• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan tekanan fisik yang mengakibatkan sakit atau tidak nyaman dengan dalih untuk memberikan motivasi, mendisiplinkan, mengontrol atau mendidik anak. Di sekolah, hal ini meliputi, hukuman fisik, metode dalam mengelola kelas dan membuat anak mau belajar.

Apa:

Hal berikut dapat dkategorikan sebagai kekerasan:  Memukul dengan tongkat

 Mencubit/menjewer telinga  Duduk di lantai

 Jongkok di lantai  Push up

 Menyuruh anak memukul anak yang lain  Duduk di lantai luar kelas

 Memukul wajah  Memukul kepala  Meninju

 Kerja fisik

 Memukul dengan sabuk

Mengapa:

Guru menggunakan kekerasan: untuk membuat anak belajar  Untuk menegakan disiplin di kelas

 Untuk menghukum anak karena perilaku buruk (bila mereka tidak melakukan sesuatu, bila mereka memukul anak lain, bila mereka tertawa atau berbicara)  Bila mereka tidak mengerjakan tugas rumah

 Karena tidak menghiraukan guru  Ketika anak tidak dapat menjawab  Karena gagal dalam tugas atau ujian

 Berbicara dengan sesama siswa dalam kelas  Telat masuk kelas

 Mengajari salah dan benar

 Agar anak menghormati orang yang lebih tua  Agar anak paham bahwa hidup itu sulit  Ketika saya tertekan dan lelah

 Agar anak cepat patuh

 Agar anak berbuat lebih baik di kelas

 Ketika anak bermasalah dan hanya menurut dengan cara kekerasan  Karena diminta oleh orang tua siswa

Efektifitas:

Menurut pesan dari siswa, kekerasan tidak berjalan sebagaimana diharapkan oleh para guru.

 Hal berikut tidak membuat anak menghormati orang dewasa  Hal berikut tidak dapat membuat anak termotivasi untuk belajar:  Hal yang bisa menyebabkan siswa bolos dan akhirnya putus sekolah

Hal berikut tidak mengajarkan kecakapan hidup yang benar pada siswa

Situasi hukum yang berlaku:

Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak ke dalam UU no 23 Tahun 2002. Hal ini berarti Indonesia harus melakukan penyesuaian untuk melindungi Konvensi Hak Anak. Isi konstitusi sangat jelas bahwa segala jenis kekerasan denga dalih apapun tidak dapat dibenarkan dan merupakan pelanggarana terhadap hukum. Oleh sebab itu, siapapun termasuk pemerintah dapat melakukan kekerasan pada remaja atau anak. Tidak hanya kekerasan memiliki dampak negatif dan panjang, namun juga melawan hukum internasional maupun nasional:

Konvensi PBB tentang Hak Anak

Pasal 19

Konvensi ini ditujukan untuk “mengambil langkah-langkah yang perlu baik secara hukum, administratif, sosial dan aspek pendidikan untuk melindungi anak dari segala bentuk kekerasan fisik dan mental, cedera atau penyiksaan, keteledoran atau salah asuh dan eksploitasi”

Pasal 28

Sehubungan dengan disiplin sekolah ditegaskan bahwa ‘disiplin sekolah dikelola menyesuaikan dengan harga diri anak dan sejalan dengan semangat dari konvensi’.

S

Seessii 44

B

Baaggaaiimmaannaa GGuurruu DDaappaatt LLeebbiihh MMeennddoorroonngg

P

Peennggeemmbbaannggaann PPootteennssii IInnddiivviidduu??

P

Peennddaahhuulluuaann

Seperti yang anda lihat di Sesi 1, Departemen Pendidikan Nasional mempertimbangkan bahwa sebagai satu upaya untuk menjadi guru yang lebih baik adalah dengan “bertindak obyektif dan tidak melakukan diskriminasi gender, agama, suku, ras, kondisi fisik atau latar belakang sosial ekonomi dari siswa.” (Undang-Undang Guru tahun 2005 pasal 9(e)) dan untuk mendorong pengembangan potensi optimal individu dari masing-masing siswa. Sebelum anda dapat melakukan hal ini, perlu bagi anda, para guru, untuk dapat mengerti apa maksud dari pesan tersebut dan mengerti cara-cara yang dapat diterapkan untuk mendorong golongan generasi muda untuk mencapai hal tersebut.

