• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Strategi Bisnis dalam Pelaksanaan Pengembangan Areal (Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero))

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Strategi Bisnis dalam Pelaksanaan Pengembangan Areal (Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero))"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN STRATEGI BISNIS DALAM PELAKSANAAN

PENGEMBANGAN AREAL

(Studi Kasus PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

GELADIKARYA

OLEH

AFFAN SAFIQ

NIM : 047007067

KONSENTRASI : MANAJEMEN PEMASARAN

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERSETUJUAN GELADIKARYA

Judul Geladikarya : Kajian Strategi Bisnis dalam Pelaksanaan

Pengembangan Areal

(Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero))

Nama : Affan Safiq

NIM : 047007067

Program Studi : Magister Manajemen

Konsentrasi : Manajemen Pemasaran

Menyetujui :

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE Ketua

Dr. Ir. Suwito, MM Anggota

Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pascasarjana

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa geladikarya yang berjudul :

“KAJIAN STRATEGI BISNIS DALAM PELAKSANAAN

PENGEMBANGAN AREAL

(Studi Kasus PT. Perkebunan Nusantara III (Persero))”

adalah benar hasil karya sendiri yang belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data

dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas.

Medan, Januari 2012

Yang Membuat Pernyataan

(4)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Dalam rangka peningkatan usaha, PTPN III (Persero) telah melakukan berbagai upaya pengembangan lahan perkebunan. Selain itu pengembangan area tanaman bertujuan untuk memberikan fondasi yang kuat bagi pengembangan industri hilir, program pengembangan areal tanaman sepantasnya menjadi fokus dari kegiatan investasi di PTPN III karena potensi menyusutnya areal HGU menjadi ancaman utama dalam bisnis perkebunan yang masih mengandalkan industri hulu sebagai bisnis utama.Luas areal PTPN III selama 3 tahun terakhir tidak mengalami perkembangan, yakni masih seluas 155.536,155 Ha, bahkan pada

periode tahun 2010 – 2011 potensi kehilangan lahan mencapai 1.580,71 Ha.

Kebutuhan tandan buah segar semakin mendesak seiring berdirinya industri hilir. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah luas areal PTPN III selama 3 (tiga) tahun terakhir tidak mengalami pengembangan bahkan berpotensi berkurang, sedangkan kebutuhan terhadap tandan buah segar semakin meningkat seiring dengan berdirinya berbagai industri hilir CPO. Jenis penelitian

pada penelitian ini adalah Ex Post Facto (causal comparative). Pengumpulan data

melalui data primer dan data sekunder. Data Primer diperoleh dari kuesioner kepada pihak yang berhak dan berwenang memberi data dan informasi tentang strategi perluasaan areal yang dilakukan PTPN III (Persero).

Data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini, dikumpulkan dan kemudian di analisis dengan menggunakan analisis lingkungan yaitu analisis terhadap lingkungan internal perusahaan yang menghasilkan kekuatan dan

kelemahanserta lingkungan eksternal perusahaan yang menghasilkan peluang

dan ancaman. Dalam penelitian ini, analisis lingkungan diolah dengan 3 (tiga) jenis matriks yakni Matriks Evaluasi Faktor Intern (IFE Matriks), Matriks

(5)

RIWAYAT HIDUP

Affan Safiq lahir di Medan, tanggal 16 Mei 1975, anak pertama dari empat

bersaudara dari orang tua pasangan Bapak Achjar Ahmad Ridwan dan Ibu Almh

Alfida. Menikah dengan Chairunisa tahun 2001 dan dikarunia 2 (dua) anak yakni

Nadya Fithrie Azzahra dan M. Daffy Hamami.

Riwayat Pendidikan

SD Islam Taman Siswa Binjai Tamat Tahun 1986

SMP Negeri 1 Binjai Tamat Tahun 1990

SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Tamat Tahun 1993

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fak. Pertanian USU Medan Tamat Tahun

1999

Riwayat Pekerjaan

 Asisten Tanaman di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Sei

Putih pada tahun 2001.

 Staff di Bagian Satuan Pengawasan Intern PT. Perkebunan Nusantara III

(Persero) pada tahun 2004.

 Staff di Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Perkebunan

Nusantara III (Persero) pada tahun 2005.

 Staff di Bagian Perencanaan dan Pengembangan PT. Perkebunan

Nusantara III (Persero) pada tahun 2006.

 Staff di Bagian Pengembangan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat, kasih, karunia

dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Geladikarya ini dengan

judul : ” Kajian Strategi Bisnis dalam Pelaksanaan Pengembangan Areal (Studi

Kasus di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero))”.

Geladikarya ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

perkuliahan di Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Sumatera Utara Medan. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan Ketua Komisi Pembimbing.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng selaku Ketua Program Studi

Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Nazaruddin, MT selaku Sekretaris Program Studi Magister

Manajemen Universitas Sumatera Utara,

4. Bapak Dr. Ir. Suwito, MM selaku Anggota Komisi Pembimbing

5. Pimpinan dan Staf PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

6. Seluruh Keluarga yang selalu memberikan doa dan semangat.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

memberikan masukan demi penyempurnaan Geladikarya ini.

Medan, Januari

(7)

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

RINGKASAN EKSEKUTIF ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

... 1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Hasil Penelitian ... 8

1.5. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian ... 8

BAB II KERANGKA TEORITIS ... 9

2.1.Pengertian dan Tingkatan Strategi ... 9

2.2.Analisis Lingkungan Internal ... 13

2.3.Analisis Lingkungan Eksternal ... 17

2.4.Jenis-Jenis Strategi ... 21

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 32

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 34

4.1.Jenis Penelitian ... 34

4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

4.3.Jenis dan Sumber Data ... 35

4.4.Teknik Pengumpulan Data ... 36

4.5.Analisis Data ... 36

(8)

4.5.2. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal ... 39

4.5.3. Matriks Internal Eksternal ... 42

BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 44

5.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 44

5.2. Kegiatan Perusahaan ... 47

5.3. Struktur Organisasi ... 48

5.4. Anak Perusahaan ... 49

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 51

6.1. Analisis Lingkungan ... 51

6.1.1. Analisis Lingkungan Internal ... 51

6.1.1.1. Aspek Organisasi ... 51

6.1.1.2. Aspek Sumber Daya Manusia ... 54

6.1.1.3. Aspek Produksi ... 57

6.1.1.4. Aspek Teknis dan Teknologi ... 59

6.1.1.5. Aspek Keuangan ... 60

6.1.1.6. Aspek Penjualan ... 61

6.1.2. Kekuatan dan Kelemahan PTPN III ... 63

6.1.3. Analisis IFE Matriks ... 68

6.1.4. Analisis Lingkungan Eksternal ... 73

6.1.4.1. Aspek Sosial ... 73

6.1.4.2. Aspek Pemerintah ... 74

6.1.4.3. Aspek Hukum ... 80

6.1.4.4. AspekLingkungan ... 82

6.1.5. Peluang dan Ancaman PTPN III ... 83

6.1.6. Analisis EFE Matriks ... 87

6.2. Analisis IE Matriks ... 91

(9)

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

7.1. Kesimpulan ... 98

7.2. Saran ... 99

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Kuesioner ... 102

2. Luas Areal PTPN III ... 106

3. Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit PTPN III ... 107

4. Laba Rugi ... 108

5. Rencana Pengembangan Areal ... 109

6. Instruksi Kerja Pembelian Lahan Baru ... 110

7. Proses Bisnis Pembelian Lahan Baru ... 112

8. Potensi Areal Pengembangan yang Diterima ... 113

(11)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Dalam rangka peningkatan usaha, PTPN III (Persero) telah melakukan berbagai upaya pengembangan lahan perkebunan. Selain itu pengembangan area tanaman bertujuan untuk memberikan fondasi yang kuat bagi pengembangan industri hilir, program pengembangan areal tanaman sepantasnya menjadi fokus dari kegiatan investasi di PTPN III karena potensi menyusutnya areal HGU menjadi ancaman utama dalam bisnis perkebunan yang masih mengandalkan industri hulu sebagai bisnis utama.Luas areal PTPN III selama 3 tahun terakhir tidak mengalami perkembangan, yakni masih seluas 155.536,155 Ha, bahkan pada

periode tahun 2010 – 2011 potensi kehilangan lahan mencapai 1.580,71 Ha.

