DUKUNGAN RUSI A T ERH ADAP PEM ERI NT AH SURI AH DI T ENGAH
PARI T AS KEKUAT ANNYA T ERH ADAP AM ERI KA SERI KAT
N adia I zzati N I M 0 713112330 72
Sur abaya, I ndonesia
ABST RAK
Konfllik Suriah yang berlangsung sejak tahun 2011 telah menciptakan dua aliansi yaitu
Amerika Serikat dan Rusia yang saling bertolakbelakang dalam memberikan dukungan
terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Amerika Serikat bersama aliansinya
mendukung kelompok oposisi dalam mewujudkan proses transisi pemerintahan Suriah.
Keberadaan aliansi Amerika Serikat kemudian mendorong Rusia untuk terlibat baik secara
politik maupun militer pada konflik Suriah. Adanya keterlibatan Rusia tersebut sebagai bentuk
upaya memperluas pengaruhnya di Timur Tengah. Dengan menggunakan teori Balance of
Threat dan teori Power Transition membantu menjawab keterlibatan Rusia pada konflik
Suriah. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian eksplanatif agar dapat mengkaji lebih
dalam konsep aliansi, strategi balancing, paritas kekuatan dan ketidakpuasan suatu negara
terhadap sistem internasional yang ada di penelitian. Dalam penelitian ini kemudian
ditemukan fakta-fakta yang menjelaskan bahwa Rusia ingin memperluas lingkaran pengaruh
untuk menggeser dan menekan dominasi pengaruh Amerika Serikat di Timur Tengah akibat
adanya paritas kekuatan dalam segi militer diantara Rusia dan Amerika Serikat. Dalam
mewujudkan tujuannya, Rusia beraliansi dengan Suriah agar dapat menemukan celah untuk
memperluas pengaruh di Timur Tengah.
Kata Kunci:
Rusia, Suriah, Aliansi, Balancing, Paritas Kekuatan
The Sy r ian conflict has taken place since 2011 cr eated two alliances, nam ely the United
States and Russia, which ar e in conflict with each other in giving to the par ties to the conflict.
The United States along with its allies suppor ted the gr oup i n the Sy r ian gover nm ent's
execution pr ocess. The existence of US alliance to encour age Russia to engage both
to expand its influence in the M iddle East. Using the theor y of Balance of Thr eat and Power
Tr ansition theor ies help answer Russia's flow to the Sy r ian conflict. This r esear ch uses
explanative ty pe of r esear ch in or der to deepen the concept of alliance, balancing str ategy ,
power par ity and dissatisfaction in the countr ies that exist in the r esear ch. I n this stu dy later ,
found the facts that explain that Russia wants to expand with influence and in or der to
incr ease its dom ination over United States in the M iddle East by the power par ity in m ilitary
between Russia and United States. I n r ealizing, Russia alliance with Sy r ia in or der to find a
gap for expansion in the M iddle East.
Key w or ds: Russia, Sy r ia, Alliance, Balancing, Power Par ity
Peristiwa Jasm ine Revolution yang terjadi di Tunisia pada akhir tahun 2010 berdam pak
secara secara dom ino di wilayah Afrika Utar a dan Tim ur Tengah (El-M ay, 2010; 58). Peristiwa
tersebut m erupakan sebuah aksi pioneer bagi negara-negara di kawasan tersebut untuk
m elakukan revolusi pem erintahan. Suriah m enjadi salah satu negara yang terkena dam pak
dom ino dari peristiwa Jasm ine Revolution tersebut. Pada awal tahun 2011, Rakyat Suriah
m ulai m elakukan aksi-aksi dalam m erevolusi pem erintahan Presiden Bashar al-Assad untuk
turun dari posisi kepresidenan Suriah (Hof et al, 2013; 1). Dilatarbelakangi oleh
ketidakpuasan rakyat Suriah terhadap kinerja dinasti pem erintahan al-Assad dim ana telah
m em im pin sejak awal kem erdekaan Suriah hingga pada era pem erintahan Bashar al -Assad.
Kem udian salah satu tindakan Bashar al-Assad dengan m em berlakukan undang-undang
darurat (em er gency law) yang m elarang adanya pem batasan segala bentuk kom unikasi bagi
rakyatnya sem akin m engundang rakyat untuk melakukan berbagai aksi revolusi.
Pada data bulan Septem ber 2015, tercatat sebanyak 200.000 orang m enjadi korban jiwa
akibat peperangan antara rakyat sipil dengan pem er intah Suriah (New York Tim es, 2015).
M eningkatnya angka korban jiwa tersebut kem udian m endorong rakyat Suriah untuk
m em bentuk kelom pok oposisi yang lebih terstruktur yaitu Free Syrian Arm y (FSA) dalam
m enjatuhkan rezim Bashar al-Assad (Hof et al, 2013; 18). Serangan yang diluncurkan baik
oleh pihak FSA m aupun pem erintah seringkali terjadi di wilayah Hom s, Ham a, Aleppo, dan
I dlib. Perang sipil tersebut diperparah dengan adanya aktivitas kelom pok teroris seperti the
Nusra Front dan I slam ic State of I raq and Syria (I SI S) yang berusaha untuk m enguasai
wilayah Suriah. I SI S sendiri telah m enguasai beberapa wilayah di Suriah, terutama di wilayah
Raqqa dan Palm yra (Anon, 2017). Pasukan m iliter Bashar al -Assad kem udian m elakukan
serangan yang ditujukan untuk I SI S dalam m elindungi wilayah-wilayah Suriah terutam a di
wilayah Palmyra yang kaya akan pertam bangan m inyak dan m erupakan kawasan bersejarah
Konflik peperangan yang m elibatkan pem erintah Suriah, kelom pok oposisi, dan I SI S
m engundang perhatian global. Tindakan pem erintah Bashar al-Assad dalam m enggunakan
m iliterisasi terhadap rakyatnya m enuai banyak kecam an dari aktor -aktor internasional.
Konflik Suriah tersebut kem udian m enciptakan dua koalisi yaitu koalisi Am erika Serikat dan
Rusia. Bersam a Australia, Denmark, Belanda, Perancis, Jerm an, Yordania, dan I nggris, koalisi
Am erika Serikat dengan tegas m engecam kekerasan yang dilakukan oleh pem erintah Bashar
al-Assad dan m em beri dukungan terhadap kelom pok oposisi dengan tujuan m ewujudkan
transisi politik dan m enjatuhkan rezim Bashar al-Assad. Berbagai m acam bentuk dukungan
diberikan oleh koalisi Am erika Serikat. Keberadaan koalisi Am erika Serikat dalam konflik
Suriah kem udian m enciptakan koalisi oposisi. Rusia bersam a I ran, I raq, dan
Lebanon-Hezbollah kem udian bergabung untuk m enciptakan sebuah koalisi untuk m em berikan
dukungan dalam m em pertahankan rezim Bashar al-Assad dan m enekan upaya resolusi
konflik yang m engancam keberlangsungan rezim Bashar al-Assad.
Keberadaan Am erika Serikat bersam a koalisinya untuk m enggeser rezim Bashar al-Assad
m endorong Rusia bersam a koalisinya untuk m elakukan aksi penolakan terhadap upaya-upaya
Am erika Serikat dalam m eresolusi konflik baik secara m iliter m aupun secara politik. Secara
diplom atik, Rusia bersam a Tiongkok m elakukan salah satu pem berian veto terhadap
rancangan resolusi DK PBB terhadap pem erintah Suriah pada tahun 2011 (Security Council
United Nations, 2011). Secara m iliter, terhitung sejak 30 Septem ber 2015, Rusia m ulai
m eluncurkan serangan dengan serangan udara di beberapa wilayah Suriah dengan tujuan
untuk m elawan kelom pok oposisi Presiden Bashar al-Assad dan m em berantas kelom pok
teroris I SI S di Suriah (M cDonnell, 2015).
