• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI DATA DAN ANALISI DATA PENELITIAN 4.1 Analisa Data

4.3 Sikap Orang Tua Nelayan Akan Pendidikan Anak

4.3.3. Keinginan Untuk Menyekolahkan Anak Tabel 4.16 Tabel 4.16

Frekuensi Keinginan Untuk Menyekolahkan Anak.

No Pernyataan 1 2 3 4 5 Mean St.

Sumber: Data Kuesioner, Maret 2018.

Berdasarkan tabel 4.16 mean tertinggi terdapat pada jawaban dan pernyataan “Seberapa penting bagi bapak/ibu untuk menyekolahkan anak”.

Responden yang menjawab sangat tidak penting 4 orang (4,4%), tidak penting sebanyak 4 orang (4,4%), biasa saja sebanyak 2 orang (2,2%), penting sebanyak 26 orang (28,9%), sangat penting sebanyak 54 orang (60,0%). Dengan mean 4,36 dan standar deviasinya 1,042. Bagi orang tua menyekolahkan anak merupakan hal yang terpenting, dengan bersekolah anak mereka tentunya akan mudah mencari pekerjaan. Orang tua terkadang merasa emosi apabila anak tidak mau bersekolah.

Intinya sekolah itu sangat penting pada saat ini untuk masa depan anak.

“…Orang tua disana beranggapan walaupun mereka tidak mampu menyekolahkan sampai ketingkat pendidikan tinggi, setidaknya anak tersebut pernah mendapatkan pendidikan dari pada sama sekali tidak menyekolahkan anak…..”

Persentase mean terendah berikutnya terdapat pada jawaban dan pertanyaan “apakah bapak/ibu memaksakan agar anak bapak/ibu terus bersekolah”. Responden yang menjawab sangat tidak memaksakan sebanyak 1 orang (1,1%), tidak memaksakan sebanyak 13 orang (14,4%), biasa saja sebanyak 12 orang (13,3%), memaksakan sebanyak 30 orang (33,3%), sangat memaksakan sebanyak 34 orang (37,8%). Dengan mean 3.92 dan standar deviasi 1,094. Hal ini menunjukkan bahwasanya orang tua memaksakan agar anak mereka terus berskolah, walaupun dengan kedaan biaya terbatas. Upaya yang dilakukan orang tua untuk memaksa anaknya bersekolah tidak diiringan dengan kemauan pada diri anak mereka untuk nersekolah, karena ada orang tua yang memaksakan tetapi anaknya saja yang tidak mau bersekolah. Terkadang orang tua sampai memberi hukuman kepada anak mereka, namun pada dasarnya anak mereka saja yang tidak mau bersekolah waupun sudah dipaksa. Keadaan seperti banyak terjadi pada anak-anak di daerah Bagan Tambahan belawan.

Dapat disimpulkan bahwasanya orang tua sangat mempunyai keingin untuk menyekolahkan anak. Bagi mereka pendidikan merupakan hal sangat penting bagi anak. Tak jarang orang tua juga memaksakan agar anak mereka terus bersekolah

4.4 Uji Korelasi

Uji ini untuk melihat seberapa kuat hubungan antar variabel yang akan di

sederhana (Bivariate Correlation) digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi.

Koefisien korelasi sederhana menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara dua variabel. Dalam pengujian ini setiap variabel di uji secara satu per satu antara variabel untuk melihat seberapa besar variabel masing-masing mempengaruhi variabel lainnya.

Tabel 4.17

Kondisi Lingkungan Yang Berkaitan Dengan Pendidikan Anak Dengan Sikap Orang Tua Nelayan Mengenai Pendidikan Anak.

Indikator kondisi lingkungan yang berkaitan

Dengan pendidikan anak.

Variabel sikap orang tua nelayan mengenai pendidikan anak (Y)

Sumber : Data Penenelitian, April 2018.

