A. Capaian Aksi Stranas Pada Sektor Penegak Hukum
2. Kejaksaan RI
Tabel 2.2: Aksi Stranas Kejaksaan
NO AKSI
I. Strategi Pencegahan
Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Informasi (TI) 51. Publikasi secara reguler jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) dari penanganan perkara oleh Kejaksaan Republik Indonesia (pengembalian kekayaan negara, denda dan barang rampasan) 52. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas penanganan perkara
berbasis Teknologi Informasi (TI)
3. Kementerian Hukum dan HAM – Ditjen Pemasyarakatan Tabel 2.3: Aksi Stranas Ditjen Pemasyarakatan
NO AKSI
IV. Strategi Kerja Sama Internasional Dan Penyelamatan Aset Hasil Tipikor
Memastikan Terbentuknya Unit Pengelolaan Aset (Asset Management Unit) Hasil Tipikor Guna Mendukung Proses Penegakan Hukum dan Transparansi Pengelolaan Aset Terkait Lainnya Sebagai Bentuk Pemanfaatan Pengelolaan Aset Tipikor
203. Peningkatan akuntabilitas pengelolaan barang sitaan dan rampasan 207. Penyelesaian barang sitaan/rampasan yang sudah lama tersimpan di
Rupbasan
4. Sekretariat Mahkamah Agung
Tabel 2.4: Aksi Stranas Mahkamah Agung
NO AKSI
I Strategi Pencegahan
26. Tindak lanjut penanganan pengaduan masyarakat
113. Evaluasi pelaksanaan seleksi calon hakim berdasarkan kompetensi
B. KETERKAITAN AKSI PPK 2014 DENGAN STRATEGI NASIONAL PPK Meskipun tidak menjadi bagian dari evaluasi, penting pula untuk mencermati keterkaitan antara Aksi PPK 2014 dengan Stranas PPK, khususnya yang terkait strategi jangka menengah (2012–2014). Sebagai analogi adalah Rencana Kerja Tahunan sebagai penjabaran program dan upaya untuk mencapai tujuan dan sasaran dari Rencana Strategis. Seyogianya Aksi PPK 2014 pun disusun dan dilaksanakan dalam rangka pemenuhan Strategi PPK Jangka Menengah Tahun 2012 – 2014.
Jika Aksi PPK 2014 disandingkan dengan Stranas PPK Jangka Menengah maka dengan mudah akan terlihat konsistensi antara keduanya. Bahkan, untuk beberapa aksi, kalimatnya hampir sama dengan yang digunakan oleh Stranas PPK. Misalnya, pada aksi nomor 129: “Optimalisasi Penghapusan dana offbudget, dan sumbangan dari pihak yang diberi bantuan keamanan serta publikasikan penerimaan hibah/bantuan dari pihak lain”, sementara pada Stranas PPK: “Pemantapan administrasi keuangan negara, termasuk penghapusan dana off-budget, dan mempublikasikan penerimaan hibah/bantuan/donor di badan publik dan partai politik”.
Apabila dicermati lebih dalam, rumusan Stranas PPK -baik jangka panjang dan jangka menengah- dirasakan terlalu teknis dan terjebak pada rumusan program ketimbang rumusan yang lebih strategis. Agenda pemberantasan korupsi membutuhkan grand design yang tidak hanya komprehensif, tetapi juga dirumus-kan secara sistematis sebagaimana perencanaan strategis model piramida.
Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya
Gambar 2.1: Analogi Piramida Turunan Visi ke Aksi
Dalam Stranas PPK jangka panjang, sudah dimulai rumusan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh K/L untuk setiap strateginya. Hal ini pun terulang kembali ketika merumuskan strategi jangka menengah. Pada akhirnya, tidak ada fleksibilitas dari K/L dalam merumuskan aksi PPK. Fleksibilitas dimaksudkan untuk membuka ruang inovasi dan terobosan bagi K/L dalam merumuskan aksi PPK yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik internal mereka.
