koffka
dan Kohler dari jerman. Menurut teori Gestalt, yang terpenting
adalah penyesuaian pertama, yaitu mendapat respons, atau
tanggapan yang tepat. Belajar yang terpenting bukan mengulangi
hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh
pengertian (Djamarah,2011:19).
d. Teori dari R. Gagne
Gagne memberikan dan definisi tentang masalah belajar,
yaitu:
1) Belajar adalah suatu proses memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
2) Belajar adalah pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh
dari intruksi ( Djamarah,2011:22)
Teori-teori diatas memiliki penekanan yang berbeda-beda.
Disebabkan karena dilihat dari berbagai sudut baik dilihat dari
psikologis maupun paendagogis.
Seorang guru/pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun
sendiri prinsip-prinsip belajar, ialah prinsip belajar yang dapat
dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap
siswa secara individual. Berikut prinsip-prinsip belajar yag harus
disusun oleh seorang guru agar dapat diterapkan terhadap setiap siswa
(Slameto,1991:29):
a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan ikut partisipatif
aktif,meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
intruksional.
b. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,
penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap
pengertiannya.
c. Belajar harus menimbulakn reinforcement dan motivasi yang kuat
pada siswa untuk mencapai tujuan intruksional.
d. Belajar itu proses continue, maka harus tahap demi tahap menurut
perkembangannya.
e. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan
discovery
f. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai
dengan tujuan intruksional yang harus dicapainya.
g. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat
h. Belajar memerlukan lingkungan yang menantang dimana anak
dapat mengembangkan kemampuannya beeksplorasi dan belajar
dengan efektif.
i. Belajar perlu adanya interaksi siswa dengan lingkungannya.
j. Belajar adalah proses kontiguitas (hubungan antar pengertian yang
satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan
pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan
menimbulkan respon yang diharapkan.
k. Pengulangan, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian/ketrampilan/sikap itu mendalam pada siswa.
4. Tujuan belajar
Tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi.
Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai denngan
tindakan intruksional, lazim dinamakan instrucsional effect, yang biasa
berbentuk pengetahuan dan ketrampila. Sementara itu, tujuan belajar
sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar intruksional lazim disebut
nurturant effect. Bentuknya berupa kemampuan berfikir kritis dan
kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan
sebagainya (Suprijono,2011:5).
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik berasal dari diri sendirinya (internal) maupun luar dirinya
merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena
itu,pengenalan guru terhadap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa penting sekali, artinya dalam rangka membantu siswa
mencapai prestasi belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Adapun faktor-faktor yang dimaksud
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal)
1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan
maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini adalah
panca indera yang tidak berfungsi sebagaimana
mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau
perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya
kelanjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.
2) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun
yang diperoleh, terdiri atas.
3) Faktor intelektual yang meliputi faktor potensial, yaitu
kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu
prestasi yang dimiliki.
4) Faktor nonintelektual yaitu unsur-unsur kepribadian
tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan,
motivasi, emosi, dan penyesuaian.
5) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
1) Faktor social yang terdiri atas: lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan
lingkungan kelompok.
2) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,
teknologi, dan kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan
fasilitas belajar.
4) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.
Demikian beberapa faktor internal dan eksternal yang
berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi prestasi belajar siswa (Wiji, 2006:97)
6. Hubungan antara Keharmonisan Keluarga dengan Prestasi Belajar
Orang tua mengharapkan anaknya bisa menjadi orang yang cerdas,
baik, menghormati kedua orang tuanya, taat kepada agama, dan pandai
dalam belajar. Banyak cara yang ditempuh orang tua untuk mencapai
keinginannya tersebut ada yang berhasil ada juga yang tidak berhasil.
Seringkali terjadi bahwa orang tua mungkin kehilangan keyakinan atau
kemampuannya sendiri dalam mendidik anak, atau bahkan menganggap
orang lain lebih mampu mendidik anak dari pada orang tuanya sendiri,
sehingga anak dipercayakan pada pengasuh.
Penelitian ini merupakan penelitian tentang keharmonisan keluarga
dan prestasi belajar. Keluarga diperlukan hubungan yang harmonis, baik
masyarakat. Sebagai orang tua yang bijak hendaknya jangan salah tafsir
terhadap anak-anaknya yang sudah diserahkan kepada sekolah, karena
sekolah hanya membantu keluarga dalam mendidik anak-anaknya.
Berhasil atau tidaknya pendidikan anak disekolah tergantung pada
pendidikan dalam keluarga (Sahrani,2011:58).
Pendidikan manusia dimulai dari keluarga. Keluarga adalah tempat
pertama dan utama bagi pembentukan dan pendidikan anak. Jika ingin
membentuk anak yang shaleh dan shalehah, cerdas serta terampil, maka
harus dimulai dari keluarga. Agar terbentuk keluarga yang sehat dan
bahagia pun para orang tua perlu pengetahuan yang cukup sehingga
mampu membimbing dan mengarahkan setiap anggota keluarga menuju
tujuan yang diharapkan.
Dari uraian-uraian diatas, dapat dipahami kesuksesan anak belajar,
prestasi yang diperoleh siswa di sekolah, juga di pengaruhi oleh
keharmonisan keluarga. Maka dari itu kondisi keluarga yang harmonis