Pada tabel 4.17 menunjukkan hubungan pada indikator kondisi lingkungan yang berkaitan dengan pendidikan anak terhadap sikap orang tua nelayan, pada indikator wawasan/pengetahuan tentang pendidikan anak dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000< 0,05 yang berarti hubungan antara kedua variabel mempunyai dua arah (2-tailed) dan bernilai positif. Untuk melihat tingkat kekuatan hubungan kondisi lingkungan yang berkaitan dengan pendidikan anak dengan indikator wawasan/pengetahuan orang tua tentang pendidikan anak memiliki hubungan korelasi rendah, dikarenakan nilai koefesien korelasi 0,362 diantara 0,20 – 0,39 pada tabel interpretasi koefisien korelasi. Sehingga kesimpulan variabel sikap orang tua nelayan tersebut memiliki hubungan yang rendah pada indikator kondisi lingkungan yang berkaitan dengan pendidikan anak.

Hal ini dapat dianalisis semakin banyak perubahan wawasan/pengetahuan orang tua tentang pendidikan anaknya maka pendidikan anak akan mengalami perubahan yang baik

Pada tabel 4.17 menunjukkan hubungan pada indikator kondisi lingkungan yang berkaitan dengan pendidikan anak terhadap sikap orang tua nelayan, pada indikator penilaian terhadap pendidikan anak dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,683>0,05 yang berarti hubungan antara kedua variabel tidak mempunyai dua arah (2-tailed) dan bernilai positif. Untuk melihat tingkat kekuatan hubungan kondisi lingkungan yang berkaitan dengan pendidikan anak dengan indikator penilaian terhadap pendidikan anak memiliki hubungan korelasi yang sangat lemah, dikarenakan nilai koefesien korelasi 0,044 diantara 0,00 – 0,19 pada tabel interpretasi koefisien korelasi. Sehingga kesimpulan variabel sikap orang tua nelayan tersebut memiliki hubungan yang sangat lemah dan tidak memiliki nilai signifikan terhadap indikator penilaian terhadap pendidikan anak.

Pada tabel 4.17 menunjukkan hubungan pada indikator kondisi lingkungan yang berkaitan dengan pendidikan anak, dengan sikap orang tua nelayan, pada indikator keinginan untuk menyekolahkan anak dan memiliki nilai signifikan sebesar 0,029< 0,05 yang berarti hubungan antara kedua variabel mempunyai dua arah (2-tailed) dan bernilai positif. Untuk melihat tingkat kekuatan hubungan kondisi lingkungan yang berkaitan dengan pendidikan anak dengan indikator keinginan untuk menyekolahkan anak memiliki hubungan korelasi yang rendah, dikarenakan nilai koefesien korelasi 0,230 diantara 0,20 – 0,39 pada tabel interpretasi koefisien korelasi.

Sehingga kesimpulan variabel sikap orang tua nelayan akan keinginan untuk menyekolahkan anak tersebut memiliki hubungan yang rendah antara kondisi lingkungan yang berkaitan dengan pendidikan anak. Dapat dianalisis jika kondisi lingkungan yang berkaitan dengan pendidikan anak sangat berpengaruh dengan keinginan untuk menyekolahkan anak. Orang tua di Bagan Tambahan sangat peduli dengan pendidikan anak, walaupun kondisi lingkungan kurang mendukung untuk mereka. Persepsi dan sikap orang tua terhadap pendidikan anak dapat berubah jika keinginan orang tua untuk menyekolahkan anaknya ada

Tabel 4.18

Pengalaman Masa Lalu Orang Tua Yang Berkaitan Dengan Pendidikan Anak Dengan Sikap Orang Tua Nelayan Mengenai Pendidikan Anak.

Indikator pengalaman masa lalu orang tua yang berkaitan

dengan pendidikan anak.

