S
tandar normal Allah bagi orang Kristen dapat diringkas sebagai berikut:Saya tidak hidup lagi! Sekarang Kristuslah yang hidup di dalam saya (Galatia 2:20).
Ada dua aspek keselamatan yang seharusnya dimanifestasikan dalam kehidupan orang Kristen: yang pertama adalah pengampunan dosa; yang kedua adalah pembebasannya dari berbuat dosa. Siapa saja yang tidak mengalami kedua aspek ini dalam kehidupannya adalah hidup di bawah hak istimewa yang telah Allah dapatkan bagi kita di dalam Kristus.
Karena pemahaman kita yang terbatas tentang keadaan sifat dosa kita, kita tidak memiliki penghargaan yang benar terkait betapa tidak berdayanya manusia jasmani itu. Jadi, kita masih memiliki harapan-harapan dalam diri kita sendiri. Dan sebagai akibat dari pola pikir yang keliru ini, kita berpikir bahwa kita dapat menyenangkan Allah.
Darah dapat membasuh dosa-dosa saya, tetapi tidak dapat membasuh
“manusia lama” saya (Roma 6:6). Untuk inilah kita membutuhkan Salib, agar manusia lama itu dapat disalibkan. Meskipun darah berurusan dengan dosa, Saliblah yang berurusan dengan orang berdosa.
2
R A H A S I A K U A S A R O H A N I
Pada awal kehidupan Kristen, kita prihatin dengan perbuatan kita dan bukan dengan siapa kita; kita lebih tertekan oleh apa yang telah kita lakukan daripada oleh apa yang kita alami. Kita berpikir bahwa andai saja kita dapat memperbaiki hal-hal tertentu, kita akan menjadi orang Kristen yang baik; oleh karena itu, kita mulai mengubah perbuatan-perbuatan kita. Kita mencoba menyenangkan Tuhan, tetapi kita mendapati bahwa sesuatu di dalam diri kita tidak ingin menyenangkan Dia. Dan semakin kita mencoba memperbaiki berbagai perkara secara eksternal, semakin kita menyadari betapa dalamnya masalah itu sebenarnya.
Karena kita datang ke dunia ini melalui kelahiran, kita harus keluar dengan kematian. Untuk mengakhiri keberdosaan kita, kita harus mengakhiri kehi-dupan. Tetapi bagaimana kita mati? Bukan dengan mencoba bunuh diri.
Sebaliknya, kita mati dengan mengakui bahwa Allah telah berurusan dengan kita dalam Kristus. Ini diringkas dalam pernyataan sang rasul, “Atau tidak tahu
kah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematianNya?” (Roma 6:3).
Salib mengakhiri ciptaan pertama, dan dari kematian dihadirkan seorang ciptaan baru di dalam Kristus: Manusia Kedua.
Syarat-syarat menjalani kehidupan Kristen ada empat:
(1) mengetahui—pewahyuan dari Allah tentang apa yang telah Kristus lakukan bagi kita,
(2) merenungkan—mengalami apa yang telah Allah nyatakan kepada kita dalam kehidupan kita,
(3) mempersembahkan diri kita kepada Allah—pengudusan (konsekrasi) bagi Allah terkait dengan hidup baru yang telah Dia tempatkan di dalam kita, dan
(4) berjalan dalam Roh—pendewasaan dalam roh kita untuk peka terhadap setiap pimpinan-Nya. Pengalaman setiap orang percaya seharusnya mencakup empat kondisi ini.
Cara pembebasan Allah sama sekali berbeda dari cara manusia. Cara manusia adalah mencoba menekan dosa dengan berusaha mengatasinya; Cara Allah adalah menyingkirkan pendosanya. Banyak orang Kristen berduka atas
3
K e h i D u P a n K R i s t e n y a n g n o R m a l
kelemahan mereka, berpikir bahwa seandainya mereka lebih kuat maka semuanya akan baik-baik saja. Tetapi cara Allah membebaskan kita dari dosa bukanlah dengan membuat kita kian lama kian kuat; melainkan dengan membuat kita kian lama kian lemah. Allah membebaskan kita dari kuasa dosa, bukan dengan menguatkan manusia lama kita, tetapi dengan menyalibkan dia; bukan dengan membantunya melakukan apa saja, tetapi dengan menyingkir dia sepenuhnya dari tempat kejadian.
