• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis Lingkungan

6.1.2. Kekuatan dan Kelemahan PTPN III

Hasil identifikasi dari faktor-faktor internal yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diketahui faktor-faktor lingkungan internal yang memberikan kekuatan dan kelemahan bagi PTPN III dalam upaya pengembangan areal. Berikut ini diuraikan masing- masing faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan berdasarkan hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan pengembangan areal.

a. Kekuatan

Berdasarkan analisis faktor internal, maka dapat diketahui kekuatan perusahaan, yang terdiri dari :

1) Kebutuhan Tandan Buah Segar (TBS) yang semakin

meningkat seiring rencana berdirinya industri hilir. Kebutuhan CPO yang terus meningkat secara global ditambah dengan rencana berdirinya industri hilir di kawasan Sei Mangkei, otomatis membutuhkan pasokan TBS yang lebih maksimal, bukan hanya dari kebun sendiri namun juga dari kebun sekitar yang memenuhi standar.

2) PTPN III sebagai BUMN perkebunan terbaik.

Dari 14 (empat belas) BUMN perkebunan di Indonesia, PTPN III merupakan BUMN perkebunan terbaik yang didasarkan pada penilaian Kementerian BUMN sejak tahun 2000 hingga 2011. Hal ini menunjukkan

kemampuan PTPN III dalam menghadapi perubahan- perubahan yang terjadi. pengelolaan perusahaan yang profesional yang mengandalkan kualitas SDM dan sistem kerja yang baik, membuat perusahaan mampu meraih berbagai prestasi bertaraf nasional.

Sejak tahun 2005 PTPN III telah ikut berkompetisi di dalam Indonesia Quality Award (IQA), yaitu suatu penghargaan yang diberikan oleh IQA Foundation kepada perusahaan yang memiliki kinerja ekselen berdasarkan hasil assesmen menurut kriteria Malcom Baldrige yang merupakan salah satu panduan dalam menilai perusahaan unggul, ekselen dan kelas dunia.

Proses penilaian untuk pembelian penghargaan

berlangsung setiap tahun. Partisipan dalam kegiatan ini adalah organisasi/perusahaan yang bergerak di bidang bisnis/non bisnis, kesehatan dan pendidikan, baik swasta maupun pemerintah. Selama 3 tahun terakhir PTPN III

berada di level Good Performance (Skor 476 s/d 575)

dan pada tahun 2011 telah meningkat ke level Emerging

Industrial Leaders.

3) Kinerja keuangan yang semakin baik.

Kondisi keuangan Perusahaan saat ini cukup baik. Hal

ini terlihat dari pertumbuhan rasio keuangan,

peningkatan rendemen CPO, peningkatan kadar karet kering, peningkatan penjualan, dan peningkatan laba bersih. Keadaan perekonomian Nasional yang kurang

menguntungkan dewasa ini secara langsung

mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Krisis yang terjadi pada bulan Juli atau awal Agustus 2008 mengakibatkan meningkatnya biaya modal dan biaya produksi karena terjadinya depresiasi yang nyata atas mata uang Rupiah terhadap mata uang asing terutama mata uang Dollar Amerika Serikat. Namun secara umum pengaruh yang terjadi masih menguntungkan perusahaan karena komoditas sawit dan karet sebagian besar berorientasi ekspor disamping penggunaan bahan baku impor yang jumlahnya relative kecil.

4) Produktivitas hasil perkebunan yang memuaskan.

Pada tahun 2004 – 2010, produktivitas kebun sendiri

untuk komoditas kelapa sawit baik TBS, minyak sawit, dan inti sawit terus mengalami peningkatan. Disamping itu tingkat rendemen CPO dari kebun sendiri selama

tahun 2004 – 2009 juga terus mengalami peningkatan.

Pada tahun 2005 rendemen CPO terbesr 21,1 % dan mencapai 24,03% pada tahun 2009.

5) Kualitas SDM yang semakin meningkat sesuai

Direktorat SDM perseroan mempunyai visi yang jelas, yaitu menciptakan organisasi dan manajemen yang tangguh melalui pengelolaan SDM berbasis kepada

kompetensi (Competency Based Human Resource

Management, CBHRM). Melalui ini kualitas SDM

semakin meningkat sesuai dengan kebutuhan

perusahaan. Saat ini PTPN III, memiliki SDM yang

berada pada level Middle Competency yang siap untuk

dikembangkan dalam berkompetensi dengan Perusahaan yang berskala Word Class terutama dibidang Produksi Perkebunan.

6) Sistem operasional produksi yang berorientasi pada

mutu.

Keberhasilan pabrik kelapa sawit dalam pengolahan TBS PTPN III secara maksimal dikarenakan budaya pelaksanaan sistem ISO 9002 tentang Mutu dan ISO 14001 tentang Lingkungan pada seluruh aspek kegiatan produksi perseroan, melakukan pemeliharaan yang intensif terhadap instalasi pabrik yang ada sehingga produktivitas dan kualitas produksi dapat ditingkatkan,

serta melakukan pemeliharaan dan pemanfaatan alat –

alat berat secara terkendali untuk memperoleh biaya operasional yang efisien. Seluruh kegiatan perusahaan juga berdasarkan pertimbangan terhadap dampak kepada

lingkungan, sehingga seluruh kegiatan dan produk yang dihasilkan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Menghadapi tuntutan pasar internasional, sertifikasi

RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) juga

dilakukan secara bertahap untuk unit-unit pengolahan kelapa sawit. Saat ini PKS Sei Mangkei telah mendapat sertifikasi RSPO tersebut.

b. Kelemahan

Berdasarkan analisis faktor internal, maka dapat diketahui kelemahan perusahaan, yang terdiri dari :

1) Dukungan dari pemilik perusahaan kurang maksimal.

Direksi perusahaan yang telah melakukan kajian dan riset pengembangan areal untuk meyakinkan pemerintah agar memberikan dukungan dalam bentuk peraturan atau kebijakan serta dukungan pendanaan, namun usaha ini belum menunjukkan hasil yang positif.

2) Terdapat perbedaan sudut pandang mengenai

pelaksanaan kebijakan pengembangan areal.

Didalam tubuh PTPN III juga masih terdapat perbedaan persepsi terhadap proses pelaksanaan pengembangan areal. Tata cara pelaksanaan pengembangan sulit berjalan dengan baik karena belum ditemukan formula yang tepat dalam menyatukan strategi pengembangan areal.

3) Birokrasi pelaksanaan pengembangan areal yang terlalu panjang.

Perusahaan melakukan berbagai kajian dan survey untuk memastikan kelayakan areal, kemudian melakukan pemaparan kepada pimpinan perusahaan, yang akan

memutuskan apakah areal yang diinginkan

memungkinkan untuk dibeli. Proses ini membutuhkan waktu yang cukup lama, bahkan hingga lebih dari satu tahun.

4) PTPN III belum pernah melakukan pengembangan areal.

Dibanding berbagai perusahaan perkebunan swasta dan asing yang melakukan gerak cepat dalam pengembangan areal. PTPN III masih tertinggal dalam hal ini, belum adanya pengalaman dalam pengembangan areal, membuat perusahaan kesulitan dalam menghadapi kendala-kendala yang dihadapi terutama bila berhadapan dengan masyarakat sekitar perkebunan yang diinginkan dan pemerintah daerah.

Dokumen terkait