Variabel sikap orang tua nelayan mengenai pendidikan anak (Y) Sumber : Data Penelitian, April 2018

Pada tabel 4.18 menunjukkan hubungan pada indikator pengalaman masa lalu orang tua yang berkaitan dengan pendidikan anak terhadap sikap orang tua nelayan, pada indikator wawasan/pengetahuan orang tua tentang pendidikan anak dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,150>0,05 yang berarti hubungan antara kedua variabel tidak mempunyai dua arah (2-tailed) dan bernilai positif. Untuk melihat tingkat kekuatan hubungan pengalaman masa lalu orang tua yang berkaitan dengan pendidikan anak dengan indikator wawasan/pengetahuan orang tua tentang pendidikan anak memiliki hubungan korelasi yang sangat rendah, dikarenakan nilai koefesien korelasi 0,153 diantara 0,00 – 0,19 pada tabel

interpretasi koefisien korelasi. Sehingga kesimpulan variabel sikap orang tua nelayan tersebut memiliki hubungan yang sangat lemah dan tidak memiliki nilai signifikan terhadap indikator wawasan/pengetahuam orang tua tentang pendidikan anak.

Pada tabel 4.18 menunjukkan hubungan pada indikator pengalaman masa lalu orang tua yang berkaitan dengan pendidikan anak terhadap sikap orang tua nelayan, pada indikator penilaian terhadap pendidikan anak dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,574>0,05 yang berarti hubungan antara kedua variabel tidak mempunyai dua arah (2-tailed) dan bernilai positif. Untuk melihat tingkat kekuatan hubungan indikator pengalaman masa lalu orang tua yang berkaitan dengan pendidikan anak dengan indikator penilaian tehadap pendidikan anak memiliki hubungan korelasi yang sangat lemah, dikarenakan nilai koefesien korelasi 0,060 diantara 0,00 – 0,19 pada tabel interpretasi koefisien korelasi.

Sehingga kesimpulan variabel sikap orang tua nelayan tersebut memiliki hubungan yang sangat lemah dan tidak memiliki nilai signifikan terhadap indikator penilaian terhadap pendidikan anak.

Pada tabel 4.18 menunjukkan hubungan pada indikator pengalaman masa lalu orang tua terhadap pendidikan anak, dengan sikap orang tua nelayan, pada indikator keinginan untuk menyekolahkan anak dan memiliki nilai signifikan sebesar 0,506> 0,05 yang berarti hubungan antara kedua variabel tidak mempunyai dua arah (2-tailed) dan bernilai positif. Untuk melihat tingkat kekuatan hubungan pengalaman masa lalu orang tua yang berkaitan dengan pendidikan anak dengan indikator keinginan untuk menyekolahkan anak memiliki hubungan korelasi yang sangat lemah, dikarenakan nilai koefesien korelasi 0,071

diantara 0,00 – 0,19 pada tabel interpretasi koefisien korelasi. Sehingga kesimpulan variabel sikap orang tua nelayan akan keinginan untuk menyekolahkan anak tersebut memiliki hubungan yang sangat lemah antara pengalaman masa lalu orang tua terhadap pendidikan anak. Dapat dianalisi bahwasanya pengalaman masa lalu orang tua tidak berhubungan dengan pendidikan anak. Karena orang tua yang dulunya memiliki pendidikan rendah tidak ingin anak mereka juga memiliki pendidikan yang sama. Mereka berpikir seorang anak harus lebih baik pendidikanya dari pada orang tuanya dulu. Jika seorang anak pendidikannya rendah seperti orang tuanya pasti tidak ada kemajuan didalam keluarga tersebut. Setidaknya walaupun orang tua tidak mampu menyekolahkan anak sampai jenjang sekolah yang tinggi tetapi minimal anak memiliki pendidikan yang jauh lebih baik. Orang tua tidak ingin anaknya mengalami nasib yang sama seperti mereka, hidup serba susah, sulit untuk memenuhi kebutuhan ekonomi karena pekerjaan mereka sebagai seorang nelayan dan memiliki pendidikan rendah. Oleh karena itu pengalaman masa lalu orang tua tidak boleh terjadi lagi pada kehidupan anak mereka sekarang.

Tabel 4.19

Kepentingan Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak Dengan Sikap Orang Tua Nelayan Mengenai Pendidikan Anak.