Ini sama sekali bukan pengetahuan intelektual, tetapi pembukaan mata hati—untuk melihat apa yang kita miliki di dalam Kristus.
Agar Firman Allah yang tertulis menjadi Firman yang hidup dari Allah bagi Anda, Dia harus memberi Anda “roh hikmat dan wahyu dalam pengenalan akan Dia” (Efesus 1:17 KJV).
Kita adalah pabrik, dan tindakan kita adalah produk. Darah Tuhan Yesus telah berurusan dengan pertanyaan tentang produk, yaitu, dosa-dosa kita, dan Salib telah menyapu bersih pabrik yang memproduksi barang-barang itu.
Apa yang ada “di dalam Kristus” tidak dapat berbuat dosa; apa yang ada
“di dalam Adam” dapat berdosa dan akan berdosa setiap kali Setan diberi kesempatan untuk mengerahkan kuasanya atas itu.
Iman adalah substansi dari hal-hal yang diharapkan (Ibrani 11:1). Ini berarti membuat hal-hal itu nyata dalam pengalaman. Substansi adalah objek yang saya miliki—sesuatu di hadapan saya. ‘Membuktikan dengan fakta’ artinya saya memiliki kekuatan atau kemampuan untuk membuat substansi itu menjadi nyata bagi saya.
Janji-janji Allah dinyatakan kepada kita oleh Roh-Nya sehingga kita dapat memegangnya.
Sebagai orang Kristen, Alah tidak pernah menyuruh kita untuk berjuang masuk ke dalam Kristus. Kita tidak disuruh ke sana, karena kita sudah ada di sana. Namun, kita diperintahkan untuk tetap berada di tempat Allah menem-patkan kita.
Dalam berurusan dengan Kristus, Allah telah berurusan dengan orang Kristen; dalam berurusan dengan sang Kepala, Dia telah berurusan dengan semua anggota. Salah besar jika kita untuk berpikir bahwa kita dapat mengalami
4
R A H A S I A K U A S A R O H A N I
apa pun yang berkaitan dengan kehidupan rohani hanya dari diri kita sendiri, tanpa Allah.
Setiap pengalaman rohani sejati berarti bahwa kita telah menemukan suatu fakta tertentu di dalam Kristus, dan telah memasuki pengalaman-Nya.
Salib adalah hal negatif paling ekstrem di alam semesta, karena dengan salib itu Allah menghapus segala sesuatu yang bukan berasal dari-Nya sendiri;
hal positif terbesar di alam semesta adalah Kebangkitan, karena melaluinya Allah mewujudkan semua yang akan Dia miliki dalam tatanan baru dari segala sesuatu. Salib adalah pernyataan Allah bahwa segala sesuatu di dalam kita dari ciptaan lama harus mati, karena tidak ada Adam pertama yang dapat melewati Salib.
Ada dunia lama dan dunia baru, dan di antara keduanya ada kubur. Dan meskipun Allah telah menyalibkan saya bersama Kristus, saya masih harus setuju untuk diasingkan ke kubur.
Apa yang belum melewati kematian tidak akan pernah bisa dikuduskan bagi Allah, karena Allah hanya akan menerima apa yang berasal dari tatanan baru tersebut—apa yang berkaitan dengan Roh-Nya.
Mempersembahkan diri saya kepada Allah menyiratkan suatu pengakuan bahwa saya sudah milik-Nya sepenuhnya.
Bagaimana kita bisa mengharapkan Tuhan untuk hidup di dalam kita jika kita tidak mempersembahkan hidup kita kepada-Nya?