Kebutuhan tandan buah segar semakin mendesak seiring berdirinya industri hilir. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah luas areal PTPN III selama 3 (tiga) tahun terakhir tidak mengalami pengembangan bahkan berpotensi berkurang, sedangkan kebutuhan terhadap tandan buah segar semakin meningkat seiring dengan berdirinya berbagai industri hilir CPO. Jenis penelitian

pada penelitian ini adalah Ex Post Facto (causal comparative). Pengumpulan data

melalui data primer dan data sekunder. Data Primer diperoleh dari kuesioner kepada pihak yang berhak dan berwenang memberi data dan informasi tentang strategi perluasaan areal yang dilakukan PTPN III (Persero).

Data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini, dikumpulkan dan kemudian di analisis dengan menggunakan analisis lingkungan yaitu analisis terhadap lingkungan internal perusahaan yang menghasilkan kekuatan dan

kelemahanserta lingkungan eksternal perusahaan yang menghasilkan peluang

dan ancaman. Dalam penelitian ini, analisis lingkungan diolah dengan 3 (tiga) jenis matriks yakni Matriks Evaluasi Faktor Intern (IFE Matriks), Matriks

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gejolak perekonomian akibat krisis global telah membuktikan bahwa

subsektor perkebunan cukup tangguh untuk dapat bertahan dan menjadi

tumpuan perekonomian nasional dalam perolehan devisa dan penyediaan

lapangan pekerjaan. Indonesia sebagai negara yang memiliki keunggulan

komparatif di subsektor perkebunan dengan ketersediaan lahan

pengembangan yang cukup luas, tenaga kerja, dan iklim tropis harus dapat

dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mendukung berkembangnya

sektor agribisnis di Indonesia.

Dengan keunggulan-keunggulan tersebut bisnis perkebunan di

Indonesia semakin berkembang, khususnya komoditi perkebunan yang

menjadi andalan khususnya kelapa sawit dan karet, perkembangan luas

areal perkebunan untuk kedua komoditi tersebut sangat pesat dan telah

memberikan manfaat yang positif bagi kesejahteraan masyarakat. Secara

kepemilikan usaha perkebunan untuk kedua komoditi tersebut dapat

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu perkebunan rakyat, perkebunan besar

negara dan perkebunan besar swasta. Perkembangan luas lahan perkebunan

kelapa sawit selama sepuluh tahun terakhir dari 7.253.489 Ha pada tahun

2000 menjadi 10.303.503 Ha pada tahun 2009, atau terjadi penambahan luas

(13)

Membahas tentang perkebunan milik negara yang selanjutnya disebut

BUMN perkebunan, pada awalnya merupakan hasil nasionalisasi

perusahaan-perusahaan perkebunan asing yang berdiri pada periode pra

kemerdekaan menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN). Pengembangan

luas lahan BUMN perkebunan terjadi sangat pesat pada periode 90-an yang

didukung oleh pelaksanaan Program Transmigrasi, dan Pengembangan

Perkebunan Rakyat Pola PIR, dimana pelaksanaan pengembangan areal baru

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peran BUMN Perkebunan

sebagai Perusahaan Inti dari Perkebunan Rakyat Pola PIR di wilayah

pengembangan. Pada periode tersebut BUMN perkebunan mendapat tugas

untuk melakukan pengembangan lahan sekaligus membangun perkebunan

rakyat di wilayah-wilayah yang telah ditunjuk oleh Pemerintah.

PT. Perkebunan Nusantara III yang merupakan hasil penggabungan

PTP III, IV dan V pada tahun 1996, saat ini telah menjadi BUMN

Perkebunan dengan kinerja terbaik selama beberapa tahun terakhir dan terus

berupaya untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya. Dalam

menghadapi perubahan lingkungan bisnis global dan berupaya untuk meraih

peluang dari berkembangnya industri perkebunan maka PTPN III sedang

mengembangkan bisnisnya ke industri hilir sekaligus memperkuat industri

hulu dengan melakukan pengembangan areal tanaman.

PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero), merupakan

salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang

bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil

(14)

pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet. Produk utama Perseroan adalah

Minyak Sawit (CPO) dan Inti Sawit (Kernel) dan produk hilir karet.

Sejarah Perseroan diawali dengan proses pengambilalihan

perusahaan-perusahaan perkebunan milik Belanda oleh Pemerintah RI pada tahun 1958

yang dikenal sebagai proses nasionalisasi perusahaan perkebunan asing

menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN). Tahun 1968, PPN

direstrukturisasi menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan

(PNP) yang selajutnya pada tahun 1974 bentuk badan hukumnya diubah

menjadi PT Perkebunan (Persero).

Guna meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegitan usaha perusahaan

BUMN, Pemerintah merestrukturisasi BUMN subsektor perkebunan dengan

melakukan penggabungan usaha berdasarkan wilayah eksploitasi dan

perampingan struktur organisasi. Diawali dengan langkah penggabungan

manajemen pada tahun 1994, 3 (tiga) BUMN Perkebunan yang terdiri dari

PT Perkebunan III (Persero), PT Perkebunan IV (Persero) , PT Perkebunan

V (Persero) disatukan pengelolaannya ke dalam manajemen PT Perkebunan

Nusantara III (Persero).

Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1996 tanggal

14 Pebruari 1996, ketiga perseroan tersebut digabung dan diberi nama PT

Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkedudukan di Medan, Sumatera

Utara. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) didirikan dengan Akte Notaris

Harun Kamil, SH, No. 36 tanggal 11 Maret 1996 dan telah disahkan Menteri

Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.

(15)

Negara Republik Indonesia No. 81 Tahun 1996 Tambahan Berita Negara

No. 8674 Tahun 1996.

Saat ini luas areal yang diusahakan adalah ± 160.000 Ha yang tersebar

di wilayah Propinsi Sumatera Utara dan Propinsi Riau, terdiri dari komoditi

kelapa sawit dan karet. Pengelolaan areal kebun dan unit pengolahan dibagi

menjadi beberapa unit usaha yaitu 34 Kebun, 11 pabrik kelapa sawit, dan 8

pabrik pengolahan karet serta 6 rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan.

Unit-unit usaha tersebut dikelompokkan berdasarkan pembagian wilayah

menjadi 6 distrik yang dipimping oleh Distrik Manajer.

PTPN III (Persero) juga memiliki 7 anak perusahaan yang bergerak di

bidang perkebunan kelapa sawit, industri hilir karet, industri pengolahan

kayu karet dan kelapa sawit serta pipanisasi/penyimpanan CPO.

Dalam rangka peningkatan usaha, PTPN III (Persero) telah melakukan

berbagai upaya pengembangan lahan perkebunan. Selain itu pengembangan

area tanaman bertujuan untuk memberikan fondasi yang kuat bagi

pengembangan industri hilir, program pengembangan areal tanaman

sepantasnya menjadi fokus dari kegiatan investasi di PTPN III karena

potensi menyusutnya areal HGU menjadi ancaman utama dalam bisnis

perkebunan yang masih mengandalkan industri hulu sebagai bisnis utama.

Potensi berkurangnya luas areal HGU disebabkan oleh beberapa hal antara

lain :

a. Pemekaran Wilayah

Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah, pemekaran wilayah

(16)

sebagai pusat perkantoran dan fasilitas umum daerah pemekaran.

Sebagai gambaran pemekaran wilayah yang terjadi di wilayah kerja

PTPN III selama beberapa tahun terakhir telah terbentuk beberapa

kabupaten hasil pemekaran yaitu Padang Lawas, Padang Lawas Utara,

Labuhan Batu Utara, Labuhan Batu Selatan dan Batubara.

b. Pembangunan Fasilitas Umum dan Sarana/Prasarana Sosial

Pelaksanaan pembangunan di lain pihak menuntut pelepasan

lahan-lahan perkebunan, rencana pembangunan Jalan Tol Medan-Tebing

Tinggi telah diplot melintasi beberapa lahan perkebunan diantaranya

areal PTPN III. Terkait dengan pemekaran wilayah yang akan

menimbulkan pusat-pusat kegiatan masyarakat yang baru yang pada

gilirannya akan menuntut pembangunan fasilitas-fasilitas umum,

sarana/prasarana sosial. Kondisi ini dapat dirasakan selama ini dengan

adanya permohonan dari Pemerintah atau kelompok masyarakat untuk

pelepasan areal HGU yang akan digunakan sebagai rumah ibadah,

sekolah dan lain-lain.

c. Garapan Masyarakat

Pertambahan jumlah penduduk membuat lahan-lahan perkebunan

disekitar pusat pemukiman akan semakin terdesak. Beberapa lokasi

HGU perkebunan yang berbatasan dengan wilayah perkotaan terancam

digarap masyarakat ataupun secara legal terdesak oleh pelaksanaan

(17)

Luas areal PTPN III selama 3 tahun terakhir tidak mengalami

perkembangan, yakni masih seluas 155.536,155 Ha, bahkan pada periode

tahun 2010 – 2011 potensi kehilangan lahan mencapai 1.580,71 Ha.

