• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekosongan Jabatan Direksi dan Pelimpahan Wewenang

Bab IV Tata Hubungan Kerja Dewan Komisaris Dan Direksi

4.5 Kekosongan Jabatan Direksi dan Pelimpahan Wewenang

Apabila terdapat kekosongan jabatan anggota Direksi, diatur sebagai berikut:

1. Selama jabatan anggota Direksi kosong dan/atau RUPS belum mengisi jabatan dimaksud, maka Dewan Komisaris menunjuk salah satu anggota Direksi lainnya untuk sementara menjalankan tugas anggota Direksi yang kosong tersebut dengan kewajiban, tugas dan kewenangan sama;

2. Apabila kekosongan jabatan disebabkan oleh berakhirnya masa jabatan dan RUPS belum menetapkan anggota Direksi baru, maka anggota Direksi yang berakhir masa jabatannya tersebut untuk sementara menjalankan tugas anggota Direksi yang kosong tersebut dengan kewajiban dan kewenangan yang sama sampai diangkatnya anggota Direksi yang definitif;

3. Apabila seluruh jabatan Direksi kosong oleh sebab apapun, maka selama jabatan tersebut kosong dan RUPS belum mengisi jabatan tersebut, maka Dewan Komisaris atau RUPS dapat menunjuk pihak lain untuk mengurus Perseroan dengan kekuasaan dan wewenang yang sama;

4. Pelaksana tugas Direksi sebagaimana disebutkan pada butir 2 dan 3 memperoleh gaji dan tunjangan/fasilitas yang sama dengan anggota Direksi yang kosong tidak termasuk santunan purna jabatan.

4.5.2. Pelimpahan Wewenang ketika Direksi berhalangan

Apabila salah satu Direksi berhalangan baik bersifat sementara atau tetap, maka diatur sebagai berikut:38

38 AD Pasal 11 ayat 21-25

21 1. Apabila Direktur Utama berhalangan, salah seorang Direktur yang ditunjuk oleh Direktur Utama berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta melaksanakan tugas-tugas Direktur Utama;

2. Dalam hal Direktur Utama tidak melakukan penunjukan maka anggota Direksi yang terlama dalam jabatan, berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta melaksanakan tugas-tugas Direktur Utama;

3. Apabila terdapat 2 anggota Direksi terlama, maka ditentukan anggota Direksi terlama dan tertua dalam usia berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta melaksanakan tugas-tugas Direktur Utama;

4. Apabila salah seorang anggota Direksi berhalangan, maka anggota-anggota Direksi lainnya menunjuk salah seorang anggota Direksi untuk melaksanakan tugas-tugas anggota Direksi yang berhalangan tersebut;

5. Direksi untuk perbuatan tertentu atas tanggungjawabnya sendiri berhak pula mengangkat seseorang atau lebih sebagai wakil atau kuasanya dengan memberikan kepadanya atau kepada mereka kekuasaan untuk perbuatan tertentu yang diatur dalam surat kuasa;

6. Apabila berhalangan, Direksi wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Dewan Komisaris;

7. Mengenai mekanisme Direktur pengganti berikut pelimpahan wewenangnya mengacu pada matriks kewenangan Direksi yang diatur secara terpisah melalui Surat Keputusan Direksi.

4.5.3. Pemberhentian Direksi

Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Rapat Umum Pemegang Saham.39 Alasan pemberhentian dilakukan apabila berdasarkan kenyataan, anggota Direksi yang bersangkutan antara lain: 40

1. Tidak dapat memenuhi kewajibannya yang telah disepakati dalam kontrak manajemen;

2. Tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik;

3. Tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundangan-undangan dan/atau ketentuan Anggaran Dasar;

4. Terlibat dalam tindakan yang merugikan Perseroan dan/atau Negara;

5. Melakukan tindakan yang melanggar etika dan/atau kepatutan yang seharusnya dihormati sebagai anggota Direksi Badan Usaha Milik Negara;

6. Dinyatakan bersalah dengan putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap;

7. Mengundurkan diri.

39 AD Pasal 10 ayat 6

40 AD Pasal 10 ayat 15

22 4.6. Etika Berusaha dan Benturan Kepentingan

4.6.1. Etika Berusaha

Dewan Komisaris dan Direksi wajib menaati pedoman etika perilaku Perseroan.