Jika kita memberikan diri tanpa pamrih kepada Tuhan, mungkin ada banyak penyesuaian yang harus dilakukan. Allah tidak akan membiarkan sisa apa pun dari manusia lama kita. Jari-Nya akan menyentuh, poin demi poin, hal-hal yang bukan milik-Nya sampai segala sesuatu dari sifat lama kita di singkirkan.
Allah akan selalu menghancurkan apa yang dipersembahkan kepada-Nya.
Pertama Dia menghancurkan apa yang diambil-Nya; tetapi—setelah hancur—Dia memberkati, dan kemudian menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan orang-orang lain (Markus 6:41).
Kita semua harus pergi ke Salib, karena secara alami, apa yang ada di dalam diri kita adalah kehidupan keakuan. Adam lebih memilih kehidupan keakuan daripada kehidupan ilahi; oleh karena itu, Allah harus mengumpulkan semua yang ada di ‘dalam Adam’ dan mengakhirinya.
5
K e h i D u P a n K R i s t e n y a n g n o R m a l
Jika kita tidak memiliki pengalaman pencurahan Roh Kudus, kita harus meminta kepada-Nya pewahyuan tentang fakta kekal bahwa itu adalah karunia dari Tuhan yang dimuliakan bagi gereja-Nya. Kemudian, setelah kita melihat fakta ini, upaya-upaya kita akan berubah menjadi pujian.
Orang-orang Kristen di Korintus telah menjadi sibuk dengan tanda-tanda pencurahan Roh Kudus yang terlihat. Pada saat yang sama, hidup mereka penuh kontradiksi dan menjadi cela bagi nama Tuhan. Meskipun ada Roh Kudus yang tinggal di dalam mereka, mereka tidak (kurang) memiliki pe-ngenalan akan hadirat-Nya. Oleh karena itu, pewahyuan dari Roh yang tinggal di dalam mereka adalah solusi yang Paulus tawarkan kepada orang-orang Kristen di Korintus untuk ketidak-rohanian mereka (1 Korintus 2).
Untuk mengalami kehidupan Kristus secara praktis, harus ada suatu hari, sepasti hari pertobatan kita, ketika kita menyerahkan semua hak atas diri kita sendiri dan tunduk kepada ketuhanan mutlak Yesus Kristus di setiap area kehi-dupan kita. Pewahyuan akan persyaratan ini adalah langkah pertama menuju keku dusan; konsekrasi (mempersembahkan seluruh hidup kita) adalah langkah kedua.
Sampai ketuhanan Kristus menjadi hal yang menetap di dalam hati kita, Roh Kudus tidak dapat bekerja secara efektif di dalam kita. Jika kita tidak memberikan otoritas mutlak dalam kehidupan kita kepada Kristus, meskipun mungkin Dia hadir, Dia tidak dapat berkuasa. Kekuatan Roh ditahan.
Orang berdosa yang diampuni sangat berbeda dari orang berdosa biasa, dan orang Kristen yang dikuduskan sangat berbeda dari orang Kristen biasa.
Kasih karunia berarti Allah telah melakukan sesuatu untuk saya; hukum berarti bahwa saya harus melakukan sesuatu untuk Allah.
Masalah dengan hukum taurat bukanlah tuntutannya yang tidak adil, tetapi bahwa saya, sebagai orang berdosa, tidak dapat memenuhi tuntutan hukum tersebut.
Hukum taurat membuat kelemahan kita menjadi nyata. Kalau bukan karena hukum taurat, kita tidak akan pernah tahu betapa lemahnya kita. Hukum taurat itulah yang memperlihatkan sifat sejati kita.
Hukum taurat tidak diberikan dengan harapan bahwa kita akan me na-atinya; itu diberikan dalam pengetahuan penuh bahwa kita akan melanggarnya.
6
R A H A S I A K U A S A R O H A N I
Dan ketika kita telah melanggarnya sepenuhnya, barulah kita yakin akan ke-butuhan mutlak kita, maka tujuan hukum taurat itu telah tercapai sepenuhnya.
