Tujuan dari rangkaian kegiatan ini adalah:
1. Mendapatkan gambaran mengenai upaya, capaian, dan dam pak pelaksanaan Stranas PPK sepanjang tahun 2014, khususnya oleh Kementerian dan Lembaga ter-kait transparansi pada sektor hukum;
Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya
2. Mendorong komitmen pemerintahan Jokowi-JK untuk me me nuhi agenda perubahan terkait dengan upaya per cepatan pemberantasan tindak pidana korupsi, khususnya dalam rangka memperkuat Stranas PPK 2015 – 2019.
D. LINGKUP PENELITIAN DAN BASELINE
Batasan dari penelitian ini adalah pelaksanaan, capaian, dan dampak dari aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh pemerintah sepanjang tahun 2014 dengan mem fokuskan pada aksi yang berkaitan dengan pemenuhan hak atas informasi publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) dan peraturan-peraturan turunannya.
Baseline yang digunakan dalam penelitian ini, di antaranya:
1. Indeks Negara Hukum Indonesia, khususnya prinsip Peme rintahan Berdasarkan Hukum dan Akses Terhadap Keadilan;
2. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan Dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 Dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014;
3. Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2014; dan
4. Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2014 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014.
E. METODOLOGI & KERANGKA LOGIS
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan me man faatkan data sebagai berikut:
1. Data primer yang diperoleh melalui: FGD, diskusi dengan ahli, dan wawancara dengan pejabat peme-rintah.
2. Data sekunder yang diperoleh melalui penelusuran dokumen, di antaranya: laporan tahunan kementerian/
lembaga peme rintah; laporan monitoring organisasi masyarakat sipil; hasil survei; pemberitaan media massa; dan sebagainya.
Kerangka logis penelitian secara singkat tergambar dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1.1 Kerangka Penelitian
Tujuan Outcomes Kegiatan Output Resiko
Evaluasi
Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya
F. KELUARAN
Keluaran dari rangkaian kegiatan ini adalah Laporan Pene-litian tentang Evaluasi Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) Indonesia tahun 2014 terkait transparansi di sektor Hukum, yang memuat:
1. Hasil evaluasi pelaksanaan Stranas PPK tahun 2014;
dan
2. Rekomendasi penguatan Stranas PPK untuk peme-rintahan Jokowi-JK.
Tinjauan Aksi Pencegahan &
Pemberantasan Korupsi Tahun 2014
P
engaturan mengenai Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014 (Aksi PPK 2014) termuat dalam Inpres No. 2/2014 sebagai implementasi dari Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) Jangka Panjang Tahun 2012–2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012–2014 (Stranas PPK). Aksi PPK tahun 2014 terdiri 245 aksi, yang terbagi ke dalam lima strategi, yang terdiri dari:
1.
Strategi Pencegahan, terdiri dari 161 aksi;2. Strategi Penegakan Hukum, terdiri dari 28 aksi;
3. Strategi Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan, terdiri dari sembilan (9) aksi;
4. Strategi Kerjasama Internasional dan Penyelamatan Aset Hasil Tipikor, terdiri dari 24 aksi; dan
5. Strategi Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi, terdiri dari 23 aksi.
Sebagaimana telah diutarakan pada bab sebelumnya, bahwa evaluasi terhadap Stranas PPK 2014 akan dilakukan terhadap aksi-aksi terkait dengan transparansi pada sektor hukum. Hal ini dekat relevansinya dengan dua dari lima prinsip Negara Hukum yang dirumuskan oleh ILR, yaitu Pemerintahan Berdasarkan Hukum dan Akses Terhadap Keadilan.
Dalam prinsip Pemerintahan Berdasarkan Hukum, terdapat indi kator Pengawasan yang Efektif, dengan subindikatornya
Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya
Pengawasan Internal oleh Pemerintah. Kepolisian, Kejaksaan, dan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan sebagai bagian dari pemerintah memiliki mekanisme pengawasan internal, dan dalam Aksi PPK 2014 penekanan hal tersebut ada pada Kepolisian (Aksi Nomor 163 dan 166).
