• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keinginan Amerika Serikat Untuk Membantu Krisis Perang Saudara di

BAB IV MOTIVASI AMERIKA SERIKAT DALAM MEMBERIKAN BANTUAN

A. Keinginan Amerika Serikat Untuk Membantu Krisis Perang Saudara di

Suriah.

B. Kejahatan Perang Menjadi Motivasi Amerika Serikat Memberikan Bantuan.

C. Hak Kesetaraan Masyarakat Suriah Dengan Masyarakat Dunia. D. Demokrasi Merupakan Sistem Yang Lebih Cocok di Aplikasikan.

E. Dukungan Masyarakat Amerika Serikat Untuk Terlibat Memberikan Bantuan.

18

BAB II

KONFLIK DI SURIAH

A. Sejarah Perang Sipil di Suriah

Suriah merupakan negara yang terletak di Asia barat yang berbatasan langsung dengan negara Libanon di barat, Turki di utara, Iraq di timur, dan Yordania di selatan. Negara Suriah berdiri dari mandat Perancis di liga bangsa paska Perang Dunia pertama, Suriah merdeka dari tangan Perancis pada 17 April 1946. Mayoritas penduduk Suriah adalah bangsa arab, dan para penduduknya menganut beberapa ajaran kepercayaan, seperti Alawit, Druze, Sunni dan Kristen. Ada juga beberapa kelompok etnis seperti; Armenia, Assyria, Kurdi, dan Turki Yezidi. Ajaran Sunni merupakan ajaran yang banyak dianut oleh penduduk di

Suriah.26

Perang sipil di Suriah menjadi perang yang memakan banyak korban jiwa

yakni rakyat sipil. Perang sipil tersebut berlangsung lebih dari 1000 hari.

Kekerasan yang terjadi di Suriah menyebabkan banyaknya warga Suriah pergi

meninggalkan negara yang dalam keadaan tidak kondusif.27 Kekerasan yang

terjadi di Suriah ini menjadi perhatian dunia internasional dimana banyak

pelanggaran HAM yang terjadi akibat perang sipil tersebut.28

26“The World Factbook,” CIA Factbook [database on-line]; tersedia di

https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/sy.html ; Internet; diakses pada 9 September 2014.

27

Major Lars Cramer-Larsen and Professor Bertel Heurlin, “Syria: Civil-military relations during Civil War,” Contemporary Conflicts Issue 01, Volume 02, (2014): h. 1.

28

19

Sejak diproklamasikannya kemerdekaan Suriah, tercatat setidaknya ada empat kali kudeta yang terjadi di negara itu. Kudeta pertama dilakukan oleh Hunsi Zaim atas pemerintahan presiden Shukri Al-Quwatly pada 30 Maret 1949. Kemudian Dilanjutkan dengan kudeta oleh Kolonel Sami Hinnawi pada 14 Agustus 1949 yang berhasil mengangkat Hashim Al-Atassi menjadi presiden sementara. Dan pada akhir desember 1949 Letnan Kolonel Adib Shishakli melakukan kudeta lagi dan berhasil mengangkat seorang sipil, Khalid Al-Azeem,

menjadi presiden29.

Kejadiaan yang serupa pernah tejadi pada naiknya masa pemerintahan

Hafedz Al-Assadd, Coup d’etat terjadi pada tahun 1971 dan pada waktu itu

Menteri Pertahanan Suriah, Hafez Al-Assad, naik ke tampuk kekuasaan sebagai Perdana Menteri. Di tahun berikutnya, perwira Angkatan Udara Suriah ini diangkat menjadi Presiden Suriah. Pada masa transisi ini juga mulai banyak demonstrasi menentang rezim al Assad dan ketika itu banyak korban meninggal berjatuhan akibat perlawanan terhadap rezim Hafedz yaitu ayah dari Bashar Al Assad yang sekarang menjadi presiden Suriah.