Hukum taurat telah menjadi kepala sekolah kita untuk membawa kita kepada Kristus, sehingga Dia sendiri dapat menggenapinya di dalam kita (Galatia 3:24).
Apa artinya dibebaskan dari hukum taurat? Ini berarti bahwa mulai sekarang saya tidak akan lagi mencoba melakukan apa pun untuk menye-nangkan Allah; karena jika saya melakukannya, maka saya segera menempatkan diri saya di bawah hukum taurat. Oleh karena itu, saya tidak memiliki alternatif;
Saya harus membiarkan Kristus menggenapi hukum di dalam diri saya. Dan akhirnya, saya melihat bahwa hanya inilah yang diperkenan Allah (Matius 5:17).
Inilah pembebasan dari hukum taurat!
Hanya setelah mencapai titik keputusasaan dalam diri kita—sehingga kita bahkan berhenti mencoba—kita menaruh kepercayaan kita kepada Tuhan untuk memanifestasikan hidup kebangkitan-Nya di dalam kita. Semakin cepat kita berhenti mencoba, semakin baik. Karena hanya dengan berhenti berusaha dengan kekuatan sendirilah kita memberi tempat kepada Roh Kudus. Dan kemudian, kita akan melihat kuasa yang lebih kuat dari diri kita sendiri yang membawa kita melewatinya.
Selama kita mencoba melakukan apa saja, Roh Kudus tidak bisa melakukan apa-apa. Kita gagal karena usaha kita.
Kita semua harus sampai pada titik di mana kita berkata, “Tuhan, saya tidak dapat melakukan apa pun untuk-Mu, tapi saya percaya kepada-Mu untuk melakukan segalanya dalam diri saya.”
Satu alur pemikiran yang salah yang lazim di kalangan orang Kristen adalah ini: kita tahu bahwa pembenaran adalah milik kita melalui Tuhan Yesus dan itu tidak memerlukan usaha dari pihak kita, tetapi kita pikir pengudusan ber gantung pada usaha kita sendiri. Kita tahu kita dapat menerima pengam-punan hanya dengan mengandalkan Tuhan sepenuhnya, namun kita percaya kita dapat memperoleh pembebasan dengan melakukan sesuatu dari kekuatan sen diri.
Setelah keselamatan, kebiasaan lama untuk “melakukan” muncul kembali de ngan sendirinya, dan kita memulai upaya diri kita yang lama lagi. Namun, Alki tab menyatakan bahwa, baik dalam pembenaran dan pengudusan, yang mengerja-kan adalah Allah. “Allah yang bekerja di dalam kamu” (Filipi 2:13, NKJV).
7
K e h i D u P a n K R i s t e n y a n g n o R m a l
Hidup di dalam Roh berarti saya percaya Roh Kudus melakukan di dalam saya apa yang tidak dapat saya lakukan sendiri. Ini bukan hal mencoba, tetapi percaya; bukan hal pergumulan, tetapi mengandalkan Allah (memasuki perhentian dalam Dia.)
Salib telah diberikan untuk memperoleh keselamatan bagi kita; Roh telah diberikan untuk menghasilkan keselamatan di dalam kita.
Kita berpikir bahwa kehidupan Kristen adalah “kehidupan yang diubahkan,”
tetapi sebenarnya tidak. Apa yang Allah tawarkan kepada kita adalah “kehidupan yang ditukar,” “kehidupan yang digantikan”, dan Kristus adalah pengganti di dalam kita.
Banyak orang percaya memiliki pengertian yang salah tentang pengudusan.
Secara umum dipahami bahwa setiap hal dalam kehidupan kita seharusnya kudus. Tetapi itu bukan kekudusan, melainkan buah kekudusan. Kekudusan adalah Kristus.
Saya tidak bisa menyenangkan Allah, tetapi tidak ada kata “Saya tidak bisa” di dalam Kristus. “Aku dapat melakukan segala sesuatu melalui Kristus yang menguatkan aku” (Filipi 4:13, NKJV).