Sebagai perbandingan adalah grand design Reformasi Birokrasi (RB) 2010-2025 yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010. Grand Design Reformasi Birokrasi memiliki visi “pemerintahan kelas dunia”, yang kemudian diturunkan ke dalam roadmap RB melalui Peraturan Menteri Penyadagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Durasi roadmap yang dilakukan selama lima tahun ini terbagi ke dalam tiga tingkat: makro, miso dan mikro. Roadmap inilah yang kemudian memberikan arahan kepada setiap K/L untuk melaksanakan RB. Apabila pada Stranas PPK “area tindakan”
terbagi ke dalam enam strategi (pencegahan, penegakan hukum,
dan sebagainya), maka pada Roadmap RB diistilahkan sebagai
“delapan area perubahan”.
Stranas PPK dapat diperkuat dengan mengadopsi model atau pendekatan perumusan grand design RB -meskipun baik dari sisi konten dan pendekatan implementasinya harus lebih baik dari pelaksanaan RB itu sendiri. Dengan demikian, upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi pada setiap K/L memiliki pola dan arah pergerakan yang kurang lebih sama, akan tetapi pada level teknis pelaksanaannya sangat tergantung dari kebutuhan dan karakteristik dari K/L tersebut.
Temuan dan Hasil Evaluasi
A. CAPAIAN AKSI STRANAS PADA SEKTOR PENEGAK HUKUM
B
ab ini akan mempresentasikan implementasi dan capaian serta dampak aksi Stranas pada sektor penegak hukum.Sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab II, setiap lembaga penegak hukum mempunyai penekanan strategi yang berbeda-beda. Misalnya Kepolisian, yang ditekankan pada dua strategi besar: pencegahan dan penindakan. Sedangkan untuk Kejaksaan hanya pada isu pencegahan.
Temuan faktual terkait kondisi dan pencapaian masing-masing Aksi Stranas di setiap lembaga pada tahun 2014, dapat dilihat dalam narasi di bawah ini.
1. Kepolisian Strategi Pencegahan
a. Aksi Nomor 6: Pelaksanaan Transparansi dan Akuntabilitas dalam Penanganan Perkara Berbasis Teknologi Informasi (TI) Terdapat tiga ukuran kriteria yang digunakan dalam men-capai keberhasilan aksi ini:
1) Tersedianya sistem penanganan perkara berbasis teknologi informasi di seluruh Polres sesuai Peraturan Kepala Kepolisian RI No. 14/2012;
2) Surat tanda terima laporan dan surat pemberitahuan perkembangan hasil penyelidikan/penyidikan (SP2HP)
Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya
dan penyidikan yang dapat diakses secara online oleh pelapor;
3) Dipublikasikannya dalam website status penanganan perkara yang menarik perhatian publik (perkara yang dimuat di media cetak nasional) termasuk, antara lain: inisial tersangka serta waktu dan tindakan terkait penanganan perkara (misal masih pemeriksaan saksi, kapan ditahan, kapan P19, kapan P21, dll)
Ukuran situs/website resmi Kepolisian yang diambil sebagai sampel adalah 10 kota besar di Indonesia (penduduk di atas 100 ribu jiwa) dengan penyebaran wilayah kepulauan secara merata, yaitu: Polda Metrojaya, Polrestabes Surabaya, Polrestabes Bandung, Poltabes Medan, Poltabes Palembang, Polrestabes Makassar, Polresta Samarinda, Polresta Banjarmasin, Polresta Manado dan Polres Jayapura.
Dari hasil pemantauan dengan cara mengunjungi situs resmi institusi Kepolisian di beberapa daerah tersebut diketahui bahwa sebagian besar (90%) institusi tersebut belum menyediakan sistem yang menjamin Surat Tanda Terima Laporan (STTL) dan Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) yang dapat diakses secara online oleh pelapor. Hanya Polda Metro Jaya yang memiliki situs online SP2HP yang dapat diakses oleh pelapor. Sedangkan sisanya, tidak memiliki situs SP2HP online.