Ber tahannya Aliansi dalam Bentuk Dukungan-Dukungan Rusia ter hadap Pem er intah Bashar Al-Assad
Dengan sejarah hubungan diplom atik yang panjang dan erat, Rusia secara aktif memberikan
dukungannya terhadap dinasti rezim pem erintahan al -Assad yang telah m em im pin sejak
tahun 1970. Dukungan Rusia terhadap rezim al-Assad sem akin intens ketika m ulai pecahnya
konflik sipil Suriah pada 2010. Dukungan Rusia yang tertuju pada pem erintah dalam melawan
rakyat sipil tertuang dalam pernyataan Presiden Rusia, Dm itry M edvedev pada pertem uan
dengan Presiden Bashar al-Assad tanggal 11 M ei 2010. M edvedev (President of Russia, 2010)
m enyatakan bahwa secara eksplisit m enekankan untuk m em pererat hubungan bilateral
keduanya terutam a di bidang ekonom i dan kem anusiaan terkait dengan konflik yang tengah
gencar untuk m em berikan kontribusi dalam m ediasi antara pem erintah Bashar al -Assad
dengan kelom pok oposisi pem erintah Suriah (Zvyagelskaya, 2016: 85).
Berdasarkan the Syrian Observatory for Hum an Rights tercatat di tahun 2015 sebanyak
ham pir 206.603 jiwa m enjadi korban dan ribuan rakyat Suriah terpisah dan m em utuskan
untuk m engungsi ke beberapa negara (Gladstone dan Ghannam, 2015). Tingginya angka
korban jiwa dan pengungsi Suriah akibat konflik tersebut kem udian m engundang perhatian
global khususnya kelom pok negara-negara Barat seperti US dan negara Eropa serta PBB
untuk segera m enjatuhkan sanksi terhadap pem erintahan Bashar al -Assad.Rencana sanksi
yang akan ditujukan kepada pem erintahan al-Assad dan sem bilan belas warga negara Syria
tersebut kem udian dilihat oleh Duta Besar Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin, sebagai tindakan
yang tidak perlu dilakukan (Charbonneau, 2011).
Bersam a dengan Tiongkok, Rusia m em utuskan untuk m elakukan veto terhadap rancangan
resolusi sanksi tersebut. Kedua negara tersebut m enilai bahwa sanksi tersebut m erupakan
suatu tindakan yang counter pr oductive sehingga DK PBB sepatutnya untuk m engedepankan
sebuah dialog diantara pihak-pihak yang terlibat dan m enekankan asas-asas non-intervensi
dalam urusan dalam negeri suatu negara untuk m enghargai kedaulatan serta integritas
teritori suatu negara (Security Council United Nations, 2011). Konflik pun m asih bergulir
hingga m emasuki tahun 2012. Rusia m asih m emberikan hak vetonya ketika DK PBB kem bali
m engeluarkan sebuah rancangan resolusi untuk pem erintah Suriah pada tanggal 4 Februari
2012 (Security Council United Nations, 2012). Dalam rancangan resolusi yang diprakarsai
oleh tersebut m endesak segala pihak yang terlibat dalam konflik Suriah, bai k pem erintah
Suriah m aupun kelom pok oposisi untuk segera m enghentikan segala bentuk kekerasan dan
pem balasan. Lebih detail, dalam rencana resolusi tersebut Suriah didesak untuk segera
m elindungi populasinya dengan m enarik seluruh pasukan keamanannya di wil ayah kota dan
m engadakan dem onstrasi yang dam ai (Security Council United Nations, 2012). Berbeda
dengan Rusia, m elalui vetonya terhadap rancangan resolusi tersebut, Rusia yang diwakili oleh
Vitaly Churkin m enilai bahwa hal tersebut tidaklah seim bang dan ku rang akurat dalam
penyelesaian konflik Suriah. Rancangan resolusi dianggap Rusia tidak berfokus untuk
m endesak para kelom pok bersenjata yang berafiliasi dengan kelom pok ekstrim is untuk
m engakhiri kekerasan yang turut m emperkuat tensi konflik di Suriah (Security Council United
Nations, 2012).
Pada tanggal 19 Juli 2012, untuk kedua kalinya di tahun 2012, Rusia m enjatuhkan vetonya
kem bali pada resolusi yang bertujuan untuk m em perpanjang m andat M isi Pengawasan
Perserikatan Bangsa-Bangsa di Suriah (UNSM I S) dan memberikan ancaman sanksi terhadap
Council United Nations, 2012). M isi pengawasan tersebut didasari oleh bab VI I Piagam PBB
m engenai penuntutan kepatuhan sebuah negara. DK PBB m embentuk UNSM I S – untuk misi
selam a tiga bulan dan dengan sebanyak 300 pasukan keamanan yang tidak bersenjata - pada
bulan April 2012 untuk m em antau penghentian terencana kekerasan di Suriah, serta untuk
m em antau dan m endukung im plem entasi penuh dari rencana perdam aian ( Security Council
United Nations, 2012). Churkin ( Security Council United Nations, 2012) m enyatakan bahwa
resolusi tersebut m erupakan hal yang dapat m endorong adanya intervensi m iliter yang lebih
luas. Perwakilan Suriah dalam rapat DK PBB tersebut m enam bahkan bahwa sebuah resolusi
praktis yang sederhana seharusnya diadopsi untuk m em perluas m andat UNSM I S dan
m em bantu pelaksanaan rencana perdam aian, nam un pada resolusi tersebut hanya lebih
m enginginkan adanya intervensi eksternal.
Di tahun 2013, konflik sipil Suriah sem akin m engalami ekskalasi. Pada tanggal 21 Agustus
2013, pem erintah Suriah diduga m elakukan sebuah serangan yang m enyerang kelom pok
oposisi dan rakyat sipil dengan m enggunakan gas kim ia sarin di wilayah Ghouta, Suriah
(Shoham , 2017: 2). Dengan dugaan serangan gas sarin yang ditujukan kepada pem erintah
Suriah, Rusia kem udian m engam bil langkah persuasif untuk m elakukan sebuah diskusi
dengan Presiden Bashar al-Assad. Diskusi tersebut bertujuan m em persuasi Presiden Bashar
al-Assad agar segera m enyerahkan senjata kimia yang dim iliki dan bersedia untuk bergabung
dengan CWC. Tidak hanya itu, ajakan Rusia kepada Presiden Bashar al -Assad juga ditujukan
untuk m enghindari adanya serangan oleh Am erika Serikat. Am erika Serikat sendir i telah
m enyatakan pada tahun 2012 bahwa Am erika Serikat akan m elakukan serangan ketika
Pem erintah Suriah m elakukan serangan dengan m enggunakan senjata kimia (Blanchard dan
Sharp, 2013).
