• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II RUANG LINGKUP TERJADINYA KEKERASAN TERHADAP

C. Kekerasan Terhadap Anak dalam Lembaga Pendidikan Sekolah

Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan ini terbagi atas 5 Kecamatan dan 54 Kelurahan/Desa. Di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Sekolah Dasar Negeri (SDN) terdapat 172 sekolah dengan jumlah murid 36.717 orang dan guru 1.923 orang.

Pada penulisan skripsi ini dilakukan penelitian pada tiga Sekolah Dasar Negeri di tiga kecamatan yang berbeda yaitu Sekolah Dasar Negeri No.117874

76 Pasal 40 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Kecamatan Kotapinang, Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba dan Sekolah Dasar Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan.

Di Sekolah Dasar Negeri No. 117874 Kecamatan Kotapinang terdapat 13 orang tenaga pendidik dan kependidikan yang terdiri dari 77 :

a. Kepala Sekolah : 1 orang b. Guru Kelas : 9 orang c. Guru Agama Islam : 1 orang d. Guru Agama Kristen : 0 orang e. Guru Penjas : 1 orang f. Guru Bahasa Inggris : 1 orang

g. TU : 0 Orang

h. Penjaga Sekolah : 0 Orang

Tabel 4

Jumlah Siswa pada Sekolah Dasar Negeri No.117874 Kecamatan Kotapinang

Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah Jumlah Kelas

I 31 21 52 2 kelas II 18 18 36 1 kelas III 23 18 41 1 kelas IV 22 25 47 2 kelas V 25 14 39 1 kelas 77

Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No.117874 Kecamatan Kotapinang pada Bulan Desember 2015.

VI 24 21 45 2 kelas

Jumlah 143 117 260 9 kelas

Sumber : Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No.117874 Kecamatan Kotapinang pada Bulan Desember 2015

Di Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba terdapat 5 orang tenaga pendidik dan kependidikan yang terdiri dari78 :

a. Kepala Sekolah : 1 orang b. Guru Kelas : 3 orang c. Guru Agama Islam : 1 orang d. Guru Agama Kristen : 0 orang e. Guru Penjas : 0 orang f. Guru Bahasa Inggris : 0 orang

g. TU : 0 Orang

h. Penjaga Sekolah : 0 Orang

Tabel 5

Jumlah siswa pada Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba

78

Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba pada Bulan Desember 2015

Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah Jumlah Kelas

I 18 22 40 1 kelas

II 14 12 26 1 kelas

Sumber : Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba pada Bulan Desember 2015

Di Sekolah Dasar Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan terdapat 15 orang tenaga pendidik dan kependidikan yang terdiri dari79 :

a. Kepala Sekolah : 1 orang b. Guru Kelas : 9 orang c. Guru Agama Islam : 2 orang d. Guru Agama Kristen : 0 orang e. Guru Penjas : 1 orang f. Guru Bahasa Inggris : 0 orang

g. TU : 1 Orang

h. Penjaga Sekolah : 1 Orang

Tabel 6

Jumlah siswa pada Sekolah Dasar Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan

79

Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan pada Bulan Desember 2015

IV 13 16 29 1 kelas

V 20 16 36 1 kelas

VI 17 13 30 1 kelas

Jumlah 106 94 205 6 kelas

Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah Jumlah Kelas

I 29 26 55 2 kelas

Sumber : Laporan Bulanan Sekolah Dasar Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan pada Bulan Desember 2015

1. Bentuk Kekerasan Terhadap Anak dalam Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Kekerasan terhadap anak yang terjadi di lingkungan sekolah dapat dilakukan oleh siapa saja, mulai dari kepala sekolah, guru, pembina sekolah, karyawan ataupun antar siswa. Bentuk-bentuk dari tindak kekerasan tersebut pun berbeda-beda.

Bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan kepala sekolah, guru, pembina sekolah, dan karyawan antara lain memukul dengan tangan kosong atau dengan benda tumpul seperti penggaris, melempar dengan penghapus, mencubit, menampar, mencekik, menyundut rokok, memarahi dengan ancaman kekerasan, menghukum berdiri dengan satu kaki di depan kelas, berlari mengelilingi lapangan, menjemur murid di lapangan sambil menghormat bendera merah putih, pelecehan seksual, serangan seksual, pembujukan untuk persetubuhan hingga perkosaan dan lain-lain. Mencakup juga kekerasan psikis seperti diskriminasi terhadap murid yang mengakibatkan murid mengalami kerugian, baik materiil maupun moril sehingga menghambat fungsi sosialnya ; atau penelantaran terhadap

III 28 19 47 2 kelas

IV 24 16 40 2 kelas

V 19 14 33 1 kelas

VI 9 18 27 1 kelas

murid mengalami penderitaan mental ataupun sosial. Diskriminasi bisa berupa diskriminasi terhadap suku, agama, kepercayaan, golongan, ras, dan status sosial (pembedaan murid keluarga berada dan murid dari keluarga tidak berada) 80

Sedangkan kekerasan yang dilakukan oleh siswa kepada siswa lainnya biasanya disebut dengan istilah bullying. Bullying adalah perilaku agresif dan menekan dari seorang yang lebih dominan terhadap orang yang lebih lemah dimana seorang siswa atau lebih secara terus menerus melakukan tindakan yang menyebabkan siswa lain menderita.81

Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah ini dapat berbentuk antaralain. Pertama, secara fisik, memukul, menendang, mengambil milik orang lain. Kedua, secara verbal mengolok-olok nama siswa lain, menghina, mengucapkan kata-kata yang menyinggung. Ketiga, secara tidak langsung menyebarkan cerita bohong, mengucilkan, menjadikan siswa tertentu sebagai target humor yang menyakitkan, mengirim pesan pendek atau surat yang keji. Mengolok-ngolok nama merupakan hal yang paling umum karena cirri-ciri fisik siswa, suku, etnis, warna kulit dan lain-lain.82

Menurut psikolog Andrew Mellor, bullying adalah pengalaman yang terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain dan ia takut apabila perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi sedangkan korban merasa tidak berdaya untuk mencegahnya. Bullying tidak terlepas dari adanya kesenjangan power atau kekuatan antara korban dan pelaku serta diikuti pola repetisi

80 Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi DKI Jakarta,Op.Cit,hlm.14-15

81 Ibid. 82

(pengulangan perilaku) . Lebih lanjut, Andrew Mellor menjelaskan bahwa ada beberapa jenis bullying, yakni83 :

a. Bullying fisik, yaitu jenis bullying yang melibatkan kontak fisik antara pelaku

dan korban. Perilaku yang termasuk, antara lain : memukul, menendang, meludahi, mencekik, melukai menggunakan benda, memaksa korban melakukan aktivitas fisik tertentu, menjambak, merusak benda milik korban, dan lain-lain. Bullying fisik adalah jenis yang paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi dibandingkan bullying jenis lainnya

b. Bullying Verbal, melibatkan bahasa verbal yang bertujuan menyakiti hati

seseorang. Perilaku yang termasuk , antara lain : mengejek, memberi nama julukan yang tidak pantas, memfitnah, pernyataan seksual yang melecehkan, meneror, dan lain-lain. Kasus bullying verbal termasuk jenis bullying yang sering terjadi dalam keseharian namun seringkali tidak disadari.

c. Bullying relasi sosial adalah jenis bullying yang bertujuan menolak dan

memutus relasi sosial korban dengan orang lain, meliputi pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Contoh bullying sosial antara lain : menyebarkan rumor, mempermalukan seseorang di depan umum, menghasut untuk menjauhi seseorang, menertawakan, menghancurkan reputasi seseorang, meengggunakan bahasa tubuh yang merendahkan, mengakhiri hubungan tanpa alasan dan lain-lain. d. Bullying Elektronik, merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan

melalui media elektronik seperti komputer, handphone, internet, website,

83

http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-bullying-dan-pendidikan-karakter/ ,diakses pada tanggal 16 januari 2016 pukul 15.50 WIB

chatting room, e-mail, SMS dan lain-lain. Perilaku yang termasuk, antara lain : menggunakan tulisan, gambar dan video yang bertujuan untuk mengintimidasi, menakuti, dan menyakiti korban. Contoh cyber bullying yaitu bullying lewat internet.