Meraih potensi optimal individu berarti bahwa setiap orang hendaknya dapat memperoleh setiap kesempatan untuk menjadi yang terbaik dan mereka dapat mencapai apapun yang mereka inginkan dalam hidup mereka, belajar dan bekerja dan mereka tidak dibatasi dalam hal apapun sehingga dapat menjadi dan mencapai yang terbaik. “Individu” merupakan satu kata yang sangat penting. Seperti yang anda lihat di sesi dua, orang-orang, termasuk anak-anak dan generasi muda – tidak ada satupun yang serupa. Setiap orang memiliki sifat unik, dengan pengalaman, kebutuhan, kemampuan dan ketertarikan yang berbeda sehingga sebagai konsekuensinya, setiap orang memiliki potensi yang berbeda dan pemahaman yang berbeda mengenai “yang terbaik” bagi masa depan mereka.

Sistem pendidikan yang bagus akan membantu setiap siswa untuk menyadari dan mengembangkan potensi individu mereka masing-masing. Sekolah yang bagus tidak akan memberikan pembatasan atau mendiskriminasikan siapapun, akan tetapi justru mendorong dan mendukung mereka untuk mengembangkan keterampilan yang lebih luas dan berimbang sehingga mereka dapat mengambil keuntungan dari setiap pilihan dan kesempatan yang berbeda yang mereka temui untuk masa depan mereka. Seorang guru yang bagus akan memberikan kesempatan yang sama kepada para siswa di kelas mereka untuk mengembangkan keterampilan, kapasitas dan tingkah laku mereka yang diperlukan untuk mengenali dan mengembangkan kemampuan khusus mereka sehingga mereka dapat menjadi yang terbaik bagi mereka.

Kita tentunya mengerti bahwa ada banyak sekali generasi muda di Indonesia, yang tidak memiliki kesempatan untuk mencapai potensi optimal mereka karena mereka

tidak dapat bersekolah.13 Akan tetapi, tidak semua orang mengetahui bahwa ada banyak sekali generasi muda yang telah memiliki kesempatan untuk bersekolah namun tidak memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi optimal individu mereka karena satu dan lain hal atau karena ada guru yang tidak memberikan kesempatan yang sama untuk belajar sehingga mereka tidak memiliki keuntungan dan kesempatan untuk berpartisipasi secara penuh dan adil dengan yang lainnya dalam proses belajar pembelajaran.

Salah satu bagian dari Proses Belajar Pembelajaran yang Lebih Baik untuk Pendidikan Keterampilan Hidup (Better Teaching and Learning for Life Skills Education) adalah agar para guru dapat menyadari pentingnya memberikan kesempatan yang sama untuk belajar, sehingga mereka memiliki kesempatan untuk meraih potensi optimal individu masing-masing.

Meskipun demikian, adalah penting untuk mengerti bahwa kesempatan yang sama tidak dapat diciptakan apabila setiap guru memperlakukan seluruh siswa secara sama. Kepada sebagian siswa, guru perlu memberikan perlakukan khusus untuk memastikan bahwa siswa tersebut memiliki kesempatan yang sama dengan yang lain. Para guru perlu untuk memperlakukan siswa secara sama di mana pada saat bersamaan menyadari dan mengenali identitas individu mereka masing-masing sehingga bisa membantu siswa untuk dapat mencapai potensi optimalnya sebagai individu. Hal ini bukanlah hal yang mudah, namun sesi ini akan berusaha untuk dapat membantu anda memulai melakukan hal tersebut.

T

Tuujjuuaann ddaann HHaassiill BBeellaajjaarr

Tujuan dari sesi ini adalah untuk mendukung para peserta guna mengembangkan lebih jauh kompetensi pedagogik inti Enam “Mendorong dan memfasilitasi pengembangan potensi siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang mereka miliki” terkait dengan kesempatan belajar di kelas (6.1. dan 6.2) dan guna mengembangkan kemampuan memenuhi standar perilaku guru untuk berperan dalam “pengembangan obyektif dan tanpa diskriminasi gender, agama, etnsi, ras, kondisi fisik atau latar belakang sosial ekonomi dari pada siswa.” Dalam sesi ini, para peserta akan mempelajari pentingnya menyediakan kesempatan secara adil kepada siswa di kelas. Para peserta akan mengenali berbagai hambatan yang dihadapi oleh para siswa untuk berpartisipasi secara seimbang dalam proses belajar pembelajaran dan untuk melihat lebih detail salah satu hambatan yang paling banyak dihadapi (gender). Para peserta akan mempelajari apa yang dapat mereka lakukan untuk memastikan bahwa para siswa di kelas mereka memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dan untuk mencapai potensi optimal individu mereka masing-masing. Pada akhir sesi ini, para peserta diharapkan dapat:

13DBE3 menyampaikan hal ini melalui program pencegahan drop-out dan mengembangkan komponen pendidikan non formal dalam proyek

Menjelaskan mengenai konsep potensi optimal individu dan mengapa hal tersebut penting dan bagaimana setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi penuh dalam proses belajar mengajar di kelas.

Mengidentifikasikan beberapa alasan yang berbeda mengapa para siswa tidak memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam proses belajar mengajar di kelas.

Menjelaskan kenapa kepada beberapa siswa tertentu, para guru harus mengambil suatu langkah khusus untuk memastikan tersedianya kesempatan yang sama bagi para siswa untuk belajar.

Menganalisa berbagai asumsi mereka dan harapan mereka mengenai peran dan tingkah laku siswa laki-laki dan perempuan.

Mendiskusikan beberapa budaya dan praktek-praktek yang ada di sekolah yang mugkin berpengaruh terhadap ketidaksamaan kesempatan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam proses belajar pembelajaran di sekolah.

Menggunakan beberapa strategi nyata untuk memastikan bahwa siswa laki-laki dan perempuan dapat berpartisipasi sama dalam proses belajar pembelajaran untuk mengembangkan potensi optimal individu mereka.

PPeerrttaannyyaaaann KKuunnccii

Mengapa perlu ada kesempatan yang sama bagi semua siswa untuk mengembangkan potensi optimal individu mereka masing-masing?

Alasan-alasan apa sajakah yang menjadi latar belakang kenapa beberapa siswa di Indonesia tidak dapat berpartisipasi secara sama dalam proses belajar pembelajaran di sekolah, sehingga mereka tidak dapat mengembangkan potensi optimal individu mereka?

Apakah asumsi dasar mengenai peran dan perilaku laki-laki dan perempuan di Indonesia dan dampak apakah yang ditimbulkan oleh asumsi tersebut bagi partisipasi mereka dalam proses belajar pembelajaran di sekolah?

Apa yang dapat dilakukan oleh para guru untuk memastikan bahwa baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk belajar di sekolah dan mencapai potensi optimal individu mereka di sekolah?

PPeettuunnjjuukk UUmmuumm

Konsep-konsep mengenai kesempatan yang sama dan gender merupakan satu hal yang sangat menantang untuk diperkenalkan dan mungkin merupakan suatu hal yang baru bagi anda. Berbagai catatan dan informasi, sebanyak mungkin, telah dimasukkan sebagai Modul bagi anda di seluruh sesi. Oleh karena itu, penting bagi anda untuk membaca keseluruhan sesi ini termasuk seluruh catatan tambahan secara seksama sebelum anda memberikan pelatihan.

Anda juga dapat mempersiapkan diri anda untuk menjawab setiap pertanyaan dari para peserta dengan menemukan dan membaca beberapa dokumen yang

Jika ada gagasan atau konsep yang tidak anda mengerti atau anda merasa bahwa anda tidak yakin untuk menyampaikannya, anda harus memastikan bahwa anda mengklarifikasi konsep tersebut sebelum anda melanjutkan.

Isu gender dapat menjadi suatu isu sensitif untuk dibahas. Anda perlu memastikan dulu dan menjelaskan kepada para peserta bahwa sesi ini tidak memfokuskan diri pada kebenaran asumsi peran gender di Indonesia, dan apakah konsep tersebut perlu diubah; namun sesi ini lebih kepada suatu upaya untuk memastikan bahwa semua siswa, terlepas dari karakter mereka, memiliki suatu kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam belajar dengan tujuan untuk mencapai potensi optimal mereka. Gender dimasukkan sebagai salah satu contoh di mana kesempatan yang setara bisa dipungkiri karena hal tersebut merupakan isu yang paling umum dan paling banyak dihadapi oleh para guru di seluruh dunia.

Bagaimanapun juga, apabila ada suatu konsep yang membuat anda tidak nyaman karena alasan-alasan pribadi, budaya maupun agama, atau anda merasa bahwa anda akan membuat sebagian besar peserta menjadi tidak nyaman, anda harus memikirkan suatu cara agar sesi ini dapat diterapkan atau mungkin memusatkan perhatian pada satu persatu isu.

Sebagai contoh, anda dapat membahas isu bagaimana kemiskinan dapat mempengaruhi kesempatan para generasi muda untuk berpartisipasi dalam proses belajar di kelas.

Sumber dan Bahan

Handout 4.1, 4.2, 4.3, 4.4 dan 4.5 Flipchart, pena dan isolasi

WWaakkttuu

Sesi ini memerlukan waktu paling sedikit 120 menit.

