• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Penyediaan Air Minum

2.1.6 Kehilangan Air

2.1.6.2 Kehilangan Air Non Fisik

Kehilangan air non fisik adalah hilangnya sejumlah air minum pada proses pendistribusian dan pelayanan air minum kepada pelanggan PDAM yang tidak diperlihatkan oleh adanya aliran air secara fisik yang keluar dari sistem jaringan pipa distribusi dan pelayanan PDAM. Penyebab terjadinya Kehilangan air non fisik yaitu:

3. Faktor Teknis, antara lain : a. Meter air tidak akurat

Salah satu penyebab kehilangan air komersial yang paling banyak ditemui adalah akurasi meter. Meter air mekanikal, yang didalamnya

terdapat roda atau gigi yang terbuat dari bahan plastik, seiring dengan usia akan aus, dan menyebabkan meter air mencatat lebih rendah dari pemakian semestinya. Oleh sebab itu meter harus secara berkala diteraulang (re-kalibrasi) Meter air jenis ultra sonic dan magnetic tidak terlalu terpengaruh ketelitiannya oleh usia meter. Kualitas air yang buruk juga merupakan salah satu penyebab turunnya kinerja meter air. Bisa lebih cepat memburuk apabila airnya agresif. Pengendapan kotoran bisa mempengaruhi mekanik meter, sehingga meter gagal mencatat aliran.

4. Faktor Non Teknis, antara lain :

a. Kesalahan pembacaan angka pada meter air Sambungan Rumah (SR) b. Kesalahan pencatatan hasil pembacaan meter air Sambungan Rumah

(SR)

c. Kesalahan perhitungan hasil pembacaan meter air Sambungan Rumah (SR)

d. Hasil pembacaan meter air Sambungan Rumah (SR) yang diperkirakan e. Meter air Sambungan Rumah (SR) tidak dibaca

f. Kecurangan pelanggan (meter air ditempel magnit, ditusuk jarum, ditetesi larutan garam, dimiringkan, dibalik dsb).

Keakuratan meter pencatat debit dan air masuk (flow meter) produksi sangat menentukan untuk menghitung NRW sistem. Ada berbagai jenis meter yang mempunyai keakuratan bervariasi (Tabel 2.1)

Tabel 2.1 Indikatif Keakuratan Meter

Peralatan/Metode Kisaran Perkiraan Keakuratan

Meter Air Elektromagnetik <0,15 -0,5%

Meter Air Ultrasonik 0,5 - 1%

Insertion Meter <2%

Meter Mekanik 1,0 - 2%

Meter Venturi 0,5 - 3%

Meas Weir di saluran terbuka 10 - 50% Volume dihitung dengan kurva pompa 10 - 50%

Catatan: Keakuratan meter sesungguhnya akan tergantung pada banyak faktor (seperti profil aliran, kalibrasi, pemasangan meter, perawatan) dan harus diverifikasi kasus per kasus

Adapun terjadinya Kehilangan air secara fisik dan non fisik pada proses pendistribusian dan pelayanan air minum PDAM disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1. Faktor penyebab kehilangan air secara fisik

a. Kualitas material yang digunakan kurang baik b. Pekerjaan pemasangan pipa kurang baik

c. Pekerjaan galian dan penimbunan kembali pipa tidak memenuhi syarat d. Tekanan air pada sistem jaringan pipa terlalu tinggi

e. Umur material telah melewati batas umur teknisnya

2. Faktor penyebab kehilangan air secara non fisik

a. Kemampuan petugas pembaca meter air Sambungan Rumah (SR) rendah b. Pengetahuan pelanggan PDAM rendah

c. Penerapan peraturan belum dilakukan/tidak tegas.

Program yang direncanakan untuk menurunkan kehilangan air meliputi :

1. Pemasangan Dan Penggantian Water Meter Induk

Pemasangan dan penggantian water meter induk dilakukan terhadap : a. Water meter induk produksi (terdapat pada unit sumber air baku). b. Water meter induk distribusi (terdapat pada unit reservoir)

2. Pemasangan Dan Penggantian Water Meter Konsumen

Pemasangan dan penggantian water meter konsumen dilakukan terhadap : a. Water meter konsumen yang belum terpasang

b. Water meter konsumen yang rusak

c. Water meter konsumen yang buram (sulit dibaca)

d. Water meter konsumen yang umur teknisnya sudah habis (berumur lebih dari 5 tahun).

3. Rehabilitasi Pipa

Rehabilitasi pipa dilakukan terhadap pipa transmisi dan pipa distribusi berdasarkan lokasi yang prioritas menggunkan pipa HDPE. Sejak

diluncurkan program NRW pada tahun 2012, PDAM Kota Malang menggunakan pipa HDPE dan GI untuk perbaikannya.