Menurut Sullivan, bullying terbagi menjadi dua bentuk, yaitu secara fisik maupun non-fisik. Bullying secara fisik contohnya seperti memukul , menendang, meninju, menggigit, menarik, menjambak rambut, mencakar, meludahi, maupun merusak barang-barang milik korban. Bullying secara fisik ini sangat mudah diidentifikasi. 84

Untuk bulliying non-fisik terbagi menjadi dua yaitu secara verbal maupun

non-verbal. Bullying secara verbal contohnya mengancam , memeras,

berkata-kata keji, dan memanggil-manggil dengan sebutan meledek, berberkata-kata-berkata-kata menekan, menggosip, ataupun menyebarluaskan aib si korban. Sedangkan

bullying non-verbal contohnya cukup banyak, baik yang dilakukan secara

langsung maupun tidak langsung. Kalau secara langsung contohnya hampir sama dendan bullying secara fisik tapi lebih kepada tindakan mengancam dengan tatapan mata, menunjuk-nunjuk atau menghantam benda-benda agar si korban merasa takut. Bulliying non-verbal yang tidak langsung dapat berupa mengucilkan seseorang dari pergaulan, mengirimkan pesan menghasut, berlaku curang atau melakukan tindakan manipulasi secara sembunyi-sembunyi mengenai hal yang berkaitan dengan diri si korban. 85

84 Paresma Elvigro, Secangkir Kopi Bully, Jakarta : PT.Alex Media Komputindo,2014,hlm.4

85 Ibid.

School Bulliying atau kekerasan di sekolah dikelompokkan ke dalam lima kategori yaitu sebagai berikut 86:

a. Kontak Fisik Langsung (memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain).

b. Kontak verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan, meengganggu, memberi panggilan nama, sarkasme, merendahkan, mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip).

c. Perilaku non-verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, megejek, atau mengancam ; biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal).

d. Perilaku non-verbal tidak laangsung (mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirim surat kaleng).

Untuk mengetahui lebih rinci mengenai bentuk-bentuk kekerasan pada anak ataupun bullying yang terjadi dalam lingkungan sekolah khususnya pada tingkat sekolah dasar, dilakukan penelitian dengan melakukan wawancara dengan pertanyaan yang sama pada tiap-tiap kepada kepala sekolah pada tiga sekolah dasar yang berada di tiga kecamatan yang berbeda di kabupaten labuhanbatu selatan yang hasil wawancaranya menyebutkan sebagai berikut :

86

Nurani Soyomukti, Teori-Teori Pendidikan Dari Tradisional, (Neo) Liberal,

Sekolah yang pertama kali penulis datangi adalah Sekolah Dasar Negeri Nomor 117874 Kecamatan Kotapinang. Di sekolah ini tindak kekerasan yang dialami oleh siswa diketahui oleh Kepala Sekolah melalui laporan wali kelas, siswa dan laporan orang tua siswa.

Laporan yang sering diadukan oleh orang tua siswa biasanya karena anaknya mengeluh karena dijahili temannya di sekolah. Wali kelas juga melaporkan kepada kepala sekolah apabila persoalan anak tersebut tidak lagi bisa ditangani oleh wali kelas.

Bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan oleh siswa di Sekolah Dasar Negeri No. 117874 Kecamatan Kotapinang berupa kekerasan fisik dan kekerasan psikis. Kekerasan fisik berupa : saling dorong hingga terjatuh, lempar melempar, memukul memakai tali seperti kuda kepang, dan menyingkap rok anak perempuan. Kekerasan psikis seperti mengejek status sosial eknomi anak yang lebih rendah dan mengucilkan siswa lain dari pertemanan.87

Sama seperti sekolah sebelumnya, penulis juga melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah Sekolah Dasar Negeri No.112227 Kecamatan Torgamba. Kepala sekolah juga mengetahui adanya tindak kekerasan yang terjadi melalui wali kelas maupun orang tua siswa yang mengadu secara langsung.