Bahkan untuk Polresta Manado dan Polrestabes Surabaya, tidak punya website resmi. Jika pun ada institusi Kepolisian yang memiliki informasi, hanya berbentuk blog, seperti:
Polrestabes Bandung, Polrestabes Makkasar, Polresta Palembang (Pengecekan Terakhir 5 November 2015).
Gambar 3.1: Situs Polresta Palembang (Terakhir diakses 5 November 2015)
Gambar 3.2: Situs Polrestabes Bandung (terakhir diakses pada 5 November 2015)
Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya
Gambar 3.3: Situs Polrestabes Makassar (terakhir diakses pada 5 November 2015)
Ketika sistem yang diharapkan tidak tersedia, maka kriteria keberhasilan yang kedua: terkait dengan Surat Tanda Terima Laporan (STTL) dan Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) yang dapat diakses oleh pelapor, tentu saja tidak tersedia. Dari sepuluh sampel Polda/Polrestabes/Polresta yang diambil, hanya Polda Metrojaya yang memiliki sistem yang dapat diakses secara online oleh pelapor.
Gambar 3. 4: Situs Surat Tanda Terima Laporan dan Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) Polda Metrojaya
(terakhir diakses 5 November 2015)
Pada sisi lain, terkait dengan dipublikasikannya status penanganan perkara yang menarik perhatian publik di sepuluh sampel yang diambil -sebagaimana yang dimaksud oleh kriteria ketiga, diketahui bahwa hanya Polda Metrojaya yang telah melak-sanakannya. Itu pun dengan catatan, hanya memuat inisial tersangka dan waktu penanganan. Sedangkan tindakan lain yang terkait penanganan perkara seperti pemeriksaan saksi, kapan ditahan, kapan P19 dan P21, tidak ditemukan. Artinya, Polda Metro Jaya hanya meng-upload berita-berita pidana yang ditangani tanpa ada penjelasan lebih detil sejauh mana status hukum tersangka.
Kondisi lebih lengkap terkait dengan kondisi website seluruh sampel yang diambil terkait status penanganan perkara yang menarik perhatian publik di sepuluh sampel yang diambil dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.1: Kondisi Situs Kepolisian Terkait Status Penanganan Perkara yang Menarik Perhatian Publik
Institusi Kepolisian di Daerah
Kondisi Website
Polda Metrojaya Ada, namun hanya memuat inisial tersangka dan waktu penanganan. Sedangkan tindakan lain terkait penanganan perkara seperti pemeriksaan saksi, kapan ditahan, kapan P19 dan P21 tidak ditemukan.
Polrestabes Surabaya Tidak memiliki website
Polrestabes Bandung Secara umum bisa dikatakan tidak ada. Terakhir kasus yang dirilis pada 8 Februari 2013 terkait dengan prostitusi online.
Poltabes Medan Ada, tapi tidak update. Terakhir berita hanya pada bulan Maret. Kategori ada pun hanya dalam bentuk berita, tidak secara detil menginformasikan sejauh mana status tersangka.
Polrestabes Makassar Tidak ditemukan meski wujudnya hanya berbentuk blog.
Polresta Palembang Tidak ditemukan meski wujudnya hanya berbentuk blog.
Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya
Polresta Samarinda Ada, tapi tidak memadai. Sepanjang tahun 2015 hanya dua kasus yang dipublikasikan ke publik
Polresta Banjarmasin Ada, tapi sebatas pengumpulan informasi di media massa. Informasi yang terakhir diupdate pada 2 September. Sebelum dikunjungi terakhir kali (5 November), situs tersebut pernah diretas sehingga tidak berfungsi selama berbulan-bulan.