4. Pressure Management

Manajemen tekanan merupakan salah satu elemen yang paling mendasar dalam strategi pengelolaan kehilangan air yang kuat. Laju kehilangan air dalam jaringan distribusi air merupakan satu fungsi tekanan pompa atau menurut gravitasi. Ada sejumlah metode untuk mengurangi tekanan dalam sistem, termasuk pompa pengendali kecepatan variabel dan zoning tekanan berdasarkan elevasi. Namun yang paling umum dan efektif dari segi biaya adalah katup pengurang tekanan otomatis (Pressure Reducing Valve) atau PRV. Alat tersebut nantinya akan dipasang pada titik-titik strategis dalam jaringan untuk mengurangi atau mempertahankan tekanan jaringan pada tingkat tertentu yang sudah ditetapkan. Katup pada PRV menjaga tekanan hilir yang sudah ditetapkan sebelumnya tanpa memperhatikan tekanan hulu atau fluktuasi laju aliran. PRV biasanya diletakkan di pipa inlet DMA sejajar dengan meter air DMA. PRV yang dipasang di setiap DMA harus dilakukan setting terlebih dahulu. Langkah-langkah untuk melakukkan setting pada PRV adalah sebagai berikut:

• Ukur pressure di lokasi crtitical point, kemudian pasang pressure logger non online

• Ukur pressure di inlet dan outlet PRV

• Buka isolating valve dan/ball valve

• Buka stop valve

• Buang udara dalam bonnet dengan membuka plug fenting PRV

• Arahkan solenoid ke posisi off ketika mengatur tekanan low

• Atur tekanan pada downstream dengan memutar pilot

• Apabila ingin menambah tekanan downstream, putar searah jarum jam

• Apabila ingin mengurangi tekanan downstream, putar berlawanan jarum jam

• Buka solenoid ON ketika setting tekanan high

• Pastikan nilai pressure apakah sudah sesuai dengan keinginan dengan cara control manual di solenoid (on-off manual)

• Setting selesai

5. Pemantauan District Meter Area (DMA)

Pemantauan District Meter Area (DMA) dilakukan dengan cara membandingkan debit yang masuk DMA dengan pemakaian pelanggan di DMA tersebut. Kemudian setelah mengetahui prosentase NRW di DMA tersebut dan apabila nilai prosentase NRWnya > 30%, maka akan dilakukan tindakan penurunan NRW dengan metode step test dan survey commercial losses.

6. Pemantauan Kualitas Air

Kualitas air sangat berpengaruh terhadap kondisi pipa dan aksesorisnya. Air dapat menyebabkan korosif maupun kerak. Dalam operasi pengolahan air korosi dapat terjadi pada hampir seluruh logam yang terkena air. Ada beberapa faktor yang menyebabkan korosi yaitu (Roberge dkk, 1999):

1. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) → DO berperan dalam sebagian

proses korosi, bila konsentrasi DO naik, maka kecepatan korosi akan naik. 2. Zat padat terlarut jumlah (Total Dissolved Solid) → konsentrasi TDS

sangatlah penting, karena air yang mengandung TDS merupakan penghantar arus listrik yang baik dibandingkan dengan air tanpa TDS. Aliran listrik diperlukan untuk terjadinya korosi pada pipa logam, oleh karena itu jika TDS naik, maka kecepatan korosi akan naik.

3. pH dan Alkalinitas → mempengaruhi kecepatan reaksi, pada umumnya

pH dan alkalinitas naik, kecepatan korosi akan naik.

4. Temperatur → makin tinggi temperatur, reaksi kimia lebih cepat terjadi

dan naiknya temperatur air pada umumnya menambah kecepatan korosi. 5. Tipe logam yang digunakan untuk pipa dan perlengkapan pipa → logam

yang mudah memberikan elektron atau yang mudah teroksidasi, akan mudah terkorosi.

6. Aliran listrik → Aliran listrik yang diakibatkan oleh korosi sangat lemah dan isolasi dapat menghalangi aliran listrik antara logam-logam yang berbeda, sehingga korosi Galvanis dapat dihindari. Bilamana aliran listrik

yang kuat melewati logam yang mudah terkorosi, maka akan menimbulkan aliran nyasar dari sistem pemasangan listrik di pelanggan yang tidak menggunakan aarde, hal ini menyebabkan korosi cepat terjadi. 7. Bakteri → tipe bakteri tertentu dapat mempercepat korosi, karena mereka

akan menghasilkan karbon dioksida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S), selama masa putaran hidupnya. CO2 akan menurunkan pH secara berarti sehingga menaikkan kecepatan korosi. H2S dan besi sulfida, Fe2S2, hasil reduksi sulfat (SO42–) oleh bakteri pereduksi sulfat pada kondisi anaerob, dapat mempercepat korosi bila sulfat ada di dalam air. Zat-zat ini dapat menaikkan kecepatan korosi. Jika terjadi korosi logam besi maka hal ini dapat mendorong bakteri besi (iron bacteria) untuk berkembang, karena mereka senang dengan air yang mengandung besi.

Korosifitas dan pembentukan kerak dapat diketahui dengan menghitung Indeks Stabilitas atau Langelier Index (LI) atau Saturation Index (SI) atau disingkat LSI. Langelier Index memberikan indikasi apakah air bersifat membentuk kerak atau menimbulkan korosif. Hasil dari perhitungan Langelier Index menghasilkan nilai LSI index value. Interpretasi dari Langelier Index value dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Langelier Saturation Index Value

No. LSI Index Value Indikasi

1 2,0 Pembentukan kerak (scale) dan tidak menimbulkan korosif

2 0,5 Sedikit membentuk kerak

(scale) dan menimbulkan korosif

3 0,0 Netral

4 -0,5 Sedikit menimbulkan korosif tetapi tidak membentuk kerak

5 -2,0 Sangat korosif

Dokumen terkait