i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul :
BANTUAN KEMANUSIAAN AMERIKA SERIKAT DALAM KASUS PERANG SIPIL DI SURIAH (2011-2014)
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayattullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2 Maret 2015
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Bayu Aji Bagus Prasetiyo
NIM : 1110114000039
Program Studi : Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
BANTUAN KEMANUSIAAN AMERIKA SERIKAT DALAM KASUS PERANG SIPIL DI SURIAH (2011-2014)
dan telah memenuhi syarat untuk diuji.
Jakarta, 2 Maret 2015
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
BANTUAN KEMANUSIAAN AMERIKA SERIKAT DALAM KASUS PERANG SIPIL DI SURIAH
Oleh
Bayu Aji Bagus Prasetiyo 1110114000039
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 2 Maret 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Srajana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional.
Ketua Sidang,
Debbie Affianty, MA.
Penguji 1, Penguji 2,
Ahmad Alfajri, MA. Irfan Hutagalung, LLM.
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 2 Maret 2015.
Ketua Program Studi,
Ilmu Hubungan Internasional.
iv
ABSTRAKSI
Skripsi ini menganalisa tentang motivasi bantuan kemanusiaan Amerika Serikat yang diberikan untuk Suriah pada perang sipil 2011-2014. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor apa saja yang membuat Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan untuk memberikan bantuan kemanusiaan pada krisis yang terjadi di Suriah. Kerangka pemikiran yang digunakan dalam skripsi
ini adalah Kosmopolitanism dan Human Rights.Penelitian ini dilakukan dengan
metode studi pustaka dan interpretasi data-data yang relevan terkait topik yang diusung dalam skripsi ini. Dari hasil peneilitian Skripsi ini melihat bahwa kebijakan Amerika Serikat untuk memberikan bantuan pada krisis di Suriah ini merupakan upaya untuk meringankan para korban perang sipil.
Banyaknya pelanggaran HAM dan kejahatan perang di Suriah ini memicu respon Amerika Serikat untuk memberikan bantuan kemanusiaan. Pemberian bantuan kemanusiaan ini merupakan bentuk dari rasa bertanggung jawab Amerika Serikat terhadap kejahatan dan pelanggaran yang terjadi. Faktor pertama yang membuat Amerika Serikat memberikan bantuan kemanusiaan adalah faktor kemanusiaan, dimana Suriah sebagai negara tidak bisa lagi melindungi kedaulatan masyarakatnya. Terjadinya pembunuhan terhadap rakyat sipil dan kejahatan perang dalam penggunaan senjata kimi merupakan bukti bahwa Suriah tidak bisa menjaga nilai-nilai HAM.
Faktor lain yang mempengaruhi kebijakan Amerika Serikat memberikan
bantuan adalah Human Rights. Amerika Serikat memiliki misi untuk
menyebarkan ideologinya (demokrasi) dimana didalamnya menaganut
penaegakan HAM. Kediktatoran rezim Bashar Al-Assad ini yang memicu Amerika Serikat untuk ikut membantu krisis yang terjadi. Amerika Serikat mengupayakan transisi politik dari Rezim Bashar Al-Assad ke kelompok oposisi yang menginginkan demokrasi. Upaya yang dilakukan adalah menggalang dukungan internasional untuk mendukung kelompok oposisi yang pro-demokrasi. Dalam memberikan bantuan kemanusiaan ini Amerika Serikat melalui USAID dibantu oleh para mitranya. Bantuan kemanusiaan yang disalurkan melalui USAID dan mitranya ini setidaknya dapat meringankan beban para korban baik yang berada di dalam Suriah maupun yang berada di tempat pengungsian negara tetangga.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamiin., puji syukur kehadirat Allah Suhnahanu Wata’ala atas segala limpahan rahmat yang tidak pernah terputus kepada penulis
sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa Shalawat dan Salaam
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang selalu dirindukan.
Skripsi ini ditulis sebagai persyaratan untuk meraih gelar sarjana strata satu. Dalam kesempatan ini penulis ingin memberikan ucapan terimakasih
sebesar-besarnya to my beloved parents, Apa Ipong Rozak dan Mamah Ade
Solihatul yang selalu memberikan dukungan baik finansial, semangat serta doanya. Berkat Apa dan Mamah anakmu bisa meraih gelar sarjana. Ucapan terimaksih selanjutya untuk kedua adik saya Bagas Putro Aji Sanjoyo dan Nadila Dyah Pitaloka yang selalu memberikan semangat agar saya menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa pada sosok tercinta dan tidak tergantikan papah (Alm) Surhayo,
akhirnya keinginan papah terkabul, semoga papah tenang di Surga. Amiin, miss
you pah.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih pada keluarga besar tercinta pada Kakek H. Ikna Sukari dan Nenek Oyoh selaku orang yang selalu mendukung dan meberikan nasihat serta doa, terimakasih mamang Asep Sahrul (Ablay) “you’re the best uncle ever! Serta kepada seluruh keluarga besar yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya.
Terimakasih yang sebanyak-banyaknya penulis ucapkan kepada pak A.Fuad Fanani, MA sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, waktu, saran dan ilmunya dengan sabar, sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini. You are great lecture, thanks to inspiring me. Tidak lupa ucapan
terimakasih kepada seluruh Staff pengajar dan T.U FISIP yang telah membantu penulis selama menuntut ilmu di FISIP UIN Jakarta. Kepada Bu Debbie Affianty, MA selaku pembimbing akademik yang selalu mendukung dan membantu dari mulai birokrasi hingga penyusunan proposal, terimakasih Bu.
Special thanks are also for my best friends ever ; Fikri Fahrul Faiz, Trivantiko Rezki Budiyono, Fahmi Imam Fauzy, Andre Abdurrahiem, Handi
Rizky Wijaya, Muhammad Farhan, Hilman Hidayat, Ferdi (Bolang) thanks for
being my friend, you guys are so great.! Thanks for always supporting me.
Terimakasih juga untuk IR inter 2010 yang telah saya anggap sebagai keluarga, Volunteer Europe on Screen 2014 terimakasih atas pengalaman serunya.
vi
pengalaman yang tidak terlupakan yaitu, Nabila, Clara, Pipit, Merry, Dhani, Bang Andri, Bang Amar, Bang Adit, Acit, Abib, Desica, Mahar, Annisa, Tara dan
semua anggota ISC. Terimakasih sudah menjadi bagian dari keluarga saya, keep
solid guys!
Terakhir penulis ucapkan terimakasih pada semua teman yang telah mendukung dan membantu namun tidak bisa saya tuliskan namanya satu persatu. Skripsi ini saya tulis dengan penuh semangat dan usaha, sebagai persembahan terbaik untuk keluarga tercinta, dosen, teman serta semua yang mendukung hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi seluruh disiplin ilmu.
Jakarta, Februari, 2015
vii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
ABSTRAKSI ...iv
KATA PENGANTAR ... v
BAB IPENDAHULUAN ... 1
A. PERNYATAAN MASALAH ... 1
B. PERTANYAAN PENELITIAN ... 7
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN... 7
D. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
E. KERANGKA TEORITIS ... 10
F. METODELOGI PENELITIAN ... 14
G. SISTEMATIKA PENULISAN ... 16
BAB IIKONFLIK DI SURIAH... 18
A. Sejarah Perang Sipil di Suriah ... 18
B. Kelompok Oposisi Suriah ... 21
C. Pelanggaran HAM ... 25
1. Rezim Bashar Al-Assad. ... 26
2. Penggunaan Senjata Kimia. ... 29
3. Penduduk Sipil Menjadi Korban Perang. ... 31
BAB IIIRESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PERANG SIPIL SURIAH. ... 35
A. Posisi Amerika Serikat Terhadap Perang Sipil di Suriah. ... 35
B. Program Bantuan Kemanusiaan Amerika Serikat Kepada Korban Perang Sipil Suriah. ... 39
1. Bantuan Makanan dan Kesehatan. ... 43
2. Bantuan Untuk Pengungsi Suriah. ... 48
BAB IVMOTIVASI AMERIKA SERIKAT DALAM MEMBERIKAN BANTUAN KEMANUSIAAN KEPADA SURIAH ... 52
viii
B. Kejahatan Perang Menjadi Motivasi Amerika Serikat Memberi bantuan. ... 60
C. Hak Kesetaraan Masyarakat Suriah dengan Masyarakat Dunia. ... 62
D. Demokrasi Merupakan Sistem Yang Lebih Cocok di Aplikasikan. ... 64
E. Dukungan Masyarakat Amerika Serikat untuk terlibat memberikan bantuan kemanusiaan. ... 69
BAB V KESIMPULAN ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 76
ix
Daftar Singkatan
FAO Food And Agriculture Organization.