Kebutuhan tandan buah segar semakin mendesak seiring berdirinya industri

hilir. Untuk melaksanakan pengembangan areal, PTPN III telah membuat

program pengembangan areal telah dituangkan ke dalam Rencana Kerja dan

Anggaran Perusahaan sejak tahun 2008.

Menindaklanjuti rencana pembebasan lahan untuk areal

pengembangan sesuai yang diamanatkan di dalam RKAP telah dilakukan

kajian administratif dan prasurvey ke lokasi potensi lahan pengembangan

sesuai penawaran atau informasi yang disampaikan kepada PTPN III,

sampai periode Desember 2008 pra Survey lokasi potensi areal

pengembangan yang telah dilakukan sejumlah 23 lokasi atau seluas 215.133

Ha dan untuk periode Triwulan I/2009 sejumlah 7 lokasi seluas 22.290 Ha.

Alternatif yang dilakukan untuk melakukan pengembangan areal

antara lain adalah dengan melakukan proses ganti rugi lahan kosong milik

masyarakat (perorangan), mengambil lahan yang telah memiliki izin lokasi,

atau melakukan akuisisi lahan HGU atau akuisisi perusahaan perkebunan,

kerjasama dengan mitra strategis dan pengembangan plasma.

Pada saat ini fokus pengembangan areal PT. Perkebunan Nusantara III

(Persero) adalah untuk mengembangkan Distrik Tapanuli Selatan (DTAPS)

yang mengelola hanya 2 (dua) kebun yaitu Kebun Batangtoru dan Kebun

Hapesong. Kegiatan pengembangan areal tersebut saat ini masih dalam

(18)

rugi ini sudah dirintis sejak Tahun 2009 melalui beberapa tahapan proses

untuk menjadi areal HGU.

Sejak tahun 2009 PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) juga

mengelola Kebun Karang Inong dan Kebun Julok Rayeuk Selatan yang

merupakan milik PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) melalui Kerjasama

Operasi (KSO). Dalam kerjasama ini PT. Perkebunan Nusantara III

(Persero) melakukan investasi peremajaan tanaman di kedua kebun tersebut,

namun kepemilikan lahan tetap berada di PT. Perkebunan Nusantara I

(Persero).

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang akan dikaji

dalam penelitian ini adalah luas areal PTPN III selama 3 (tiga) tahun terakhir

tidak mengalami pengembangan bahkan berpotensi berkurang, sedangkan

kebutuhan terhadap tandan buah segar semakin meningkat seiring dengan

berdirinya berbagai industri hilir CPO.

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi

pengembangan areal yang telah dilakukan oleh PTPN III (Persero). Tujuan

spesifiknya adalah:

a. Merumuskan strategi pengembangan areal yang akan dilakukan oleh

(19)

b. Menganalisis faktor-faktor lingkungan internal yang menjadi

hambatan pengembangan areal yang dilakukan oleh PTPN III

(Persero)

c. Menganalisis faktor-faktor lingkungan eksternal yang menjadi

penyebab kegagalan pengembangan areal yang dilakukan oleh PTPN

III (Persero)

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

a.PTPN III (Persero), dapat menjadi masukan berharga tentang bagaimana

menajemen perusahaan dalam mengambil keputusan khususnya dalam

perencanaan pengembangan lahan perkebunan yang secara

berkesinambungan diperlukan dalam pengembangan usahanya.

b. Bagi peneliti, dapat menerapkan pengetahuan yang pernah didapat

oleh penulis selama mengikuti kuliah sampai sejauh mana hubungan

antara teori yang didapat dengan kasus yang ada di perusahaan.

c.Bagi Program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara,

sebagai tambahan referensi penelitian dalam bidang manajemen

strategi.

1.5 Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian

Penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada faktor- faktor

internal dan eksternal yang mempengaruhi upaya pengembangan areal

(20)

BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1. Pengertian dan Tingkatan Strategi

Pada masa sekarang ini terminologi kata strategi sudah menjadi

bagian integral dari aktivitas organisasi bisnis untuk dapat

mempertahankan eksistensinya (tantangan perubahan lingkungan

ekonomi, sosial budaya, teknologi, konsumen, suplier, dan terutama

persaingan) sehingga strategi tidak lagi terbatas bagi keperluan kalangan

militer saja.

Menurut Clausewitz dalam Robinson & Pearce (1997), strategi

merupakan suatu seni menggunakan pertempuran untuk memenangkan

suatu perang. Strategi merupakan rencana jangka panjang untuk

mencapai tujuan (http://www.investorwords.com), sehingga strategi

terdiri dari aktivitas-aktivitas penting yang diperlukan untuk mencapai

tujuan.

Sedangkan Mintzberg dalam Rangkuti (2000) menyatakan bahwa

kata strategi dapat digunakan dalam berbagai cara atau situasi.

1. Strategy is a plan, a how, a means of getting from here to there

2. Strategy is a pattern in actions over time (Pola)

3. Strategy is position; that is; reflects decisions to offer particular

products or services in particular markets.

(21)

Strategi menurut Porter dalam Umar (2004) adalah sekumpulan

tindakan atau aktivitas yang berbeda untuk menghantarkan nilai yang

unik. Sedangkan Thompson dan Strikcland (2001) mengatakan strategi

terdiri dari aktivitas-aktivitas yang penuh daya saing serta

pendekatan-pendekatan bisnis untuk mencapai kinerja yang memuaskan (sesuai

target).

Strategi yang disusun dapat kita bedakan menjadi beberapa

tingkatan tergantung pada jenis perusahaan yang melakukannya, apakah

perusahaan tunggal (single business) atau perusahaan terdiversifikasi

(diversified company).

(22)

Gambar 2.2. Perusahaan Disversifikasi

a. Strategi Korporat

Strategi yang dirumuskan untuk mencapai tujuan korporat atau

bisnis secara keseluruhan mencakup bagaimana mengintegrasikan dan

mengelola semua bisnis (New busines, New Devisions, New

Subdiareis, Merger, Acquisition). Korporat bertanggung jawab

membangun “value” dalam bisnisnya. Korporat bertanggung jawab

pada portofolio bisnis, memastikan bahwa bisnis akan beroprasi dalam

jangka panjang, dan memastikan setiap bisnis yang dimilikinya

kompatibel satu sama lain.

Strategi korporat merupakan game plan keseluruhan dari

perusahaan diversifikasi. Strategi ini menjadi payung atau pedoman

strategi bagi seluruh unit bisnis yang dimiliki perusahaan diversifikasi.

Penyusunan strategi korporat perlu mempertimbangkan hal-hal di

(23)

1. Langkah-langkah untuk memantapkan posisi dan keunggulan

masing-masing unit bisnis

2. Langkah-langkah mempercepat tercapainya kinerja bisnis

3. Menentukan cara untuk mencapai kesesuaian strategik (strategic

fits) antar bisnis dengan korporat

4. Menentukan prioritas investasi dan mendorong sumberdaya

korporat untuk berdaya guna di bisnis yang paling atraktif dan

menguntungkan.

b. Strategi Bisnis

Strategi bisnis atau sering disebut strategi unit bisnis ini bisa

berupa strategi di level anak perusahaan, divisi, lini produk, atau profit

centre lain yang memiliki otonomi pengelolaan bisnisnya sendiri. Isu

dalam strategi bisnis adalah bagaimana mengkoordinasikan

fungsi-fungsi bisnis/manajemen untuk mencapai keunggulan kompetitif.