Anggota Dewan Komisaris dan Direksi dilarang memberikan atau menawarkan atau menerima baik secara langsung maupun tidak langsung sesuatu yang berharga kepada atau dari pelanggan atau seorang pejabat Pemerintah untuk mempengaruhi atau sebagai imbalan atas apa yang telah dilakukannya dan tindakan lainnya, sesuai peraturan perundangan yang berlaku.41

4.6.2. Benturan Kepentingan

Seorang anggota Direksi tidak berwenang mewakili Perseroan apabila:

1. Terjadi perkara di depan pengadilan antara Perseroan dengan anggota Direksi yang bersangkutan dan atau;

2. Anggota Direksi bersangkutan memiliki benturan kepentingan dengan Perseroan.

Yang berhak mewakili Perseroan adalah:

1. Anggota Direksi yang tidak memiliki benturan kepentingan dengan Perseroan yang ditunjuk oleh anggota Direksi lain yang tidak memiliki benturan kepentingan;

2. Dewan Komisaris dalam hal seluruh anggota Direksi memiliki benturan kepentingan dengan Perseroan;

3. Pihak lain yang ditunjuk RUPS apabila seluruh anggota Dewan Komisaris dan Direksi memiliki benturan kepentingan dengan Perseroan.

41 Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor ; PER – 01/MBU/2011 Bab X, Pasal 40 ayat 1

23 BAB V

Kegiatan Antar Organ Perseroan 29

5.1 Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang (RUPS)

Yang dimaksud dengan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah: 42 1. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST)

RUPST diadakan tiap-tiap tahun, 43 meliputi RUPS mengenai persetujuan laporan tahunan dan RUPST mengenai persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).44 RUPST mengenai persetujuan laporan tahunan diadakan paling lambat 6 (enam) bulan setelah penutupan tahun buku yang bersangkutan,45 sedangkan RUPST untuk menyetujui RKAP diadakan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tahun anggaran berjalan (tahun anggaran RKAP yang bersangkutan).46

Dalam Acara RUPST dapat juga dimasukkan usul-usul yang diajukan oleh Dewan Komisaris dan/atau seorang atau lebih Pemegang Saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu per sepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham yang telah dikeluarkan Perseroan dengan hak suara yang sah dengan ketentuan bahwa usul-usul yang bersangkutan harus sudah diterima oleh Direksi sebelum tanggal panggilan RUPST.47 2. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS Luar Biasa)

RUPS Luar Biasa dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan untuk kepentingan Perseroan.48

RUPS dapat dilangsungkan jika dalam rapat tersebut paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili 49 dan dipimpin oleh salah seorang Pemegang Saham yang dipilih oleh dan dari antara mereka yang hadir.50

5.1.1. Penyelenggaraan RUPST dalam Rangka Pengesahan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan

RUPST diselenggarakan oleh Direksi yang dihadiri oleh Direksi, Komisaris dan Pemegang Saham untuk membahas dan meminta persetujuan RKAP yang telah disusun oleh Direksi.

42 AD Pasal 20 ayat 2

43 AD Pasal 21 ayat 1

44 AD Pasal 21 ayat 1 huruf a dan b

45 AD Pasal 21 ayat 2

46 AD Pasal 21 Ayat 4

47 AD Pasal 21 Ayat 7

48 AD Pasal 22

49 AD Pasal 25 Ayat 1 huruf a

50 AD Pasal 24 Ayat 1

24 Direksi wajib menyusun RKAP sebagai penjabaran dari RJP setiap tahun.51 RKAP berfungsi sebagai acuan bagi Direksi dalam menjalankan tugasnya untuk melakukan pengurusan Perseroan setiap tahunnya yang sekurang-kurangnya memuat:52