FFP Office of Food For Peace.
FSA The Free Syrian Army.
HAM Hak Asasi Manusia.
IFRC International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies.
IOM The International Organization for Migration.
ISIS Islamic States of Iraq and Syria.
NGO Non-Governmental Organization.
OCHA Office for the Coordination of Humanitarian Affairs.
ODNI Office director of National Intelligence.
OFDA Office of U.S Foreign Disaster Assistance.
OPCW Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons.
PBB Perserikatan Bangsa Bangsa
RPM U.S Department of State‟s Bureau of Population, Refugees, and
Migration.
SOC Syrian Opposition Coalition.
U.N United Nations.
UNDSS United Nations Department of Safety and Security.
UNFPA United Nations Population Fund.
UNHCR United Nations High Commissioner for Refugees.
UNICEF United Nations Children's Rights and Emergency Relief
Organization.
UNRWA United Nations Relief and Works Agency.
USAID United States Agency for International Development.
WFP World Food Program.
x Daftar Tabel
Tabel.III.B.1. Dana Kemanusiaan untuk Suriah 2012-2014 ... 41
Tabel.III.B.2. Penyebaran Bantuan Pengungsi di negara lain... 42
Tabel.III.B.4. Bantuan USAID (OFDA) ... 47
xi Daftar Gambar
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. PERNYATAAN MASALAH
Amerika Serikat telah memberikan bantuan lebih dari $ 2,9 miliar dalam
kurun waktu 2011-2014 untuk bantuan kemanusiaan di Suriah. Bantuan
Kemanusiaan meliputi tindakan memberikan barang dan jasa yang esensial untuk
keselamatan para pihak yang terkena dampak bencana yang diakibatkan manusia,
termasuk juga konflik bersenjata.1 Bantuan ini bertujuan untuk membantu para
korban yang terkena dampak konflik di wilayah Suriah dan sekitarnya. Amerika
Serikat lebih memilih memberikan bantuaan kemanusiaan dibanding melakukan
intervensi militer sebagai bentuk kebijakan luar negerinya terhadap krisis di
Suriah. Selain bantuan kemanusiaan, Amerika Serikat juga telah berkomitmen
untuk memberikan bantuan melalui diplomatik, seperti di PBB dan di forum
internasional lainnya untuk mendukung masa transisi tanpa melalui pertumpahan
darah.2
Bantuan ini diberikan untuk seluruh korban perang di Suriah. Bantuan
yang diberikan oleh Amerika Serikat ini berupa makanan, kesehatan dan
pengungsian korban perang yang berada di dalam maupun di negara tetangga
1
Spieker, "The Right to Give and Receive Humanitarian Assistance," Dalam International Law and Humanitarian Assistance: A Crosscut Throught Legal Issues Pertaining to Humanitariansm (Springer: 2011) h.8.
2“
2
terjadi pada pemerintahan Bashar Al Assad.4 Protes perlawanan terhadap rezim
keluarga Bashar sudah terjadi pada pemerintahan ayahnya yaitu Hafez Assad.
Protes pada saat itu adalah untuk melawan kekuatan dinasti keluarga Assad yang
sudah memimpin terlalu lama. Hafez Assad telah memimpin sejak 1970, paska
terjadinya Coup d’etat.5 Hafez Assad berhasil meredam gejolak yang disebabkan
persatuan muslim di awal tahun 1980 dengan menggunakan strategi militer6
dengan tiga cara, pertama memilih dengan sangat teliti pasukan yang di percaya,
kedua meningkatkan jumlah tentara yang pro pada regime, yang terakhir
Menggunakan kekuatan untuk melawan pemberontak dari kota dengan cara
mengeluarkan dan menahan mereka dengan pasukan yang sangat kuat.
Hafez Assad telah memimpin Suriah selama 30 tahun dari tahun 1970
hingga 2000. Pada masa itu banyak terjadi perlawanan terhadap dinasti Assad
3 Ibid.
4“Syrian protests in Damascus and Aleppo,”
BBC news, 15 maret 2011[media on-line]; tersedia di http://www.bbc.com/news/world-middle-east-12749674; diakses pada 9 Maret 2014
5
Coup d'etat atau Coup merupakan penggulingan kekuasan terhadap rezim berkuasa. Biasanya dipicu oleh sekelompok orang yang ingin mengganti kekuasan lama dengan pemerintahan yang baru. Coup ini bisa terjadi jika unsur-unsur militer dikuasai oleh kelompok yang menginginkan Coup de‟etat. Monty G. Marshall and Donna Ramsey Marshall, "Coup d‟état Events, 1946-2013 Codebook" Center for Systemic Peace, 28 Maret 2014. h.1.
6
3
yang terkenal diktaktor. Tidak berhenti pada pemerintahan Hafez, munculnya
gelombang unjuk rasa dan perlawanan terhadap pemerintah kembali terjadi pada
masa Bashar Al Assad dimana terjadinya protes besar besaran pada tahun 2011.
Unjuk rasa dan protes ini ditujukan untuk menunutut mundurnya Bashar al Asaad
dari jabatan Presidennya karena Bashar dianggap tidak pro- demokrasi sama
seperti Hafez Assad.7
Unjuk rasa yang dilakukan masyarakat Suriah ini berlanjut hingga
terjadinya kekarasan antara pihak militan Bashar dengan pihak pengunjuk rasa.
Para militan Bashar memusatkan kekuatan militernya di kota Damaskus dan
Homs. Strategi ini digunakan oleh rezim Bashar untuk memukul mundur
demonstran, khususnya dari tempat-tempat strategis pemerintahan.8
Cara yang dilakukan oleh rezim Bashar untuk menekan gerak dan
kekuatan para demonstran ini sama seperti cara yang digunakan oleh ayahnya
Hafedz Assad pada masa pergolakan pemerintah pada tahun 1970an ketika
terjadinya Coup d’etat . Bashar Al-Assad merekrut para pejuang rezimnya dengan
sangat teliti dan juga dari para kelompok Alawi yang sejalan dengan rezimnya
agar para tentaranya ini tidak berhianat pada rezim dan bisa dipercaya untuk
meredam dan melawan kekuatan para oposisi yang menginginkan rezim Bashar
turun dan digantikan.9
7
Ibid. h.19.
8Joseph Holliday “The Assad Regime, From Counterinsurgency to Civil War”
, Middle East Security Report (8 Maret 2013) : h.7
9
4
Puncak ketegangan konflik di Suriah ini terjadi pada musim panas tahun
2012. Pada awalnya Bashar al-Assad meminta mundur para demonstran untuk
tidak melakukan demo besar, akan tetapi usaha itu tidak membuahkan hasil yang
baik. Tidak hanya sampai pada kekerasan namun dampak dari unjuk rasa ini
menyebabkan banyaknya korban yang berjatuhan serta menimbulkan konflik
saudara di Suriah.10
Perang sipil di Suriah menjadi perhatian khusus Amerika Serikat. Hanya
dengan kurun waktu 2011-2014, insiden ini telah memakan korban hingga lebih
dari 191.000 orang tewas.11 Jumlah ini belum termasuk 10.8 juta korban yang
membutuhkan bantuan akibat konflik yang terberlangsung.12
Amerika Serikat turut membantu memberikan bantuan pada korban perang
sipil di Suriah melalui USAID. Hal ini merupakan salah satu upaya bagi Amerika
Serikat untuk menaruh pengaruhnya di Timur Tengah dengan melalui bantuan
kemanusian di negara yang sedang mengalami krisis demokrasi seperti Suriah.13
Dalam merespon kasus ini Amerika Serikat harus mengeluarkan dana hingga 2,9
milliar dollar untuk misi kemanusiaan di Suriah. Respon Amerika Serikat yang
memberikan bantuan kemanusiaan pada Suriah ini berbeda dengan respon ke
Libia. Amerika Serikat melakukan intervensi kemanusiaan ke Libia yang
kasusnya sama seperti krisis kemanusiaan di Suriah. Namun untuk krisis
10
Ibid. h.8.
11“Corporate report: Syria
- Country of Concern,” UK.gov, 30 September 2014 [database-online]; tersedia di https://www.gov.uk/government/publications/syria-country-of-concern/syria-country-of-concern-latest-update-30-september-2014; Internet; diakses pada 25 Desember 2014.
12“Syria
- Complex Emergency”, Factsheet #22, fiscal year 2014, 12 September 2014”, h.1. 13
5
kemanusiaan di Suriah Amerika Serikat hanya memberikan bantuan kemanusiaan.