Di level bisnis strategi yang diformulasikan akan berkaitan

dengan posisi bisnis terhadap pesaing, bagaimana mengakomodasi

perubahan tren pasar dan teknologi, dan upaya-upaya mempengaruhi

persaingan melalui tindakan-tindakan strategis seperti integrasi

vertikal, atau tindakan politis seperti lobi. Strategi generik Michael

Porter adalah contoh strategi bisnis.

c. Strategi Fungsional

Strategi yang diformulasikan dan diimplementasikan di level

(24)

operasional, dan pemasaran. Level ini menjadi pusat informasi

manajemen strategi di level lebih atas yaitu bisnis dan korporat. Setiap

unit fungsional diharuskan mengembangkan strategi bisnis agar dapat

memberikan kontribusi pada kesuksesan strategi bisnis secara

keseluruhan.

d. Strategi Operasional

Strategi yang diformulasikan dan diimplementasikan di unit-unit

operasional seperti penjualan, distribusi, penyimpanan, promosi,

persediaan, penggajian dll. Keberhasilan manager pada jajaran ini

akan menentukan kelancaran proses dan kesuksesan organisasi secara

keseluruhan.

2.2. Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal lebih mengarah pada analisis intern

perusahaan dalam menilai atau mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan

dari tiap-tiap divisi keuangan dan akuntansi, pemasaran, riset dan

pengembangan, personalia serta operasional (David, 2006). Inti dari

analisis lingkungan internal ini adalah berusaha untuk mencari

keunggulan strategis yang dipakai untuk membedakan diri dari pesaing.

Menurut Jauch dan Gluech (1999), lingkungan internal adalah proses

dimana perencanaan strategi mengkaji faktor internal perusahaan untuk

menentukan dimana perusahaan memiliki kekuatan dan kelemahan yang

(25)

dan Robinson Jr, dalam Kotler (2005), analisis lingkungan internal

adalah pengertian mengenai pencocokan kekuatan dan kelemahan

internal dengan peluang dan ancaman eksternal. Selanjutnya Pearce dan

Robinson, Jr dalam Kotler (2005) memberikan langkah-langkah dan

menganalisis lingkungan internal yang nantinya akan menghasilkan

profit perusahaan terdiri dari :

1) Identifikasi faktor-faktor strategik internal dan kegiatan yang paling

penting :

a) Identifikasi faktor internal kunci:

1. Pemasaran.

Pemasaran adalah starting point setiap kegiatan bisnis.

Fungsi-fungsi perusahaan yang lain, seperti produksi,

persediaan, keuangan, SDM dsb, merupakan derivat,

langsung atau tidak langsung, dari fungsi pemasaran. Kajian

mengenai kelayakan suatu usaha selalu dimulai dari

perkiraan kemampuan melakukan penetrasi pasar. Karena

itu, tak ada bisnis yang bisa dikembangkan tanpa

pemasaran.

2. Keuangan dan akunting.

Faktor keuangan memberikan gambaran tentang

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan

atau laba perusahaan yang tergambar dalam laporan

keuangan perusahaan.

(26)

Bagian operasi dan teknik berkaitan dengan upaya

pengendalian produksi di pabrik tetap terjaga sesuai

rencana. pengendalian produksi adalah fungsi untuk

menggerakan barang melalui siklus manufaktur keseluruhan

dari pengadaan bahan baku sampai dengan pengiriman

produk jadi

4. Personalia.

Bagian personalia berkaitan dengan perencanaan, pelatihan

dan penempatan staf yang sesuai dengan rencana

perusahaan dalam jangka waktu tertentu.

5. Manajemen Mutu.

Manajemen mutu dilaksanakan dalam menjaga kualitas

kerja dan produk sehingga tetap memenuhi standar yang

diinginkan.

6. Teknologi Informasi

Teknologi informasi merupakan bagian dari sistem

penunjang pengambilan keputusan manajemen dalam

berbagai hal. Pengelolaan informasi berbasis komputer

sangat menentukan proses pengambilan keputusan

perusahaan.

7. Organisasi dan Manajemen Umum.

Pengelolaan SDM yang benar dalam organisasi

(27)

kesesuaian bidang kerja staf, sehingga pekerjaan yang

dilaksanakan dapat maksimal.

b) Identifikasi kegiatan umum :

1. Logistik ke dalam

2. Operasi

3. Logistik ke luar

4. Pemasaran dan penjualan

5. Layanan

c) Identifikasi kegiatan penunjang :

1. Pembelian

2. Pengembangan teknologi

3. Manajemen sumber daya manusia

4. Infastruktur perusahaan

a. Bagaimana faktor-faktor dan kegiatan-kegiatan ini

dibandingkan dengan informasi historis dan standar

keunggulan internal.

b. Evaluasi faktor-faktor strategik intern dengan cara :

1) Perbandingan dengan kinerja masa lalu

2) Perbandingan dengan pesaing

3) Perbandingan dengan fator-faktor sukses

(28)

2.3. Analisis Lingkungan Eksternal

Istilah lingkungan bisnis memiliki yang luas karena menunjukkan

seluruh pengaruh eksternal terhadap organisasi (Kuncoro, 2006).

Lingkungan eksternal yang dihadapi oleh perusahaan sifatnya tidak dapat

diprediksi dengan tetap dan cepat sekali mengalami perubahan. Ada

banyak faktor eksternal yang mempengaruhi pilihan arah dan tindakan

suatu perusahaan dan pada akhirnya struktur organisasi serta proses

internalnya. Menurut Jauch dan Gluech (1999), analisis lingkungan

eksternal adalah suatu proses yang digunakan perencana dalam

menentukan peluang ancaman terhadap perusahaan. Pearce dan Robinson,

Jr (1997) membagi lingkungan eksternal menjadi :

1) Lingkungan Jauh yang terdiri dari faktor-faktor yang pada dasarnya

diluar dan terlepas dari perusahaan. Lingkungan jauh ini

memberikan kesempatan besar bagi perusahaan untuk maju,

sekaligus dapat menjadi hambatan dan ancaman untuk maju.

Lingkungan jauh ini terdiri dari beberapa faktor yakni :

a. Ekonomi. Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat

mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan. Semakin

buruk kondisi ekonomi, semakin buruk pula iklim berbisnis.

Oleh karena itu, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat

hendaknya bersama-sama mempertahankan bahkan

meningkatkan kondisi ekonomi daerahnya menjadi lebih baik

lagi agar perusahaan dapat bergerak maju dalam usahanya.

(29)

menganalisis kondisi ekonomi suatu daerah atau negara

adalah siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku bunga,

investasi, harga-harga produk dan jasa, pertumbuhan

ekonomi, pendapatan perkapita.

b. Sosial dan Budaya. Kondisi sosial masyarakat memang

berubah-ubah. Hendaknya perubahan-perubahan sosial yang

terjadi yang mempengaruhi perusahaan dapat diantisipasi oleh

perusahaan. Kondisi sosial ini misalnya sikap, gaya hidup,

adat istiadat, dan kebiasaan orang-orang di lingkungan

eksternal perusahaan.

c. Teknologi. Kemajuan teknologi yang pesat tidak hanya

mencakup penemuan-penemuan baru, tetapi juga meliputi

cara-cara pelaksanaan atau metode-metode baru dalam

mengerjakan suatu pekerjaan, artinya bahwa ia memberikan

suatu gambaran yang luas, meliputi mendesain,

menghasilkan, dan mendistribusikan. Setiap kegiatan usaha

yang diinginkan untuk berjalan terus menerus harus selalu

mengikuti perkembangan-perkembangan teknologi yang dapat

diterapkan pada produk atau jasa yang dihasilkan atau cara

operasinya.

d. Pemerintah. Arah, kebijakan dan stabilitas politik

pemerintah menjadi faktor penting bagi para pengusaha.

Kebijakan yang diputuskan diharapkan dapat memberi

(30)

perlu diperhatikan dari faktor pemerintah adalah

Undang-Undang dan peraturan yang diterbitkan oleh pemerintah.