Polresta Manado Tidak memiliki website
Polres Jayapura Ada, namun hanya memuat inisial tersangka dan waktu penanganan. Sedangkan tindakan lain terkait penanganan perkara seperti pemeriksaan saksi, kapan ditahan, kapan P19 dan P21 tidak ditemukan.
b. Aksi Nomor 49: Optimalisasi Keterbukaan informasi dalam Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kepolisian Negara Republik Indonesia
Ukuran keberhasilan yang digunakan dalam aksi ini adalah terpublikasikannya informasi perolehan PNBP Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam situs resmi, yang terdiri dari:
1)
Jumlah seluruh PNBP yang diperoleh untuk setiap jenis layanan/denda;2) Jumlah PNBP yang sudah disetorkan ke kas Negara.
Dari hasil pemantauan yang dilakukan terhadap situs resmi seperti: http://www.kemenkeu.go.id; http://www.pajak.go.id;
http://www.humaspolri.go.id; http://www.perbendaharaan.
go.id; tidak di tem u kan satu pun informasi yang memuat PNBP yang diperoleh untuk setiap layanan/denda serta jumlah PNBP yang sudah disetorkan ke kas negara sebagaimana yang dimaksud oleh PP No 50 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Kepolisian Negara Republik Indonesia (PP Jenis dan Tarif PNPB Kepolisian)
Menurut PP Jenis dan Tarif PNPB Kepolisian, terdapat 12 item PBNP yang dapat dipungut oleh Kepolisian yaitu:
Tabel 3.2: Daftar PNBP yang Diterima Kepolisian
No Item PNBP Kepolisian
1. Penerbitan Surat Izin Mengemudi
2. Pelayanan Ujian Keterampilan Mengemudi Melalui Simulator 3. Penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan
4. Penerbitan Surat Tanda Coba Kendaraan 5. Penerbitan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor 6. Penerbitan Buku Pemilik Kendaran Bermotor 7. Penerbitan Surat Mutasi Kendaraan Ke Luar Daerah 8. Penerbitan Surat Izin Senjata Api dan Bahan Peledak 9. Penerbitan Surat Keterangan Catatan Kepolisian 10. Penerbitan Surat Keterangan Lapor Diri 11. Penerbitan Kartu Sidik Jari (Inafis Card) 12. Denda Pelanggaran Lalu Lintas
Dari keempat situs yang dicek tersebut, apabila publik ingin memperoleh informasi terkait PNBP yang diterima dan dikelola oleh Kepolisian, hanya bisa ditemukan di situs Kementerian Keuangan. Informasi itu pun hanya sebatas informasi makro penerimaan PNBP lainnya, sebagaimana yang termuat dalam Laporan Keuangan Kementerian Anggaran Tahun Anggaran 2014. Situs Kementerian Keuangan tersebut menyebutkan bahwa realisasi PNBP lainnya yang diterima oleh Negara sebesar Rp. 429.505.961.063. Apabila dibandingan dengan tahun sebelumnya (tahun 2013), terdapat penurunan penerimaan negara dari tahun sebelumnya (2013) sebesar Rp 520.913.047.356.
Sedangkan di situs Polri, Dirjen Pajak dan Perbendaharaan Negara, tidak ditemukan satu pun informasi mengenai PNBP
Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya
yang diterima Kepolisian. Bahkan dari pelacakan yang dilakukan, situs Dirjen Pajak pun sedang mengalami kerusakan (lihat gambar 5).
Gambar 3.5: Situs Dirjen Pajak (Diakses 5 November 2015) Dari penelusuran terhadap situs lain yang dilakukan, jika pun publik ingin mendapatkan informasi sejauh mana pengelolaan PNBP Polri, hal itu hanya dapat ditemukan dalam dokumen Nota Keuangan APBN 2014 -yang menyebutkan bahwa target penerimaan PNBP Polri tahun 2014 adalah 4,8 triliun. Itu pun dengan cara melihat satu persatu informasi yang terdapat di dalam website Kementerian Keuangan. Artinya, publik harus berusaha cukup keras dan teliti dalam mencari informasi di mana tidak semuanya mempunyai pemahaman yang cukup komprehensif terhadap siklus anggaran publik.