Ini menjadi ironi dimana Libia dan Suriah memiliki kesamaan kasus serta lokasi
yang berada di kawasan Timur Tengah. Jumlah korban di Suriah selama terjadi
konflik ini juga lebih banyak dari konflik di Libia.14 Dalam kasus di Suriah ini
Amerika Serikat membantu dengan memberikan bantuan kemanusiaan dibanding
memberikan bantuan militer
Amerika Serikat melalui lembaga USAID memberikan bantuan setiap
tahunnya mulai dari 2011-2014. Bantuan kemanusiaan yang diberikan oleh
Amerika Serikat melalui program kemanusiaan USAID ini dirasa cukup
membantu masyarakat Suriah dalam membangun kembali kehidupan pada saat
perang saudara ini. Amerika Serikat menyediakan makanan, air bersih, tempat
penampungan pengungsi, dan pasokan bantuan lainnya yang di tujukan kepada
4,2 juta orang di wilayah Suriah. Amerika Serikat tetap menjadi kontributor
tunggal terbesar untuk bantuan kemanusiaan bagi rakyat Suriah.15 PBB
memperkirakan bahwa sedikitnya 3 juta anak putus sekolah sejak awal terjadinya
krisis.16 Bantuan Amerika Serikat terhadap Suriah semata bertujuan untuk
membantu korban perang saudara.
Selanjutnya, Amerika Serikat menyediakan perawatan darurat, alat-alat
kesehatan, tenaga medis serta perlindungan bagi mereka yang terkena dampak
krisis di Suriah dan negara-negara tetangganya. Amerika Serikat tidak hanya
14
15
FACT SHEET: U.S. Humanitarian Assistance in Response to the Syrian Crisis [database on-line]; tersedia http://www.whitehouse.gov/the-press-office/2013/09/24/fact-sheet-us-humanitarian-assistance-response-syrian-crisis; Internet: di akses pada 10 Maret 2014
6
menanggapi penggunaan senjata kimia saja. Disisi lain Amerika Serikat juga ikut
konsen untuk menanggapi kekerasan yang berbasis gender, dengan mendirikan
pusat-pusat kesehatan wanita dan dukungan psiko-sosial bagi perempuan dan
anak-anak di Suriah melalui USAID.17
Berdasarkan pemaparan di atas, bantuan Amerika Serikat ini sangat
membantu korban perang saudara di Suriah, karena dapat meringankan beban
mereka baik secara psikologis, keuangan dan pelayanan publik. Studi kasus yang
diambil dalam penelitian ini adalah motivasi bantuan kemanusiaan Amerika
Serikat dalam kasus perang sipil di Suriah. Permasalahan yang menarik untuk
diteliti adalah ketika Amerika Serikat merespon krisis di Libia dengan melakukan
intervensi kemanusiaan melalui NATO. Disisi lain krisis yamg terjadi di Suriah
ini memiliki motif yang sama seperti Libia, namun Amerika Serikat hanya
menggunakan soft power approach untuk Suriah. Hal ini menjadi menarik untuk
di teliti karena Amerika Serikat tidak melakukan hal yang sama seperti yang
dilakukan di Libia padahal jumlah korbannya lebih banyak.
Keterlibatan Amerika Serikat dalam memberikan bantuan kemanusiaan di
Suriah ini mengindikasikan bahwa Amerika Serikat memiliki kepentingan
terhadap konflik ini. Terlihat dari kebijakan yang diambil oleh Amerika Serikat
yang lebih memilih soft power approach terhadap Suriah dibandingkan melalui
hard power approach. Berbanding terbalik dengan keterlibatan Amerika Serikat pada konflik-konflik sebelumnya yang terjadi di Timur Tengah, yang
mengedepankan intervensi militer.
17”
7
Pada kasus ini Amerika Serikat justru fokus untuk menggunakan soft
power approach dengan memberikan bantuan yang nilainya terus bertambah dari tahun ke tahun. Hal ini yang menjadi sebuah kajian menarik untuk dilakukan
observasi dan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini akan fokus pada rentang waktu
2011 hingga 2014. Pemilihan rentang waktu tersebut dikarenakan konflik ini
memakan jumlah korban yang terus bertambah dari tahun ke tahunnya. Selain itu
ditemukan juga peningkatan jumlah bantuan yang diberikan Amerika Serikat pada
Suriah yang jumlahnya meningkat tajam dari tahun ke tahunnya.
B. PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan pernyataan masalah yang di paparkan sebelumnya, Skripsi ini
akan menjawab pertanyaan masalah terkait “Apa yang memotivasi Amerika
Serikat dalam memberikan bantuan kemanusiaan kepada Suriah ?”
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang apa yang memotivasi
Amerika Serikat dalam memberikan bantuan kemanusiaan kepada Suriah, skripsi
ini akan mempunyai beberapa tujuan penelitian, yaitu:
1. Tujuan proposal skripsi ini untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang
latar belakang Amerika Serikat memberikan bantuan kemanusiaan kepada
korban perang saudara di Suriah.
2. Menjelaskan peranan Amerika Serikat dalam pembangunan demokrasi
dan penegakan HAM di Suriah. Amerika Serikat memiliki peranan di
8
demokrasi dan Penegakan HAM di dunia dan ini menjadi hal yang akan
di jelaskan dalam kasus Suriah, bagaimana Amerika Serikat memberikan
pengaruhnya.
3. Skripsi ini akan menggunakan penerpan ilmu disiplin Hubungan
Internasional untuk menjelaskan latar belakang Amerika Serikat
memberikan bantuan.
4. Menyelesaikan tugas akhir untuk mendapatkan gelar sarjana.
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk menjawab pertanyaan penelitian.
2. Mengetahui apa yang terjadi di Suriah dan peranan Amerika Serikat
dalam memberi bantuan.
3. Mengetahui bentuk bantuan kemanusiaan yang diberikan Amerika Serikat
kepada Suriah.
4. Memberikan informasi kepada orang lain, yang ingin meneliti tentang
perang saudara di Suriah.
D. TINJAUAN PUSTAKA
Skripsi ini akan menggunakan penelitian-penelitian sebelumnya sebagai
pembanding. Penelitian pertama dilakukan oleh Jeremy Sharp dan Christopher M.
Blanchard, Spesialis dalam Kajian Timur Tengah, dengan artikel mereka yang
berjudul“Armed Conflict in Syria: U.S. and International Response” dari the
9
mengatakan pemberontakan bersenjata di Suriah telah memasuki tahun ketiga,
dan tampaknya akan berlanjut, dan pemerintahaan yang kacau ini akan
menimbulkan perjuangan yang berdarah antara masyarkat dan pemerintahan. Para
pejabat Amerika Serikat dan banyak analis percaya bahwa Assad dan para
pendukungnya akhirnya akan dipaksa turun dari kekuasaan.
Berbeda dengan artikel yang pertama, artikel kedua ini berjudul “The
Arab Spring and Climate Change A Climate and Security Correlations Series”
oleh Caitlin E. Werrell dan Francesco Femia Preface byAnne-Marie Slaughter
from American progress institution, released February 28, 2013. Artikel ini
membahas tentang Arab Spring yang terjadi di wilayah Arab dan bagaimana
terjadi revolusi di Suriah. Mereka mengatakan "The Arab Spring and Climate
Change" menyatakan bahwa perubahan iklim menyebabkan revolusi yang telah mengguncang dunia Arab selama dua tahun terakhir. Dan ini yang dapat memicu
dan mendasari penyebab revolusi Arab.
Berbeda dengan artikel yang kedua, referensi skripsi yang ketiga ini yang berjudul “Pelanggaran HAM Berat Pada Konflik Bersenjata di Suriah Ditinjau
Bahasa Dari Hukum Internasional" oleh Jesaya Brahmana. Skripsi yang
diterbitkan oleh Universitas Sumatera Utara ini dirilis 25 April 2013, skripsi ini
berisi diskusi mengenai konflik telah berlangsung selama lebih dari dua tahun dan
telah menyebabkan banyak kematian dan banyak yang melarikan diri ke
negara-negara tetangga Suriah seperti Turki, Lebanon, Yordania, dan Irak. Skripsi ini
10
hukum internasional, hubungan antara perang melawan pelanggaran hak asasi
manusia, serta upaya PBB dan komunitas internasional.
Berbeda dengan literatur yang disebutkan di atas, penelitian ini akan fokus
pada mengapa Amerika Serikat memberikan bantuan kemanusiaan kepada korban
perang saudara di Suriah, dan faktor apa saja yang melatar belakanginya. Penulis
akan menjelaskan tentang kebijakan Amerika Serikat dalam memberikan
bantuaan kemanusiaan pada Suriah. Penulis juga akan merujuk pada situs resmi
pemerintah Amerika Serikat untuk memahami politik luar negeri, dan program
bantuan Amerika Serikat melalui USAID sebagai instrumen kebijakan luar negeri
dari Amerika Serikat.