2) Lingkungan Industri. Lingkungan ini lebih mengarah pada aspek

persaingan dimana bisnis perusahaan berada. Lingkungan industri

ini meliputi beberapa faktor yakni :

a. Pendatang baru. Pendatang baru pada suatu industri

membawa kapasitas baru, keinginan untuk merebut bagian

pasar, serta seringkali juga sumberdaya yang besar. Akibatnya

harga dapat menjadi turun atau biaya membengkak sehingga

mengurangi kemampulabaan. Ancaman masuknya pendatang

baru dalam industri tergantung pada rintangan masuk yang

ada, digabung dengan reaksi dari para pesaing yang sudah ada

yang dapat diperkirakan oleh si pendatang baru. Jika

rintangan atau hambatan ini besar dan atau pendatang baru

memperkirakan akan ada perlawanan yang keras dari

perusahaan-perusahaan yang sudah ada, maka ancaman

masuknya pendatang baru akan rendah.

b. Persaingan yang semakin ketat dengan perusahaan

sejenis. Rivalitas (rivalry) diantara pesaing yang ada

berbentuk perlombaan untuk mendapatkan posisi, antara lain

dengan menggunakan taktik-taktik seperti persaingan harga,

perang iklan, introduksi produk, dan meningkatkan jaminan

atau pelayanan kepada pelanggan. Persaingan ini terjadi

(31)

melihat peluang untuk memperbaiki posisi. Pada kebanyakan

industri, gerakan persaingan oleh suatu perusahaan

mempunyai pengaruh besar terhadap para pesaingnya, dengan

demikian akan mendorong perlawanan atau usaha untuk

gerakan tersebut. Hal ini berarti perusahaan-perusahaan

tersebut saling tergantung satu sama lain (mutually

dependent).

c. Ketersediaan Substitusi. Setiap perusahaan yang ada dalam

suatu industri bersaing (dalam arti yang luas) dengan

industri-industri yang menghasilkan produk pengganti. Produk

pengganti membatasi laba potensial dari industri dengan

menetapkan harga pagu (ceiling price) yang dapat diberikan

perusahaan dalam industri. Makin menarik alternatif harga

yang ditawarkan oleh produk pengganti, makin berat

pembatasan laba industri. Mengenali produk-produk substitusi

adalah persoalan mencari produk lain yang dapat menjalankan

fungsi yang sama seperti produk yang ada dalam industri.

Produk pengganti yang perlu mendapatkan perhatian besar

adalah produk-produk yang mempunyai kecenderungan untuk

memiliki harga yang atau prestasi yang lebih baik daripada

produk industri, dan produk yang dihasilkan oleh industri

berlaba tinggi.

d. Kekuatan konsumen. Para pembeli bersaing dengan industri

(32)

mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik, serta

berperan sebagai pesaing satu sama lain. Kekuatan dari

tiap-tiap kelompok pembeli yang penting dalam industri

tergantung pada sejumlah karakteristik situasi pasar dan pada

kepentingan relatif pembeliannya dari industri yang

bersangkutan dibandingkan dengan keseluruhan bisnis

pembeli tersebut.

2.4. Jenis-Jenis Strategi

Ada beberapa alternatif strategi yang dapat diadopsi untuk

mencapai keunggulan bersaing sehingga penjualan akan meningkat

dalam kondisi pasar yang potensial namun kemampuan konsumen untuk

membeli sangat flutuatif. Menurut Umar (2004), Strategi Generik adalah

strategi-strategi yang memiliki kesamaan yaitu menjalin kerjasama

dengan perusahaan lain, namun dengan berbagai macam cara.

Paparan strategi utama dari strategi generik dan strategi utama

(33)

Tabel 2.1. Strategi Generik dan Strategi Utama Fred R. David

Strategi Generik Strategi Utama

Strategi Integrasi Vertikal

 Strategi Integrasi Horizontal (Horizontal Integration Strategy)

Strategi Intensif

(Intensive Strategy)

 Strategi Pengembangan Pasar (Market Dev. Strategy)

 Strategi Pengembangan Produk (Product Dev. Strategy)

 Startegi Penetrasi Pasar (Market

Penetration Strategy)

Strategi Diversifikasi

(Diversification Strategy)

 Strategi Diversifikasi Konsentrik

(Concentric Divers Strategy)

 Strategi Diversifikasi Konglomerat (Conglomerate Divers Strategy)

 Startegi Diversifikasi Horizontal

(Horizontal Divers Strategy)

Strategi Bertahan

(Devensive Strategy)

 Strategi Usaha Patungan (Joint Venture Strategy)

 Strategi Penciutan Biaya (Retrenchment Strategy)

 Strategi Penciuatan Usaha (Divestiture Strategy)

 Startegi Likuidasi (Liquidation Strategy)

Sumber : Husein, 2004

Kelompok Strategi Integrasi Vertikal (Vertical Integration Strategy)

F

orward Integration, Backward Integration, dan Horizontal

Integration merupakan tiga macam strategi yang termasuk dalam

kelompok Strategi Integrasi. Ketiganya secara kolektif sering

dianggap sebagai startegi integrasi vertical (vertical integration

startegies). Strategi ini menghendaki agar perusahaan melakukan

pengawasan yang lebih terhadap distributor, pemasok, dan/atau para

pesaing baik melalui merger, akuisisi, atau membuat perusahaan

sendiri. Penjelasan dari ketiga strategi dipaparkan berikut ini.

a. Forward Integration Strategy. Strategi ini menghendaki agar

(34)

pengendalian para distributor atau pengecer mereka, bila perlu

dengan memilikinya. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan

mendapatkan banyak masalah dengan pendistribusian barang / jasa

mereka, sehingga mengganggu stabilitas produksi, padahal,

perusahaan mampu untuk mengelolah pendistribusian dimaksud

dengan sumber daya yang dimiliki. Alasan lain, bisnis di sektor

distribusi yang dimaksud, misalnya memiliki prospek yang baik

untuk dimasuki.

b. Backward Integration Strategy. Pengusaha di bidang manufaktur

dan para pengecer membutuhkan barang – barang dari pemasok,

misalnya berupa bahan baku. Backward Integration merupakan

strategi perusahaan agar pengawasan terhadap bahan baku dapat

lebih ditingkatkan, apalagi para pemasok sudah dinilai tidak lagi

menguntungkan perusahaan, seperti keterlambatan dalam

pengadaan bahan, kualitas bahan yang menurun, biaya yang

meningkat sehingga tidak lagi dapat diandalkan. Konsumen kini

mulai lebih menghargai produk – produk yang ramah lingkungan,

sehingga mereka lebih menyukai produk yang dapat didaur ulang.

Beberapa perusahaan menggunakan backward integration untuk

memperoleh pengawasan terhadap para pemasok barang agar

produk – produk yang dapat didaur ulang itu bahan bakunya aman

dipasok. Jadi, tujuan strategi ini adalah untuk mendapatkan

kepemilikan danatau meningkatkan pengendalian bagi para

(35)

sedikit padahal pesaing banyak, pasokan selama ini berjalan lancer,

harga produk stabil, dan pemasok memiliki marjin keuntungan

yang tinggi serta perusahaan mempunyai modal dan sumber daya

yang berkualitas.

c. Horizontal Integration Strategy. Strategi ini dimaksudkan agar

perusahaan meningkatkan pengawasan terhadap para pesaing

perusahaan walau harus dengan memilikinya. Salah satu

kecenderungan yang paling signifikan dalam manajemen strategis

dewasa ini adalah dengan menggunakan strategi Horizontal

Integration sebagai suatu strategi pertumbuhan. Jadi, tujuan strategi

ini adalah untuk mendapatkan kepemilikan dan/atau meningkatkan

pengendalian para pesaing. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan

memiliki posisi monopoli seizin pemerintah, bersaing di industri

yang berkembang, skala ekonomi meningkat, serta modal dan

sumber daya yang dimiliki perusahaan mampu melakukan

ekspansi.

Kelompok Strategi Intensif (Intensive Strategies)

Strategi Penetrasi Pasar (Market Penetration), Pengembangan

Pasar (Market Development), dan Pengembangan Produk (Product

Development) adalah tiga strategi yang dikelompokkan ke dalam apa

yang sering disebut sebagai strategi intensive. Disebut demikian karena

strategi-strategi ini dalam implementasinya memerlukan usaha-usaha

(36)

produk – produk yang ada. Ketiga strategi intensif ini dipaparkan

berikut ini.

a. Market Penetration Strategy. Strategi ini berusaha untuk

meningkatkan market share suatu produk atau jasa melalui usaha –

usaha pemasaran yang lebih besar. Strategi ini dapat

diimplementasikan baik secara sendiri – sendiri atau bersama

dengan strategi lain untuk dapat menambah jumlah tenaga penjual,

biaya iklan, items untuk promosi penjualan, dan atau usaha – usaha

promosi lainnya. Jadi, tujuan strategi ini adalah untuk

meningkatkan pangsa pasar dengan usaha pemasaran yang

maksimal. Hal ini dapat dilakukan jika pasar belum jenuh, pangsa

pasar pesaing menurun, korelasi yang positif antara biaya 4P

pemasaran dan sales serta kemampuan untuk bersaing yang

meningkat.

b. Market Development Strategy. Strategi ini bertujuan untuk

memperkenalkan produk – produk atau jasa yang ada sekarang ke

daerah – daerah yang secara geografis merupakan daerah baru.