Aksi protes yang terjadi di Suriah, merupakan aksi demonstrasi besar yang pertama, sejak 41 tahun berlangsung aksi "revolusi menentang" rezim Hafez Al-Assad ayah dari Bashar Al-Al-Assad yang pada rezim sebelumnya mengendalikan

kekuasaan dengan tangan besi.30

29George Lenczowski, “Timur Tengah Di Kancah Dunia,” Sinar Biru Algesindo, Bandung: , 1993, h. 198-209

30

David Pryce-Jones “Syria next ? The Horrible Assad Regime Faces its People,” National review, Vol LXIII no.9 (16 mei 2011) h.18.

20

Pada waktu Hafez Al-Asaad memimpin, partai Baath adalah partai yang kuat dan juga berkuasa di Suriah. Pada masa rezim Hafez Al-Asaad sudah ditemukan benih-benih perlawanan masyarakat yang berpaham Sunni yang menentang rezim ini. Namun pada tahun 1970an ketika gelombang demonstrasi terjadi rezim ini mampu menghadapi beberapa tantangan rakyatnya yang melakukan aksi protes. Tetapi, semua gerakan yang muncul ditumpas dengan

menggunakan kekerasan militer.31 Sehingga, rakyat tidak berani melakukan aksi

menentang rezim Partai Baath yang berkuasa di Suriah dibawah pimpinan Hafez Al-Assad.

Kejadian perang sipil ini tidak hanya terjadi pada pemerintahan Bashar Al-Assad, pada awal tahun 1982 terjadi keadaan yang serupa dimana pada saat Presiden Hafez Al-Assad memerintahkan pasukannya untuk menghabisi

demonstrasi yang digalang oleh kelompok Muslim Brotherhood (ikhwanul

muslim). Kelompok ini berkembang pada tahun 1970-an di Hama sebagai cabang

dari Muslim Brotherhood di Mesir.

Muslim Brotherhood menghendaki reformasi politik, termasuk diberikannya hak-hak sipil warga negara, pengakhiran penyiksaan yang biasa dilakukan oleh rezim berkuasa terhadap siapa saja yang dianggap melawan pada Hafedz, dan

penegakan rule of the law.32

Pada bulan Februari 1982, Muslim Brotherhood menyerang unit militer

Suriah yang sedang mencari anggota oposisi di Hama dan mengambil alih dan

31 Ibid.

32Humphrey Wangke “Krisis Politik dan Konflik Kepentingan di Suriah.” Info Singkat Hubungan Internasional, Vol. IV, No. 03/I/P3DI (Februari 2012) h.6.

21

menguasai Kota Hama. Presiden Hafez Al-Assad menjawab aksi itu dengan

mengirim 12.000 tentara yang pro-pemerintahan.33 Operasi penumpasan

pemberontakan oleh tentara Hafez ini diperintahkan untuk menyerang

tempat-tempat yang di kuasai oleh kelompok Muslim Brotherhood dan menghancurkan

kekuatan para pemberontak pemerintahan.

Misi penumpasan pemberontakan di Hama berlangsung selama 3 minggu. Hama dikepung tentara yang diperkuat kendaraan lapis baja dan tank dari rezim Hafez Al-Assad. Helikopter-helikopter militer Hafez Al-Assad terus menerus

menerjunkan pasukan dan menghancurkan wilayah pemukiman penduduk.34

Situasi pertempuran di Hama ini pada akhirnya berubah menjadi perang sipil yang memakan korban. Para pasukan militer Hafez Al-Assad yang berasal

dari daerah itu membelot dan berbalik melawan pasukan pemerintah.35 Jumlah

korban tewas dalam pertempuran ini setidaknya 10.000 orang tewas ketika presiden Hafez Al-Assad mengirimkan militer untuk menghancurkan

pemberontakan Islam di sana pada tahun 1982.36

B. Kelompok Oposisi Suriah

Unjuk rasa yang terjadi akibat rezim Bashar Al-Assad atas perilaku rezim yang otoriter ini menimbulkan pro dan kontra masyarakat Suriah akan kesewenang-wenangan Bashar Al-Assad dalam memimpin negara Suriah. Akibat

33 Ibid. 34 Ibid. 35 Ibid.

36“Profile: Syrian city of Hama,” BBC news 27 April 2012[media on-line]; tersedia di http://www.bbc.com/news/world-middle-east-17868325; Internet: di akses pada 21 September 2014.