Gambar 3. 6: Dokumen Nota Keuangan APBN 2014 di Situs Kementerian Keuangan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterbukaan infor masi dalam pengelolaan PNBP Kepolisian yang dapat diakses publik sebenarnya tidak tersedia. Publik tidak pernah tahu sejauh mana penerimaan dan pengelolaan PNBP di Kepolisian secara memadai.
Gambar 3.7: Situs Resmi Polri (diakses 5 November 2015)
Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya
c. Aksi Nomor 90: Penyampaian Data dan Informasi terkait Perpajakan dari Kementerian, Lembaga dan Instansi Pemerintah Aksi Stranas PPK Nomor 90 ini mengamantkan Kepolisian untuk melakukan penyampaian data terkait perpajakan, di antaranya: data kepemilikan kendaraan bermotor, peralihan kepemilikan kendaraan bermotor, serta data lain yang berguna untuk peningkatan penerimaan pajak dalam bentuk data elektronik berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2012 tentang Pemberian dan Penghimpunan Data dan Informasi yang Berkaitan dengan Perpajakan kepada Kementerian Keuangan sebagai instansi terkait yang ditunjuk.
Ukuran keberhasilan aksi ini berupa kepatuhan dalam penyam paian data dan informasi perpajakan, di antaranya data kepemilikan kendaraan bermotor, peralihan kepemilikan kendaraan bermotor serta data lain yang berguna untuk peningkatan penerimaan pajak dalam bentuk data elektronik berdasarkan PP Nomor 31 Tahun 2012 tentang Pemberian dan Penghimpunan Data dan Informasi yang Berkaitan dengan Perpajakan.
Setelah melakukan penelusuran terhadap data terkait perpajakan seperti data kepemilikan kendaraan bermotor, peralihan kepemilikan kendaraan bermotor, serta data lain yang berguna untuk peningkatan penerimaan pajak dalam bentuk data elektronik dalam situs: http://www.kemenkeu.go.id/;
http://www.pajak.go.id/; http://polri.go.id/; dan http://www.
perbendaharaan.go.id/new/?pilih=login, tidaklah di te mukan informasi pada situs resmi lembaga negara tersebut.
Keempat situs tersebut hanya berisi informasi tentang:
• Layanan situs Kementerian Keuangan untuk individu/
profe sional/masyarakat umum serta informasi dan publikasi Ke men terian Keuangan Negara;
• Publikasi kegiatan Ditjen Perpajakan, penerimaan pajak, siaran pers, lelang barang sitaan perpajakan;
• Informasi publik, Pengaduan Masyarakat, Pelayanan SIM, Pelayanan SKCK, Pelayanan STNK dan publikasi kegiatan.
Penelusuran juga dilakukan pada situs resmi pengelola informasi dan dokumentasi lembaga Kepolisian di tautan http://
humas.polri.go.id/, namun tidak ditemukan juga data yang dimaksud atau data yang terkaitan dengan data dan informasi perpajakan tersebut.
Berdasarkan penelusuran di lapangan terkait aksi ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Penyampaian Data terkait Perpajakan di Kepolisian kepada Kementerian Keuangan yang berisi: data kepemilikan ken daraan bermotor, peralihan kepe mil-ikan kendaraan bermotor, serta data lain yang berguna untuk peningkatan penerimaan pajak dalam bentuk data elektronik berdasarkan PP Nomor 31 Tahun 2012 tentang Pemberian dan Penghimpunan Data dan Informasi yang Berkaitan dengan Perpajakan, tidak dilaksanakan dan tidak dipublikasikan.