I

ICCTT

Penggunaan TIK dalam sesi ini tidak wajib dan tergantung pada perlengkapan yang tersedia. Beberapa kemungkinan adalah:

LCD dan Laptop untuk presentasi

D

Daaffttaarr KKaattaa--kkaattaa

Ada beberapa terminologi yang sangat spesifik yang digunakan ketika kita membahas Gender dalam bidang Pendidikan. Berikut ini adalah beberapa istilah dan

definisi yang akan membantu Anda dan Adna dapat memberikannya pada para peserta bila perlu.

Equity (kesetaraan): Bersikap adil dan tidak berpihak. Contoh. Gender equity berarti segala hal adalah adil dan tidak berpihak untuk laki-laki dan perempuan sama

Equality (kesamaan hak): Memastikan bahwa segala sesuatu adalah sama. Contoh. Equality of Opportunities berarti memastikan bahwa semua orang mempunyai kesempatan yang sama. Namun, hal ini tidak selalu mengarah pada gender parity.

Parity (Keseimbangan): Berarti sesuatu yang seimbang. Contoh. Gender Parity berarti laki-laki dan perempuan adalah sama.

Gender Parity Index (GPI) menampilkan rasio dari laki-laki ke perempuan di segala bidang. Nilai GPI 1 menandakan terjadi keseimbangan antara laki-laki dan perempuan. Jika nilainya antara 0 dan 1 (contoh: 0.72) menandakan ketidakadilan pada laki-laki. Sebaliknya jika nilai GPI lebih dari 1 (contoh: 1.2) menandakan ketidakadilan bagi perempuan

Gender Sensitive (Sensitif Gender): Menjadi sensitive dalam melibatkan laki-laki dan perempuan dalam cara yang positif

Stereotype: Sebuah ide mengenai seseorang yang belum matang atau terlalu disederhanakan dikarenakan beberapa dari karakter mereka

Bias: Bersikap baik atau tidak baik pada seseorang seringkali karena karakteristik tertentu atau stereotype.

Diskriminasi: Memperlakukan orang dengan cara yang berbeda karena karakteristik tertentu (contoh: gender, usia, ras, kelompok budaya)

Exclusion (pengucilan): Ketika seseorang dilarang melakukan sesuatu. Pengucilan Pendidikan berarti seseorang dilarang berpartisipasi dalam pendidikan

Inclusion (pemasukan): Ketika seseorang diberikan akses untuk pada pembelajaran

RRiinnggkkaassaann SSeessii

E

Enneerrggiizzeerr

Beberapa energizer di bawah ini terkait dengan tema sesi ini. Energizer berikut memperkenalkan peserta pada peran dan harapan dari isu gender. Anda dapat menggunakannya pada awal sesi jika para peserta membutuhkannya. Bacakanlah cerita di bawah ini kepada peserta. Tanyalah mereka untuk menjawab pertanyaan yang mengikutinya: hal ini sebaiknya dilakukan tidak lebih dari lima menit.

Seorang Bapak dan putranya sedang berkendara pulang setelah melewatkan malam bersama dengan menonton pertandingan olahraga. Jalanan sangat licin, dan dalam waktu berikutnya terjadi tabrakan dan sang Bapak meninggal seketika. Putra Bapak tersebut mengalami luka parah dan dibawa ke rumah sakit oleh tim medis. Seorang dokter bedah yang diberikan tugas untuk menangani pasien tersebut kemudian melihat anak muda tersebut. Dia langsung bereaksi secara emosional:” Saya tidak bisa melakukan operasi ini. Dia adalah putra saya!”

I

ntroduction 5 menit Fasilitator memaparkan tema, tujuan dan hasil yang diharapkan dari para peserta.

C

onnection 35 menit Peserta dalam kelompok membahas mengenai isu pembatasan kesempatan dalam pendidikan – khususnya gender – di Indonesia.

A

pplication 65 menit Peserta dalam kelompok membahas asumsi gender dalam masyarakat dan bagaimana asumsi tersebut dapat mempengaruhi kesempatan yang sama bagi laki-laki dan perempuan di kelas dan sekolah. Para peserta akan mencoba menerapkan beberapa strategi nyata untuk menghadapi masalah tersebut.

R

eflection 15 menit Peserta merangkum pelajaran dari sesi ini dan menuliskannya dalam jurnal refleksi mereka.

E

xtension Peserta mencoba untuk mempraktekkan strategi tersebut di sekolah dan menuliskan laporan singkat dalam jurnal refleksi pembelajaran mereka.

Jawaban: Dokter tersebut adalah seorang perempuan dan ibu dari anak yang terluka dalam kecelakaan itu. Diskusikan alasan-alasan kenapa para peserta

mengasumsikan bahwa dokter tersebut adalah seorang laki-laki.

Perincian Langkah-langkah Kegiatan