22

kepemimpinan Bashar Al-Assad yang dianggap tangan besi ini menimbulkan perpecahan didalam negara Suriah sehingga memicu timbulnya kelompok oposisi yang ingin menggulingkan rezim Bashar Al-Assad.

Karena gejolak unjuk rasa yang terus menerus di Suriah ini menjadikan rakyat Suriah, semua fraksi oposisi politik telah bersatu dengan tujuan menggulingkan rezim Bashar Al-Assad, mengakhiri penderitaan rakyat Suriah, dan untuk membuat transisi menuju negara yang bebas dan demokratis. Koalisi terdiri dari kepemimpinan yang akan memobilisasi upaya untuk mendukung dan memperkuat pejuang pro demokrasi Suriah dan mewakili tujuan dari revolusi yang dilakuakan masyarakat Suriah. Koalisi ini akan melakukan segala daya untuk mencapai tujuan menggulingkan rezim Assad dan membawa kemenangan

untuk revolusi baik di dalam dan di luar Suriah.37

Oleh karena kesatuan dan keinginan untuk menggulingkan pemerintahan Bashar Al-Assad rakyat Suriah yang mengingikan demokrasi mendirikan Koalisi

Nasional untuk Revolusi Suriah dan Pasukan Oposisi (National Coalition for

Syrian Revolutionary and Opposition Forces) yang selanjutnya dikenal sebagai

SOC.

Koalisi Suriah ini dibentuk pada November 2012 bertujuan untuk menyatukan kelompok oposisi Suriah dan berkomitmen untuk mengakhiri konflik Suriah dan membantu transisi demokrasi Suriah. Koalisi ini terdiri keragaman etnis dan agama yang merupakan bagian mendasar dari warisan negara Suriah.

37

Mission Statement and Goals, “National Coalition for Syrian Revolutionary and Opposition Forces”[media-online]; tersedia di http://en.etilaf.org/about-us/goals.html; Internet: diakses pada 23 September 2014.

23

Anggota-anggota yang termasuk dalam koalisi ini adalah Syiah dan Muslim

Sunni, Alawi, Kristen, Kurdi, Druze, Armenia, Assyria, dan Circassians.38 Markas

koalisi Suriah ini berbasis di Kairo, Mesir, dan juga berkantor pusat di Perancis, Jerman, Qatar, Turki, Inggris dan Amerika Serikat . Tujuan dari dibentuknya Koalisi Nasional untuk Revolusi Suriah dan Pasukan Oposisi akan bertujuan sebagai berikut :

1. Untuk menyatukan dukungan untuk kepemimpinan bersama dewan

militer, dewan revolusioner, dan FSA (The Free Syrian Army)

2. Untuk menghasilkan dana untuk mendukung rakyat Suriah melalui

koordinasi internasional.

3. Untuk membuat Komite Hukum Nasional Suriah.

4. Untuk membentuk pemerintahan transisi setelah menerima

pengakuan dunia internasional.39

Misi Koalisi Suriah ini didirikan nuntuk mendukung rakyat Suriah yang berjuang untuk mengubah negara mereka menjadi negara yang aman dan juga demokratis, inklusif dan pluralistik. Untuk memenuhi misi koalisi Suriah ini dalam mencapai tujuannya koalisi ini mendeklarasikan lima tujuannya;

1. Untuk mengakhiri semua kekerasan di Suriah;

38

Fact Sheet “National Coalition for Syrian Revolutionary and Opposition Forces” [database-online]; tersedia di http://en.etilaf.org/about-us/fact-sheet.html; Internet : diakses pada 23 Septermber 2014.

39

Mission Statement and Goals, “National Coalition for Syrian Revolutionary and Opposition Forces”[database-online]; tersedia di http://en.etilaf.org/about-us/goals.html; Internet: diakses pada 23 September 2014.