2) Kepolisian tidak menjalankan kepatuhan dalam pe-nyam paian data dan informasi perpajakan sebagai kriteria keberhasilan atau outcome sebagaimana target oleh Inpres 2/2014.
d. Aksi Nomor 129: Optimalisasi Penghapusan Dana Off-budget, dan Sumbangan dari Pihak yang Diberi Bantuan Keamanan serta Publikasi Penerimaan Hibah/Bantuan dari Pihak Lain Aksi ini memberikan mandat kepada Kepolisian untuk mem publikasikan penerimaan hibah atau bantuan dari pihak lain dalam website Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) secara mandiri. Ukuran keberhasilan aksi ini adalah publikasi penerimaan hibah atau bantuan dari pihak lain dalam website Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) secara mandiri,
Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya
dengan kriteria keberhasilan berupa Kepolisian Negara Republik Indonesia yang lebih mandiri dan akuntabel.
Setelah melakukan penelusuran terhadap data terkait penerimaan hibah atau bantuan dari pihak lain kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia, tidaklah ditemukan informasinya pada situs resmi Kepolisian. Situs resmi Kepolisian tidak dapat diakses dan tampilan laman kosong.
Gambar 3.8: Hasil Pencarian Situs Resmi Polri
Gambar 3.9: Situs Resmi Kepolisian Tidak Dapat Diakses
Selain melakukan penelusuran terhadap situs resmi Kepolisian, penelusuran juga dilakukan terhadap situs resmi Pengelola Informasi dan Dokumentasi Lembaga Kepolisian pada tautan http://humas.polri.go.id/. Dalam situs tersebut, hanya ditemukan 2 (dua) dokumen laporan yang dipublikasikan, yakni:
• Laporan hasil pelaksanaan aksi Pencegahan dan Pembe rantasan Korupsi (PPK) Seksi Keuangan Polres Lampung Selatan, Triwulan I Tahun Anggaran 2014;
dan
• Laporan hasil pelaksanaan aksi Pencegahan dan Pembe rantasan Korupsi (PPK) Seksi Keuangan Polres Lampung Selatan, Triwulan IV Tahun Anggaran 2014
Gambar 3. 10: Laporan Hasil Pelaksanaan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) Seksi Keuangan Polres Lampung Selatan,
Triwulan I Tahun Anggaran 2014
Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya
Gambar 3.11: Laporan Hasil Pelaksanaan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) Seksi Keuangan Polres Lampung Selatan,
Triwulan IV Tahun Anggaran 2014
Berdasarkan temuan dari penelusuran di lapangan terkait aksi ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Aksi ini tidak dilaksanakan secara maksimal dan menyeluruh di Kepolisian baik di tingkat pusat (Markas Besar) maupun di bawahnya (Kepolisian Daerah, Kepolisian Resor, Kepolisian Sektor). Dari penelusuran yang dilakukan, hanya terdapat 2 (dua) dokumen laporan yang dapat ditemukan, yaitu dari Kepolisian Resor Lampung Selatan, dan itu pun bukan di situs resmi Kepolisian pada tautan http://polri.
go.id/ melainkan pada situs Pengelola Informasi dan Dokumentasi Lembaga Kepolisian pada tautan http://
humas.polri.go.id/.
2) Kriteria keberhasilan atau outcome yang ditargetkan oleh Inpres 2/2014 berupa Kepolisian Negara Republik Indonesia yang lebih mandiri dan akuntabel tidak tercapai.
Strategi Penegakan Hukum
a. Aksi Nomor 163: Optimalisasi Pelaksanaan Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri dan Keputusan Kapolri Nomor 43 Tahun 2004 tentang Tata cara Penyelesaian Pelanggaran Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
Aksi ini mengamanahkan kepada Kepolisian untuk menerapkan sanksi bagi pejabat dan aparat yang melakukan pelanggaran kode etik dan disiplin di Kepolisian dan mempublikasikan informasi tersebut, yang setidaknya memuat jenis pelanggaran dan pasal yang dilanggar serta sanksi yang dijatuhkan melalui situs resmi Kepolisian.