Dalam perspektif global, pengembangan pasar berskala

internasional sudah banyak dilakukan oleh perusahan – perussahan.

Namun, industri – industri tertentu akan menghadapi kesulitan

dalam bersaing jika hanya bermain di pasar lokal. Jadi, tujuan

strategi ini adalah untuk memperbesar pangsa pasar. Hal ini dapat

(37)

kapasitas produksi, pendapatan laba yang sesuai dengan harapan,

serta adanya pasar yang baru atau pasar yang belum jenuh.

c. Product Development Strategy. Strategi ini merupakan strategi

yang bertujuan agar perusahaan dapat meningkatkan penjualan

dengan cara meningkatkan atau memodifikasikan produk – produk

atau jasa – jasa yang ada sekarang. Strategi ini biasanya

memerlukan penelitian yang luas dan tajam serta membutuhkan

biaya yang cukup besar. Jadi, tujuan strategi ini adalah untuk

memperbaiki dan atau mengembangkan produk yang sudah ada.

Hal ini dapat dilakuakan, jika produk sudah berada pada tahapan

jenuh, pesaing menawarkan produk sejenis yang lebih baik, dan

atau lebih murah, memiliki kemampuan untuk mengembangkan

produk, dan berada pada industri yang sedang tumbuh.

Kelompok Strategi Diversifikasi (Diversification Strategies)

Ada tipe umum strategi divertifikasi yang sudah banyak diketahui

dan diimplementasikan, yaitu Concentric Diversification, Horizontal

Diversification, dan Conglomerate Diversification. Secara keseluruhan,

kelompok strategi ini makin lama makin kurang popular, paling tidak

ditinjau dari sisi tingginya tingkat kesulitan manajemen dalam

mengendalikan aktivitas – aktivitas perusahaan yang berbeda – beda

tersebut. Pada tahun 1960-an dan tahun 1970-an, banyak perusahaan

cenderung memberikan variasi – variasi pada bisnis mereka supaya

bisnis perusahaan tidak hanya bergantung pada beberapa jenis usaha.

(38)

berubah lagi. Bahkan, Michael Porter dari Harvard Business School

mengatakan bahwa hendaknya perusahaan – perusahaan menjual atau

menutup SBU – SBU yang kurang menguntungkan untuk kembali

fokus pada bisnis ini mereka. Bagaimanapun juga, diversifikasi kadang

– kadang masih merupakan strategi yang sesuai dan berhasil, contohnya

Philip Morris. Philip Morris memperoleh 60% dari keuntungan

penjualan rokok Marlboro. Saat itu konsumsi rokok berkurang dan

beberapa investor menolak stok tembakau. Gebrakan yang lain, Philip

Morris menghabiskan dana sejumlah $12,9 miliar untuk pengambil –

alihan Kraft General Foods, produsen makanan terbesar kedua dunia

setelah Nestle. Ketiga jenis strategi ini penulis paparkan berikut ini.

a. Concentric Diversification Strategy. Strategi ini dapat

dilaksanakan dengan cara menambahkan produk dan jasa yang baru

tetapi masih saling berhubungan. Contoh penerapan strategi ini

dilakukan oleh Prudential Insurance yang mengakuisisi Merrill

Lynch yang bergerak dalam penjualan real estat dan perumahan

penduduk dan relokasi bisnis seharga sekitar $300 juta. Perusahaan

asuransi terbesar ini berharap menjadi pemain utama dalam

industry residential brokerage. Akibat dari akuisisi ini, Prudential

menambah 450 kantor dan 18.000 tenaga penjual demi kenaikan

peringkatnya. Jadi, tujuan strategi ini untuk membuat produk baru

yang berhubungan untuk pasar yang sama. Hal ini dapat dilakukan

jika bersaing pada industri yang pertumbuhannya lambat atau

(39)

b. Horizontal Diversification Strategy. Strategi ini dilakukan dengan

menambahkan produk dan jasa pelayanan yang baru, tetapi tidak

saling berhubungan untuk ditawarkan pada para konsumen yang

ada sekarang. Besarnya resiko kegagalan strategi ini tidaklah

sebesar resiko pada strategi Conglomerate Diversification karena

perusahaan telah terbiasa dengan para konsumen yang ada

sekarang. Misalnya, pembelian Columbia Pictures Entertainment

Company oleh Sony Corporation senilai $3,4 miliar. Akuisisi ini

merupakan investasi Jepang terbesar dalam industri hiburan USA.

Jadi, tujuan strategi ini adalah menambah produk baru yang tidak

berhubungan dengan tujuan memuaskan pelanggan yang sama. Hal

ini dapat dilakukan jika produk baru dapat mendukung produk

lama, persaingan pada produk lama berjalan ketat dan dalam

tahapan mature, distribusi produk baru kepada pelanggan lancer,

dan pada tingkat yang lebih dalam adalah bahwa musim penjualan

dari kedua produk relatif beda.

c. Conglomerate Diversification Strategy. Strategi dengan

menambahkan produk atau jasa yang tidak saling berhubungan

disebut Conglomerate Diversification. Contoh pada perusahaan

yang tingkat diversifikasinya relative tinggi. GE membuat

lokomotif, bola lampu, power plant, dan lemari es. GE juga

menangani lebih banyak kartu kredit dari pada America Express

dan GE juga memilki lebih banyak pesawat terbang komersial dari

(40)

produk baru yang tidak saling berhubungan untuk pasar yang

berbeda. Hal ini dapat dilakukan, jika industri disektor ini telah

mengalami kejenuhan, ada peluang untuk memiliki bisnis yang

tidak berkaitan yang masih berkembang baik, serta memiliki

sumber daya untuk memasuki industry baru tersebut.

Kelompok Strategi Bertahan (Devensive Strategies)

Disamping strategi Integrative, dan Diversification, perusahaan

dapat juga melakukan strategi bertahan (Devensive Strategies) yang

terdiri atas strategi – strategi Joint Venture, Retrenchment atau

Liquidation. Ketiga strategi bertahan tersebut dipaparkan berikut ini.

a. Joint Venture Strategy. Strategi ini merupakan strategi yang

populer, yakni dimana terjadi saat dua atau lebih perusahaan

membentuk suatu perusahaan temporer atau konsorium untuk

tujuan kapitalisasi modal. Strategi ini dapat dipertimbangkan dalam

hal perusahaan bertahan untuk tidak mau memikul beban – beban

usahanya sendiri. Seringkali, dua atau lebih perusahaan sponsor

membentuk sebuah organisasi yang terpisah dan telah membagi

kepemilikan ekuitas pada entitas yang baru ini. Implementasi

strategi Joint Venture ini dalam kenyataannya dapat berjalan

dengan baik. Jadi, tujuan strategi ini untuk menggabungkan

beberapa perusahaan dalam bentuk perusahaan baru yang terpisah

dari induk – induknya. Hal ini dapat dilakukan, jika mereka merasa

(41)

besar, atau bermaksud dalam rangka mendapatkan kemudahan –

kemudahan lain.

b. Retrenchment Strategy. Strategi ini dapat dilaksanakan melalui

reduksi biaya dan asset perusahaan. Hal ini dilakukan karena,

misalnya, telah terjadi penurunan penjualan dan laba perusahaan.