E. KERANGKA TEORITIS
Kosmopolitanisme
Asumsi kosmopolitanisme pada awalnya muncul karena kompleksitas
pemerintahan global. Di dalam luas dan intensitasnya keterkaitan dunia di era
globalisasi, kemudian berpengaruh pada terbentuknya Global Governance dimana
terdapat multi aktor yang berpartisipasi dalam perkembangan kebijakan global.
Implementasi dari kebijakan global ini dapat dilihat dari kesatuan hubungan
antarpemerintah seperti dalam Financial Action Task Force (FATF), hubungan
trisektoral mencakup publik, perusahaan, dan NGOs, dan hubungan
transnasional.18 Konsep kosmopolitanisme ini relevan untuk menganalisis kasus
18
11
tentang keikutsertaan Amerika Serikat dalam memberikan bantuan kemanusiaan
pada korban perang di Suriah.
Terdapat tiga pemikiran besar terkait Kosmopolitanisme :
1. Stoics
Dalam pemikirannya menyebutkan bahwa setiap manusia harus hidup
dalam harmoni. Stoics melahirkan pemikiran dasar kosmopolitanisme klasik yang
menyatakan bahwa setiap manusa adalah warga dari dunia dan maka dari itu
memiliki kewajiban/tanggung jawab atas umat manusia di seluruh dunia. ( each
person is a citizen of the world and owes a duty, above all, to the worldwide
community if human beings).19 Poin terjelas dari pemikiran Stoics : “that they
were, in the first instance, human beings living in a world of human beings and only incidentaly members of polities.”
2. Kant
Kant membuat inovasi ide kosmopolitanisme dengan konsep yang ia sebut sebagai „the public use of reason‟. Yang dimaksud dengan „the public od reason‟
adalah mengindahkan segala bentuk dogma dan menghilangkan segala hambatan
untuk alasan kepentingan umum. “But people are also, if only potentially,
members of a „cosmopolitan society‟, and as members of this society they can
enjoy a right to the free and unrestricted public use of their reason. “20
19 Martha C.Nussbaum. “Kant and Stoic Cosmopolitanism.”
Journal of Political Philosophy. Maret 1997. h 6.
20
12
3. Beitz, Pogge dan Barry
Konsep kosmopolitanisme kontemporer ini mencakup 3 elemen utama.
Pertama adalah elemen yang disebut sebagai egalitarian individualisme. Manusia
memiliki hak moral tunggal untuk dianggap sama, patut dihormati dan patut
dipertimbangkan. Elemen kedua, disebut juga sebagai reciprocal recognition
yaitu status nilai kesetaraan harus diakui oleh setiap orang. Hal itu merupakan
sebuah atribut di hidup setiap orang, termasuk merupakan dasar setiap orang
dalam membangun hubungan dengan sesama. Elemen ketiga, kosmopolitanisme
pada akhirnya merupakan kerangka moral acuan untuk menentukan aturan dan
prinsip prinsip universal.21
Berdasarkan tiga pemikiran besar diatas, didapat 8 prinsip utama
kosmopolitanisme :
1. Equal worth and dignity
2. Active agency
3. Personal responsibility and accountability
4. Consent
5. Collective decision-making
6. Inclusiveness and subsidiary
7. Avoidance of serious harm
8. Sustainability 22
21
Garret Wallace Brown. Grounding Cosmopolitanism : From Kant to The Idea of A Cosmopolitan Constitution. (Edinburgh : Edinburgh University Press, Ltd., 2009), h.10.
22
13
HUMAN RIGHTS
Pemikiran tentang konsep Human Rights sebenarnya telah lama muncul
sejak zaman Yunani Kuno, seperti yang disebutkan oleh Aristotele dan Cicero.
Dalam pernyataannya, mereka menjelaskan tentang hak-hak natural yang
kemudian juga disebut sebagai power yang dimiliki tiap individu. Awal
pengimplementasian dari konsep ini dapat dilihat dalam Magna Carta Libertatum
pada tahun 1215 yang diadopsi oleh raja Inggris.
Seiring penemuan akademik, salah satu pemikiran yang berkontribusi
terhadap konsep Human Rights adalah pemikiran Immanuel Kant. Menurut Kant,
setiap individu memiliki 3 hak utama atas dirinya sendiri. Pertama, setiap individu
memiliki kemampuan untuk berpikir dan memilih sendiri tindakan apa yang harus
diambil, tujuan apa yang harus dicapai, dan lain sebagainya. Kedua, setiap
individu memiliki autonomy, yaitu setiap individu berhak menentukan hukum
untuk dirinya sendiri. Ketiga, setiap individu memiliki nilai intrinsik dan nilai
instrumental. Nilai instrinsik yaitu dimana setiap individu berhak dan layak untuk
dihargai. Sedangkan nilai instrumental yaitu setiap individu dapat melakukan hal
yang sama untuk menghargai dan membantu sesama (there is nothing more
sacred in the wide world than the rights of other).23
Dalam kasus ini penggunaan konsep Human Rights menjadi sebuah acuan
terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia yan terjadi di Suriah. Dimana
banyaknya pelanggaran terhadap hak masyarkat di Suriah yang diabaikan oleh
23
14
rezim Bashar Al-Assad. Setiap manusia memiliki hak yang setara (equal) untuk
dipenuhi oleh negara, diantaranya adalah “hak untuk hidup (untuk sarana
subsistensi dan keamanan); atas kebebasan (kebebasan dari perbudakan,
perhambaan, dan pendudukan paksa, dan untuk ukuran yang cukup kebebasan
hati nurani untuk menjamin kebebasan beragama dan berpikir); ke properti (milik
pribadi); dan kesetaraan resmi ".24
Kutipan dari Jhon Rawls di atas dijadikan acuan untuk kewajiban negara
untuk menghormati hak asasi manusia. Namun pada kenyataannya Pemerintah
Suriah tidak menghormati hak asasi manusia karena menyerangan warga sipil
dengan senjata kimia, sedangkan senjata kimia itu dilarang untuk digunakan
dalam Customary International Humanitarian Law.
F. METODELOGI PENELITIAN
Pada penelitian skrispi ini, metode penelitian yang dirgunakan adalah
penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif, dimana tipe penelitian
ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan atau keadaan
sebagaimana adanya. Tujuannya adalah membuat deskripsi gambaran secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang diselidiki.25
Penelitian ini bersumber pada satu sumber, yaitu sumber sekunder.
Sumber sekunder merupakan sumber yang berasal dari buku, jurnal, internet, serta
24Annette Förster “Decent Peace, Stability and Justice, John Rawls‟s International Theory
Applied,” PhD thesis, Department of International Relations of the London School of Economics, April 2012. h.5.
25Afifudin, dan Beni, “Metodologi Penelitian Kualitatif,”
15
media massa yang membahas mengenai permasalah keikutsertaan Amerika
Serikat dalam memberikan bantuaan kemanusiaan kepada Suriah.
Untuk dapat memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan
teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan (library research) yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh dari
buku-buku, surat kabar, jurnal-jurnal, majalah maupun internet yang
memfokuskan pada masalah yang akan dibahas. Model penelitian dalam
penelitian ini adalah model penelitian studi kasus dengan menggunakan teori
untuk menganalisa dan menjawab permasalahan yang ada pada pertanyaan
masalah. Data yang diambil kemudiaan diklasifikasikan sesuai dengan topik
pembahasan yang dibutuhkan, agar bisa dipahami dan ditampilkan dalam bentuk
kesimpulan-kesimpulan sederhana yang bisa digunakan untuk menjelaskan
16
G. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
B. Pertanyaan Penelitian
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
D. Tinjauan Pustaka
E. Kerangka Teoritis
F. Metodelogi Penelitian
G. Sistematika Penulisan
BAB II : KONFLIK DI SURIAH (2011-2014)
A. Sejarah Perang Sipildi Suriah
B. Kelompok Oposisi Suriah
C. Pelanggaran HAM
1 Rezim Bashar Al Assad
2. Isu penggunaan Senjata Kimia
3. Penduduk sipil menjadi korban perang
BAB III : RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PERANG SIPIL di
SURIAH
A. Posisi Amerika Serikat terhadap Perang Saudara di Suriah
B. Program Bantuan Kemanusiaan Amerika Serikat kepada Suriah
1. Kesehatan dan Ketahanan Pangan
17
BAB IV: MOTIVASI AMERIKA SERIKAT DALAM MEMBERIKAN
KEBIJAKAN BANTUAN KEMANUSIAAN KEPADA SURIAH.