Di Sekolah Dasar Negeri No.112227 Kecamatan Torgamba, kekerasan yang terjadi di kalangan para siswa umumnya berupa kekerasan fisik seperti mengganggu anak lain ketika jam istirahat dan kadang anak laki-laki suka

87

Hasil wawancara dengan Hj. Netty Ariani,S.Pd Kepala Sekolah Sekolah Dasar Negeri No. 117874 Kecamatan Kotapinang

mengganggu anak perempuan dengan menarik-narik roknya dan mencoleknya. Umumnya hal ini dilakukan oleh siswa kelas 6.88

Wawancara yang terakhir dilakukan di Sekolah Dasar Negeri No.117491 Kecamatan Sungai Kanan, penulis juga melakukan wawancara dengan kepala sekolahnya. Dan disini juga tindak kekerasan diketahui dari laporan wali kelas maupun laporan orang tua siswa secara langsung kepada kepala sekolah.

Di SD Negeri No.117491 Kecamatan Sungai Kanan bentuk-bentuk kekerasan yang terjadi berupa saling ejek, senior yang meminta uang jajan kepada muridnya dan baru-baru ini terjadi kekerasan yang dilakukan oleh 2 orang siswa kelas 6 terhadap adik kelasnya siswa kelas 1. Kekerasan tersebut bermula ketika Akri dan Adit meminta uang jajan kepada korban. Akan tetapi korban tidak mau menyerahkan uang jajannya kepada kedua kakak kelasnya tersebut. Kejadian tersebut terjadi pada hari sabtu , siswa kelas 6 sedang gotong royong dan siswa kelas 1 belajar di kelas seperti biasanya. Arga sedang buang air kecil di balik pohon di belakang ruangan kelas 6. Kemudian tiba-tiba datang Akri dan Adit dari belakang menusuk lubang anus korban secara bergantian.89

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Sekolah Dasar Negeri pada tiga kecamatan yang berbeda di Kabupaten Labuhanbatu Selatan maka dapat diketahui bahwa kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah dasar dapat merupakan kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada siswanya dan kekerasan yang dilakukan oleh siswa kepada siswa lainnya.

88 Hasil wawancara dengan HJ.Nurliani S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri No.112227 Kecamatan Torgamba

89

Hasil wawancara dengan Hj.Rosnah,S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri No. 117491 Kecamatan Sungai Kanan

Kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada siswa merupakan bentuk hukuman secara fisik maupun psikis yang ditujukan kepada siswa yang tidak disiplin atau melakukan kesalahan selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Pada dasarnya guru tersebut tidak merasa bahwa hukuman yang diberikan tersebut merupakan tindak kekerasan. Pada saat ini para Guru Sudah mulai mengetahui tentang Undang-undang Perlindungan Anak dan Guru hanya memberikan hukuman yang wajar agar para siswa dapat lebih disiplin lagi.

2. Faktor Penyebab terjadinya Kekerasan terhadap Anak dalam Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Seperti yang kita ketahui kekerasan terhadap anak dalam lembaga pendidikan khususnya di lingkungan sekolah bisa saja dilakukan oleh guru maupun sesama siswa, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak kekerasan tersebut pun berbeda-beda.

Tindak kekerasan yang dilakukan oleh siswa atau yang lebih dikenal dengan istilah bullying di dalam lingkungan sekolah bisa saja dilakukan oleh senior kepada junior maupun sesama teman satu tingkatan. Adapun penyebab siswa melakukan tindak kekerasan dalam lingkungan sekolah adalah sebagai berikut90 :

a. Permusuhan dan rasa kesal

b. Rasa kurang percaya diri dan mencari perhatian, seseorang yang kurang percaya diri seringkali ingin diperhatikan, salah satunya adalah

90

Buku Panduan Melawan Bullying di download dari http://www.sudahdong.com diakses pada tanggal 17 januari 2016 pukul 21.30 WIB

dengan melakukan bullying. Dengan membully orang lain, mereka akan merasa lebih puas, lebih kuat dan dominan.

c. Perasaan dendam, seseorang yang pernah disakiti atau ditindas biasanya menyimpan rasa dendam yang ingin disalurkan kepada orang lain sehingga orang lain merasakan hal yang sama, salah satunya adalah dengan melakukan bullying.

d. Pengaruh negatif dari media, semakin banyaknya gambaran kekerasan baik di media baik televisi, internet dan sebagainya. Menjadi contoh buruk yang menginspirasi seseorang untuk melakukan kekerasan tanpa alasan yang jelas.