Retrenchment yang kadang – kadang disebut juga sebagai strategi

Turnaround dirancang agar perusahaan mampu bertahan pada

pasar persaingannya. Implementasinya, selama proses

retrenchment, para ahli strategi bekerja dengan sumber daya yang

terbatas dan biasanya menghadapi tekanan – tekanan dari para

pemegang saham, pekerja, dan media massa. Strategi

Retrencbmentjuga bisa dilakukan dengan cara menjual aktiva

seperti tanah dan gedung dalam rangka mendapatkan uang tunai

yang diperlukan, penutupan marginal business, penutupan pabrik

yang produknya dianggap sudah kuno, otomatisasi proses,

pengurangan jumlah karyawan, dan pembuatan sistem

pengendalian biaya yang ketat.

c. Divestiture Strategy. Menjual satu divisi atau bagian dari

perusahaan disebut divestiture. Strategi Divestiture sering

digunakan dalam rangka penambahan modal dari suatu rencana

investasi atau untuk menindaklanjuti strategi akuisisi yang telah

diputuskan untuk prosese selanjutnya. Divestituredapat berupa

bagian dari strategi retrenchmentuntuk mengganti aktivitas

(42)

perusahaan lainnya. Contohnya, pada akhir tahun 1991 Chase

Manhatta keluar dari dua perusahaan leasing, yaitu General

Electric dengan kompensasi sebesar $1,1 miliar, dan satunya lagi

pada Ford Motor senilai $900 juta. Chase perlu dana untuk

meningkatkan balance sheet dan equity capital ratio-nya. Jadi,

implementasi dari strategi ini adalah misalnya, dengan menjual

sebuah unit bisnis. Hal ini dapat dilakukan jika suatu unit bisnis

sudah tidak dapat dipertahankan keberadaannya karena, misalnya,

terus merugi dan berdampak pada kinerja perusahaan secara

keseluruhan.

d. Liquidation Strategy. Menjual seluruh aset perusahaan yang dapat

dihitung nilainya disebut liquidation. Strategi Liquidation

merupakan sebuah pengakuan dari suatu kegagalan. Bagaimanapun

juga, mungkin lebih baik menghentikan operasi perusahaan

daripada meneruskannya akan tetapi nanti rugi besar. Sebagai

contoh, Malcolm P. McLean, pelopor kapal laut pengangkut

container yang melikuidasi McLean, Industries, perusahaan yang

sudah berusia 115 tahun, dan Walt Disney membeli majalah

Discover dari Family Media pada akhir tahun 1991. Jadi, strategi

ini bertujuan untuk menutup perusahaan. Hal ini dapat dilakukan

jika perusahaan sudah tidak dapat dipertahankan keberadaannya.

Dengan menjual harta perusahaan, maka pemegang saham akan

(43)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN

Kerangka konseptual merupakan kerangka pikir mengenai hubungan antar

variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar konsep

dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah

diuraikan pada kerangka teoritis.

PTPN III juga memiliki 7 anak perusahaan yang bergerak di bidang

perkebunan kelapa sawit, industri hilir karet, industri pengolahan kayu karet dan

kelapa sawit serta pipanisasi/penyimpanan CPO. Dalam rangka peningkatan

usaha, PTPN III telah melakukan berbagai upaya perluasan lahan perkebunan.

Selain itu perluasan area tanaman bertujuan untuk memberikan fondasi yang kuat

bagi pengembangan industri hilir, program perluasan areal tanaman sepantasnya

menjadi fokus dari kegiatan investasi di PTPN III karena potensi menyusutnya

areal HGU menjadi ancaman utama dalam bisnis perkebunan yang masih

mengandalkan industri hulu sebagai bisnis utama.

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan kerangka teoritis sebelumnya,

maka penulis mencoba untuk mengembangkan kerangka konseptual untuk

mengkaji dan membahas permasalahan yang dihadapi perusahaan dalam

merumuskan strategi perluasan lahan bagi PTPN III seperti yang ditunjukkan pada

(44)
(45)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Suatu penelitian agar dapat mencapai sasaran yang diinginkan, maka

harus ditetapkan terlebih dahulu metode penelitian yang akan digunakan.

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Pendekatan yang

digunakan adalah studi kasus yang di dukung survei, yaitu penelitian dengan

mengambil sampel dari populasi dan menggunakan daftar pertanyaan

sebagai instrumen pengumpulan data utama (Sugiyono, 2006). Sifat dari

penelitian ini adalah deskriptif eksplanatori yakni memberikan gambaran

secara mendetail tentang latar belakang, sifat dan karakter yang khas dari

kasus yang akan diteliti.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PTPN III. Waktu penelitian dilaksanakan

selama 12 (dua belas) minggu sesuai jadwal di bawah ini :

Tabel 4.1. Kegiatan Gladikarya

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan Usulan Gladikarya

2 Kolokium

3 Pengumpulan dan Analisis Data

4 Penyusunan Gladikarya

5 Seminar Perusahaan

6 Penyusunan Gladikarya Akhir

7 Sidang Gladikarya

(46)

4.3 Jenis dan Sumber Data

Terdapat 2 (dua) jenis data yang digunakan dalam penelitian ini :

a. Data Primer melalui kuesioner (daftar pertanyaan) kepada pihak yang

berhak dan berwenang memberi data dan informasi tentang strategi

perluasaan areal yang dilakukan PTPN III yang terdiri dari :

1) Direktur Perencanaan dan Pengembangan

2) Kepala Bagian Pengembangan

3) Kepala Bagian Hukum dan Manajemen Risiko

4) Kepala Bagian Keuangan

5) Kepala Bagian Umum (Agraria)

6) Kepala Urusan Pengembangan

7) Distrik Manajer

b. Data Sekunder melalui studi dokumentasi, yaitu mengumpulkan dan

mempelajari data-data berupa dokumen-dokumen yang ada di PTPN III.

Studi dokumentasi dalam penelitian meliputi :

1) Perkembangan Luas Areal PTPN III selama 3 Tahun Terakhir

2) Rencana dan Realisasi Perluasan Areal PTPN III.

3) Potensi Luas Areal Pengembangan yang Telah Disurvey

4) Tim yang Menangani Perluasan Areal PTPN III

5) Tugas dan Fungsi dari Masing-masing Personil dalam Tim

(47)

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Kuesioner atau daftar pertanyaan yang diberikan kepada pihak yang

berkaitan dengan perluasan areal. Kuesioner disusun dalam bentuk tabel

yang akan diolah melalui alat analisis data. Isian kuesioner dilakukan

dengan tahapan sebagai berikut :

Kepada setiap responden diminta untuk mengajukan dan menambah

item-item pertanyaan yang relevan dan penting untuk setiap kelompok faktor

didalam masing-masing analisis data.

Setelah item tersebut terkumpul dalam setiap faktor, responden diminta

untuk memberikan nilai bobot bagi setiap item yang seluruhnya

berjumlah 1. Bobot untuk setiap nilai dapat berupa bilangan desimal.

Setelah bobot ditetapkan, responden selanjutnya diminta memberikan nilai

peringkat untuk setiap item dengan rentang nilai 1 s/d 4.

Hasil pengisian kuesioner tersebut selanjutnya direkapitulasi untuk

memperoleh nilai rata-rata bobot dan peringkat yang menggambarkan

secara umum hasil analisis dan penarikan kesimpulan.

4.5 Analisis Data

Data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini, dikumpulkan

dan kemudian di analisis dengan menggunakan analisis lingkungan yaitu

analisis terhadap lingkungan internal perusahaan yang menghasilkan

kekuatan dan kelemahan serta lingkungan eksternal perusahaan yang

menghasilkan peluang dan ancaman. Dalam penelitian ini, analisis

(48)

Faktor Intern (IFE Matriks), Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFE Matriks)

dan Matriks Internal Eksternal (IE Matriks).

4.5.1 Matriks Evaluasi Faktor Internal

Tahap ekstrasi dalam menjalankan audit manajemen strategi

adalah membuat matriks evaluasi faktor internal (Internal Factor

Evaluation-IFE Matrix). Alat formulasi strategi meringkas dan

mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area

fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar untuk

mengidentifikasikan dan mengevaluasi hubungan antara area-area

tersebut. Penilaian intutif dibutuhkan untuk mengembangkan

Matriks IFE, jadi kemunculan pendekatan ilmiah tidak seharusnya

diartikan bahwa ini adalah teknik yang sangat luar biasa.

Pemahaman yang baik atas faktor-faktor yang dimasukkan lebih

penting daripada angka yang sebenarnya. Matriks IFE

dikembangkan dengan lima tahap :

1. Menuliskan faktor internal utama seperti diidentifikasi dalam

proses audit internal dengan menggunakan berbagai faktor

internal, mencakup kekuatan dan kelemahan. Faktor internal

dilakukan dengan mengidentifikasi kekuatan terlebih dahulu

dan kemudian kelemahan sespesifik mungkin, dengan

gunakan presentase, rasio dan angka komparatif.