Ukuran keberhasilan aksi ini adalah penerapan sanksi bagi pejabat dan aparat yang melakukan pelanggaran kode etik dan disiplin di Kepolisian dan mempublikasikan informasi tersebut yang setidaknya memuat jenis pelanggaran dan pasal yang dilanggar serta sanksi yang dijatuhkan melalui situs resmi secara mandiri, dengan kriteria keberhasilan sebagai outcome adalah meningkatnya akuntabilitas dan transparansi proses penegakan kode etik dan disiplin anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia serta penjatuhan hukuman.
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan, tidak ditemukan informasi pada situs resmi http://polri.go.id/. Sehingga penelusuran dilakukan pada situs resmi Komisi Kepolisian Nasional Republik Indonesia (Kompolnas), yakni http://www.
kompolnas.go.id/. Dari situs Kompolnas tersebut, informasi yang tersedia hanya berisi informasi tentang pengaduan masyarakat, layanan informasi, dan publikasi kegiatan.
Penelusuran kemudian juga dilakukan pada situs resmi Pengelola Informasi dan Dokumentasi Lembaga Kepolisian pada tautan http://humas.polri.go.id/, dan ditemukan dokumen laporan yang dipublikasikan, yakni:
Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya
1)
Bahan narasumber dalam acara diskusi publik menge-nai praktik penyiksaan dalam rangka hari dukungan internasional untuk korban penyiksaan, yang berisi tentang:• Rekapitulasi data laporan dugaan arogansi penyi
dikan (upaya paksa tanpa sprindik dengan penyik-saan) selama tahun 2012 – 2015 dari setiap kantor Kepolisian Daerah;
• Rekapitulasi data laporan dugaan pelanggaran KDRT (pelaku anggota Polri) selama tahun 2012 – 2015 dari setiap kantor Kepolisian Daerah;
• Putusan Sidang Komisi Kode Etik Polri berkaitan dengan kasus arogansi penyidikan/penganiayaan dan KDRT selama tahun 2012 – 2015;
2) Data Pelanggaran Kode Etik dan Profesi Polri (KEPP) bulan Januari s/d Maret 2014;
3) Data Pelanggaran Kode Etik dan Profesi Polri (KEPP) Bulan April s/d Juni 2014;
4) Data Penindakan/Penyelesaian Pelanggaran Anggota/
PNS Polri tahun 2014
Keseluruhan data di atas berupa angka kumulatif dan tidak mendetil terkait siapa anggota Kepolisian yang melakukan pelanggaran dan jenis pelanggarannya apa, lalu prosesnya bagaimana, serta dikenakan sanksi apa. Meski demikian, yang menarik adalah, ditemukannya 1 (satu) dokumen laporan terkait Data Pelanggaran KEPP Tahun 2012-2014 dari Polres Palangkaraya yang sudah mencantumkan nama-nama Anggota Lembaga Kepolisian yang melakukan dugaan pelanggaran kode etik dan disiplin, berdasarkan laporan nomor dan putusan sidang KEPP serta status prosesnya selesai atau belum. Namun, jika diperhatikan lebih detil, substansi utama dari data tersebut adalah pada komponen informasi “Dukungan Anggaran:
Pemberkasan dan Sidang”.
Gambar 3.12: Data Bahan Narasumber dalam Acara Diskusi Publik Mengenai Praktik Penyiksaan Dalam Rangka Hari Dukungan
Internasional untuk Korban Penyiksaan
Gambar 3.13: Data Pelanggaran Kode Etik dan Profesi Polri (KEPP) Bulan Januari s/d Maret 2014
Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya
Gambar 3.14: Data Pelanggaran Kode Etik dan Profesi Polri (KEPP) Bulan April s/d Juni 2014
Gambar 3.15: Data Penindakan/Penyelesaian Pelanggaran Anggota/PNS Polri Tahun 2014
Gambar 3.16: Data Pelanggaran KEPP Tahun 2012-2014 dari Polres Palangkaraya
Berdasarkan penelusuran di lapangan terkait aksi ini, dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut: