• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEKAYAAN DAN KEWAJIBAN Bagian Pertama

Dalam dokumen BERITA DAERAH KOTA LHOKSEUMAWE (Halaman 48-52)

Pengelolaan Kas Umum Kota Pasal 161

Semua transaksi penerimaan dan pengeluaran Kota dilaksanakan melalui Rekening Kas Umum Kota.

Pasal 162

(1) Dalam rangka pengelolaan uang daerah, PPKD membuka rekening Kas Umum Kota pada bank yang ditentukan oleh Walikota.

(2) Dalam pelaksanaan operasional penerimaan dan pengeluaran Pemerintah daerah, Kuasa BUD dapat membuka rekening penerimaan dan rekening pengeluaran pada bank yang ditetapkan oleh Walikota.

(3) Rekening penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk menampung penerimaan Pemerintah daerah setiap hari.

(4) Saldo rekening penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setiap akhir hari kerja wajib disetorkan seluruhnya ke rekening Kas Umum Kota.

(5) Rekening pengeluaran pada bank sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diisi dengan dana yang bersumber dari rekening Kas Umum Kota.

(6) Jumlah dana yang disediakan pada rekening pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan rencana pengeluaran untuk membiayai kegiatan pemerintahan yang telah ditetapkan dalam APBK.

Pasal 163

(1) Pemerintah daerah berhak memperoleh bunga, bagi hasil dan/atau jasa giro atas dana yang disimpan pada bank umum dan/atau bank syari’ah berdasarkan tingkat suku bunga, bagi hasil dan/atau jasa giro yang berlaku.

(2) Bunga, bagi hasil dan/atau jasa giro yang diperoleh Pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pendapatan asli daerah.

Pasal 164

(1) Biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh bank umum dan/atau bank syari’ah didasarkan pada ketentuan yang berlaku pada bank umum dan/atau bank syari’ah yang bersangkutan.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada belanja Kota.

Bagian Kedua Pengelolaan Piutang Kota

Pasal 165

(1) Setiap pejabat yang diberi kuasa untuk mengelola pendapatan, belanja, dan kekayaan Pemerintah Kota wajib mengusahakan agar setiap piutang Pemerintah Kota diselesaikan seluruhnya dengan tepat waktu.

(2) Pemerintah Kota mempunyai hak mendahului atas piutang jenis tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Piutang Pemerintah Kota yang tidak dapat diselesaikan seluruhnya dan tepat waktu, diselesaikan menurut peraturan perundang-undangan.

(4) Penyelesaian piutang Pemerintah Kota sebagai akibat hubungan keperdataan diselesaikan sesuai dengan perjanjian atau dapat dilakukan melalui perdamaian, kecuali mengenai piutang kota yang cara penyelesaiannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Pasal 166

(1) Piutang Pemerintah Kota dapat dihapuskan secara mutlak atau bersyarat dari pembukuan sesuai dengan ketentuan mengenai penghapusan piutang negara dan daerah, kecuali mengenai piutang daerah yang cara penyelesaiannya dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. (2) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sepanjang menyangkut piutang Pemerintah

Kota, ditetapkan oleh:

a. Walikota untuk jumlah sampai dengan Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah);

b. Walikota dengan persetujuan DPRK untuk jumlah lebih dari Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).

Bagian Ketiga

Pengelolaan Investasi Kota Pasal 167

Pemerintah Kota dapat melakukan investasi jangka pendek dan jangka panjang untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya.

Pasal 168

(1) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (1) dan ayat (2) merupakan investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang.

(2) Investasi jangka panjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (3) dan ayat (4), merupakan investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua belas) bulan.

Pasal 169

(1) Investasi jangka panjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 168 ayat (2) terdiri dari investasi permanen dan non permanen.

(2) Investasi permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan tanpa ada niat untuk diperjualbelikan atau tidak ditarik kembali.

(3) Investasi non permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan atau ada niat untuk diperjual belikan atau ditarik kembali.

Pasal 170

Bagian Keempat

Pengelolaan Barang Milik Daerah Pasal 171

(1) Barang milik Pemerintah daerah diperoleh atas beban APBK dan perolehan lainnya yang sah. (2) Perolehan lainnya yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:

a. Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan/atau yang sejenis;

b. Barang yang diperoleh dari kontrak kerja sama, kontrak bagi hasil, dan kerja sama pemanfaatan barang milik Pemerintah Kota;

c. Barang yang diperoleh berdasarkan penetapan karena peraturan perundang-undangan; dan d. Barang yang diperoleh dari putusan pengadilan.

Pasal 172

(1) Pengelolaan barang Pemerintah daerah meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan terhadap barang yang mencakup perencanaan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pemeliharaan, penatausahaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan dan pengamanan.

(2) Pengelolaan barang Pemerintah daerah ditetapkan dengan Qanun dan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Bagian Kelima

Pengelolaan Dana Cadangan Pasal 173

(1) Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan untuk membiayai kebutuhan tertentu yang jumlahnya tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran.

(2) Pembentukan dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Qanun. (3) Qanun sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup penetapan tujuan, besaran, dan sumber

dana cadangan serta jenis program/kegiatan yang dibiayai dari dana cadangan tersebut.