24

2. Untuk memastikan transisi politik yang sah, inklusif dan

demokratis;

3. Untuk mempertahankan kelangsungan dan kelestarian lembaga

negara fungsional dan struktur dalam demokrasi dan aturan dari pemahaman mematuhi hukum negara;

4. Untuk menjamin persatuan rakyat Suriah dan integritas teritorial

dan kedaulatan negara Suriah;

5. Untuk membawa dan mengadili semua yang bertanggung jawab

atas kejahatan perang, dan menghukum sesuai dengan hukum

internasional.40

Koalisi ini terdiri dari 114 anggota Majelis Parlemen dipimpin oleh Presiden Hadi Al Bahra, Wakil Presiden Abdulhakim Bashar, Noura Al-Amir dan

Mohammad Qaddah, serta Sekretaris Nasr al-Hariri. 41

Anggota Koalisi Parliamentary Assembly ini terdiri dari semua kelompok

besar dan individu yang berkomitmen untuk menciptakan demokratisasi, inklusif, dan pluralistik Suriah, seperti

“(The Supreme Military Council representing the Free Syrian Army, Syrian National Council, the Democratic Bloc, the Revolutionary Movement, Syrian Revolution General Commission, Local Coordination Committees of Syria, and the Local Administrative Councils of Syria)”42

40 Ibid.

41“Syirian Opposition Coalition elects new President in win for Jabra”, Al-Monitor, 15 Maret 2014 ,[media-online] tersedia di http://www.al-monitor.com/pulse/politics/2014/07/syria-national-coalition-opposition-shift-new-president.html#; Internet; diakses pada 24 September 2014.

42“Fact Sheet, “National Coalition for Syrian Revolutionary and Opposition Forces [database-online]; tersedia di http://en.etilaf.org/about-us/fact-sheet.html; Internet: diakses pada 23 Septermber 2014.

25

Kami menyambut semua orang yang berkomitmen untuk mewujudkan Suriah yang demokratis. Koalisi ini diakui sebagai wakil sah rakyat Suriah oleh 120 negara dan organisasi. Termasuk Amerika Serikat, Uni Eropa, Liga Arab, dan

Dewan Kerjasama Teluk.43

Pada konflik yang terjadi di Suriah ini tidak hanya ada SOC yang menginginkan demokrasi. Adanya kelompok baru yang muncul pada Maret tahun 2013 di Suriah seperti ISIS (Islamic State Iraq and Syria) ini memumculkan dinamika permasalah baru yang muncul dan membuat kasus ini semakin kompleks. Kelompok ISIS ini berbeda dengan SOC yang menginginkan demokrasi. Kelompok ISIS ini merupakan gerakan terorrisme yang menginginkan

berdirinya negara Islam.44 Kelompok ini terdiri dari para jihadist Al-Qaeda yang

kemudian menggalang dukungan untuk membentuk kelompok baru.

C. Pelanggaran HAM

Pelanggaran HAM di Suriah ini sudah terjadi sejak negara Suriah dipimpin oleh Hafez Al-Assad yang menggunakan kekerasan dalam menjaga kekuasaanya seperti yang terjadi di Hama ketika dia memerintahkan tentaranya untuk memukul

mundur Muslim Brotherhood.45Cara yang serupa juga digunakan Bashar Al-Assad

untuk membubarkan perlawanan terhadap rezimnya dengan menggunakan cara yang digunakan ayahnya dengan menggunakan kekerasan, penggunaan senjata kimia dan pelanggaran tentang HAM (tidak adanya kebebasan bagi masyarakat

43 Ibid. 44

"Syria Iraq: The Islamic State militant group," BBC news, 2 Agustus 2014[media-online]; dapat diaskes di http://www.bbc.com/news/world-middle-east-24179084; Internet: diakses pada 1 Februari 2015.

45Joseph Holliday “The Assad Regime, From Counterinsurgency to Civil War”, Middle East Security Report8 (Maret 2013) h. 7.