A. Keinginan Amerika Serikat Untuk Membantu Krisis Perang Saudara di
Suriah.
B. Kejahatan Perang Menjadi Motivasi Amerika Serikat Memberikan
Bantuan.
C. Hak Kesetaraan Masyarakat Suriah Dengan Masyarakat Dunia.
D. Demokrasi Merupakan Sistem Yang Lebih Cocok di Aplikasikan.
E. Dukungan Masyarakat Amerika Serikat Untuk Terlibat Memberikan
Bantuan.
18
BAB II
KONFLIK DI SURIAH
A. Sejarah Perang Sipil di Suriah
Suriah merupakan negara yang terletak di Asia barat yang berbatasan
langsung dengan negara Libanon di barat, Turki di utara, Iraq di timur, dan
Yordania di selatan. Negara Suriah berdiri dari mandat Perancis di liga bangsa
paska Perang Dunia pertama, Suriah merdeka dari tangan Perancis pada 17 April
1946. Mayoritas penduduk Suriah adalah bangsa arab, dan para penduduknya
menganut beberapa ajaran kepercayaan, seperti Alawit, Druze, Sunni dan Kristen.
Ada juga beberapa kelompok etnis seperti; Armenia, Assyria, Kurdi, dan Turki
Yezidi. Ajaran Sunni merupakan ajaran yang banyak dianut oleh penduduk di
Suriah.26
Perang sipil di Suriah menjadi perang yang memakan banyak korban jiwa
yakni rakyat sipil. Perang sipil tersebut berlangsung lebih dari 1000 hari.
Kekerasan yang terjadi di Suriah menyebabkan banyaknya warga Suriah pergi
meninggalkan negara yang dalam keadaan tidak kondusif.27 Kekerasan yang
terjadi di Suriah ini menjadi perhatian dunia internasional dimana banyak
pelanggaran HAM yang terjadi akibat perang sipil tersebut.28
26“The World Factbook,”
CIA Factbook [database on-line]; tersedia di
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/sy.html ; Internet; diakses pada 9 September 2014.
27
Major Lars Cramer-Larsen and Professor Bertel Heurlin, “Syria: Civil-military relations during Civil War,” Contemporary Conflicts Issue 01, Volume 02, (2014): h. 1.
28
19
Sejak diproklamasikannya kemerdekaan Suriah, tercatat setidaknya ada
empat kali kudeta yang terjadi di negara itu. Kudeta pertama dilakukan oleh Hunsi
Zaim atas pemerintahan presiden Shukri Al-Quwatly pada 30 Maret 1949.
Kemudian Dilanjutkan dengan kudeta oleh Kolonel Sami Hinnawi pada 14
Agustus 1949 yang berhasil mengangkat Hashim Al-Atassi menjadi presiden
sementara. Dan pada akhir desember 1949 Letnan Kolonel Adib Shishakli
melakukan kudeta lagi dan berhasil mengangkat seorang sipil, Khalid Al-Azeem,
menjadi presiden29.
Kejadiaan yang serupa pernah tejadi pada naiknya masa pemerintahan
Hafedz Al-Assadd, Coup d’etat terjadi pada tahun 1971 dan pada waktu itu
Menteri Pertahanan Suriah, Hafez Al-Assad, naik ke tampuk kekuasaan sebagai
Perdana Menteri. Di tahun berikutnya, perwira Angkatan Udara Suriah ini
diangkat menjadi Presiden Suriah. Pada masa transisi ini juga mulai banyak
demonstrasi menentang rezim al Assad dan ketika itu banyak korban meninggal
berjatuhan akibat perlawanan terhadap rezim Hafedz yaitu ayah dari Bashar Al
Assad yang sekarang menjadi presiden Suriah.
Aksi protes yang terjadi di Suriah, merupakan aksi demonstrasi besar yang
pertama, sejak 41 tahun berlangsung aksi "revolusi menentang" rezim Hafez
Al-Assad ayah dari Bashar Al-Al-Assad yang pada rezim sebelumnya mengendalikan
kekuasaan dengan tangan besi.30
29George Lenczowski, “Timur Tengah Di Kancah Dunia,”
Sinar Biru Algesindo, Bandung: , 1993, h. 198-209
30
20
Pada waktu Hafez Al-Asaad memimpin, partai Baath adalah partai yang
kuat dan juga berkuasa di Suriah. Pada masa rezim Hafez Al-Asaad sudah
ditemukan benih-benih perlawanan masyarakat yang berpaham Sunni yang
menentang rezim ini. Namun pada tahun 1970an ketika gelombang demonstrasi
terjadi rezim ini mampu menghadapi beberapa tantangan rakyatnya yang
melakukan aksi protes. Tetapi, semua gerakan yang muncul ditumpas dengan
menggunakan kekerasan militer.31 Sehingga, rakyat tidak berani melakukan aksi
menentang rezim Partai Baath yang berkuasa di Suriah dibawah pimpinan Hafez
Al-Assad.
Kejadian perang sipil ini tidak hanya terjadi pada pemerintahan Bashar
Al-Assad, pada awal tahun 1982 terjadi keadaan yang serupa dimana pada saat
Presiden Hafez Al-Assad memerintahkan pasukannya untuk menghabisi
demonstrasi yang digalang oleh kelompok Muslim Brotherhood (ikhwanul
muslim). Kelompok ini berkembang pada tahun 1970-an di Hama sebagai cabang
dari Muslim Brotherhood di Mesir.
Muslim Brotherhood menghendaki reformasi politik, termasuk diberikannya hak-hak sipil warga negara, pengakhiran penyiksaan yang biasa dilakukan oleh
rezim berkuasa terhadap siapa saja yang dianggap melawan pada Hafedz, dan
penegakan rule of the law.32
Pada bulan Februari 1982, Muslim Brotherhood menyerang unit militer
Suriah yang sedang mencari anggota oposisi di Hama dan mengambil alih dan
31 Ibid.
32Humphrey Wangke “Krisis Politik dan Konflik Kepentingan di Suriah.”
21
menguasai Kota Hama. Presiden Hafez Al-Assad menjawab aksi itu dengan
mengirim 12.000 tentara yang pro-pemerintahan.33 Operasi penumpasan
pemberontakan oleh tentara Hafez ini diperintahkan untuk menyerang
tempat-tempat yang di kuasai oleh kelompok Muslim Brotherhood dan menghancurkan
kekuatan para pemberontak pemerintahan.
Misi penumpasan pemberontakan di Hama berlangsung selama 3 minggu.
Hama dikepung tentara yang diperkuat kendaraan lapis baja dan tank dari rezim
Hafez Al-Assad. Helikopter-helikopter militer Hafez Al-Assad terus menerus
menerjunkan pasukan dan menghancurkan wilayah pemukiman penduduk.34
Situasi pertempuran di Hama ini pada akhirnya berubah menjadi perang
sipil yang memakan korban. Para pasukan militer Hafez Al-Assad yang berasal
dari daerah itu membelot dan berbalik melawan pasukan pemerintah.35 Jumlah
korban tewas dalam pertempuran ini setidaknya 10.000 orang tewas ketika
presiden Hafez Al-Assad mengirimkan militer untuk menghancurkan
pemberontakan Islam di sana pada tahun 1982.36
B. Kelompok Oposisi Suriah
Unjuk rasa yang terjadi akibat rezim Bashar Al-Assad atas perilaku rezim
yang otoriter ini menimbulkan pro dan kontra masyarakat Suriah akan
kesewenang-wenangan Bashar Al-Assad dalam memimpin negara Suriah. Akibat
36“Profile: Syrian city of Hama,”
22
kepemimpinan Bashar Al-Assad yang dianggap tangan besi ini menimbulkan
perpecahan didalam negara Suriah sehingga memicu timbulnya kelompok oposisi
yang ingin menggulingkan rezim Bashar Al-Assad.
Karena gejolak unjuk rasa yang terus menerus di Suriah ini menjadikan
rakyat Suriah, semua fraksi oposisi politik telah bersatu dengan tujuan
menggulingkan rezim Bashar Al-Assad, mengakhiri penderitaan rakyat Suriah,
dan untuk membuat transisi menuju negara yang bebas dan demokratis. Koalisi
terdiri dari kepemimpinan yang akan memobilisasi upaya untuk mendukung dan
memperkuat pejuang pro demokrasi Suriah dan mewakili tujuan dari revolusi
yang dilakuakan masyarakat Suriah. Koalisi ini akan melakukan segala daya
untuk mencapai tujuan menggulingkan rezim Assad dan membawa kemenangan
untuk revolusi baik di dalam dan di luar Suriah.37
Oleh karena kesatuan dan keinginan untuk menggulingkan pemerintahan
Bashar Al-Assad rakyat Suriah yang mengingikan demokrasi mendirikan Koalisi
Nasional untuk Revolusi Suriah dan Pasukan Oposisi (National Coalition for
Syrian Revolutionary and Opposition Forces) yang selanjutnya dikenal sebagai
SOC.