Sedangkan untuk prinsip Akses Terhadap Keadilan, salah satu indikatornya adalah Keterbukaan Informasi Publik. Akses Terhadap Keadilan dalam artian formal tersebut mengukur:
apakah sistem peradilan bisa diakses oleh publik? Apakah sistem peradilan yang ada sudah mencerminkan proses yang cepat dan terjangkau?
Dalam indikator pertama, yang diukur adalah keterbukaan informasi, yaitu kemudahan masyarakat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam tahapan sistem peradilan:
tahap penyidikan; tahap penuntutan; dan tahap beracara di pengadilan. Selain mengukur kemudahan masyarakat untuk informasi di setiap tahapan, indikator ini juga akan melihat sejauh mana respon dari setiap institusi yang berwenang jika ada keluhan yang disampaikan oleh publik dalam setiap tahapan.
Kementerian/Lembaga pada sektor hukum dimandatkan untuk melaksanakan beberapa aksi terkait dengan transparansi.
A. AKSI TERKAIT TRANSPARANSI PADA SEKTOR HUKUM
Evaluasi terhadap Aksi PPK 2014 memfokuskan pada isu transparansi Kementerian/Lembaga pada sektor hukum, dalam hal ini adalah: Kepolisian; Kejaksaan Agung; Sekretariat Mahkamah Agung; dan Kementerian Hukum dan HAM. Secara rinci, aksi-aksi PPK 2014 terhadap Kementerian/Lembaga pada sektor hukum terkait transparansi sebagai berikut:
1. Kepolisian
Tabel 2.1: Aksi Stranas Kepolisian
No AKSI
I. Strategi Pencegahan
Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Informasi (TI)
6. Pelaksanaan transparansi, dan akuntabilitas dalam penanganan perkara berbasis Teknologi Informasi (TI)
49. Optimalisasi Keterbukaan informasi dalam pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kepolisian Negara Republik Indonesia 90. Penyampaian data dan informasi terkait perpajakan dari kementerian,
lembaga dan instansi pemerintah.
129. Optimalisasi Penghapusan dana offbudget , dan sumbangan dari pihak yang diberi bantuan keamanan serta publikasikan penerimaan hibah/
bantuan dari pihak lain II. Strategi Penegakan Hukum
Penguatan Serta Peningkatan Konsistensi Sanksi Hukum dan Administrasi Bagi Pelaku Maupun Aparat Penegak Hukum yang Melakukan Penyimpangan dan Penyalahgunaan Wewenang atau Tipikor
163. Optimalisasi pelaksanaan Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri dan Kep Kapolri Nomor 43 Tahun 2004 tentang Tata cara Penyelesaian Pelanggaran Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
166. Optimalisasi Penanganan dugaan pelanggaran oleh oknum Kepolisian Negara Republik Indonesia yang menjadi sorotan media massa 167. Optimalisasi dan akuntabilitas penanganan Laporan Hasil Analisis
(LHA) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Memperkuat Koordinasi Penanganan Kasus Korupsi di Antara Lembaga Penegak Hukum dengan Dukungan Teknologi Informasi yang Komprehensif (E-Law Enforcement)
208. Penyelesaian barang sitaan/rampasan yang sudah lama tersimpan di Rupbasan
214. Peningkatan transparansi pengelolaan aset
Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya
2. Kejaksaan
Tabel 2.2: Aksi Stranas Kejaksaan
NO AKSI
I. Strategi Pencegahan
Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Informasi (TI) 51. Publikasi secara reguler jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) dari penanganan perkara oleh Kejaksaan Republik Indonesia (pengembalian kekayaan negara, denda dan barang rampasan) 52. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas penanganan perkara
berbasis Teknologi Informasi (TI)
3. Kementerian Hukum dan HAM – Ditjen Pemasyarakatan Tabel 2.3: Aksi Stranas Ditjen Pemasyarakatan