26

untuk menyuarakan haknya), selama tiga tahun perang sipil Suriah terjadi setidaknya telah menewaskan 191.000 orang, hampir sepertiga dari korban adalah

warga sipil.46

Bashar Al-Assad telah memimpin Suriah sejak tahun 2000 dan ia menggantikan posisi Hafez Al-Assad, rezim Assad yang di teruskan oleh anak dari Hafez ini memicu timbulnya perlawanan untuk menolak rezim Assad di Suriah. Beberapa laporan media berulang kali menyampaikan bahwa para demonstran berpikir bahwa Bashar Al-Assad telah memerintah Suriah sudah

terlalu lama.47

1. Rezim Bashar Al-Assad.

Rezim Bashar Al-Assad telah memimpin Suriah selama 14 tahun sejak

tahun 2000 setelah menggantikan ayahnya Hafez Al-Assad.48 Protes terhadap

rezim Bashar Al-Assad ini diawali pada 16 Maret 2011, 50 demonstran yang terdiri dari aktivis HAM dan keluarga tahanan politik yang melakukan aksi protes

secara damai di Damaskus.49 Para demonstran menuntut pemerintah Suriah

melepaskan keluarga mereka yang menjadi tahanan politik. Sejak presiden Bashar

46“Corporate report: Syria - Country of Concern,” UK.gov, 30 September 2014 [database-online]; tersedia di https://www.gov.uk/government/publications/syria-country-of-concern/syria-country-of-concern-latest-update-30-september-2014; Internet; diakses pada 25 Desember 2014.

47

Dina Y. Sulaiman, Prahara Suriah : Membongkar Persekongkolan Multinasional, (Jakarta : Pustaka Ilman, 2013) h. 15.

48

Dina Y. Sulaiman, Prahara Suriah: Membongkar Persekongkolan Multinasional. h.15

49“Political Prisoners in Syria: An Urgent Crisis Now!,” Cageprisoners 25 Maret 2011 [database on-line]; tersedia di http://www.cageprisoners.com/our-work/opinion-editorial/item/1349-political-prisoners-insyria-an-urgent-crisis-now; Internet: diakses 29 September 2014

27

Al-Assad berkuasa setidaknya lebih dari 45.000 orang ditahan tanpa adanya

proses pengadilan yang terbuka dan sah.50

Pada saat itu juga seluruh demonstran ditangkap dengan alasan aksi provokasi menyerang reputasi negara. Hingga pada akhirnya keputusan pengadilan melepaskan delapan orang dan dinyatakan tidak bersalah, sedangkan sisanya tetap ditahan. Tidak hanya itu, penangkapan sipil oleh aparat di kota Aleppo, Banias, Damaskus, Dera„a, Douma, Hama, Homs, Latakia, Ma„aratan Nu„man dan al-Malkiyah juga terjadi pada tanggal 8-23 Maret 2011.51 Dengan dimulainya perlawanan melalui demontrasi ini rezim Bashar Al-Assad mengambil respon akibat gelombang demonstrasi yang terjadi dengan mengeluarkan dekrit presiden yang menyatakan bahwa Undang-undang Darurat 1962 tidak lagi diberlakukan di Suriah. Selama ini UU Darurat 1962 tidak memberikan kesempatan bagi individu untuk mengkritik pemerintah dengan pembenaran

menjaga stabilitas nasional.52Namun Bashar Al-Assad tidak hanya merespon

dengan ini akan tetapi ia memerintahkan tentaranya untuk membubarkan demonstrasi yang berjalan. Dilaporkan 72 warga sipil ditembak mati saat

melakukan aksi protes damai.53Tidak hanya sampai disini pelanggaran HAM yang

dilakukan oleh rezim Bashar Al-Assad.

Presiden Bashar Al-assad juga merekrut para pejuang rezimnya dengan sangat teliti dan juga dari para kelompok alawi yang sejalan dengan rezimnya agar para tentaranya ini tidak berhianat pada rezim dan bisa dipercaya untuk meredam 50 Ibid. 51 Ibid. 52 Ibid. 53 Ibid.

28

dan melawan kekuatan para oposisi yang menginginkan rezim Bashar Al-Assad turun. Rezim Bashar Al-Assad sangat teliti dalam merekrut pasukannya, karena ia tidak mau mengulangi kesalahan yang dilakukan ayahnya pada saat perang di Hama, sehingga para tentaranya berbelot pada oposisi.

Bashar Al-Assad memiliki strategi khusus untuk merekrut para pasukannya dengan menerapkan tiga srategi yang digunakan ayahnya ketika terjadi perlawanan terhadap rezimnya, pertama memilih dengan sangat teliti pasukan yang di percaya, kedua meningkatkan jumlah tentara yang pro pada rezim, terakhir menggunakan kekuatan untuk melawan pemberontak dari kota dengan cara mengeluarkan dan menahan mereka dengan pasukan yang sangat

kuat.54Rezim Bashar Al-Assad menggunakan cara kekerasan dalam memukul

mundur dan membubarkan para demonstran dan juga pemberontak dan ini dianggap melanggar HAM oleh dunia internasional.

Rezim Bashar Al-Assad telah mengirimkan artileri, kekuatan udara, buldoser, dan melakukan pembantaian sektarian, dan rudal balistik untuk menyerang pemberontak Suriah untuk keluar dari Suriah dan untuk memusnahkan

para pemberontak.55 Strategi ini digunakan oleh Rezim Bashar Al-Assad agar

ketika pemberontak menguasai kota maka para pemberontak akan kekurangan pasukan karena telah dihancurkan oleh persenjataan rezim Bashar Al-Assad. Rezim Bashar Al-Assad juga menyisakan senjata kimia di gudang persenjataan mereka untuk penyerangan yang lebih basar lagi karena dampak dari senjata kimia

54Joseph Holliday “The Assad Regime” Maret 2013.h .7.

55 Ibid.

29

ini akan membantu Bashar Al-Assad dalam menghancurkan para pemberontak

dengan skala yang lebih besar.56

2. Penggunaan Senjata Kimia.

Konflik yang terjadi di Suriah semakin meningkat tepatnya pada tanggal 21 Agustus 2013 saat rezim Bashar Al-Assad menggunakan beberapa senjata kimia untuk melawan pemberontak. Serangan kimia terjadi tepatnya di EinTarma,

sekitar 6 km (3,7 mil) timur dari pusat Damaskus, dan di Zamalka.57Menurut

intelligent Perancis, rezim Bashar menggunakan roket untuk meluncurkan senjata

kimia ini agar tepat pada sasaran yang dituju.58 Serangan ini diperkirakan

menewaskan sedikitnya 281 orang dan 1500 orang terkena dampak mematikan

dari penggunaan senjata kimia ini.59

Penggunaan senjata kimia ini sangat dikecam oleh dunia internasional karena dampaknya menyeluruh kepada siapa saja yang ada disekitar tempat digunakannya senjata ini.

“Chemical weapons are strongly prohibited in many international law treaties. It is being explained in the Geneva Protocol of 1925 that prohibits the use of Asphyxiating, Poisonous, or other gases or and of bacterial methods in war.”60 Senjata kimia sangat dilarang di banyak perjanjian hukum internasional. Hal ini di jelaskan dalam Protokol Jenewa 1925 yang melarang penggunaan asphyxiating, beracun, atau gas lain dan metode penyebaran bakteri dalam perang.