1. Ringkasan eksekutif;

2. Pendahuluan;

3. Realisasi dan prognosa anggaran tahun berjalan;

4. Capaian kinerja Perseroan tahun berjalan;

5. Rencana kerja dan anggaran Perseroan tahun yang akan datang;

6. Proyeksi keuangan Perseroan dan anak perusahaan tahun yang akan dating;

7. Penerapan manajemen risiko;

8. Hal-hal lain yang memerlukan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham; dan 9. Penutup

Tata Cara:

1. Direksi melakukan penyusunan rancangan RKAP melalui Rapat Direksi dan mengirimkan hasilnya kepada Dewan Komisaris untuk ditelaah Dewan Komisaris sebelum disampaikan kepada RUPS, paling lambat 90 (Sembilan puluh) hari sebelum dimulainya tahun buku RKAP;

2. Dewan Komisaris menelaah rancangan RKAP yang disampaikan Direksi dan bila dipandang perlu, memberikan masukan/nasehat untuk perbaikan rancangan RKAP dan mengirimkannya kepada Direksi atau disampaikan dalam Rapat Dewan Komisaris yang khusus diadakan untuk membahas bersama rancangan RKAP paling lambat 15 (lima belas) hari setelah menerima rancangan RKAP dari Direksi;

3. Bila masukan/nasehat Dewan Komisaris dapat diterima, Direksi melakukan perbaikan rancangan RKAP untuk diajukan ulang kepada Dewan Komisaris setelah ditandatangani oleh semua Direksi paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima masukan/nasehat dari Dewan Komisaris;

4. Dewan Komisaris menelaah ulang rancangan RKAP yang telah diperbaiki dan ditandatangani oleh Direksi dan menyampaikan hasilnya kepada Direksi paling lambat 5 (lima) hari setelah diterimanya perbaikan dari Direksi;

5. Apabila Dewan Komisaris sudah tidak ada masukan lagi dan dapat menerima usulan RKAP maka Dewan Komisaris menandatangani rancangan RKAP tersebut;

6. Direksi menyampaikan rancangan RKAP yang telah ditandatangani semua Dewan Komisaris dan Direksi kepada RUPS, paling lambat 60 (enam puluh) hari sebelum dimulainya tahun buku RKAP;

7. Pengesahan atas RKAP yang diajukan Direksi diberikan paling lambat 30 hari setelah periode anggaran berjalan;

8. Pemegang Saham dapat mengundang Direksi untuk melakukan rapat teknis pembahasan rinci dimana Direksi menjelaskan usulan RKAP yang diajukan;

9. Direksi mengirimkan undangan penyelenggaraan RUPS untuk pengesahan RKAP, paling lambat 14 (empat belas) hari kalender sebelum RUPS tidak termasuk tanggal undangan dan tanggal RUPS;

51 Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 28/PMK.06/2013 Bab II Bagian Pertama Pasal 2 ayat 2

52 Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 28/PMK.06/2013 Bab II Bagian Ketiga Pasal 12

25 10. Direksi menyelenggarakan RUPS sebelum 31 Januari;

11. Dalam RUPS, Dewan Komisaris memberikan pandangan atas usulan RKAP kepada RUPS;

12. RUPS memberikan keputusan terhadap RKAP yang diajukan.

Standard Operating Procedures (SOP) untuk penyusunan, pembahasan, penyampaian, dan pengesahan rancangan RKAP akan diatur secara lebih rinci dalam Pedoman Penyusunan RKAP.

5.1.2. Penyelenggaraan RUPS Tahunan dalam Rangka Pengesahan Laporan Tahunan

RUPST diadakan tiap-tiap tahun, yang meliputi RUPS Tahunan mengenai laporan tahunan dan perhitungan tahunan. RUPST diselenggarakan oleh Direksi yang dihadiri oleh Direksi, Komisaris dan Pemegang Saham untuk menyetujui dan mengesahkan Laporan Tahunan.

Tujuan penyelenggaraan RUPST adalah untuk mempertanggungjawabkan kinerja Direksi pada tahun sebelumnya dibandingkan dengan RKAP yang telah disetujui dan peraturan perundangundangan yang berlaku serta memberikan pembebasan dan pelunasan tanggung jawab (et aquit de charge) kepada masing-masing anggota Direksi dan Dewan Komisaris, meskipun tidak mengurangi tanggung jawab masing-masing dalam hal terjadi tindak pidana atau kesalahan atau kelalaian yang menimbulkan kerugian pada pihak ketiga yang tidak dapat dipenuhi oleh aset perusahaan.