NO AKSI
IV. Strategi Kerja Sama Internasional Dan Penyelamatan Aset Hasil Tipikor
Memastikan Terbentuknya Unit Pengelolaan Aset (Asset Management Unit) Hasil Tipikor Guna Mendukung Proses Penegakan Hukum dan Transparansi Pengelolaan Aset Terkait Lainnya Sebagai Bentuk Pemanfaatan Pengelolaan Aset Tipikor
203. Peningkatan akuntabilitas pengelolaan barang sitaan dan rampasan 207. Penyelesaian barang sitaan/rampasan yang sudah lama tersimpan di
Rupbasan
4. Sekretariat Mahkamah Agung
Tabel 2.4: Aksi Stranas Mahkamah Agung
NO AKSI
I Strategi Pencegahan
26. Tindak lanjut penanganan pengaduan masyarakat
113. Evaluasi pelaksanaan seleksi calon hakim berdasarkan kompetensi
B. KETERKAITAN AKSI PPK 2014 DENGAN STRATEGI NASIONAL PPK Meskipun tidak menjadi bagian dari evaluasi, penting pula untuk mencermati keterkaitan antara Aksi PPK 2014 dengan Stranas PPK, khususnya yang terkait strategi jangka menengah (2012–2014). Sebagai analogi adalah Rencana Kerja Tahunan sebagai penjabaran program dan upaya untuk mencapai tujuan dan sasaran dari Rencana Strategis. Seyogianya Aksi PPK 2014 pun disusun dan dilaksanakan dalam rangka pemenuhan Strategi PPK Jangka Menengah Tahun 2012 – 2014.
Jika Aksi PPK 2014 disandingkan dengan Stranas PPK Jangka Menengah maka dengan mudah akan terlihat konsistensi antara keduanya. Bahkan, untuk beberapa aksi, kalimatnya hampir sama dengan yang digunakan oleh Stranas PPK. Misalnya, pada aksi nomor 129: “Optimalisasi Penghapusan dana offbudget, dan sumbangan dari pihak yang diberi bantuan keamanan serta publikasikan penerimaan hibah/bantuan dari pihak lain”, sementara pada Stranas PPK: “Pemantapan administrasi keuangan negara, termasuk penghapusan dana off-budget, dan mempublikasikan penerimaan hibah/bantuan/donor di badan publik dan partai politik”.
Apabila dicermati lebih dalam, rumusan Stranas PPK -baik jangka panjang dan jangka menengah- dirasakan terlalu teknis dan terjebak pada rumusan program ketimbang rumusan yang lebih strategis. Agenda pemberantasan korupsi membutuhkan grand design yang tidak hanya komprehensif, tetapi juga dirumus-kan secara sistematis sebagaimana perencanaan strategis model piramida.
Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya
Gambar 2.1: Analogi Piramida Turunan Visi ke Aksi
Dalam Stranas PPK jangka panjang, sudah dimulai rumusan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh K/L untuk setiap strateginya. Hal ini pun terulang kembali ketika merumuskan strategi jangka menengah. Pada akhirnya, tidak ada fleksibilitas dari K/L dalam merumuskan aksi PPK. Fleksibilitas dimaksudkan untuk membuka ruang inovasi dan terobosan bagi K/L dalam merumuskan aksi PPK yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik internal mereka.
Sebagai perbandingan adalah grand design Reformasi Birokrasi (RB) 2010-2025 yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010. Grand Design Reformasi Birokrasi memiliki visi “pemerintahan kelas dunia”, yang kemudian diturunkan ke dalam roadmap RB melalui Peraturan Menteri Penyadagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Durasi roadmap yang dilakukan selama lima tahun ini terbagi ke dalam tiga tingkat: makro, miso dan mikro. Roadmap inilah yang kemudian memberikan arahan kepada setiap K/L untuk melaksanakan RB. Apabila pada Stranas PPK “area tindakan”
terbagi ke dalam enam strategi (pencegahan, penegakan hukum,
dan sebagainya), maka pada Roadmap RB diistilahkan sebagai
“delapan area perubahan”.