Tahun 2014 m enjadi tahun dim ana m ediasi Jenewa (Geneva Talks I I ) yan g kedua diadakan
sebanyak dua kali. M ediasi putaran pertam a diadakan di bulan Januari pada tanggal 24
hingga 31 Januari dan m ediasi putaran kedua diadakan di bulan Februari pada tanggal 10
hingga 15 Februari (Arab Center for Research and Policy Studies, 2014: 1). Pada m ediasi ini,
Rusia berhasil untuk m engajak Suriah untuk berpartisipasi dalam m ediasi yang diadakan di
Jenewa tersebut (Anon, 2014a). M ediasi pertam a pun gagal sehingga m ediasi kedua terjadi
satu bulan berikutnya. Nam un perundingan putaran kedua berjalan tanpa m encapai hasil
yang nyata. Pada bulan Juni 2014, Presiden Bashar al -Assad m engadakan sebuah pem ilihan
um um dengan dua kandidat yang berasal dari luar keluarga al -Assad yang didukung penuh
Dalam beberapa kali kesem patan, Rusia secar a im plisit m enyatakan ketidaksetujuan dan
kritik terhadap beberapa keputusan yang diam bil oleh Am erika Serikat dalam upaya
penyelesaian konflik di Suriah. Salah satu bentuk ketidaksetujuan Rusia disam paikan oleh
Presiden Vladim ir Putin pada pertem uan M ajelis Um um PBB pada 28 Septem ber 2015 yang
m enyatakan bagaim ana negara Barat khususnya Am erika yang terus m endesak adanya
dem okrasi yang m erata di tiap-tiap negara di kawasan Tim ur Tengah (President of Russia,
2015a). Bagi Presiden Vladim ir Putin, desakan dem okrasi di negara Tim ur Tengah hanya
dapat m eningkatkan kekerasan, kem iskinan, dan m unculnya berbagai kelom pok ekstrim is.
Bersam a pernyataan tersebut, Presiden Vladim ir Putin m engajak seluruh anggota PBB untuk
bergabung dalam aksi m iliternya dalam konflik Suriah untuk m enekan keberadaan kelompok
teroris di Suriah. Ketidaksetujuan Rusia juga disam paikan dalam sebuah pertanyaan yang
dilontarkan salah satu audiens dalam Forum I nvestasi Russia Calling! Pada 13 Oktober 2015
bahwa dinyatakan oleh Presiden Barrack Obam a bahwa Rusia dengan sengaja m em bangun
aliansi bersam a dan m em berikan dukungan kepada Presiden Bashar al -Assad. M elalui
Presiden Vladim ir Putin, Rusia m em berikan bantahan terhadap dugaan Am erika Serikat
tersebut yang dinyatakan bahwa Rusia dalam keterlibatannya di Suriah tidak m encari sebuah
kepem im pinan. Presiden Vladim ir m enyatakan bahwa Rusia hanya berkontribusi dalam
m elawan terorism e yang terjadi di Suriah m elalui tindakan-tindakan yang sesuai dengan
piagam PBB dan hukum internasional (President of Russia, 2015b). Lebih lanjut, Presiden
Vladim ir Putin juga m enyatakan bahwa koalisi internasional yang dipim pin oleh Am erika
Serikat tidak sesuai dengan aturan yang ada dim ana m ereka bertindak tidak didasari atas
bersedianya pem erintah Suriah.
Bertem pat di Vienna, pada tanggal 14 November 2015, sebuah pertem uan yang dihadiri oleh
PBB, Liga Arab, dan negara anggota I SSG digelar (United Nations, 2015a). Pertem uan
tersebut m em bahas rencana untuk m engakselerasi penyelesaian konflik di Suriah dengan
diim plem entasikannya gencatan senjata dan proses politik yang sesuai dengan Geneva Talks
I yang digelar pada 2012. Dalam pernyataan bersam a Am erika Serikat dan Rusia sebagai
ketua bersam a dari I SSG, dijelaskan bahwa gencatan senjata akan diberlakukan pada tanggal
27 Februari 2016 (M inistry of Foreign Affairs of the Russia Federation, 2016a). Gencatan
senjata tidak berlaku kepada kelom pok teroris baik Daesh, Jabhat The Nusra Front/ The Nusra
Front, dan lainnya sesuai dengan arahan DK PBB. Pada akhir Desem ber 2016, Rusia bersama
I ran dan Turki m elakukan sebuah pertem uan yang m enghasilkan M oscow Declar ation yang
m em bahas m engenai gencatan senjata yang perlu untuk diim plem entasikan kem bali.
Deklarasi tersebut berkaca pada kesepakatan gencatan senjata yang disepakati bai k oleh
pem erintah Suriah dan kelompok oposisi pada awal 2016 yang kemudian gugur akibat kurang
patuhnya kelom pok oposisi dalam m elaksanakan kesepakatan tersebut. Diselenggarakan di
2016 m em bahas dan m engeksplorasi m asa depan politik Suriah (Arab Center for Research
and Policy Studies, 2014).
Terhitung sejak 30 Septem ber 2015, serangan m iliter m ulai diluncurkan Rusia untuk pertama
kalinya (Humud et al., 2015). Dalam serangan militer perdana tersebut m elibatkan sedikitnya
20 pesawat tem pur untuk m eluncurkan serangan udara di wilayah Homs dan Ham a dimana
wilayah tersebut m erupakan wilayah yang banyak ditem pati oleh kelom pok oposisi (I nstitute
for the Study of War Research Team , 2016). Kem enterian Pertahanan Rusia m engklaim bahwa
serangan tersebut ditujukan untuk penyerangan terhadap kelom pok teroris I SI S dan the
Nusra Front yang berafiliasi dengan kelom pok teroris al -Qaeda (M inistry of Defence of the
Russia Federation, 2015). Dalam pertemuan tanggal 7 Oktober 2015 antara Presiden Vladimir
Putin dengan M enteri Pertahanan Sergey Lavrov, Lavrov m elaporkan bahwa telah terjadi
peningkatan intensitas serangan yang m engakibatkan sebanyak 112 target berhasil
dilum puhkan sejak serangan pertam a pada 30 Septem ber 2015, yang m eliputi pos kom ando,
depot am unisi, perangkat keras militer, dan kam p pelatihan kelom pok teroris I SI S (President
of Russia, 2015).
Rusia m em iliki persediaan aktif sebanyak 2.000 non-strategis nuklir senjata yang m eliputi
rudal udara-ke-perm ukaan, rudal balistik jarak pendek, bom gravitasi, dan m uatan m endalam
untuk pem bom jarak m enengah, pem bom taktis, penerbangan angkatan laut, serta rudal
anti-kapal, anti-kapal selam , anti-pesawat terbang dan torpedo baik untuk kapal perm ukaan
m aupun kapal selam (Defense I ntelligence Agency, 2016). Dengan amunisi dan pasukan yang
luar biasa tersebut tidak heran apabila serangan m iliter yang dilayangkan Rusia m erupakan
sebuah undangan dari Presiden Bashar al-Assad dan telah m endapatkan persetujuan dari
Presiden Bashar al-Assad yang dinyatakan dalam pertem uan Presiden Vladim ir Putin dan
Presiden Bashar al-Assad pada tanggal 21 Oktober 2015. Dalam pertem uan tersebut, Presiden
Vladim ir Putin m enyatakan bahwa Rusia m enerim a perm intaan pem er intah Suriah dalam
m em bantu m em berantas terorism e yang telah m enduduki beberapa wilayah Suriah
(President of Russia, 2015c). Presiden Vladim ir Putin juga m enyatakan bahwa Rusia telah
m engambil posisi untuk m endukung segala bentuk upaya penyelesaian konflik m elalui
operasi m iliter yang berdasarkan pada proses politik yang ada.
Sepanjang bulan Desem ber 2015, Rusia telah m em perluas operasi m iliternya di Suriah. Hal
tersebut dapat dilihat dengan dibangunnya pangkalan udara oleh Rusia di wilayah kota Homs,
pengirim inan sejum lah peralatan m iliter baru guna m enunjang peningkatan operasi
m iliternya di Suriah (Parfitt dan Trew, 2015). Dalam pernyataan Kepala Direktorat
Operasional Utam a Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia Letnan Jenderal Sergey Rudskoy,
telah m eluncurkan 5.240 sorti serangan di Suriah dim ana sebanyak 145 sorti m erupakan
serangan udara dengan 600 target penyerangan yang berbeda (M inistry of Defence of the
Russia Federation, 2015). Sejak adanya kesepakatan untuk gencatan senjata pada akhir
Februari, ketegangan akibat konflik sedikit m ereda. Dalam pertem uannya dengan Presiden
Vladim ir Putin pada 14 M aret 2016, M enteri Luar Negeri Sergey Lavrov dan M enteri
Pertahanan Sergei Shoigu secara bergantian m elaporkan bahwa operasi m iliter yang
dilakukan sejak 30 Septem ber 2015 telah berhasil untuk m eredam aksi terorism e di Suriah
dengan hancurnya tem pat-tem pat yang dijadikan gudang am unisi para kelom pok teroris
(President of Russia, 2016).
Presiden Vladim ir Putin kem udian m em erintahkan M enteri Pertahanan Sergey Lavrov
m enarik bagian utam a kelom pok m iliter Rusia dari Republik Arab Suriah yang dim ulai 15
Februari 2016 serta m em inta Kem enterian Luar Negeri Rusia untuk m engintensifkan
keikutsertaan Rusia dalam m engatur proses perdam aian untuk m enyelesaikan m asalah
Suriah. Presiden Vladim ir Putin m enyatakan bahwa kedua pangkalan m iliter Rusia di Suriah
(pangkalan angkatan laut di Tartus dan pangkalan udara di Hm eymim) akan terus beroperasi
dalam pem antauan gencatan senjata (President of Russia, 2016). Serangan internsif kem bali
terjadi di wilayah Aleppo dim ana Rusia berkontribusi secara aktif dalam m embantu pasukan
keam anan pem erintah terutama pada perebutan wilayah Aleppo yang terjadi pada November
hingga Desem ber 2016. Pertem puran Aleppo pasda bulan Novem ber tersebut terjadi pada 15
Novem ber 2016 diawali dengan serangan Rusia di wilayah Tim ur Aleppo (Graham -Harrison,
2016). Pendudukan sebagian besar wilayah Aleppo tersebut m em berikan sebuah kem enangan
tersendiri bagi pem erintah Suriah. Pada tanggal 9 Desem ber 2016, pasukan keamanan
pem erintah Suriah berhasil untuk m engambil alih 93% wilayah Aleppo (Anon, 2016). Lebih
dari 10.500 orang, term asuk lebih dari 4.000 anak-anak, telah dievakuasi dari wilayah Aleppo
yang sebelum nya dikuasai oleh kelom pok oposisi dan sebanyak 1000 rakyat yang tergabung
dalam kelom pok oposisi telah setuju untuk m eletakkan senjata dan menyerahkan diri kepada
pasukan keam anan pem erintah kem udian m eninggalkan wilayah Aleppo (TASS, 2016).
M otif Dukungan Rusia: Ketidakpuasan, Par itas Kekuatan, dan Str ategi Ba la ncing ter hadap Sta tus Quo Am er ika Ser ikat
Rusia hadir sebagai salah satu negara yang m em egang pengaruh besar dalam dinam ika
konflik Suriah, baik secara politik m aupun m iliternya. Dengan m em egang pengaruh yang
besar dalam konflik Suriah kem udian m enunjukkan bagaim ana Rusia telah bangkit paska
hancurnya Uni Soviet di awal tahun 1990. Berdirinya Rusia sebagai sebuah negara fedarasi
internal negaranya. Dibawah kepem im pinan Vladim ir Putin, Rusia perlahan berhasil untuk
m em ulihkan perekonom iannya dengan beberapa kebijakan ekonom i yang baru. Tercatat
dalam periode tahun 2000 hingga tahun 2007, m eskipun m engalam i fluktuasi, GDP Rusia
ham pir tidak berada dibawah 5% (Sakwa, 2008: 299). Rusia m erupakan negara yang
m enggantungkan energi sebagai salah satu sum ber profit yang besar sehingga m enjadikan
Rusia sebagai salah satu eksportir m inyak dan gas terbesar sebagai suplier kebutuhan energi
negara-negara (Mankoff, 2009: 5).
Tahun 2008 hingga 2014, Rusia m enghadapi krisis sehingga pertum buhan perekonomian
Rusia kian m elam bat. Akan tetapi pada enam bulan awal tahun 2016, perm intaan investasi
m engalami peningkatan sehingga m eningkatkan satu persen pertum buhan GDP Rusia (World
Bank Report, 2016: 14). Berdasarkan Kem enterian Perindustrian dan Perdagangan Rusia,
jum lah usaha baru baik besar kecil dan m enengah m engalami peningkatan secara signifikan.
M eskipun m asih m engalam i stagnansi dalam pertum buhan perekonom ian nam un Rusia
sendiri m asih berupaya dalam m eningkatkan perekonom iannya secara perlahan. Pada akhir
tahun 2016, tercatat GDP Rusia menyentuh 2.7% dan diharapkan dapat m engalami kenaikan
pada tahun 2017 (World Bank Report, 2016: 14).
Berdasarkan ranking GDP, Rusia sendiri berada di posisi 12 dengan total GDP sebanyak
1.283.162 juta dolar Am erika (Databank World Bank, 2017: 1). Am erika Serikat sebagai negara
dom inan m em im pin dengan berada di posisi pertam a dengan total 18.569.100 juta dolar
Am erika. Dengan m em egang posisi pertam a berdasarkan total GDP, tidak kem udian
m enyelam atkan Am erika Serikat terhindar dari stagnansi perlam batan pertum buhan
ekonom i global di tahun 2016. Am erika Serikat harus m enerim a bahwa laju pertum buhan
perekonom ian Am erika Serikat tahun 2016 hanya m encapai 1.6% (Gillespie, 2017).
Perbedaan yang cukup signifikan diantara Rusia dengan Am erika Serikat dapat dilihat dari
pem bagian perekonom ian regional negara m asing-m asing. Rusia sendiri m em bagi regional
perekonom iannya m enjadi sem bilan distrik dim ana pusat perekonom ian Rusia berada di
Distrik Federal Pusat. Distrik Federal Pusat sendiri m em egang 35% perekonom ian Rusia yang
m enyebabkan terpusatnya konsentrasi ekonom i di suatu w ilayah (Shapiro, 2016: 2). Layaknya
Rusia, Am erika Serikat sendiri m em iliki sem bilan distrik perekonom ian nam un dengan
jum lah prosentase pem bagian perekonom ian yang tidak jauh berbeda diantara distrik
tersebut. Hal tersebut m enjadikan pem bagian aktivitas ekonom i yang lebih tersebar.
Perbedaan sistem persebaran aktivitas ekonom i antara Rusia dan Am erika Serikat tersebut
m enunjukkan bagaim ana adanya kecenderungan terpusatnnya konsentrasi perekonom ian
dalam suatu wilayah m enyebabkan Rusia lebih rentan untuk m engalami ketidakstabilan
Dewasa ini, Rusia kem bali sebagai negara challenger. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh
Douglas Lem ke (1997: 24), negara challenger m erupakan negara yang m em iliki
perkem bangan pertum buhan internal yang baik m aka akan m ampu untuk bergerak dalam
m enyaingi dom inasi negara dom inan dalam tatanan internasional. Ketika negara challenger
telah m em iliki cukup kekuatan secara internal dalam upaya m enyaingi dom inasi negara
dom inan, m aka paritas kekuatan akan ter capai. Untuk dapat m enyeim bangkan kekuatan
internalnya, Rusia terus m enerus m engem bangkan kekuatan dalam sektor m iliter. Dalam
cakupan m iliter, Rusia telah terbukti dengan kapabilitas m iliter dan pertahanannya yang
dinilai kuat yang m am pu m em proyeksikan kekuasaan dan m enam bahkan kredibilitas pada
diplom asi Rusia. Adanya histori m engenai kapabilitas m iliter yang kuat juga m endasari
pengem bangan m iliter Rusia dengan terus m em odernisasi kekuatan m iliternya term asuk
nuklir dan sistem persenjataan konvensional ( Defense I ntelligence Agency, 2016). Negara
challenger akan cenderung untuk m em perkuat kekuatan m iliternya untuk m encapai paritas
kekuatan terhadap negara dom inan. Rusia tidak hanya m em perbaruhi sistem
persenjataannya nam un juga m em perbaruhi kapabilitasnya dalam operasi bersam a dengan
negara lain, koordinasi antar agensi dan strategi m obilitasnya. Pem baharuan terhadap
m odernisasi sistem m iliternya terbentuk dari am bisi, persepsi ancam an dan visi peperangan
baik secara politik m aupun m iliter (Klein, 2016: 4).
Pasukan aktif bersenjata Rusia m em iliki total 1.490.000 personel dim ana tiap tahunnya,
Presiden Vladim ir Putin m em utuskan untuk menambah jumlah pasukan bersenjatanya (Data
World Bank, t.t). Rusia saat ini m em iliki persediaan aktif sekitar 2.000 non -strategis nuklir
senjata yang m eliputi rudal udara-ke-perm ukaan, rudal balistik jarak pendek, bom gravitasi,
dan m uatan m endalam untuk pem bom jarak m enengah, pem bom taktis, dan penerbangan
angkatan laut, serta rudal anti-kapal, anti-kapal selam , dan anti-pesawat terbang dan torpedo
untuk kapal perm ukaan dan kapal selam . Dalam perkem bangan m iliternya, Rusia
m enyediakan budget untuk pengeluaran m iliternya sebanyak 69.2 m iliar dolar Am erika
Serikat dim ana m em akan sebanyak 5.3% dari total GDP Rusia (Tian et al., 2017: 2). Rusia
sendiri juga m em iliki kekuatan nuklir yang dapat m em bantu Rusia dalam m encegah ancaman
dan m elengkapi kekuatan persenjataan konvensional. Kristensen dan Norris (2016: 125)
m enyatakan bahwa kepem ilikan nuklir oleh Rusia m encerminkan bahwa nuklir adalah salah
satu strategi yang sangat diperlukan untuk keam anan dan pencapaian status Rusia sebagai
kekuatan besar. Total kekuatan senjata nuklir Rusia m encapai 7.290 hulu ledak (Kile dan
Kristensen, 2016).
Secara m iliter, Am erika Serikat sendiri berada dalam r anking pertam a secara global.
Kepentingan nasional yang dijunjung tinggi oleh kekuatan m iliter Am erika Serikat adalah
dan luar negeri, serta m enjam in keam anan sekutu Am erika Serikat, ekonom i global dan
tatanan internasional dari ancam an-ancaman global baik itu dari dua kekuatan besar yang
sedang berkem bang yaitu Tiongkok dan Rusia, kelom pok ekstrim is, lingkungan, dan perkembangan pesar tekonologi (Petraus dan O’Hanlon, 2016). U.S Arm y atau angkatan darat Am erika Serikat m erupakan kom ponen utama m iliter Am erika Serikat nam un angkatan darat
Am erika Serikat sendiri secara kapasitas, kapabilitas dan kesiapannya m engalami penurunan.
Tidak seburuk angkatan darat, nam un angkatan laut, angkatan udara, korps laut, dan
kapabilitas nuklir juga turut m engalami penurunan. Total dari pasukan aktif bersenjata
Am erika Serikat berjum lah 1.347.300 personel (Data World Bank, t.t). Jum lah tersebut sesuai
dengan adanya pemangkasan ter hadap budget pengeluaran militer Am erika Serikat. Amerika
Serikat sendiri m engeluarkan sebanyak 611 miliar dolar Am erika Serikat di tahun 2016 untuk
keperluan m iliternya dim ana jum lah tersebut m erupakan 3.3% dari total GDP (Tian et al.,
2015:2). Untuk tetap m eningkatkan kekuatan m iliternya, Am erika Serikat tercatat sebagai
salah satu negara dengan kepem ilikan senjata nuklir. Am erika Serikat sendiri m em iliki total
7.000 hulu ledak nuklir (Kile dan Kristensen, 2016).
Dengan kapabilitas m iliter dan pengem bangan politik internal m am pu m embangkitkan Rusia
di panggung dunia. Secara politik, Rusia telah m engem bangkan kekuatan politik internal
negaranya dengan m elakukan kerjasam a baik bilateral dan m ultilateral ataupun bergabung
dengan organisasi-organisasi dunia lainnya. Salah satunya adalah bergabung dengan PBB dan
m enjadi anggota dari DK PBB. Dengan menjadi anggota DK PBB, akan memberikan kekuatan
dan pengaruh bagi Rusia di ranah global sehingga sedikit banyak m em bantu Rusia untuk
m enguatkan politik internalnya. Kebangkitan kekuatan Rusia kem udian dapat dilihat ketika
Rusia terlibat secara m iliter dan politik dalam aneksasi di Sem enanjung Crim ea, m elakukan
destabilisasi di Ukraina, terlibat konflik Suriah atas undangan dari Presiden Suriah Bashar
al-Assad.
Sebagai negara challenger, baik secara eksplisit m aupun im plisit Rusia m enentang
preferensi-preferensi Am erika Serikat yang notabene m enjadi negara dom inan dalam tatanan
internasional. Penentangan tersebut cenderung dilakukan oleh negara challenger
m enunjukkan bentuk ketidakpuasan terhadap tatanan internasional yang dibentuk oleh
negara dom inan (Kugler dan Organski, 1989). Ketidakpuasan Rusia terhadap preferensi
-preferensi Am erika Serikat dalam tatanan internasional telah terjadi sejak akhir tahun 2000,
waktu dim ana Presiden Vladim ir Putin m ulai untuk m engem bangkan kem bali kekuatan
m iliter Rusia dan m ulai untuk m enguatkan kem bali hubungan diplom atik Rusia dan Suriah
yang telah terjalin sejak era Perang Dingin (Rahman-Jones, 2017). Hubungan diplom atik yang
dukungannya terhadap pem erintah Suriah ketika konflik Suriah m ulai terjadi pada awal tahun
2011.
Dukungan yang kemudian diberikan Rusia untuk mempertahankan Presiden Bashar al -Assad
kem udian m enjadi salah satu cara untuk m enunjukkan kekuatannya baik secara politik
ataupun m iliter bahwa Rusia hadir sebagai negara challenger untuk m em pertahankan
pengaruhnya dan ketidakpuasan Am erika Serikat yang pada sejarahnya m em iliki keinginan
untuk m enyebarkan ideologi dem okrasi di kawasan Tim ur Tengah. Dukungan tersebut juga
m enunjukkan secara global bagaim ana kapabilitas m iliter Rusia dan berbagai persenjataan
yang telah dim odernisasi (Rahman-Jones, 2017). Adanya peningkatan pengaruh Rusia dalam
skala global dapat m em berikan Rusia kesem patan untuk m enekan ketidakpuasan Rusia
terhadap tatanan internasional Amerika Serikat, khususnya dalam konflik Suriah.
Dalam konflik Suriah sendiri, Rusia telah mengambil tindakan-tindakan yang mencerminkan
ketidakpuasan Rusia terhadap tatanan internasional terkait bagaim ana negara dom inan
m em im pin untuk m elakukan penyelesaian konflik. Salah satu tindakan Rusia diantaranya
adalah dengan m em berikan veto terhadap rancangan resolusi DK PBB terkait penyelesaian
konflik Suriah. Penjatuhan veto tersebut terjadi satu kali pada tahun 2011 dan dua kali pada
tahun 2012. Rusia m em iliki preferensinya sendiri dengan m engadakan dialog diantara pihak
yang terlibat akan m enjadi langkah efektif dibandingkan m enyerukan desakan -desakan
terhadap pihak yang terlibat. Secara im plisit, dalam pertem uan M ajelis Um um M ajelis Umum
PBB pada 28 Septem ber 2015, Rusia m enyuarakan ketidaksetujuannya yang secara anonim
ditujukan untuk salah satu negara kelom pok Barat (President of Russia, 2015). M elal ui
Presiden Vladim ir Putin, Rusia m erujuk pada Am erika Serikat yang merupakan satu -satunya
negara dom inan yang selalu m endorong dan m em berikan desakan dalam konflik Suriah
untuk segera diberlakukannya sistem pem erintahan yang dem okratis. M enurut Presiden
Vladim ir Putin, dengan m endesak adanya sistem dem okrasi di Suriah tidak akan m endorong
terjadinya kesejahteraan yang absolut. Penilaian Presiden Vladim ir Putin tersebut berdasar
pada sistem dem okrasi yang telah diim plem entasikan di beberapa negara di Tim ur Tengah
dan Afrika Utara yang m engalami kenaikan angka kem iskinan, kekerasan dan kelom pok
ekstrim is yang cukup tinggi.
Secara eksplisit dinyatakan oleh Presiden Vladim ir Putin dalam Forum I nvestasi Russia
Calling!. Dalam forum investasi tersebut, Presiden Vladim ir Putin m enjelaskan pencarian
kepem im pinan yang dituduhkan oleh Am erika Serikat m erupakan sebuah tuduhan tanpa
bukti yang jelas. Keterlibatan Rusia dalam konflik Suriah m erupakan sebuah undangan dari
Presiden Bashar al-Assad untuk m em bantu dalam m enekan angka serangan teroris agar
keterlibatan Am erika Serikat beserta aliansinya yang tidak sesuai dengan aturan dikarenakan
tidak adanya undangan yang diberikan pem erintah Suri ah guna m enyelesaikan konflik
tersebut.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam m engukur ketidakpuasan suatu negara
terhadap tatanan internasional yang ada. Ketidakpuasan Rusia yang ditunjukkan terhadap
tatanan internasional yang dibentuk oleh Amerika Serikat dalam konflik Suriah, dapat diukur
m elalui dua cara. Cara pertam a yang dapat digunakan adalah dengan m elihat preferensi
pem bentukan aliansi yang dim iliki m asing-m asing negara (Kim , 1985 dalam Lem ke, 1997:
25). Dalam konflik Suriah, Rusia m em bangun aliansi bersam a Suriah, I ran, dan
Lebanon-Hezbollah. Rusia bersam a tiga negara lainnya yang tergabung dalam aliansi tersebut
m erupakan negara-negara yang kurang m emiliki kepuasan terhadap tatanan internasional
Am erika Serikat. Cara yang kedua yang dapat m enunjukkan ketidakpuasan Rusia terhadap
Am erika Serikat sebagai negara dom inan adalah dengan melihat perkem bangan m iliter yang
dim iliki oleh Rusia, sebagai negara challenger (Werner dan Kugler, 1985 dalam Lem ke, 1997:
25). Rusia dapat dinilai telah m encapai paritas kekuatan dengan pertum buhan dan
perkem bangan internal negaranya yang cukup baik. Dalam bidang m iliter, secara histori
Rusia m em iliki warisan kekuatan militer yang sangat kuat.
Berdasarkan pada asum si dasar m ilik Carr (1995) yang m enjelaskan bahw a negara
berkem bang yang m em iliki pertum buhan dan perkem bangan yang cukup baik m aka akan
m am pu untuk bersaing dalam m enyebarkan pengaruh dengan negara dom inan. Pada
um um nya, strategi balancing diterapkan oleh negara yang m emiliki gap perbedaan kekuatan
yang cukup kecil dan tidak terlalu jauh apabila dibandingkan dengan negara dom inan
sehingga dapat m am pu m enyaingi kapabilitas dan pengaruh negara dom inan. Dapat
dikatakan strategi balancing seringkali diaplikasikan oleh negara yang telah atau m ampu
untuk m encapai paritas kekuatas dengan negara dom inan. Dalam konflik Suriah, strategi
balancing jelas sekali terlihat digunakan oleh Rusia untuk terlibat aktif baik secara politik
ataupun m iliter sejak tahun 2011 hingga 2016. M elalui strategi balancing, Rusia membangun
aliansi bersam a Suriah, I ran, dan Lebanon-Hezbollah dalam m enyeim bangi aliansi Am erika
Serikat. M em bangun aliansi dengan ketiga negara tersebut kem udian tidak hanya ditujukan
untuk m enyeim bangi kekuatan aliansi Am erika Serikat di konflik Suriah nam un j uga untuk
m em perluas pengaruh keterlibatan Rusia dalam konflik tersebut.
Dalam penjelasan m ilik Walt (1985: 4), dijelaskan bahwa sebuah negara yang m enerapkan
strategi balancing cenderung m em iliki urgensi-urgensi yang ingin dicapai. Um umnya
terdapat dua urgensi. Pertam a adalah untuk m em perluas pengaruhnya di tatanan
lem ah m enjadi langkah awal untuk m eraih pengaruh di tatanan internasional. Dengan
m em iliki kapabilitas yang lebih dibandingkan negara-negara lem ah, m aka negara yang
m enerapkan strategi balancing akan m enjadi dom inasi baru dalam aliansi tersebut. Dapat
dilihat dalam konflik Suriah, dengan m em bangun aliansi bersam a Suriah, I ran, dan
Lebanon-Hezbollah adalah sebuah langkah awal bagi Rusia agar dapat m emperluas pengaruhnya dalam
tatanan internasional. Bergabungnya Rusia ke dalam aliansi Suriah, I ran, dan
Lebanon-Hezbollah telah berhasil m em perluas pengaruhnya kawasan Tim ur Tengah sebagai negara
dom inan dalam aliansi yang notabene berisikan negara-negara di kawasan Tim ur Tengah
tersebut.
Tak hanya itu, Walt (1985: 4) juga m enjelaskan bahwa sebuah negara dalam m eningkatkan
pengaruhnya dalam aliansi tersebut akan jauh lebih m udah dikarenakan negara-negara yang
lebih lem ah akan cenderung m encari perlindungan dan bantuan terhadap negara yang paling
dom inan. Dalam teori Balance of Threat, dijelaskan bahwa aliansi m erupakan sebuah respon
atas sebuah ancam an. Negara yang lebih lem ah kekuatannya m aka akan m embangun aliansi
dengan negara yang lebih kuat untuk m erespon ancam an yang m enargetkan negaranya.
Dalam konflik Suriah, dom inasi Rusia dalam aliansi Suriah, I ran, dan Lebanon -Hezbollah
dengan m udah tercapai. Selain disebabkan oleh kekuatan negara Rusia yang lebih
dibandingkan ketiga negara lain nam un pem erintah Suriah sendiri m em inta sebuah
pelindungan terhadap negara lainnya terutam a Rusia untuk m erespon ancam an dalam
konflik tersebut. Ancam an yang dim aksud adalah ancaman baik desakan m aupun
serangan-serangan yang ditujukan kepada pem erintah Suriah oleh pihak oposisi, kelom pok teroris, dan
aliansi negara-negara Barat.
Sim pulan
Rusia m em ilih untuk m em bangun aliansi dengan Suriah dalam m em perluas lingkaran
pengaruh di kawasan Tim ur Tengah dikarenakan paritas kekuatan dan ketidakpuasan
terhadap dom inasi pengaruh Am erika Serikat sehingga m enerapkan strategi balancing
m elalui keterlibatannya secara militer pada konflik Suriah tahun 2015. Hal tersebut diperkuat
dengan data-data yang m endukung asumsi bahwa: 1) terhadap paritas kekuatan antara Rusia
dengan Am erika Serikat; 2) ketidakpuasan Rusia terhadap dom inasi status quo Am erika
Serikat di kawasan Tim ur Tengah; 3) dengan adanya dua kondisi terserbut kem udian
m endorong Rusia untuk menjadi kekuatan besar di kawasan Tim ur Tengah dan dunia dengan
m enerapkan strategi balancing terhadap Am erika Serikat dan oleh karenanya m endorong
Dalam kasus ini, Rusia m enerapkan strategi balancing dengan m em bangun aliansi dengan
Suriah yang mana secara kekuatan terbilang lebih lem ah dibandingkan dengan Rusia. Tujuan
Rusia dalam penerapan strategi balancing terlihat untuk m engem bangkan pengaruhnya
dengan m enjadi negara dom inan dalam aliansi yang beri sikan negara-negara yang lebih
lem ah. Hal tersebut disebabkan bantuan yang dibutuhkan oleh negara lem ah kepada negara
yang lebih kuat. Rusia sendiri telah m engembangkan kekuatan internal negaranya khususnya
dalam aspek m iliter. Rusia telah terbukti m engem bangkan persenjataannya dan
m em odernisasi sistem m iliternya. Hal tersebut dapat dilihat dari keterlibatannya dalam
beberapa konflik seperti aneksasi Crim ea, destabilisasi Ukraina, dan secara aktif terlibat
dalam konflik Suriah untuk m em bantu pem erintah Suriah. Dengan kekuatan m iliter yang
berkem bang secara signifikan m enjadikan Rusia m enjadi negara challenger bagi negara
dom inan Am erika Serikat. Telah terjadi paritas kekuatan diantara Rusia dengan Am erika
Serikat sehingga dalam konflik Suriah keduanya saling m em berikan pengaruh dalam upaya
m eresolusi konflik dengan cara m asing-masing.
Upaya Rusia dalam m engem bangkan pertum buhan internal negaranya hingga m encapai
paritas kekuatan didorong oleh ketidakpuasan terhadap tatanan internasional yang
diciptakan negara dom inan, Am erika Serikat. Ketidakpuasan Rusia kepada Am erika Serikat
dalam konflik Suriah terlihat dengan cara Rusia m em veto beberapa rancangan resolusi DK
PBB. Rusia secara im plisit m enyatakan bahwa keputusan Am erika Serikat untuk m ereformasi
pem erintahan Suriah m enjadi lebih dem okratis hanya dapat m eningkatkan kem iskinan,
kekerasan, dan jum lah kelom pok ekstrim is seperti yang terjadi di beberapa negara di Tim ur
Tengah dan Afrika Utara.
M elalui penjelasan di atas, dapat disim pulkan bahwa Rusia m em bangu n aliansi dengan
pem erintah Suriah untuk m em perluas pengaruh di kawasan Tim ur Tengah m elalui
penerapan strategi balancing. Dengan kekuatan pem erintah Suriah yang tergolong lemah
m aka pem erintah Suriah m em anfaatkan aliansinya dengan Rusia untuk m em bantu dalam
penyelesaian konflik di Suriah. Pertum buhan internal Rusia yang cukup signifikan dalam
aspek m iliter m enjadikan Rusia m encapai paritas kekuatan dengan Am erika Serikat dan
kem udian m enunjukkan ketidakpuasannya terhadap dom inasi Am erika Serikat dengan
m encoba untuk m em berikan pengaruhnya dalam konflik Suriah terutam a terlibat secara
m iliter m aupun politik. Hal tersebut terbukti dim ana tidak ada resolusi konflik Suriah tanpa
DAFT AR PU ST AKA BU KU
Carr, E.H. “The Twenty Years’Crisis: An Introduction to the Study of International Relations” Paperm ac. London, England. 1995.
Kugler, Jacek, Organski, A.F.K. “The Power Transition: a Retrospective and Prospective Evaluation”. Handbook of War Studies. Boston: Unwin Hyman. 1989: 172-175. Mankoff, Jeffrey. “Russian Foreign Policy: The Return of Great Power Politics”. Rowman &
Littlefield, 2009: 5
Sakwa, Richard. “Russian Politics and Society”. London: Routledge,. Fourth edition. 2008: 299.
Zvyagelskaya, Irina. “Russia, the New Protagonist in the Middle East” dalam “Putin’s Russia: Really Back?”. Ledizioni Ledi Publishing. Milan, 2016: 85.
JU RN AL
Arab Center for Research and Policy Studies, “Geneva Conference II: Challenges Faced in Syria and the Region”. Doha, Qatar. 2014: 1.
Blanchard, Christopher M dan Jeremy M. Sharp. “Possible U.S. Intervention in Syria: Issues for Congress”. Congressional Research Service. 2013.
El-May, Mahmoud.“The Jasmine Revolution”. Turkish Policy Quarterly. Volume 9 Number
4. 2010: 58. (Online) Tersedia dalam : http:/ / turkishpolicy.com/ Files/ ArticlePDF/
the-jasm ine-revolution-winter-2010-en.pdf [ Diakses pada 24 M aret 2017]
Humud, Carla E et al. “Armed Conflict in Syria: Overview and U.S. Response” Congressional Research Service. 2017.
I nstitute for the Study of War Research Team. “Russian Airstrikes in Syria (September 30,
2015 –September 19, 2016)” Institute for the Study of War. 2016. (Online) Tersedia
dalam :
http:/ / www.understandingwar.org/ sites/ default/ files/ Russian%20Airstrikes%20M a
ps%20SEPT%202015-SEPT%202016.pdf [ Diakses pada 22 Oktober 2017]
Shoham, Dr. Dany. “The Syrian Sarin Attacks of August 2013 and April 2017”. The Begin -Sadat Center for Strategic Studies. No. 452. 2017: 2.