Koalisi Suriah ini dibentuk pada November 2012 bertujuan untuk
menyatukan kelompok oposisi Suriah dan berkomitmen untuk mengakhiri konflik
Suriah dan membantu transisi demokrasi Suriah. Koalisi ini terdiri keragaman
etnis dan agama yang merupakan bagian mendasar dari warisan negara Suriah.
37
Mission Statement and Goals, “National Coalition for Syrian Revolutionary and Opposition
23
Anggota-anggota yang termasuk dalam koalisi ini adalah Syiah dan Muslim
Sunni, Alawi, Kristen, Kurdi, Druze, Armenia, Assyria, dan Circassians.38 Markas
koalisi Suriah ini berbasis di Kairo, Mesir, dan juga berkantor pusat di Perancis,
Jerman, Qatar, Turki, Inggris dan Amerika Serikat . Tujuan dari dibentuknya
Koalisi Nasional untuk Revolusi Suriah dan Pasukan Oposisi akan bertujuan
sebagai berikut :
1. Untuk menyatukan dukungan untuk kepemimpinan bersama dewan
militer, dewan revolusioner, dan FSA (The Free Syrian Army)
2. Untuk menghasilkan dana untuk mendukung rakyat Suriah melalui
koordinasi internasional.
3. Untuk membuat Komite Hukum Nasional Suriah.
4. Untuk membentuk pemerintahan transisi setelah menerima
pengakuan dunia internasional.39
Misi Koalisi Suriah ini didirikan nuntuk mendukung rakyat Suriah yang
berjuang untuk mengubah negara mereka menjadi negara yang aman dan juga
demokratis, inklusif dan pluralistik. Untuk memenuhi misi koalisi Suriah ini
dalam mencapai tujuannya koalisi ini mendeklarasikan lima tujuannya;
1. Untuk mengakhiri semua kekerasan di Suriah;
38
Fact Sheet “National Coalition for Syrian Revolutionary and Opposition Forces” [database-online]; tersedia di http://en.etilaf.org/about-us/fact-sheet.html; Internet : diakses pada 23 Septermber 2014.
39
Mission Statement and Goals, “National Coalition for Syrian Revolutionary and Opposition
24
2. Untuk memastikan transisi politik yang sah, inklusif dan
demokratis;
3. Untuk mempertahankan kelangsungan dan kelestarian lembaga
negara fungsional dan struktur dalam demokrasi dan aturan dari
pemahaman mematuhi hukum negara;
4. Untuk menjamin persatuan rakyat Suriah dan integritas teritorial
dan kedaulatan negara Suriah;
5. Untuk membawa dan mengadili semua yang bertanggung jawab
atas kejahatan perang, dan menghukum sesuai dengan hukum
internasional.40
Koalisi ini terdiri dari 114 anggota Majelis Parlemen dipimpin oleh
Presiden Hadi Al Bahra, Wakil Presiden Abdulhakim Bashar, Noura Al-Amir dan
Mohammad Qaddah, serta Sekretaris Nasr al-Hariri. 41
Anggota Koalisi Parliamentary Assembly ini terdiri dari semua kelompok
besar dan individu yang berkomitmen untuk menciptakan demokratisasi, inklusif,
dan pluralistik Suriah, seperti
“(The Supreme Military Council representing the Free Syrian Army, Syrian National Council, the Democratic Bloc, the Revolutionary Movement, Syrian Revolution General Commission, Local Coordination Committees of Syria, and the Local Administrative Councils of Syria)”42
40 Ibid.
41“Syirian Opposition Coalition elects new President in win for Jabra”,
Al-Monitor, 15 Maret 2014 ,[media-online] tersedia di http://www.al-monitor.com/pulse/politics/2014/07/syria-national-coalition-opposition-shift-new-president.html#; Internet; diakses pada 24 September 2014.
42“Fact Sheet, “
25
Kami menyambut semua orang yang berkomitmen untuk mewujudkan
Suriah yang demokratis. Koalisi ini diakui sebagai wakil sah rakyat Suriah oleh
120 negara dan organisasi. Termasuk Amerika Serikat, Uni Eropa, Liga Arab, dan
Dewan Kerjasama Teluk.43
Pada konflik yang terjadi di Suriah ini tidak hanya ada SOC yang
menginginkan demokrasi. Adanya kelompok baru yang muncul pada Maret tahun
2013 di Suriah seperti ISIS (Islamic State Iraq and Syria) ini memumculkan
dinamika permasalah baru yang muncul dan membuat kasus ini semakin
kompleks. Kelompok ISIS ini berbeda dengan SOC yang menginginkan
demokrasi. Kelompok ISIS ini merupakan gerakan terorrisme yang menginginkan
berdirinya negara Islam.44 Kelompok ini terdiri dari para jihadist Al-Qaeda yang
kemudian menggalang dukungan untuk membentuk kelompok baru.
C. Pelanggaran HAM
Pelanggaran HAM di Suriah ini sudah terjadi sejak negara Suriah dipimpin
oleh Hafez Al-Assad yang menggunakan kekerasan dalam menjaga kekuasaanya
seperti yang terjadi di Hama ketika dia memerintahkan tentaranya untuk memukul
mundur Muslim Brotherhood.45Cara yang serupa juga digunakan Bashar Al-Assad
untuk membubarkan perlawanan terhadap rezimnya dengan menggunakan cara
yang digunakan ayahnya dengan menggunakan kekerasan, penggunaan senjata
kimia dan pelanggaran tentang HAM (tidak adanya kebebasan bagi masyarakat
43 Ibid. 44
"Syria Iraq: The Islamic State militant group," BBC news, 2 Agustus 2014[media-online]; dapat diaskes di http://www.bbc.com/news/world-middle-east-24179084; Internet: diakses pada 1 Februari 2015.
45Joseph Holliday “The Assad Regime, From Counterinsurgency to Civil War”
26
untuk menyuarakan haknya), selama tiga tahun perang sipil Suriah terjadi
setidaknya telah menewaskan 191.000 orang, hampir sepertiga dari korban adalah
warga sipil.46
Bashar Al-Assad telah memimpin Suriah sejak tahun 2000 dan ia
menggantikan posisi Hafez Al-Assad, rezim Assad yang di teruskan oleh anak
dari Hafez ini memicu timbulnya perlawanan untuk menolak rezim Assad di
Suriah. Beberapa laporan media berulang kali menyampaikan bahwa para
demonstran berpikir bahwa Bashar Al-Assad telah memerintah Suriah sudah
terlalu lama.47
1. Rezim Bashar Al-Assad.
Rezim Bashar Al-Assad telah memimpin Suriah selama 14 tahun sejak
tahun 2000 setelah menggantikan ayahnya Hafez Al-Assad.48 Protes terhadap
rezim Bashar Al-Assad ini diawali pada 16 Maret 2011, 50 demonstran yang
terdiri dari aktivis HAM dan keluarga tahanan politik yang melakukan aksi protes
secara damai di Damaskus.49 Para demonstran menuntut pemerintah Suriah
melepaskan keluarga mereka yang menjadi tahanan politik. Sejak presiden Bashar
46“Corporate report: Syria
- Country of Concern,” UK.gov, 30 September 2014 [database-online]; tersedia di https://www.gov.uk/government/publications/syria-country-of-concern/syria-country-of-concern-latest-update-30-september-2014; Internet; diakses pada 25 Desember 2014.
47
Dina Y. Sulaiman, Prahara Suriah : Membongkar Persekongkolan Multinasional, (Jakarta : Pustaka Ilman, 2013) h. 15.