Stranas PPK dapat diperkuat dengan mengadopsi model atau pendekatan perumusan grand design RB -meskipun baik dari sisi konten dan pendekatan implementasinya harus lebih baik dari pelaksanaan RB itu sendiri. Dengan demikian, upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi pada setiap K/L memiliki pola dan arah pergerakan yang kurang lebih sama, akan tetapi pada level teknis pelaksanaannya sangat tergantung dari kebutuhan dan karakteristik dari K/L tersebut.
Temuan dan Hasil Evaluasi
A. CAPAIAN AKSI STRANAS PADA SEKTOR PENEGAK HUKUM
B
ab ini akan mempresentasikan implementasi dan capaian serta dampak aksi Stranas pada sektor penegak hukum.Sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab II, setiap lembaga penegak hukum mempunyai penekanan strategi yang berbeda-beda. Misalnya Kepolisian, yang ditekankan pada dua strategi besar: pencegahan dan penindakan. Sedangkan untuk Kejaksaan hanya pada isu pencegahan.
Temuan faktual terkait kondisi dan pencapaian masing-masing Aksi Stranas di setiap lembaga pada tahun 2014, dapat dilihat dalam narasi di bawah ini.
1. Kepolisian Strategi Pencegahan
a. Aksi Nomor 6: Pelaksanaan Transparansi dan Akuntabilitas dalam Penanganan Perkara Berbasis Teknologi Informasi (TI) Terdapat tiga ukuran kriteria yang digunakan dalam men-capai keberhasilan aksi ini:
1) Tersedianya sistem penanganan perkara berbasis teknologi informasi di seluruh Polres sesuai Peraturan Kepala Kepolisian RI No. 14/2012;
2) Surat tanda terima laporan dan surat pemberitahuan perkembangan hasil penyelidikan/penyidikan (SP2HP)
Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya
dan penyidikan yang dapat diakses secara online oleh pelapor;
3) Dipublikasikannya dalam website status penanganan perkara yang menarik perhatian publik (perkara yang dimuat di media cetak nasional) termasuk, antara lain: inisial tersangka serta waktu dan tindakan terkait penanganan perkara (misal masih pemeriksaan saksi, kapan ditahan, kapan P19, kapan P21, dll)
Ukuran situs/website resmi Kepolisian yang diambil sebagai sampel adalah 10 kota besar di Indonesia (penduduk di atas 100 ribu jiwa) dengan penyebaran wilayah kepulauan secara merata, yaitu: Polda Metrojaya, Polrestabes Surabaya, Polrestabes Bandung, Poltabes Medan, Poltabes Palembang, Polrestabes Makassar, Polresta Samarinda, Polresta Banjarmasin, Polresta Manado dan Polres Jayapura.
Dari hasil pemantauan dengan cara mengunjungi situs resmi institusi Kepolisian di beberapa daerah tersebut diketahui bahwa sebagian besar (90%) institusi tersebut belum menyediakan sistem yang menjamin Surat Tanda Terima Laporan (STTL) dan Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) yang dapat diakses secara online oleh pelapor. Hanya Polda Metro Jaya yang memiliki situs online SP2HP yang dapat diakses oleh pelapor. Sedangkan sisanya, tidak memiliki situs SP2HP online.
Bahkan untuk Polresta Manado dan Polrestabes Surabaya, tidak punya website resmi. Jika pun ada institusi Kepolisian yang memiliki informasi, hanya berbentuk blog, seperti:
Polrestabes Bandung, Polrestabes Makkasar, Polresta Palembang (Pengecekan Terakhir 5 November 2015).