56 Ibid. 57

Mary Beth, Paul Kerr, “Syria Chemical Weapons : Issues for Congress.” Congressional Research Service. (30 September 2013) h. 15

58 Ibid. 59

Ibid. 60

Jean-Marie Henckaerts and Louis DoswaldBeck, “Customary International Humanitarian

30

Rezim Bashar telah membuat program senjata kimia yang kuat selama beberapa dekade, rezim Bashar memiliki stok lima senjata kimia utama, tercatat dari yang terendah hingga tertinggi toksisitasnya seperti: gas klor, gas mustard,

sianida gas, sarin agen saraf, dan VX agen saraf.61

Beberapa senjata kimia yang dimiliki Bashar seperti gas klor (hanya sedikit beracun) yang menghilang dengan cepat, Gas mustard cukup beracun, dan efeknya sampai 24 jam. Tidak hanya itu Bashar juga memiliki Gas Sianida sangat beracun, tetapi cepat menghilang, Sarin sangat beracun, dan menghilang dengan cepat, meskipun tidak secepat sianida. VX adalah bahan kimia yang paling beracun dan menghilang sangat lambat.

Bahan kimia Sarin dan VX, sangat berbahaya karena menyerang saraf, dan sangat mematikan dalam dosis menit. Baik dihirup dalam bentuk gas atau melalui kontak kulit hanya beberapa tetes kimia ini sangat mematikan dan berbahaya untuk masyarakat dan anak-anak. Kimia ini sangat dilarang penggunaannya karena jika terhirup ataupun kontak langsung karena akan

mengakibatkan kematian. 62.

Rezim Bashar ini memiliki sejumlah kecil fasilitas untuk memproduksi senjata kimia serta sejumlah tempat penyimpanan. Lokasi penyimpanan dan pembuatan ini diidentifikasi di seluruh Suriah. Berpusat di selatan dan tengah

61Joseph Holliday “The Assad Regime” Maret 2013. h. 59.

62 Ibid.

31

Suriah, sekitar Damaskus, dan setidaknya ada tempat telah diidentifikasi sebagai

tempat senjata kimia yaitu di pangkalan militer Mazzeh dan Qassioun.63

Penggunaan senjata kimia ini menjadi perhatian dunia internasional karena dianggap rezim Bashar ini melanggar Hak Asasi Manusia dan banyak negara mengecam aksi rezim Bashar ini seperti Amerika serikat yang mengecam penyerangan ini. Setelah serangan pada 21 Agustus 2013, Amerika Serikat secara aktif menyuarakan keprihatinannya tentang tindakan yang seharusnya tidak terjadi. Pada tanggal 30 Agustus 2013, Amerika Serikat secara resmi menilai bahwa tindakan penyerangan menggunakan senjata kimia ini diakukan oleh rezim

Bashar.64

3. Penduduk Sipil Menjadi Korban Perang.

Perang sipil yang terjadi dari awal tahun 2011 ini telah banyak memakan korban masyarakat sipil setidaknya tercatat hingga bulan September 2014, dengan korban tewas lebih dari 191.000 jiwa, hampir 12,4 juta orang telah diungsikan

untuk meninggalkan rumah mereka karena situasi yang tidak aman di Suriah.65

korban terbanyak berada di tiga kota, yaitu Homs, Aleppo dan Damaskus. Jumlah korban terbanyak selama perang terjadi berada di Damaskus, dimana tercatat lebih dari 40.000 orang tewas. Sedangkan di Allepo 32.000 dan di Homs tercatat

63 Ibid.

64U.S Government Assessment of the Syrian Government‟s Use of Chemical Weapons on August 21, 2013.” 2013.The White House, Office of the Press Secretary[database-online] tersedia di http://www.whitehouse.gov/the-press-office/2013/08/30/government-assessment-syrian-government-s-use-chemical-weapons-august-21; Internet: di akses pada 24 September 2014

65“Corporate report: Syria - Country of Concern,” UK.gov, 30 September 2014 [database-online]; tersedia di https://www.gov.uk/government/publications/syria-country-of-concern/syria-country-of-concern-latest-update-30-september-2014; Internet; diakses pada 25 Desember 2014.

32

sebanyak 28.000 orang.66 Kebanyakan yang menjadi korban adalah laki-laki ada

sekitar 85 persen dan perempuan sekitar 9 persen. Anak-anak juga menjadi korban

dari perang sipilini dan mereka harus diungsikan bersama para ibu.67

Perang sipil di Suriah ini menghasilkan jutaan pengungsi dan juga

Dokumen terkait