Untuk mengetahui lebih rinci mengenai faktor-faktor penyebab anak melakukan kekerasan ataupun bullying yang terjadi dalam lingkungan sekolah khususnya pada tingkat sekolah dasar, maka penulis melakukan penelitian dengan melakukan wawancara kepada kepala sekolah pada tiga sekolah dasar yang berada di tiga kecamatan yang berbeda di kabupaten labuhanbatu selatan yang hasil wawancaranya menyebutkan sebagai berikut :

Pada Sekolah Dasar Negeri 117874 Kecamatan Kotapinang, Guru memberikan hukuman fisik kepada siswa dikarenakan siswa tersebut sudah tidak bisa diperingatkan lagi dan diberi tahu secara baik-baik dan bertujuan untuk member efek jera pada anak tersebut agar tidak mengulangi perbuatannya lagi dan dapat belajar lebih giat lagi.91

91

Hasil wawancara dengan Hj. Netty Ariani,S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri No. 117874 Kecamatan Kotapinang.

Dari pengaduan-pengaduan yang disampaikan oleh wali kelas maupun orang tua siswa kepada Kepala Sekolah kekerasan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa lainnya atau yang biasa disebut dengan istilah bullying disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Anak yang menjadi korban kondisinya lebih lemah dibandingkan dengan anak yang menjadi pelaku. Sebagai contoh tindakan pengucilan yang dilakukan kepada seorang siswi kelas 3 yang di lakukan oleh tiga orang teman sekelasnya. Sari adalah anak seorang buruh cuci dan ayahnya bekerja serabutan, jarak dari rumah sari cukup jauh dari sekolah dan harus ia tempuh dengan berjalan kaki. Hal ini mengakibatkan sari menjadi mengantuk saat jam pelajaran di sekolah dan tampilannya yang lebih kumal dibandingkan dengan tiga orang temannya yang lain tadi yang kondisi ekonominya dan dari segi fisik lebih lumayan dibandingkan dengan sari. Oleh sebab itu 3 orang siswi tersebut sering mengejek sari dan mengucilkan sari dan mengajak teman-temannya yang lain untuk tidak mau berteman dengannya.

2. Faktor Lingkungan di sekitar anak. Furqan siswa kelas 6 sering mendapatkan pengaduan dari siswa maupun orang tua siswa yang anaknya sering dijahili oleh furqan. Selain kurang dalam prsestasi akademik furqan juga sering berbuat kasar kepada temannya sesama siswa kelas 6 seperti : menarik-narik rambut anak perempuan, mengejek anak lain, dan menarik rok anak perempuan. Furqan saling ejek dengan teman sekelasnya hingga mengakibatkan perkelahian dan mengakibatkan temannya cedera. Setelah

orang tua furqan dipanggil oleh pihak sekolah ternyata furqan sering bergaul dengan teman yang lebih dewasa darinya di daerah sekotar rumahnya. Selain itu furqan merupakan anak yang paling kecil dan anak laki-laki satu-satunya sehingga kebanyakan permintaan furqan selalu dituruti oleh kedua orang tuanya dan orang tuanya sulit untuk bertindak tegas pada furqan. Selain nakal di sekolah furqan juga suka kebut-kebutan naik sepeda motor dan pernah kabur dari rumahnya.