Gambar 3.1: Situs Polresta Palembang (Terakhir diakses 5 November 2015)
Gambar 3.2: Situs Polrestabes Bandung (terakhir diakses pada 5 November 2015)
Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya
Gambar 3.3: Situs Polrestabes Makassar (terakhir diakses pada 5 November 2015)
Ketika sistem yang diharapkan tidak tersedia, maka kriteria keberhasilan yang kedua: terkait dengan Surat Tanda Terima Laporan (STTL) dan Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) yang dapat diakses oleh pelapor, tentu saja tidak tersedia. Dari sepuluh sampel Polda/Polrestabes/Polresta yang diambil, hanya Polda Metrojaya yang memiliki sistem yang dapat diakses secara online oleh pelapor.
Gambar 3. 4: Situs Surat Tanda Terima Laporan dan Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) Polda Metrojaya
(terakhir diakses 5 November 2015)
Pada sisi lain, terkait dengan dipublikasikannya status penanganan perkara yang menarik perhatian publik di sepuluh sampel yang diambil -sebagaimana yang dimaksud oleh kriteria ketiga, diketahui bahwa hanya Polda Metrojaya yang telah melak-sanakannya. Itu pun dengan catatan, hanya memuat inisial tersangka dan waktu penanganan. Sedangkan tindakan lain yang terkait penanganan perkara seperti pemeriksaan saksi, kapan ditahan, kapan P19 dan P21, tidak ditemukan. Artinya, Polda Metro Jaya hanya meng-upload berita-berita pidana yang ditangani tanpa ada penjelasan lebih detil sejauh mana status hukum tersangka.
Kondisi lebih lengkap terkait dengan kondisi website seluruh sampel yang diambil terkait status penanganan perkara yang menarik perhatian publik di sepuluh sampel yang diambil dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.1: Kondisi Situs Kepolisian Terkait Status Penanganan Perkara yang Menarik Perhatian Publik
Institusi Kepolisian di Daerah
Kondisi Website
Polda Metrojaya Ada, namun hanya memuat inisial tersangka dan waktu penanganan. Sedangkan tindakan lain terkait penanganan perkara seperti pemeriksaan saksi, kapan ditahan, kapan P19 dan P21 tidak ditemukan.
Polrestabes Surabaya Tidak memiliki website
Polrestabes Bandung Secara umum bisa dikatakan tidak ada. Terakhir kasus yang dirilis pada 8 Februari 2013 terkait dengan prostitusi online.
Poltabes Medan Ada, tapi tidak update. Terakhir berita hanya pada bulan Maret. Kategori ada pun hanya dalam bentuk berita, tidak secara detil menginformasikan sejauh mana status tersangka.
Polrestabes Makassar Tidak ditemukan meski wujudnya hanya berbentuk blog.
Polresta Palembang Tidak ditemukan meski wujudnya hanya berbentuk blog.
Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya
Polresta Samarinda Ada, tapi tidak memadai. Sepanjang tahun 2015 hanya dua kasus yang dipublikasikan ke publik
Polresta Banjarmasin Ada, tapi sebatas pengumpulan informasi di media massa. Informasi yang terakhir diupdate pada 2 September. Sebelum dikunjungi terakhir kali (5 November), situs tersebut pernah diretas sehingga tidak berfungsi selama berbulan-bulan.
Polresta Manado Tidak memiliki website
Polres Jayapura Ada, namun hanya memuat inisial tersangka dan waktu penanganan. Sedangkan tindakan lain terkait penanganan perkara seperti pemeriksaan saksi, kapan ditahan, kapan P19 dan P21 tidak ditemukan.
b. Aksi Nomor 49: Optimalisasi Keterbukaan informasi dalam Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kepolisian Negara Republik Indonesia
Ukuran keberhasilan yang digunakan dalam aksi ini adalah terpublikasikannya informasi perolehan PNBP Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam situs resmi, yang terdiri dari:
1)
Jumlah seluruh PNBP yang diperoleh untuk setiap jenis layanan/denda;2) Jumlah PNBP yang sudah disetorkan ke kas Negara.