Jika kita melepaskan kehendak kita sendiri dan percaya sepenuhnya kepada-Nya, kita tidak akan jatuh tergeletak dan hancur; sebaliknya, kita akan jatuh ke dalam “hukum Roh kehidupan” (Roma 8:2, NKJV). Karena Allah tidak hanya memberi kita hidup, tetapi Dia juga memberi kita suatu hukum kehi dupan.
Pewahyuan selalu mendahului iman.
Salah satu masalah terbesar Allah di gereja saat ini bukanlah denominasi dan berbagai perpecahan buatan manusia dalam tubuh Kristus; namun, hati individualistis kita sendirilah yang menciptakan dan terus mendukung perpecahan ini.
Apa yang Allah inginkan lebih dari apa pun adalah orang yang begitu menginginkan hati Allah sendiri.
Masalah dengan banyak dari kita sebagai orang Kristen adalah bahwa kita telah mengubah saluran yang mengarahkan energi kita, tetapi kita tidak meng-ubah sumber energi itu. Kita cenderung lupa bahwa dalam menangani hal-hal ilahi, itu bukan perkara nilai perbandingan, tetapi asalnya. Dari mana sum ber daya itu berasal? daging kita? Atau kehidupan kebangkitan Kristus!
8
R A H A S I A K U A S A R O H A N I
Roh Kudus telah ditugaskan untuk mengajar kita (Yohanes 14:26). Dia melakukannya dengan berhati-hati meletakkan jari-Nya pada sesuatu dari sifat lama yang dilihat-Nya di dalam kita dan berkata, “Ini jasmaniah; ini ber-sumber pada manusia lama dan tidak berasal dari-Ku. Ini tidak boleh tinggal di sini.” Sebelum Dia melakukannya, mungkin kita setuju pada prinsipnya, tetapi kita tidak pernah bisa benar-benar melihat kebenarannya. Mungkin kita setuju dan bahkan menikmati pengajaran itu, tetapi kita tidak akan pernah benar-benar muak pada diri kita sendiri.
Terang hanya memiliki satu hukum: terang bersinar di mana pun itu diterima.
Kita tidak dapat mengetahui adanya kebencian terhadap dosa maupun pengkhianatan terhadap keakuan kita sebelum kita mengalami kilatan pe-wahyuan dari Allah atas kita, yang membuat kita dapat melihat seperti Allah melihat.
Hanya ada sedikit sekali bukti dari kehidupan rohani—tempat kehidupan itu ada di dalam diri kita, karena jiwa menyelimuti dan mengurung kehidupan itu sampai-sampai itu tidak dapat menemukan jalan keluarnya. Jika kita hidup dalam jiwa, kita bekerja dan melayani dengan kekuatan lahiriah kita, bukan mengambilnya dari Allah.
Allah ingin membawa kita ke titik di mana kekuatan lahiriah kita tersentuh dan melemah secara fundamental (Kejadian 32:24-25), sehingga kita tidak berani lagi untuk memercayai diri sendiri.
Ketika kita benar-benar “mencurahkan” diri kita untuk Dia, itu menda-tangkan kepuasan sejati dalam hati Allah (Matius 26:7-8).
Kita tidak bisa menyuntikkan gairah rohani secara paksa kepada orang lain; kita tidak bisa memaksa orang lain agar lapar. Kelaparan harus diciptakan, dan itu dapat diciptakan dalam diri orang-orang lain hanya oleh mereka yang membawa impresi Allah. Tetapi di dalam diri kita juga harus ada sesuatu yang melepaskan keharuman Kristus yang kita miliki dan itu menghasilkan kesadaran akan kebutuhan dalam diri orang-orang lain. Dan sesuatu itu adalah kesediaan untuk menyerahkan, suatu pemecahan dan pencurahan segalanya bagi Allah.
Inilah yang menarik orang-orang lain untuk keluar dan mengenal Tuhan.
9