(4) Penggunaan dana cadangan dalam satu tahun anggaran menjadi penerimaan pembiayaan APBK dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

Pasal 174

(1) Dana cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) ditempatkan pada rekening tersendiri yang dikelola oleh PPKD.

(2) Dalam hal dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum digunakan sesuai dengan peruntukannya, dana tersebut dapat ditempatkan dalam portofolio yang memberikan hasil tetap dengan resiko rendah.

(3) Hasil dari penempatan dalam portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menambah dana cadangan.

(4) Posisi dana cadangan dilaporkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan pertanggungjawaban APBK.

Pasal 175

Dana Cadangan bersumber dari :

a. Penyisihan sisa lebih atau bagian dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu; dan

b. Penyisihan atas penerimaan APBK, kecuali Dana Alokasi Khusus, pinjaman kota dan penerimaan lain yang penggunaannya telah ditetapkan untuk pengeluaran tertentu.

Pasal 176

(1) Batas jumlah dana cadangan yang disisihkan ditentukan sebagai berikut :

a. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun yang lalu dapat dilakukan setinggi-tingginya 100% (seratus persen) sesuai dengan kebutuhan sepanjang tidak mengganggu anggaran tahun berjalan terutama untuk membiayai defisit anggaran;

b. Penerimaan APBK dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan sepanjang tidak mengganggu kebutuhan Anggaran Belanja.

(2) Pembentukan dana cadangan dapat dilakukan terus menerus setiap tahun sesuai dengan kebutuhan pada pengeluaran Anggaran Pembiayaan dari APBK.

Pasal 177

(1) Pengelolaan dana cadangan dilakukan oleh Kuasa BUD dan ditempatkan pada rekening tersendiri.

(2) Dalam hal dana cadangan belum dipergunakan sesuai dengan peruntukannya, dana cadangan tersebut dapat ditempatkan dalam portofolio/deposito pada bank pemerintah atau investasi kota yang memberikan hasil kompetitif dengan resiko rendah.

(3) Hasil dari penempatan dana cadangan pada portofolio/investasi seperti yang dimaksud pada ayat (2) menambah dana cadangan.

Pasal 178

(1) Dana cadangan dapat digunakan untuk membiayai program dan kegiatan yang dimuat dalam RKPD yang terdapat pada RPJMD yang jumlah dananya relatif besar dan tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran.

(2) Penggunaan dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam satu tahun anggaran menjadi sumber penerimaan pembiayaan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

(3) Posisi dana cadangan setiap tahun dilaporkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Pertanggungjawaban Perhitungan APBK.

Bagian Keenam Pengelolaan Pinjaman

Pasal 179

(1) Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman yang merupakan alternatif sumber pembiayaan APBK dan/atau untuk menutup kekurangan kas

(2) Pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk membiayai kegiatan yang merupakan inisiatif dan kewenangan Pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal 180

(1) Jenis pinjaman terdiri dari : a. Pinjaman jangka pendek;

b. Pinjaman jangka menengah ; dan c. Pinjaman jangka panjang.

(2) Pinjaman digunakan untuk membiayai kegiatan yang merupakan inisiatif dan kewenangan kota berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(3) Pinjaman jangka panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan pinjaman dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok, bunga, dan biaya lain seluruhnya harus dilunasi pada tahun-tahun anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan.

Pasal 181

(1) Batas maksimal kumulatif pinjaman Pemerintah Kota tidak melebihi 60% (enam puluh persen) dari Produk Domestik Bruto tahun bersangkutan.

(2) Pinjaman dapat bersumber dari : a. Pemerintah;

b. Pemerintah Daerah lain;

c. Lembaga keuangan bank yang berbadan hukum di Indonesia, dan mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah negara Republik Indonesia;

d. Lembaga keuangan bukan bank yang berbadan hukum Indonesia dan mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah negara Republik Indonesia;

e. Penerbitan obligasi kota; dan f. Masyarakat.

Pasal 182

(1) Persyaratan yang harus dipenuhi dalam melakukan pinjaman jangka pendek adalah sebagai berikut :

(2) Kegiatan yang akan dibiayai dari pinjaman jangka pendek telah dianggarkan dalam APBK tahun bersangkutan;

(3) Kegiatan sebagaiman dimaksud pada huruf a merupakan kegiatan bersifat mendesak dan tidak dapat ditunda; dan

(4) Persyaratan lainnya yang dipersyaratkan oleh calon pemberi pinjaman.

Pasal 183

Dalam hal Pemerintah daerah akan melakukan pinjaman jangka menengah atau jangka panjang, wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Jumlah sisa pinjaman Pemerintah daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum APBK tahun sebelumnya; b. Rasio proyeksi kemampuan keuangan Pemerintah daerah untuk mengembalikan pinjaman paling

sedikit 2,5 (dua koma lima);

c. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang berasal dari Pemerintah; d. Mendapat persetujuan DPRK; dan

e. Pengaturan lebih lanjut tentang pinjaman Pemerintah daerah diatur dan ditetapkan melalui Peraturan Walikota.

BAB XII

PENGAWASAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Dalam dokumen BERITA DAERAH KOTA LHOKSEUMAWE (Halaman 48-52)

Dokumen terkait