Dari hasil pemantauan yang dilakukan terhadap situs resmi seperti: http://www.kemenkeu.go.id; http://www.pajak.go.id;
http://www.humaspolri.go.id; http://www.perbendaharaan.
go.id; tidak di tem u kan satu pun informasi yang memuat PNBP yang diperoleh untuk setiap layanan/denda serta jumlah PNBP yang sudah disetorkan ke kas negara sebagaimana yang dimaksud oleh PP No 50 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Kepolisian Negara Republik Indonesia (PP Jenis dan Tarif PNPB Kepolisian)
Menurut PP Jenis dan Tarif PNPB Kepolisian, terdapat 12 item PBNP yang dapat dipungut oleh Kepolisian yaitu:
Tabel 3.2: Daftar PNBP yang Diterima Kepolisian
No Item PNBP Kepolisian
1. Penerbitan Surat Izin Mengemudi
2. Pelayanan Ujian Keterampilan Mengemudi Melalui Simulator 3. Penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan
4. Penerbitan Surat Tanda Coba Kendaraan 5. Penerbitan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor 6. Penerbitan Buku Pemilik Kendaran Bermotor 7. Penerbitan Surat Mutasi Kendaraan Ke Luar Daerah 8. Penerbitan Surat Izin Senjata Api dan Bahan Peledak 9. Penerbitan Surat Keterangan Catatan Kepolisian 10. Penerbitan Surat Keterangan Lapor Diri 11. Penerbitan Kartu Sidik Jari (Inafis Card) 12. Denda Pelanggaran Lalu Lintas
Dari keempat situs yang dicek tersebut, apabila publik ingin memperoleh informasi terkait PNBP yang diterima dan dikelola oleh Kepolisian, hanya bisa ditemukan di situs Kementerian Keuangan. Informasi itu pun hanya sebatas informasi makro penerimaan PNBP lainnya, sebagaimana yang termuat dalam Laporan Keuangan Kementerian Anggaran Tahun Anggaran 2014. Situs Kementerian Keuangan tersebut menyebutkan bahwa realisasi PNBP lainnya yang diterima oleh Negara sebesar Rp. 429.505.961.063. Apabila dibandingan dengan tahun sebelumnya (tahun 2013), terdapat penurunan penerimaan negara dari tahun sebelumnya (2013) sebesar Rp 520.913.047.356.
Sedangkan di situs Polri, Dirjen Pajak dan Perbendaharaan Negara, tidak ditemukan satu pun informasi mengenai PNBP
Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya
yang diterima Kepolisian. Bahkan dari pelacakan yang dilakukan, situs Dirjen Pajak pun sedang mengalami kerusakan (lihat gambar 5).
Gambar 3.5: Situs Dirjen Pajak (Diakses 5 November 2015) Dari penelusuran terhadap situs lain yang dilakukan, jika pun publik ingin mendapatkan informasi sejauh mana pengelolaan PNBP Polri, hal itu hanya dapat ditemukan dalam dokumen Nota Keuangan APBN 2014 -yang menyebutkan bahwa target penerimaan PNBP Polri tahun 2014 adalah 4,8 triliun. Itu pun dengan cara melihat satu persatu informasi yang terdapat di dalam website Kementerian Keuangan. Artinya, publik harus berusaha cukup keras dan teliti dalam mencari informasi di mana tidak semuanya mempunyai pemahaman yang cukup komprehensif terhadap siklus anggaran publik.
Gambar 3. 6: Dokumen Nota Keuangan APBN 2014 di Situs Kementerian Keuangan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterbukaan infor masi dalam pengelolaan PNBP Kepolisian yang dapat diakses publik sebenarnya tidak tersedia. Publik tidak pernah tahu sejauh mana penerimaan dan pengelolaan PNBP di Kepolisian secara memadai.