2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor dari 0,0 (tidak

penting) hingga 1,0 (paling penting) untuk masing-masing

(49)

mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap

keberhasilan perusahaan dalam industri. Tanpa memandang

apakah faktor kunci itu adalah kekuatan atau kelemahan

internal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling

besar dalam kinerja organisasi harus diberikan bobot yang

paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0.

Didalam pembobotan faktor-faktor internal dilakukan

berdasarkan diskusi dengan pihak-pihak PTPN III (Persero)

yang telah ditentukan sebelumnya, kemudian ditotal. Dari

nilai masing-masing faktor tersebut dibagi dengan total,

sehingga diperoleh bobot masing-masing faktor.

3. Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor

untuk mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan

kelemahan utama (peringkat = 1), atau kelemahan minor

(peringkat = 2), kekuatan minor (peringkat = 3), atau

kekuatan utama (peringkat = 4). Perhatikan bahwa kekuatan

harus mendapatkan peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus

mendapatkan peringkat 1 dan 2. Peringkat adalah

berdasarkan perusahaan, dimana bobot di Langkah 2 adalah

berdasarkan industri. Didalam menentukan nilai ranting dari

semua faktor internal dimintakan pendapat pihak-pihak yang

(50)

4. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya

untuk menentukan rata-rata tertimbang untuk masing-masing

variabel.

5. Jumlahkan rata-rata tertimbang untuk masing-masing

variabel untuk menentukan total rata-rata tertimbang untuk

organisasi.

Berapapun banyaknya faktor yang dimasukan dalam matriks

IFE, total rata-rata tertimbang berkisar antara yang terendah

1,0 dan tertinggi 4,0 dengan rata-rata 2,5. Total rata-rata

tertimbang dibawah 2,5 menggambarkan organisasi yang

lemah secara internal, sementara total nilai diatas 2,5

mengindikasikan posisi internal yang kuat.

4.5.2 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal

Matriks evaluasi faktor eksternal (Eksternal Factor

Evaluation-EFE Matrix) memungkinkan untuk merangkum dan

mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi,

lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan.

Matriks EFE dapat dibuat dengan lima tahapan, yaitu :

1. Buat daftar yang terdiri dari berbagai faktor eksternal yang

diklasifikasikan dalam proses audit eksternal. Masukan dari

total sepuluh hingga dua puluh faktor, termasuk peluang dan

ancaman, yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya.

Tuliskan peluang terlebih dahulu dan kemudian ancaman.

(51)

2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor dari 0,0 (tidak

penting) hingga 1,0 (paling penting). Bobot mengindikasikan

tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan

perusahaan dalam suatu industri. Peluang sering kali diberi

bobot lebih tinggi dari ancaman, tetapi ancaman juga dapat

diberi bobot yang tinggi jika mereka sangat serius atau sangat

mengancam. Bobot yang tepat dapat ditentukan dengan

membandingkan keberhasilan atau kegagalan pesaing atau

dengan mendiskusikan faktor dan mencapai konsensus

kelompok. Penjumlahan dari seluruh bobot yang diberikan

kepada semua faktor harus sama dengan 1,0. Didalam

pembobotan faktor-faktor eksternal juga dilakukan

berdasarkan persentase dari hasil kuisioner dan data-data

sekunder, kemudian di total. Dari nilai masing-masing faktor

tersebut dibagi dengan total, sehingga diperoleh bobot

masing-masing faktor.

Didalam pembobotan faktor-faktor eksternal dilakukan

berdasarkan diskusi dengan pihak-pihak di PTPN III

(Persero) yang telah ditentukan sebelumnya, kemudian

ditotal. Dari nilai masing-masing faktor tersebut dibagi

dengan total, sehingga diperoleh bobot masing-masing faktor.

3. Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor

eksternal kunci tentang seberapa efektif strategi perusahaan

(52)

perusahaan superior, 3= renspons perusahaan di atas rata-rata,

2= respon perusahaan rata-rata, dan 1= respon perusahaan

jelek. Peringkat didasari pada efektivitas strategi perusahaan.

Dengan demikian, peringkat didasarkan pada perusahaan

(company based), sedangkan bobot dalam tahap 2 didasarkan

pada industri (industri based). Penting untuk diperhatikan

bahwa ancaman dan peluang dapat diberi peringkat 1,2,3 atau

4.

4. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya

untuk menentukan nilai tertimbang.

Tanpa mempedulikan jumlah peluang dan ancaman kunci

yang dimasukan dalam matriks EFE, total nilai tertimbang

tertinggi untuk suatu organisasi adalah 4,0 dan nilai

tertimbang terendah adalah 1,0. Total nilai tertimbang

rata-rata adalah 2,5. Total nilai tertimbang sebesar 4,0

mengindikasikan bahwa organisasi merespons dengan sangat

baik terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam

industrinya. Dengan kata lain, strategi perusahaan secara

efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada saat ini

dan meminimalkan efek yang mungkin muncul dari ancaman

eksternal. Total nilai 1,0 mengindikasikan bahwa strategi

perusahaan tidak memanfaatkan peluang atau tidak

(53)

4.5.3 Matriks Internal Eksternal

Matriks IE bermanfaat untuk memposisikan perusahaan

kedalam matriks yang terdiri dari sembilan sel. Matriks IE terdiri

dari dua dimensi, yaitu total skor dari IFE matriks pada sumbu X

dan total skor EFE matriks pada sumbu Y. Pada sumbu X dari IE

matriks terdiri dari 3 (tiga) skor yakni ; skor 1,0 – 1,99 menyatakan

bahwa posisi internal lemah, skor 2,0 – 2,99 posisinya adalah

sedang, dan skor 3,0 – 4,0 adalah kuat. Dengan cara yang sama,

pada sumbu Y yang dipakai untuk IFE matriks, skor 1,0 – 1,99

menyatakan bahwa posisi eksternal rendah, skor 2,0 – 2,99

posisinya adalah sedang, dan skor 3,0 – 4,0 adalah tinggi. Untuk

lebih lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.1.

4,0 1,0

Gambar 4.1. Matriks Internal Eksternal

Matriks IE memiliki 3 (tiga) implikasi strategi yang berbeda

(Umar, 2005) yaitu :

a. SBU yang berada pada sel I, II, atau IV dapat digambarkan

sebagai Grow dan Build. Strategi yang cocok bagi SBU ini

(54)

Development, dan Produk Development atau Strategi

Terintegrasi seperti Backward Integration, Forward

Integration, dan Horizontal Integration.

b. SBU yang berada pada sel III, V, VII paling baik

dikendalikan dengan strategi Hold and Maintain.

Strategi-strategi yang umum dipakai yaitu Strategi-strategi Market Penetration

dan Product Development.

c. SBU yang berada pada sel VI, VIII, atau IX dapat

Gambar

Gambar 2.1. Perusahaan Tunggal
Gambar 2.2. Perusahaan Disversifikasi
Tabel 2.1. Strategi Generik dan Strategi Utama Fred R. David
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Management (1950), manajemen perkantoran adalah cabang manajemen yang berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan kantor secara efisien, kapan, dan. dimana pekerjaan itu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh pengembangan karir dan motivasi pada bagian SDM PTPN IV Medan terhadap kepuasan kerja

2.3.1 Pengertian Pengembangan Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu organisasi atau perusahaan akan dapat berjalan dengan baik bila organisasi atau instansi tersebut

Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dapat dijelaskan oleh Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kompetensi, sedangkan sisanya 52,8% dapat dijelaskan oleh faktor – faktor lain

Berdasarkan uji parsial menunjukkan bahwa variabel Pengembangan Sumber Daya Manusia berpengaruh positif dan signifikan dan variabel Kompetensi berpengaruh positif dan signifikan

Pengaruh pengembangan SDM dan kompetensi terhadap prestasi kerja karyawan pada perusahaan ini sangat perlu diperhatikan, agar para karyawan dapat berprestasi dengan

Alternatif yang dapat dijalankan oleh Industri Hilir Teh adalah meningkatkan intensitas promosi melalui media massa sebagai prioritas utama dari komunikasi pemasaran,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh praktik Total Quality Management (TQM) yang dijelaskan 10 subvariabel yaitu fokus pada pelanggan,