Penyusunan Laporan Tahunan dilakukan dalam rangka memberikan gambaran dan pertanggungjawaban tentang jalannya kegiatan Perseroan selama satu tahun untuk disahkan oleh RUPS dan publikasi kepada Stakeholder lainnya.

Laporan Tahunan (Annual Report) disusun dalam bahasa Indonesia dan/atau bahasa Inggris, yang memuat sekurang-kurangnya:

1. Laporan Keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, termasuk laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas berikut catatan atas laporan keuangan, serta laporan mengenai hak-hak Perseroan yang tidak tercatat dalam pembukuan (off balance sheet);

2. Laporan mengenai kegiatan Perseroan;

3. Laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, jika ada;

4. Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan usaha Perseroan;

5. Laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh Dewan Komisaris selama tahun buku yang baru lampau;

6. Nama Anggota Direksi dan Anggota Dewan Komisaris;

7. Gaji dan tunjangan/fasilitas bagi anggota Direksi serta honorarium dan tunjangan/fasilitas bagi anggota Dewan Komisaris untuk tahun yang baru lampau.

26 Tatacara:

1. Direksi menyiapkan rancangan Laporan Tahunan pada periode bulan Januari – Februari tahun berikutnya menyesuaikan dengan penyelesaian laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik;

2. Direksi menyampaikan rancangan Laporan Tahunan kepada Dewan Komisaris paling lambat awal April disertai surat pengantar;

3. Dewan Komisaris menelaah rancangan Laporan Tahunan dan bila dipandang perlu, memberikan masukan/nasehat untuk perbaikan;

4. Dewan Komisaris mengirimkan masukan/nasehat untuk perbaikan Laporan Tahunan kepada Direksi atau menyampaikannya dalam Rapat Dewan Komisaris yang khusus diadakan untuk membahas Laporan Tahunan paling lambat 15 (lima belas) hari setelah menerima rancangan Laporan Tahunan dari Direksi;

5. Bila masukan/nasehat Dewan Komisaris dapat diterima, Direksi melakukan perbaikan rancangan Laporan Tahunan untuk diajukan ulang kepada Dewan Komisaris setelah ditandatangani oleh semua Direksi paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima masukan/nasehat dari Dewan Komisaris;

6. Dewan Komisaris menelaah ulang rancangan Laporan Tahunan yang telah diperbaiki dan ditandatangani oleh Direksi dan menyampaikan hasilnya kepada Direksi paling lambat 5 (lima) hari setelah diterimanya perbaikan dari Direksi;

7. Apabila Dewan Komisaris sudah tidak ada masukan lagi dan dapat menerima rancangan Laporan Tahunan maka Dewan Komisaris menandatangani rancangan Laporan Tahunan tersebut;

8. Direksi menyampaikan Laporan Tahunan yang telah ditandatangani semua Dewan Komisaris dan Direksi kepada RUPS, paling lambat 5 (lima) bulan setelah tahun buku berakhir dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku;

9. Persetujuan atas Laporan tahunan termasuk pengesahan laporan keuangan oleh RUPS dilakukan paling lambat pada akhir bulan keenam setelah tahun buku berakhir;

Direksi mengirimkan undangan penyelenggaraan RUPS Tahunan, paling lambat 14 hari kalender sebelum RUPS tidak termasuk tanggal undangan dan tanggal RUPS;

10. Direksi menyelenggarakan RUPS Tahunan, paling lambat bulan Juni;

11. RUPS memberikan keputusan terhadap Laporan Tahunan yang diajukan.

Standard Operating Procedures (SOP) untuk penyusunan, pembahasan, penyampaian laporan triwulanan dan laporan tahunan akan diatur secara lebih rinci dalam Pedoman Penyusunan Laporan Triwulanan dan Laporan Tahunan.