L AM AN I N TERNET
Anonim. 2014a. “What is the Geneva II conference on Syria?” dalam BBC NEWS, 22 Januari. (Online) Tersedia dalam : http:/ / www.bbc.com/ news/ world-middle-east-24628442
[ Diakses pada 18 Oktober 2017]
Anonim. 2014b. “Bashar Assad wins Syria presidential election with 88.7% of vote” dalam RT, 4 Juni. (Online) Tersedia dalam : https:/ / www.rt.com/ news/
163696-assad-win-president-syria/ [ Diakses pada 18 Oktober 2017]
Anonim. 2016. “Syrian Army Controls 93% of Aleppo - Russian MoD” dalam Sputnik
I nternational, 12 Desem ber. (Online) Tersedia dalam:
https:/ / sputniknews.com / middleeast/ 201612091048367280-syrian-army-aleppo/
[ Diakses pada 30 Oktober 2017]
Anonim. 2017. “Islamic State and the crisis in Iraq and Syria in maps” dalam BBC NEWS, 3 Novem ber. (Online) Tersedia dalam : http:/ / www.bbc.com/ news/
world-middle-east-27838034 [ Diakses pada 18 Septem ber 2017]
Charbonneau, Louis. 2011. “Russian U.N. envoy says not time for Syria sanctions” dalam
Reuters, 24 Agustus. (Online) Tersedia dalam : https:/ / www.reuters.com/ article/
us-syria-un-russia/
russian-u-n-envoy-says-not-time-for-syria-sanctions-idUSTRE77M 7PR20110823 [ Diakses pada 17 Oktober 2017]
Gladstone, Rick dan Mohammad Ghannam. 2015. “Syria Deaths Hit New High in 2014, Observer Group Says” dalam The New York Times, 1 Januari. (Online) Tersedia dalam: https:/ / www.nytimes.com/ 2015/ 01/ 02/ world/ m iddleeast/
syrian-civil-war-2014-deadliest-so-far.htm l [ Diakses pada 17 Oktober 2017]
Graham-Harrison, Emma. 2016. “Aleppo airstrikes restart as Russia announces major Syria offensive” dalam The Guardian, 15 November. (Online) Tersedia dalam: https:/ / www.theguardian.com/ world/ 2016/ nov/ 15/ aleppo-airstrikes-resum
e-as-russia-announces-major-syria-offensive [ Diakses pada 30 Septem ber 2017]
McDonnell, Patrick J. et al. 2015. “Russia launches airstrikes in Syria amid U.S. concern about targets” dalam Los Angeles Times, 30 September. (Online) Tersedia dalam: http:/ / www.latim es.com/ world/ europe/
la-fg-kremlin-oks-troops-20150930-story.htm l [ Diakses pada 20 Septem ber 2017]
Parfitt, Tom dan Bel Trew. 2015. “Russia builds new base for more jets in Syria” dalam The
United Kingdom Tim es, 1 Desem ber. (Online) Tersedia dalam:
https:/ / www.thetimes.co.uk/ article/
russia-builds-new-base-for-more-jets-in-syria-qwb3qtsrdqx [ Diakses pada 30 Septem ber 2017]
Rahm an-Jones, Imran. 2017. “Why does Russia support Syria and President Assad?” dalam
http:/ / www.bbc.co.uk/ newsbeat/ article/ 39554171/
why-does-russia-support-syria-and-president-assad [ Diakses pada 2 Desem ber 2017]
Shapiro, Jacob L. 2016. “A Tale of Two Economies: Russia and the US” dalam Geopolitical Futures, 29 Novem ber. (Online) Tersedia dalam : https:/ / geopoliticalfutures.com/
a-tale-of-two-economies-russia-and-the-us/ [ Diakses pada 21 November 2017]
Spencer, Richard. 2014. “Assad allies hail his election 'victory’” dalam The Telegraph, 5 Juni.
(Online) Tersedia dalam:
http:/ / www.telegraph.co.uk/ news/ worldnews/ m iddleeast/ syria/ 10879450/
Assad-allies-hail-his-election-victory.html [ Diakses pada 18 Oktober 2017]
TASS: Russia News Agency. 2016. “General Staff: Syrian army takes control of 93% of Aleppo’s territory” (Online) Tersedia dalam: http://tass.com/defense/918123 [Diakses pada 30
Oktober 2017]
L AM AN RESM I N EGARA
Defense Intelligence Agency United States of America. 2016. “Russia Military Power: Building a Military to Support Great Power Aspirations” (Online) Tersedia dalam: http:/ / www.dia.mil/ Portals/ 27/ Documents/ News/ M ilitary%20Power%20Publicatio
ns/ Russia%20M ilitary%20Power%20Report%202017.pdf [ Diakses pada 23 Oktober
2017]
Ministry of Defence of the Russia Federation. 2015. “Chief of the Main Operational Directorate of the General Staff of the Russian Arm ed Forces told about the results of operation held by Russian Aerospace Forces in Syria” (Online) Tersedia dalam: http:/ / eng.m il.ru/ en/ news_page/ country/ more.htm?id=12072380@egNews
[ Diakses pada 25 April 2016]
Ministry of Foreign Affairs of the Russia Federation. 2016. “Joint Statement of the United States and the Russian Federation, as Co-Chairs of the I SSG, on Cessation of Hostilities in Syria” (Online) Tersedia dalam: http://www.mid.ru/en/foreign_policy/ news/ -/asset_publisher/cKNonkJE02Bw/content/id/2105704 [Diakses pada “20 Oktober 2017]
President of Russia. 2010. “Beginning of Meeting with President of Syria Bashar al-Assad” (Online) Tersedia dalam : http:/ / en.krem lin.ru/ events/ president/ transcript s/ 7708
[ Diakses pada 17 Oktober 2017]
President of Russia. 2015b. “Russia Calling! Investment Forum: Vladimir Putin took part in the 7th Russia Calling! Investment Forum organised by VTB Capital”. (Online) Tersedia dalam : http:/ / en.krem lin.ru/ events/ president/ news/ 50498 [ Diakses pada
19 Oktober 2017]
President of Russia. 2015c. “Meeting with President of Syria Bashar Assad: President of Syria Bashar Assad m ade a working visit to M oscow on October 20. Russian -Syrian talks in
narrow and expanded format with top Russian officials took place at the Kremlin”.
(Online) Tersedia dalam : http:/ / en.krem lin.ru/ events/ president/ news/ 50533
[ Diakses pada 22 Oktober 2017]
President of Russia. 2016. “Meeting with Russian Armed Forces service personnel” (Online) Tersedia dalam : http:/ / en.krem lin.ru/ events/ president/ news/ 51526 [ Diakses pada 10
Oktober 2017]
United Nations. 2011. “Security Council Fails to Adopt Draft Resolution Condemning Syria’s Crackdown on Anti-Government Protestors, Owing to Veto by Russian Federation,
China” (Online) Tersedia dalam:
https:/ / www.un.org/ press/ en/ 2011/ sc10403.doc.htm [ Diakses pada 20 Septem ber
2017]
United Nations. 2012. “Security Council Fails to Adopt Draft Resolution on Syria as Russian Federation, China Veto Text Supporting Arab League’s Proposed Peace Plan” (Online)
Tersedia dalam : https:/ / www.un.org/ press/ en/ 2012/ sc10536.doc.htm [ Diakses pada
30 Septem ber 2017]
United Nations. 2012. “Action Group for Syria: Final Communiqué. 30.06.2012” (Online)
Tersedia dalam:
http:/ / www.un.org/ News/ dh/ infocus/ Syria/ FinalCommuniqueActionGroupforSyria.
pdf [ Diakses pada 30 Septem ber 2017]
United Nations. 2015. “14 November 2015, Statement of the International Syria Support Group Vienna” (Online) Tersedia dalam: http://www.un.org/ undpa/ en/ Speeches-statem ents/ 14112015/ syria [ Diakses pada 7 Oktober 2017]
L APORAN T AH UNAN
World Bank Group. “Gross Domestik Product 2016”. (Online) Tersedia dalam: http:/ / databank.worldbank.org/ data/ download/ GDP.pdf [ Diakses pada 21 Novem ber
2017]
World Bank Group. “Russia Economic Report. The Russian Economy Inches Forward: Will that Suffice to Turn the Tide?”. No. 36|November 2016. (Online) Tersedia dalam: http:/ / pubdocs.worldbank.org/ en/ 429441478647721427/ Russia-RER-36-Eng.pdf
World Bank Group. “Armed Forces Personnel, total”. (Online) Tersedia dalam: https:/ / data.worldbank.org/ indicator/ M S.MI L.TOTL.P1 [ Diakses pada 3 Desem ber
2017] .
PAPER KON FERENSI