48
Dina Y. Sulaiman, Prahara Suriah: Membongkar Persekongkolan Multinasional. h.15
49“Political Prisoners in Syria: An Urgent Crisis Now!,”
27
Al-Assad berkuasa setidaknya lebih dari 45.000 orang ditahan tanpa adanya
proses pengadilan yang terbuka dan sah.50
Pada saat itu juga seluruh demonstran ditangkap dengan alasan aksi
provokasi menyerang reputasi negara. Hingga pada akhirnya keputusan
pengadilan melepaskan delapan orang dan dinyatakan tidak bersalah, sedangkan
sisanya tetap ditahan. Tidak hanya itu, penangkapan sipil oleh aparat di kota Aleppo, Banias, Damaskus, Dera„a, Douma, Hama, Homs, Latakia, Ma„aratan
Nu„man dan al-Malkiyah juga terjadi pada tanggal 8-23 Maret 2011.51 Dengan
dimulainya perlawanan melalui demontrasi ini rezim Bashar Al-Assad mengambil
respon akibat gelombang demonstrasi yang terjadi dengan mengeluarkan dekrit
presiden yang menyatakan bahwa Undang-undang Darurat 1962 tidak lagi
diberlakukan di Suriah. Selama ini UU Darurat 1962 tidak memberikan
kesempatan bagi individu untuk mengkritik pemerintah dengan pembenaran
menjaga stabilitas nasional.52Namun Bashar Al-Assad tidak hanya merespon
dengan ini akan tetapi ia memerintahkan tentaranya untuk membubarkan
demonstrasi yang berjalan. Dilaporkan 72 warga sipil ditembak mati saat
melakukan aksi protes damai.53Tidak hanya sampai disini pelanggaran HAM yang
dilakukan oleh rezim Bashar Al-Assad.
Presiden Bashar Al-assad juga merekrut para pejuang rezimnya dengan
sangat teliti dan juga dari para kelompok alawi yang sejalan dengan rezimnya agar
28
dan melawan kekuatan para oposisi yang menginginkan rezim Bashar Al-Assad
turun. Rezim Bashar Al-Assad sangat teliti dalam merekrut pasukannya, karena ia
tidak mau mengulangi kesalahan yang dilakukan ayahnya pada saat perang di
Hama, sehingga para tentaranya berbelot pada oposisi.
Bashar Al-Assad memiliki strategi khusus untuk merekrut para
pasukannya dengan menerapkan tiga srategi yang digunakan ayahnya ketika
terjadi perlawanan terhadap rezimnya, pertama memilih dengan sangat teliti
pasukan yang di percaya, kedua meningkatkan jumlah tentara yang pro pada
rezim, terakhir menggunakan kekuatan untuk melawan pemberontak dari kota
dengan cara mengeluarkan dan menahan mereka dengan pasukan yang sangat
kuat.54Rezim Bashar Al-Assad menggunakan cara kekerasan dalam memukul
mundur dan membubarkan para demonstran dan juga pemberontak dan ini
dianggap melanggar HAM oleh dunia internasional.
Rezim Bashar Al-Assad telah mengirimkan artileri, kekuatan udara,
buldoser, dan melakukan pembantaian sektarian, dan rudal balistik untuk
menyerang pemberontak Suriah untuk keluar dari Suriah dan untuk memusnahkan
para pemberontak.55 Strategi ini digunakan oleh Rezim Bashar Al-Assad agar
ketika pemberontak menguasai kota maka para pemberontak akan kekurangan
pasukan karena telah dihancurkan oleh persenjataan rezim Bashar Al-Assad.
Rezim Bashar Al-Assad juga menyisakan senjata kimia di gudang persenjataan
mereka untuk penyerangan yang lebih basar lagi karena dampak dari senjata kimia
54Joseph Holliday “The Assad Regime” Maret 2013.h .7. 55
29
ini akan membantu Bashar Al-Assad dalam menghancurkan para pemberontak
dengan skala yang lebih besar.56
2. Penggunaan Senjata Kimia.
Konflik yang terjadi di Suriah semakin meningkat tepatnya pada tanggal
21 Agustus 2013 saat rezim Bashar Al-Assad menggunakan beberapa senjata
kimia untuk melawan pemberontak. Serangan kimia terjadi tepatnya di EinTarma,
sekitar 6 km (3,7 mil) timur dari pusat Damaskus, dan di Zamalka.57Menurut
intelligent Perancis, rezim Bashar menggunakan roket untuk meluncurkan senjata
kimia ini agar tepat pada sasaran yang dituju.58 Serangan ini diperkirakan
menewaskan sedikitnya 281 orang dan 1500 orang terkena dampak mematikan
dari penggunaan senjata kimia ini.59
Penggunaan senjata kimia ini sangat dikecam oleh dunia internasional
karena dampaknya menyeluruh kepada siapa saja yang ada disekitar tempat
digunakannya senjata ini.
“Chemical weapons are strongly prohibited in many international law treaties. It is being explained in the Geneva Protocol of 1925 that prohibits the use of Asphyxiating, Poisonous, or other gases or and of bacterial methods in war.”60 Senjata kimia sangat dilarang di banyak perjanjian hukum internasional. Hal ini di jelaskan dalam Protokol Jenewa 1925 yang melarang penggunaan asphyxiating, beracun, atau gas lain dan metode penyebaran bakteri dalam perang.
56 Ibid. 57
Mary Beth, Paul Kerr, “Syria Chemical Weapons : Issues for Congress.” Congressional Research Service. (30 September 2013) h. 15
58 Ibid. 59
Ibid. 60
Jean-Marie Henckaerts and Louis DoswaldBeck, “Customary International Humanitarian
30
Rezim Bashar telah membuat program senjata kimia yang kuat selama
beberapa dekade, rezim Bashar memiliki stok lima senjata kimia utama, tercatat
dari yang terendah hingga tertinggi toksisitasnya seperti: gas klor, gas mustard,
sianida gas, sarin agen saraf, dan VX agen saraf.61
Beberapa senjata kimia yang dimiliki Bashar seperti gas klor (hanya
sedikit beracun) yang menghilang dengan cepat, Gas mustard cukup beracun, dan
efeknya sampai 24 jam. Tidak hanya itu Bashar juga memiliki Gas Sianida sangat
beracun, tetapi cepat menghilang, Sarin sangat beracun, dan menghilang dengan
cepat, meskipun tidak secepat sianida. VX adalah bahan kimia yang paling
beracun dan menghilang sangat lambat.
Bahan kimia Sarin dan VX, sangat berbahaya karena menyerang saraf,
dan sangat mematikan dalam dosis menit. Baik dihirup dalam bentuk gas atau
melalui kontak kulit hanya beberapa tetes kimia ini sangat mematikan dan
berbahaya untuk masyarakat dan anak-anak. Kimia ini sangat dilarang
penggunaannya karena jika terhirup ataupun kontak langsung karena akan
mengakibatkan kematian. 62.
Rezim Bashar ini memiliki sejumlah kecil fasilitas untuk memproduksi
senjata kimia serta sejumlah tempat penyimpanan. Lokasi penyimpanan dan
pembuatan ini diidentifikasi di seluruh Suriah. Berpusat di selatan dan tengah
61Joseph Holliday “The Assad Regime” Maret 2013. h. 59. 62
31
Suriah, sekitar Damaskus, dan setidaknya ada tempat telah diidentifikasi sebagai
tempat senjata kimia yaitu di pangkalan militer Mazzeh dan Qassioun.63
Penggunaan senjata kimia ini menjadi perhatian dunia internasional karena
dianggap rezim Bashar ini melanggar Hak Asasi Manusia dan banyak negara
mengecam aksi rezim Bashar ini seperti Amerika serikat yang mengecam
penyerangan ini. Setelah serangan pada 21 Agustus 2013, Amerika Serikat secara
aktif menyuarakan keprihatinannya tentang tindakan yang seharusnya tidak
terjadi. Pada tanggal 30 Agustus 2013, Amerika Serikat secara resmi menilai
bahwa tindakan penyerangan menggunakan senjata kimia ini diakukan oleh rezim
Bashar.64
3. Penduduk Sipil Menjadi Korban Perang.
Perang sipil yang terjadi dari awal tahun 2011 ini telah banyak memakan
korban masyarakat sipil setidaknya tercatat hingga bulan September 2014, dengan
korban tewas lebih dari 191.000 jiwa, hampir 12,4 juta orang telah diungsikan
untuk meninggalkan rumah mereka karena situasi yang tidak aman di Suriah.65
korban terbanyak berada di tiga kota, yaitu Homs, Aleppo dan Damaskus. Jumlah
korban terbanyak selama perang terjadi berada di Damaskus, dimana tercatat lebih
dari 40.000 orang tewas. Sedangkan di Allepo 32.000 dan di Homs tercatat
63 Ibid.
64U.S Government Assessment of the Syrian Government‟s Use of Chemical Weapons on August
21, 2013.” 2013.The White House, Office of the Press Secretary[database-online] tersedia di http://www.whitehouse.gov/the-press-office/2013/08/30/government-assessment-syrian-government-s-use-chemical-weapons-august-21; Internet: di akses pada 24 September 2014
65“Corporate report: Syria
32
sebanyak 28.000 orang.66 Kebanyakan yang menjadi korban adalah laki-laki ada
sekitar 85 persen dan perempuan sekitar 9 persen. Anak-anak juga menjadi korban
dari perang sipilini dan mereka harus diungsikan bersama para ibu.67
Perang sipil di Suriah ini menghasilkan jutaan pengungsi dan juga
menghabiskan miliaran dollar. Tidak hanya kerugian uang yang menimpa korban.
Tragedi ini juga mencatat lebih dari 8.803 anak terbunuh akibat konflik ini, data
ini diambil berdasarkan data dari PBB.68 Sejak terjadinya perang sipil di Suriah
anak-anak adalah korban dari konflik. Mereka harus kehilangan orang tua mereka
akibat serangan yang dilancarkan oleh rezim Bashar. Serangan ini menghancurkan
3456 sekolah yang berada di Suriah. Akibatnya tercatat lebih dari 3 juta anak
putus sekolah karena perang sipil ini.69
Tidak hanya putus sekolah saja yang dirasakan oleh anak anak di Suriah.
Anak-anak juga menjadi korban ketika orang tua mereka terkena peluru ataupun
bom dari pasukan Bashar. Mereka harus tetap bertahan hidup tanpa orang tuanya.
Oleh sebab itu anak-anak juga harus dilindungi dari segala bahaya yang
ditimbulkan oleh perang sipil, mereka dan wanita adalah korban sipil dari dampak
perang ini. Wanita dan anak-anak korban Suriah ini banyak yang meninggalkan
66
Laura Smith,"With more than 191.000 dead in Syria, U.N. rights chief slams global 'paralysis' ", CNN 22 Agustus 2014,[Media-online] dapat diakses di
http://www.cnn.com/2014/08/22/world/meast/syria-conflict/; Internet; diakses pada 29 Januari 2014.
Tabatha Kinder,"Syria Civil War: Three Million Children Drop Out of School", International Business Times, 18 September 2014 [Media-online] dapat diakses di
33
Suriah dan mencari penggungsian ke negara-negara tetangga tercatat setidaknya
setiap hari sekitar 200 sampai 500 orang pengungsi tiba di Jordania.70
Gambar II.C.1. Korban Anak di Suriah.
Anak-anak Suriah menjadi korban yang sangat menderita dari perang sipil
Suriah, 12 anak rata-rata telah tewas per hari, karena itu, tercatat setidaknya
setiap jam 174 anak dipaksa untuk meninggalkan rumah mereka, dan setidaknya
12000 anak tewas dalam tragedi ini.71Banyak wanita hamil dan tidak berdaya
akibat dari konflik di Suriah ini, anak-anak kehilangan waktu mereka untuk
bermain dan juga untuk menuntut ilmu. Semenjak terjadinya perlawanan terhadap
rezim Bashar Al-Assad korban sipil seperti anak-anak dan wanita harus
kehilangan hak mereka untuk hidup, melahirkan, menuntut ilmu, hidup tenang.72
Rezim Bashar Al-Assad dianggap tidak bisa menjaga hak-hak para warga
70“DOUBLE CATASTROPHE voice from a war on childhood,”
warchild. 2013. h. 3.
71 Ibid. 72
34
negaranya sehingga ini menjadi perhatian dunia luas terutama Amerika Serikat
35
BAB III
RESPON AMERIKA SERIKAT TERHADAP PERANG SIPIL SURIAH.
A. Posisi Amerika Serikat Terhadap Perang Sipil di Suriah.
Amerika Serikat memulai hubungan diplomatiknya dengan Suriah dimulai
sejak tahun 1944 setelah Suriah dinyatakan merdeka dari Perancis. Pada tahun
1967 ketika dimulainya perang Arab-Israel, Suriah memutuskan hubungan
diplomatik dengan Amerika Serikat. Suriah kembali menjalin hubungan
diplomatik dengan Amerika Serikat pada tahun 1974.73 Dalam kurun waktu 1990
sampai 2001, Amerika Serikat dan Suriah bekerjasama di tingkat isu regional,
hubungan Amerika Serikat dan Suriah semakin memburuk dari tahun 2003
sampai awal 2009.74
Isu kegagalan pemerintah Suriah untuk mencegah Suriah menjadi tempat
transit utama bagi para pejuang asing Irak serta sikap Suriah untuk menolak
mendeportasi unsur rezim Saddam Hussein yang mendalangi pemberontakan di
Irak ini menjadi keprihatianan bagi Amerika Serikat. Tidak berhenti disini
masalah yang ditimbulkan, pemerintahan Suriah juga ikut campur tangan dalam
kasus kelompok rejeksionis Palestina di Damaskus.75
Pemerintah Suriah juga memiliki beberapa catatan hak asasi manusia
yang dilanggar dalam kasus pembantaian di Hama. Faktor inilah yang membuat
hubungan antara Amerika Serikat dan Suriah memburuk. Namun pada awal tahun
73“ U.S Relations With Syria U.S DEPARTEMENT of STATE”, 20 Maret 2014, [database
-online]; tersedia di http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/3580.htm ; Internet: diakses pada 14 Oktober 2014.
74 Ibid. 75
36
2009 Amerika Serikat mengkaji kembali kebijakannya yang mengarah dengan
tujuan untuk terlibat dengan Suriah. Kebijakan yang dikaji ini bertujuan untuk
mencapai kepentingan bersama serta, mengurangi ketegangan regional, dan
mempromosikan perdamaian di Timur Tengah.76
Hubungan Amerika Serikat terus berlanjut dengan Suriah, seperti yang
terjadi pada bulan Maret 2011 ketika terjadi pergolakan demonstrasi di Suriah.
Demonstrasi yang terjadi tahun 2011 itu berujung pada konflik antara pemerintah
Suriah dan warga Suriah. Dimana masyarakat menginginkan Bashar Al-Asaad
untuk turun. Kasus ini menjadi perhatian Amerika Serikat. Pemerintah Amerika
Serikat telah berulang kali menyerukan kepada presiden Bashar Al-Assad untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi. Amerika Serikat juga telah memimpin upaya
masyarakat internasional untuk mencari solusi negosiasi politik pada konflik yang
terjadi di Suriah.77
Perang sipil di Suriah menjadi perhatian dunia dan Amerika Serikat.
Berdasarkan laporan dari PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) ada sekitar 191.000
penduduk Suriah meninggal dunia, dan lebih dari satu juta orang pergi
meninggalkan Suriah. Kasus ini menjadi perhatian dunia internasional karena
perang sipil ini tidak kunjung terselesaikan.78
Dalam kasus perang sipil di Suriah, Amerika Serikat mengambil sikap
untuk membantu krisis yang terjadi karena konflik yang ditimbulkan oleh perang
37
sipil ini. Amerika Serikat menanggapi kasus ini sebagai pelanggaran HAM (Hak
Asasi Manusia) dimana ditemukan pelanggaran yaitu penggunaan senjata kimia
oleh rezim Bashar Al-Assad kepada para oposisi yang menginginkan rezim
Bashar Al-Assad turun pada perang sipil yang terjadi.79 Berdasarkan data dari
Office Director of National Intelligence (ODNI) Suriah telah melakukan program
pengembangan senjata kimia sejak lama80, dan informasi ini berdasarkan laporan
Congress Covering 2011.
Dalam kasus perang sipil di Suriah ini Amerika Serikat mengecam keras
tindakan yang dilakukan oleh rezim Bashar Al-Assad yang menggunakan senjata
kimia. Amerika Serikat mendukung untuk menjatuhkan rezim Bashar Al-Assad
yang dianggap telah melanggar HAM yang sudah berlangsung lama ini. Amerika
Serikat juga mendukung oposisi untuk menjatuhkan rezim ini dengan cara
mengakui SOC (Syrian Opposition Coalition) sebagai pihak oposisi yang
memiliki kekuatan legitimasi. SOC ini dipimpin oleh Hadi Bahra yang naik
menjadi presiden oposisi, SOC juga berpartisipasi dalam Geneva II atau yang
lebih dikenal sebagai pertemuan damai timur tengah, pertemuan ini bertujuan
untuk menggalang dukungan internasional terkait konflik di Suriah melalui solusi
politik. Pertemuan yang dilaksanakan pada Januari 2014 ini membicarakan
tentang pemerintahan Bashar Al-Assad.81
79Christoper M, Carla E, dan Mary Beth, “Armed Conflict in Syria: Overview and U.S
Response,”Congressional Research Service, 17 September 2014, h.5.
80
Unclassified Report to Congress on the Acquisition of Technology Relating to Weapons of Mass Destruction and Advanced Conventional Munitions, Covering 1 Januari sampai 31 Desember 2011.
81Christoper M, Carla E, dan Mary Beth, “Armed Conflict in Syria: Overview and U.S