5.1.3. Penyelenggaraan RUPST Dalam Rangka Pengesahan RJPP

Direksi berkewajiban untuk menyiapkan pada waktunya RJPP dan RKAP, termasuk rencana-rencana lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan usaha dan kegiatan Perseroan serta menyampaikan kepada Dewan Komisaris dan Pemegang Saham untuk mendapatkan pengesahan Rapat Umum Pemegang Saham.

RUPS ini diselenggarakan oleh Direksi yang dihadiri oleh Direksi, Dewan Komisaris dan Pemegang Saham untuk membahas dan meminta pengesahan RJPP yang telah disusun oleh Direksi.

27 RJPP wajib disusun oleh Direksi setiap lima tahun sekali sebagai acuan bagi Direksi dalam menyelenggarakan Perseroan dalam kurun waktu lima tahun mendatang.

RJPP sekurang-kurangnya memuat:

1. Pendahuluan;

2. Evaluasi pelaksanaan RJPP sebelumnya;

3. Posisi Perseroan saat ini;

4. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penyusunan RJPP;

5. Penetapan Tujuan, Sasaran, Strategi, Kebijakan, Program Kegiatan Rencana Jangka Panjang;

6. Proyeksi Keuangan dan investasi.

Tujuan penyusunan RJPP adalah untuk:

1. Mendefinisikan Visi dan Misi Perseroan;

2. Mengungkapkan prioritas-prioritas yang ingin diraih dan kinerja (performance) yang diperlukan;

3. Menyusun rencana strategis untuk meningkatkan daya saing Perseroan dalam rangka mencapai visi, misi, dan sasaran Perseroan.

Tatacara:

1. Direksi menyiapkan rancangan RJPP, paling lambat akhir Maret pada tahun terakhir masa RJPP yang sedang berjalan;

2. Direksi mengirimkan rancangan RJPP kepada Dewan Komisaris untuk ditelaah paling lambat 150 (seratus lima puluh) hari sebelum berlakunya RJPP;

3. Dewan Komisaris menelaah RJPP dan bila dipandang perlu, memberikan masukan/nasehat untuk perbaikan;

4. Dewan Komisaris mengirimkan masukan/nasehat untuk perbaikan RJPP kepada Direksi atau menyampaikannya dalam Rapat Dewan Komisaris yang khusus diadakan untuk membahas rancangan RJPP paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah menerima rancangan RJPP dari Direksi;

5. Bila masukan/nasehat Dewan Komisaris dapat diterima, Direksi melakukan perbaikan rancangan RJPP untuk diajukan ulang kepada Dewan Komisaris setelah ditandatangani oleh semua Direksi paling lambat 15 (lima belas) hari setelah menerima masukan/nasehat dari Dewan Komisaris;

6. Dewan Komisaris menelaah ulang rancangan RJPP yang telah diperbaiki dan ditandatangani oleh Direksi dan menyampaikan hasilnya kepada Direksi paling lambat 7 (tujuh) hari setelah diterimanya perbaikan dari Direksi;

7. Apabila Dewan Komisaris sudah tidak ada masukan lagi dan dapat menerima rancangan RJPP maka Dewan Komisaris menandatangani rancangan RJPP tersebut;

8. Direksi menyampaikan rancangan RJPP yang telah ditandatangani semua Dewan Komisaris dan Direksi kepada RUPS, paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sebelum dimulainya periode RJP;

9. Persetujuan atas rancangan RJP yang diajukan Direksi oleh RUPS dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah berakhirnya periode RJP;

28 10. Direksi mengirimkan undangan penyelenggaraan RUPS Tahunan, selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender sebelum RUPS tidak termasuk tanggal undangan dan tanggal RUPS;

11. Direksi menyelenggarakan RUPS Tahunan paling lambat pada akhir bulan Juni;

12. RUPS memberikan putusan terhadap RJPP yang diajukan.

Standard Operating Procedures (SOP) untuk penyusunan, pembahasan, penyampaian, dan pengesahan rancangan RJPP akan diatur secara lebih rinci dalam Pedoman Penyusunan RJPP

5.1.4. Penyelenggaraan RUPST Dalam Rangka Penunjukan Kantor Akuntan Publik (KAP) Sebagai Auditor Eksternal

Penunjukan KAP adalah kegiatan penunjukan auditor eksternal untuk melakukan audit keuangan atas laporan keuangan tahunan Perseroan. Penunjukan KAP didasarkan pengertian tersebut diatas dimaksudkan untuk mendapatkan KAP yang memiliki reputasi (reputable) internasional dan memenuhi persyaratan standar profesional akuntan publik.