Gambar 3.7: Situs Resmi Polri (diakses 5 November 2015)
Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya
c. Aksi Nomor 90: Penyampaian Data dan Informasi terkait Perpajakan dari Kementerian, Lembaga dan Instansi Pemerintah Aksi Stranas PPK Nomor 90 ini mengamantkan Kepolisian untuk melakukan penyampaian data terkait perpajakan, di antaranya: data kepemilikan kendaraan bermotor, peralihan kepemilikan kendaraan bermotor, serta data lain yang berguna untuk peningkatan penerimaan pajak dalam bentuk data elektronik berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2012 tentang Pemberian dan Penghimpunan Data dan Informasi yang Berkaitan dengan Perpajakan kepada Kementerian Keuangan sebagai instansi terkait yang ditunjuk.
Ukuran keberhasilan aksi ini berupa kepatuhan dalam penyam paian data dan informasi perpajakan, di antaranya data kepemilikan kendaraan bermotor, peralihan kepemilikan kendaraan bermotor serta data lain yang berguna untuk peningkatan penerimaan pajak dalam bentuk data elektronik berdasarkan PP Nomor 31 Tahun 2012 tentang Pemberian dan Penghimpunan Data dan Informasi yang Berkaitan dengan Perpajakan.
Setelah melakukan penelusuran terhadap data terkait perpajakan seperti data kepemilikan kendaraan bermotor, peralihan kepemilikan kendaraan bermotor, serta data lain yang berguna untuk peningkatan penerimaan pajak dalam bentuk data elektronik dalam situs: http://www.kemenkeu.go.id/;
http://www.pajak.go.id/; http://polri.go.id/; dan http://www.
perbendaharaan.go.id/new/?pilih=login, tidaklah di te mukan informasi pada situs resmi lembaga negara tersebut.
Keempat situs tersebut hanya berisi informasi tentang:
• Layanan situs Kementerian Keuangan untuk individu/
profe sional/masyarakat umum serta informasi dan publikasi Ke men terian Keuangan Negara;
• Publikasi kegiatan Ditjen Perpajakan, penerimaan pajak, siaran pers, lelang barang sitaan perpajakan;
• Informasi publik, Pengaduan Masyarakat, Pelayanan SIM, Pelayanan SKCK, Pelayanan STNK dan publikasi kegiatan.
Penelusuran juga dilakukan pada situs resmi pengelola informasi dan dokumentasi lembaga Kepolisian di tautan http://
humas.polri.go.id/, namun tidak ditemukan juga data yang dimaksud atau data yang terkaitan dengan data dan informasi perpajakan tersebut.
Berdasarkan penelusuran di lapangan terkait aksi ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Penyampaian Data terkait Perpajakan di Kepolisian kepada Kementerian Keuangan yang berisi: data kepemilikan ken daraan bermotor, peralihan kepe mil-ikan kendaraan bermotor, serta data lain yang berguna untuk peningkatan penerimaan pajak dalam bentuk data elektronik berdasarkan PP Nomor 31 Tahun 2012 tentang Pemberian dan Penghimpunan Data dan Informasi yang Berkaitan dengan Perpajakan, tidak dilaksanakan dan tidak dipublikasikan.
2) Kepolisian tidak menjalankan kepatuhan dalam pe-nyam paian data dan informasi perpajakan sebagai kriteria keberhasilan atau outcome sebagaimana target oleh Inpres 2/2014.
d. Aksi Nomor 129: Optimalisasi Penghapusan Dana Off-budget, dan Sumbangan dari Pihak yang Diberi Bantuan Keamanan
d. Aksi Nomor 129: Optimalisasi Penghapusan Dana Off-budget, dan Sumbangan dari Pihak yang Diberi Bantuan Keamanan