Indikator kepentingan orang tua terhadap pendidikan anak

Variabel sikap orang tua nelayan mengenai pendidikan anak (Y)

Sumber : Data penelitian, April 2018

Pada tabel 4.19 menunjukkan hubungan pada indikator kepentingan orang tua terhadap pendidikan anak, terhadap sikap orang tua nelayan pada indikator wawasan/pengetahuan orang tua tentang pendidikan anak dan memiliki nilai signifikan sebesar 0,000< 0,05 yang berarti hubungan antara kedua variabel mempunyai dua arah (2-tailed) dan bernilai positif. Untuk melihat tingkat kekuatan hubungan indikator kepentingan orang tua terhadap pendidikan anak dengan indikator wawasan/pengetahuan orang tua tentang pendidikan anak memiliki hubungan korelasi yang kuat, dikarenakan nilai koefesien korelasi 0,688 diantara 0,60 – 0,79 pada tabel interpretasi koefisien korelasi. Sehingga kesimpulannya yaitu memilki hubungan yang kuat antara persepsi orang tua nelayan dengan sikap orang tua nelayan terhadap pendidikan anak pada indikator wawasan/pengetahuan orang tua tentang pendidikan anak.

Pada tabel 4.19 menunjukkan hubungan pada indikator kepentingan orang tua terhadap pendidikan anak, terhadap sikap orang tua nelayan pada indikator penilaian terhadap pendidikan anak dan memiliki nilai signifikan sebesar 0,000<

0,05 yang berarti hubungan antara kedua variabel mempunyai dua arah (2-tailed) dan bernilai positif. Untuk melihat tingkat kekuatan hubungan indikator kepentingan orang tua terhadap pendidikan anak dengan indikator penilaian terhadap pendidikan anak memiliki hubungan korelasi yang sedang, dikarenakan nilai koefesien korelasi 0,473 diantara 0,40 – 0,59 pada tabel interpretasi koefisien korelasi. Sehingga kesimpulannya yaitu memilki hubungan yang sedang antara persepsi orang tua nelayan dengan sikap orang tua nelayan terhadap pendidikan anak pada indikator penilaian terhadap pendidikan anak.

Pada tabel 4.19 menunjukkan hubungan pada indikator kepentingan orang tua terhadap pendidikan anak, terhadap sikap orang tua nelayan pada indikator keinginan untuk menyekolahkan anak dan memiliki nilai signifikan sebesar 0,000<0,05 yang berarti hubungan antara kedua variabel mempunyai dua arah (2-tailed) dan bernilai positif. Untuk melihat tingkat kekuatan hubungan indikator

kepentingan orang tua terhadap pendidikan anak dengan indikator keinginan untuk menyekolahkan anak memiliki hubungan korelasi yang kuat, dikarenakan nilai koefesien korelasi 0,645 diantara 0,60 – 0,799 pada tabel interpretasi koefisien korelasi. Kesimpulannya yaitu memiilki hubungan yang kuat antara persepsi orang tua nelayan dengan sikap orang tua nelayan terhadap pendidikan anak pada indikator keinginan untuk menyekolahkan anak. Orang tua di Bagan Tambahan sangat mementingkan pendidikan anak mereka. Walaupun dengan keterbatasan biaya mereka ingin agar anak-anak mereka tetap terus bersekolah, serta adanya kemauan dari diri anak tersebut bersekolah. Dengan adanya kepentingan orang tua terhadap pendidikan anak dapat merubah persepsi dan sikap orang tua terhadap pendidikan anak.

Tabel 4.20

Harapan Terhadap Pendidikan Anak Dengan Sikap Orang Tua Nelayan Mengenai Pendidikan anak

Indikator harapan orang tua terhadap pendidikan anak

Variabel sikap orang tua nelayan mengenai pendidikan anak (Y)

Sumber : Data penelitian, April 2018

Pada tabel 4.20 menunjukkan hubungan pada indikator harapan orang tua terhadap pendidikan anak, terhadap sikap orang tua nelayan pada indikator wawasan/pengetahuan orang tua tentang pendidikan anak dan memiliki nilai signifikan sebesar 0,000< 0,05 yang berarti hubungan antara kedua variabel mempunyai dua arah (2-tailed) dan bernilai positif. Untuk melihat tingkat kekuatan hubungan indikator harapan orang tua terhadap pendidikan anak dengan indikator wawasan/pengetahuan orang tua tentang pendidikan anak memiliki hubungan korelasi sedang, dikarenakan nilai koefesien korelasi 0,538 diantara 0,40 – 0,59 pada tabel interpretasi koefisien korelasi. Sehingga kesimpulannya yaitu memilki hubungan yang sedang antara persepsi orang tua nelayan dengan sikap orang tua nelayan terhadap pendidikan anak pada indikator wawasan/pengetahuan orang tua tentang pendidikan anak.