Tatacara:

1. Dewan Komisaris menyusun Term Of Reference (TOR) dan short list dari KAP yang direkomendasikan untuk disampaikan kepada Direksi, paling lambat akhir bulan Juli sebelum berakhirnya tahun buku yang akan diaudit;

2. Direksi membentuk Panitia Pengadaan Jasa KAP yang terdiri dari Fungsi Pengadaan, fungsi terkait lainnya, serta dipantau oleh Komite Audit;

3. Panitia Pengadaan melaksanakan proses lelang pengadaan jasa KAP sesuai ketentuan yang berlaku, paling lambat dalam jangka waktu 42 (empat puluh dua) hari kalender;

4. Panitia Pengadaan mengajukan usulan pemenang lelang pengadaan jasa KAP kepada Direksi;

5. Direksi mengirimkan usulan pemenang lelang pengadaan jasa KAP kepada Dewan Komisaris dengan menyampaikan alasan usulan tersebut dan besarnya honorarium yang diusulkan untuk jasa KAP tersebut;

6. Berdasarkan usulan pemenang lelang yang diterima dari Direksi, Dewan Komisaris selanjutnya akan menyampaikan kepada RUPS nama KAP yang dicalonkan untuk ditunjuk sebagai auditor eksternal yang akan melakukan audit atas laporan keuangan tahunan Perseroan berikut honorarium yang diusulkan untuk auditor eksternal tersebut;

7. RUPS memberikan putusan untuk menunjuk KAP yang akan ditugaskan sebagai auditor eksternal paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sebelum berakhirnya tahun buku yang akan diaudit;

8. Direksi mengirimkan undangan penyelenggaraan RUPS Tahunan, selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender sebelum RUPS tidak termasuk tanggal undangan dan tanggal RUPS.

29 5.1.5. Penyelenggaraan RUPSLB Dalam Rangka Menyetujui Perbuatan Hukum Direksi.

Tujuan penyelenggaraan RUPSLB agar Direksi dapat melaksanakan suatu perbuatan hukum dalam pengelolaan perseroan yang kewenangannya tidak diserahkan kepada Direksi dan Komisaris atau hal penting lain yang menyangkut kinerja perseroan.

Dalam mengajukan ke RUPS, usulan pelaksanaan perbuatan hukum Direksi disertai tanggapan tertulis dari Komisaris. Penyelenggaraan RUPSLB ini dapat dilaksanakan secara on paper (sirkuler), yaitu pengambilan keputusan oleh Pemegang Saham tanpa melakukan rapat secara fisik, namun harus dilengkapi tanggapan tertulis dari Dewan Komisaris.

Tatacara:

1. Direksi menyiapkan materi atas kegiatan yang memerlukan tanggapan tertulis dari Dewan Komisaris dan persetujuan RUPS;

2. Direksi mengirim draft/usulan materi kepada Dewan Komisaris dan RUPS;

3. Dewan Komisaris melakukan kajian atas materi yang disampaikan Direksi dan apabila dianggap perlu dapat meminta penjelasan tambahan kepada Direksi namun tidak lebih dari 1 (satu) kali dan paling lambat 14 (empat belas) hari kalender setelah menerima usulan materi dari Direksi;

4. Apabila ada, Direksi memberi materi penjelasan tambahan yang diminta Komisaris, paling lambat 14 (empat belas) hari kalender setelah menerima permintaan dari Dewan Komisaris;

5. Dewan Komisaris membuat tanggapan tertulis atas materi usulan Direksi untuk disampaikan kepada RUPS dengan tembusan kepada Direksi, paling lambat 5 (lima) hari kalender setelah melakukan kajian atas materi atau setelah menerima penjelasan tambahan yang disampaikan Direksi;

6. RUPS memberikan keputusan terhadap usulan materi yang diajukan Direksi setelah mempertimbangkan tanggapan tertulis dari Komisaris.