Pada Sekolah Dasar Negeri No. 112227 Kecamatan Torgamba, pada umumnya guru memberikan hukuman kepada siswa karena siswa tersebut susah diatur dan tidak bisa dinasehati lagi dengan kata-kata. Sementara itu siswa yang sering mengadukan tindakan jahil dari temannya adalah siswi kelas 6. Yang mana siswa kelas 6 sering mengganggu para siswi perempuan dikarenakan pada umumnya siswa kelas 6 berusia 11-12 tahun yang mana pada usia tersebut anak memasuki masa-masa pubertas dan mulai mengganggu lawan jenis.92

Sama seperti dua sekolah yang lain Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri 117941 Kecamatan Sungai Kanan memberikan sanksi atau hukuman fisik kepada siswa karena ingin mendisiplinkan siswa agar tidak mengulangi perbuatannya. Sementara itu tindak kekerasan yang dilakukan oleh siswa kepada siswa lain disebabkan oleh :

1. Rasa senioritas. Adit dan Akri memang terkenal sering meminta uang jajan kepada siswa kelas 1 karena mereka merasa mereka lah yang paling kuat di sekolah ini karena telah duduk di bangku kelas 6.

92

Hasil wawancara dengan HJ.Nurliani S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri No.112227 Kecamatan Torgamba

2. Faktor Lingkungan Keluarga. Seperti yang diketahui Akri berasal dari keluarga broken home , Ayah dan Ibunya telah bercerai dan sekarang Akri tinggal bersama Ibunya. Akri di sekolah terkenal sebagai anak yang jahil kepada teman-temannya. Hal ini ia lakukan karena ia kurang mendapat perhatian dari keluarganya terutama kedua orang tuanya. Sedangkan Adit Ibunya telah meninggal dunia dan Ayahnya telah menikah lagi.

3. Tontonan anak di Televisi, Akri dan Adit mengatakan mereka menusuk anus adik kelasnya karena sering menonton adegan tersebut di film kartun yang mereka tonton.

4. Faktor ekonomi, Akri dan Adit mengaku sering meminta uang jajan kepada adik kelasnya selain karena merasa senior mereka juga mengatakan kalau uang jajan yang diberikan orang tua mereka kurang.

3. Dampak Kekerasan Terhadap Anak dalam Lembaga Pendidikan pada Sekolah Dasar Negeri Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Kekerasan yang terjadi dalam lingkungan sekolah dapat menimbulkan dampak yang buruk baik kepada anak sebagai korban kekerasan maupun anak sebagai pelaku kekerasan itu sendiri.

Arif Gosita menyatakan yang dimaksud dengan korban adalah “mereka

yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang meencari peemenuhan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan

jasmani dan rohaniah (fisik dan mental) dari korban dan juga bertentangan dengan hak asasi manusia dari korban.93

Secara yuridis pengertian korban yang terdapat dalam Undang-undaang Nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana.94 Berdasarkan rumusan tersebut, maka yang disebut korban adalah :

a. Setiap orang

b. Mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau c. Kerugian ekonomi

d. Akibat tindak pidana

Berdasarkan hal-hal tersebut maka yang dimaksud dengan anak sebagai korban kekerasan adalah anak yang mengalami penderitaan baik secara fisik, mental atau pun ekonomi yang diakibatkan oleh tindak kekerasan yang terjadi dalam lingkungan sekolah.

Adapun ciri-ciri yang dialami oleh anak yang menjadi korban kekerasan di lingkungan sekolah adalah sebagai berikut 95:

a. Anak menjadi enggan untuk pergi ke sekolah b. Sering sakit secara tiba-tiba

c. Mengalami penurunan nilai

93Arif Gosita dalam Bambang Waluyo,Perlindungan Korban dan Saksi,Jakarta : Sinar Grafika,2014,hlm.9

94

Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban

95

Tabloid Nova, Isu Spesial “Stop Bulliying”, Edisi 1444/XVIIII 26 Oktober-1 November 2015.

d. Barang yang dimiliki hilang atau rusak e. Mimpi buruk atau bahkan sulit untuk terlelap

f. Rasa amarah dan benci mudah meluap dan meningkat g. Sulit untuk berteman dengan teman baru

h. Memiliki tanda fisik seperti memar atau luka.

Dampak yang ditimbulkan dari kekerasan terhadap anak yang terjadi di lingkungan sekolah atau yang sering disebut dengan istilah bullying pada anak sebagai korban dapat berupa penderitaan secara fisik dan secara psikis/mental.

Dokumen terkait