Pada tabel 4.20 menunjukkan hubungan pada indikator harapan orang tua terhadap pendidikan anak, terhadap sikap orang tua nelayan pada indikator penilaian terhadap pendidikan anak dan memiliki nilai signifikan sebesar 0,006<

0,05 yang berarti hubungan antara kedua variabel mempunyai dua arah (2-tailed) dan bernilai positif. Untuk melihat tingkat kekuatan hubungan indikator harapan orang tua terhadap pendidikan anak dengan indikator penilaian terhadap pendidikan anak memiliki hubungan korelasi rendah, dikarenakan nilai koefesien korelasi 0,287 diantara 0,20 – 0,39 pada tabel interpretasi koefisien korelasi.

Sehingga kesimpulannya yaitu memiliki hubungan yang rendah antara persepsi harapan orang tua nelayan dengan sikap orang tua nelayan terhadap pendidikan anak pada indikator penilaian terhadap pendidikan anak. Orang tua sangat berharap tentang kepada pendidikan anak, dengan memberikan penilaian terhadap

pendidikan anak dari orang tua kepada anak, orang tua sangat berharap terjadinya perubahan pada pendidikan anak. Serta adanya perubahan pola pikir prilaku dari diri anak mereka menjadi lebih baik.

Pada tabel 4.20 menunjukkan hubungan pada indikator harapan orang tua terhadap pendidikan anak, terhadap sikap orang tua nelayan pada indikator keinginan untuk menyekolahkan anak dan memiliki nilai signifikan sebesar 0,000< 0,05 yang berarti hubungan antara kedua variabel mempunyai dua arah (2-tailed) dan bernilai positif. Untuk melihat tingkat kekuatan hubungan indikator

harapan orang tua terhadap pendidikan anak dengan indikator keinginan untuk menyekolahkan anak memiliki hubungan korelasi sedang, dikarenakan nilai koefesien korelasi 0,446 diantara 0,40 – 0,59 pada tabel interpretasi koefisien korelasi. Sehingga kesimpulannya yaitu memilki hubungan sedang antara harapan terhadap pendidikan anak dengan sikap orang tua nelayan terhadap pendidikan anak pada indikator keinginan untuk menyekolahkan anak. Setiap orang tua pastinya memiliki harapan yang baik untuk masa depan anak mereka.

Tidak semua orang tua berharap jika anaknya sukses dapat membantu orang tuanya.

4.5 Uji Anova

Analisis varian satu arah (one way) atau Anova dilakukan untuk mengetahui dengan pasti perbedaan latar belakang orang tua nelayan dengan persepsi orang tua nelayan akan pendidikan anak dan sikap orang tua nelayan akan pendidikan anak berdasarkan pendidikan terakhir, pendapatan bulanan dan kepemilikan rumah responden.

Tabel 4.21

Perbedaan Latar Belakang Pendidikan Terakhir Terhadap Persepsi Dan Sikap Orang Tua Nelayan Mengenai Pendidikan Anak

Keterangan Mean Sumber : kuesioner, April 2018.

Keterangan : 1 = Tidak tamat SD, 2 = Tamat SD, 3 = Tamat SMP, 4 = Tamat SMA

Hasil uji Anova menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan di antara pendidikan terakhir responden dengan kondisi lingkungan yang berkaitan dengan pendidikan anak di mana F = 3,40 dan P = ,021. Dari mean pendidikan terakhir 16,00 didapati bahwa pendidikan terakhir responden pada kelompok tamat SMA lebih tinggi dibanding dengan pendidikan terakhir responden lain yang menunjukkan mean yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua yang tamat SMA memiliki persepsi dan sikap terhadap pendidikan anaknya sangat peduli dan mengutamakan pendidikan anaknya.

Di urutan berikutnya tidak terdapat perbedaan signifikan antara pendidikan terakhir responden dengan pengalaman masa lalu orang tua yang berkaitan dengan

pendidikan anaknya di mana F= ,102 dan P= ,959 dimana P>0,05. Dari mean pendidikan terakhir 11,25 didapati bahwa pendidikan terakhir responden pada kelompok tamat SMA lebih tinggi dibanding dengan pendidikan terakhir responden lain yang menunjukkan mean terendah. Selanjutnya, tabel 4.21 tidak terdapat menunjukkan perbedaan signifikan antara pendidikan terakhir responden dengan kepentingan orang tua terhadap pendidikan anak dimana F= ,163 dan P=

,921 , P>0,05 sehingga tidak terdapat perbedaan antara kelompok tamat SMP . Dari mean 25,11 pada kelompok tamatan SD dengan kelompok pendidikan terakhir yang lain, karena rata-rata setiap kelompok pendidikan terakhir responden baik yang tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA memiliki persepsi dan sikap yang tidak jauh berbeda terhadap pendidikan anak mereka. Di urutan berikutnya tidak terdapat perbedaan signifikan antara pendidikan terakhir responden dengan harapan terhadap pendidikan anak dimana F = ,554 dan P= ,647 sehingga P>0,05 dengan arti tidak ada perbedaan harapan terhadap pendidikan anak dengan pendidikan terakhir pada mean 13,25 pada kelompok pendidikan terakhir tamat SMA pada kelompok pendidikan terakhir yang lain.

Selanjutnya, tidak terdapat perbedaan signifikan antara pendidikan terakhir dengan wawasan pengetahuan tentang pendidikan anak dimana F= 1,179 dan P=

,332, dimana P>0,05 sehingga tidak ada perbedaan antara pendidikan terakhir dengan wawasan pengetahuan tentang pendidikan anak antara mean 16,25 pada kelompok pendidikan terakhit tamat SMA dengan kelompok pendidikan terakhir yang lain. Selanjutnya, tidak terdapat perbedaan signifikan antara pendidikan terakhir dengan penilaian terhadap pendidikan anak dimana F= 1,142 dan P= ,337 dimana P>0,05 sehingga tidak ada perbedaan antara pendidikan terakhir dengan

penilaian terhadap pendidikan anak antara mean 15,25 pada kelompok pendidikan terakhit tamat SMA dengan kelompok pendidikan terakhir yang lain. Selanjutnya, tidak terdapat perbedaan signifikan antara pendidikan terakhir dengan keinginan untuk menyekolahkan anak dimana F= ,934 dan P= ,428 dimana P>0,05 sehingga tidak ada perbedaan antara pendidikan terakhir dengan keinginan untuk menyekolahkan anak antara mean 13,10 pada kelompok pendidikan terakhir tamat SMP dengan kelompok pendidikan terakhir yang lain.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor pendidikan terakhir responden tidak ada perbedaan yang mempengaruhi persepsi dan sikap orang tua nelayan akan pendidikan anaknya. Karena pada dasarnya, orang tua yang memiliki pendidikan tinggi maupun rendah menganggap pendidikan bagi anak-anak mereka sangat penting.

Tabel 4.22

Perbedaan Latar Belakang Pendapatan Bulanan Terhadap Persepsi Dan Sikap Orang Tua Nelayan Mengenai Pendidikan Anak

Keterangan Mean Sumber : Kuesioner, April 2018.

Keterangan : 1 = Rp. <500.000, 2 = Rp. 500.000 – Rp. 1.500.000, 3 = Rp.

1.500.000 – Rp. 3.000.000, 4 = Rp. 3.000.000 – Rp. 4.000.000

Hasil uji Anova pada tabel 4.22 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan di antara pendapatan bulanan responden dengan kondisi lingkungan yang berkaitan dengan pendidikan anak di mana F = ,826 dan P =,483. Dari mean status pendapatan bulanan 14,15 didapati bahwa pendapatan bulanan responden pada kelompok Rp. Rp. 500.000 – Rp. 1.500.000 lebih tinggi dibanding dengan pendapatan bulanan responden lain yang menunjukkan mean yang lebih rendah.

Selanjutnya, tidak terdapat perbedaan signifikan antara pendapatan bulanan responden dengan pengalaman masa lalu yang berkaitan dengan pendidikan anak dimana F= ,544 dan P= ,653 dimana P>0,05 sehingga tidak ada perbedaan antara pendapatan bulanan dengan pengalaman masa lalu yang berkaitan dengan pendidikan anak antara mean 11,42 pada kelompok pendapatan bulanan responden pada kelompok Rp. <500.000 dengan kelompok pedapatan bulanan yang lain. Selanjutnya, tidak terdapat perbedaan signifikan antara pendapatan bulanan responden dengan kepentingan orang tua terhadap pendidikan anak dimana F= 1,488 dan P= ,224 dimana P>0,05 sehingga tidak ada perbedaan antara pendapatan bulanan responden dengan kepentingan orang tua terhadap pendidikan anak dengan mean 25,90 pada kelompok pendapatan bulanan responden pada kelompok pendapatan Rp. 500.000 – Rp. 1.500.000 dengan pendapatan bulanan yang lain.

Selanjutnya, tidak terdapat perbedaan signifikan antara pendapatan bulanan responden dengan harapan terhadap pendidikan anak dimana F= 7,18 dan P= ,544 dimana P>0,05 sehingga tidak ada perbedaan antara pendapatan bulanan dengan harapan orang tua terhadap pendidikan anak antara mean 13,42 pada kelompok

pendapatan bulanan responden pada kelompok Rp. <500.000 dengan kelompok pendapatan bulanan yang lain. Selanjutnya, tidak terdapat perbedaan signifikan antara pendapatan bulanan responden dengan wawasan/pengetahuan tentang pendidikan anak dimana F= ,854 dan P= ,468 dimana P>0,05 sehingga tidak ada perbedaan antara pendapatan bulanan responden dengan wawasan/pengetahuan tentang pendidikan anak antara mean tertinggi 14,85 pada kelompok pendapatan bulanan responden Rp. <500.000 dengan kelompok pendapatan bulanan yang lain.

Selanjutnya, tidak terdapat perbedaan signifikan antara pendapatan bulanan responden dengan penilaian terhadap pendidikan anak dimana F= ,126 dan P=

,945 dimana P>0,05 sehingga tidak ada perbedaan antara pendapatan bulanan dengan penilaian terhadap pendidikan anak antara mean 14,00 pada kelompok pendapatan bulanan responden Rp. <500.000 dengan kelompok pendapatan bulanan yang lain. Selanjutnya, tidak terdapat perbedaan signifikan antara pendapatan bulanan responden dengan keinginan untuk menyekolahkan anak dimana F= 1,683 dan P= ,186 dimana P>0,05 sehingga tidak ada perbedaan antara status kepemilikan rumah dengan keinginan untuk menyekolahkan anak antara mean 13,42 pada kelompok pendapatan bulanan responden pada Rp. <500.000 dengan kelompok pendapatan bulanan yang lain.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor pendapatan bulanan responden tidak mempengaruhi persepsi dan sikap orang tua nelayan akan pendidikan anaknya.

Dengan pendapatan yang bisa dikatakan rendah, orang tua disana harus bisa membagi antara biaya sekolah anak dengan biaya kehidupan sehari-hari, seperti

menunggak, hal ini tidak menjadi alasan untuk mereka. Terkecuali jika anak mereka memang tidak ingin disekolahkan. Karena mereka tidak ingin jika anak mereka mengalami nasib yang sama seperti orang tuanya saat ini.

Tabel 4.23

Perbedaan Latar Belakang Kepemilikan Rumah Terhadap Persepsi Dan Sikap Orang Tua Nelayan Mengenai Pendidikan Anak

Perbedaan Latar Belakang Kepemilikan Rumah Terhadap Persepsi Dan Sikap Orang Tua Nelayan Mengenai Pendidikan Anak

Dokumen terkait