5.2 Perbuatan Direksi yang Memerlukan Persetujuan dan Tanggapan Tertulis Dewan Komisaris

5.2.1 Perbuatan Direksi yang memerlukan Persetujuan Dewan Komisaris

Dalam melaksanakan perbuatan tertentu yang kewenangannya tidak sepenuhnya diserahkan kepada Direksi, Direksi harus memperoleh persetujuan dari Dewan Komisaris sebelumnya.

Adapun perbuatan Direksi yang memerlukan persetujuan tertulis Dewan Komisaris adalah:

1. Mengagunkan aktiva tetap yang diperlukan dalam melaksanakan penarikan kredit jangka pendek;

2. Mengadakan kerjasama dengan badan usaha atau pihak lain berupa penjaminan bersama, kontrak manajemen, kerjasama lisensi, penyewaan asset dan kerjasama lainnya yang diperlukan oleh Perseroan dalam rangka mencapai maksud dan

30 tujuannya dengan ruang lingkup, nilai atau jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh RUPS;

3. Kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundangan, menerima atau memberikan pinjaman jangka menengah/panjang termasuk pinjaman yang diberikan kepada anak perusahaan Perseroan;

4. Menghapuskan dari pembukuan piutang macet dan persediaan barang mati;

5. Melepaskan dan menghapuskan Aktiva Tetap bergerak dengan umur ekonomis yang lazim berlaku dalam industry pada umumnya sampai dengan 5 (lima) tahun;

6. Melakukan transaksi yang bernilai sama atau melebihi 25% hingga 50% dari nilai ekuitas Perseroan dengan mengacu pada butir 5.3;

7. Menetapkan struktur organisasi.

Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya permohonan atau penjelasan dan dokumen secara lengkap dari Direksi, Dewan Komisaris harus memberikan keputusan atas permohonan tersebut.

5.2.2 Perbuatan Direksi yang memerlukan tanggapan tertulis Dewan Komisaris untuk persetujuan RUPS

Dalam melaksanakan beberapa perbuatan, Direksi harus mendapatkan tanggapan tertulis dari Dewan Komisaris untuk persetujuan dari RUPS. Adapun perbuatan-perbuatan dimaksud yaitu: 53

1. Mengagunkan aktiva tetap untuk penarikan kredit jangka panjang/menengah;

2. Melakukan penyertaan modal pada perseroan lain;

3. Mendirikan anak perusahaan dan/atau perusahaan patungan;

4. Melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pemisahan dan pembubaran anak perusahaan dan/atau perusahaan patungan;

5. Mengikat Perseroan sebagai penjaminan (borg), terhadap kewajiban finansial Pemerintah dalam perjanjian Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha, kecuali terhadap penjaminan dengan jumlah tertentu yang dapat diputuskan sendiri oleh Direksi maupun hanya berdasarkan keputusan Dewan Komisaris sesuai dengan peraturan perundangan;

6. Mengadakan kontrak penjaminan bersama, kontrak manajemen, kerjasama lisensi, penyewaan aset dan perjanjian kerjasama lainnya dengan ruang lingkup, nilai atau jangka waktu melebihi penetapan RUPS;

7. Tidak menagih lagi piutang macet yang telah dihapus bukukan;

8. Melepaskan dan menghapuskan aktiva tetap Perseroan kecuali aktiva tetap bergerak dengan umur ekonomis yang lazim berlaku dalam industri pada umumnya sampai dengan 5 (lima) tahun;

9. Menetapkan RKAP organisasi Perseroan;

10. Menetapkan dan mengubah logo Perseroan;

11. Melakukan tindakan-tindakan lain dan tindakan yang belum ditetapkan dalam RKAP;

53 AD Pasal 11 ayat 10

31 12. Membentuk yayasan, organisasi dan/atau perkumpulan baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan Perseroan yang dapat berdampak bagi Perseroan;

13. Pembebanan biaya perseroan yang bersifat tetap dan rutin untuk kegiatan yayasan,

13. Pembebanan biaya perseroan yang bersifat tetap dan rutin untuk kegiatan yayasan,

Dokumen terkait