• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

SENGKETA KONSUMEN (BPSK))

F. Kekuatan Hukum Terhadap Putusan BPSK

Dalam Amar Putusan BPSK para pihak berkewajiban untuk melaksanakan segala perintah dari amar putusan tersebut, adapun amar putusan tersebut yakni:

1. Mengabulkan gugatan konsumen (Emmanuel T. Zalakhu, S.H) sebahagian;

2. Menghukum pelaku usaha (Rumah Sakit Santa Elisabeth) dengan menggangti kerugian yang dialami konsumen sejumlah Rp. 30.137.514 (Tiga Puluh Juta Seratus Tiga Puluh Empat Ribu Lima Ratus Empat Belas Rupiah);

3. Menghukum pelaku usaha untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dimasa yang akan datang;

4. Menolak gugatan konsumen selebihnya.

Dengan disahkannya keputusan tersebut maka lahir pula akibat hukum bagi para pihak. Adapun akibat hukum tersebut yakni:

a. Bagi Pihak Pasien

1) Pasien dengan disahkannya putusan ini dapat terlindungi haknya sebagai konsumen karena dalam amar putusan disebutkan bahwa pasien mendapatkan ganti rugi dari pihak rumah sakit berupa ganti rugi

uang sebesar Rp. 30.137.514 (Tiga Puluh Juta Seratus Tiga Puluh Empat Ribu Lima Ratus Empat Belas Rupiah).

2) Pasien dengan disahkannya putusan ini dapat menrima dan mengambil uang ganti rugi tersebut untuk dipergunakannya.

3) Untuk selebihnya gugatan konsumen mengenai tambahan-tambahan biaya ganti rugi tidak diterima, dikarenakan hal tersebut diluar tanggung jawab dari pihak rumah sakit.

4) Diluar putusan, bagi seluruh pasien diharapkan mengerti dan memahami tentang perjanjian sebelum melakukan operasi (informed consen) agar nantinya tidak timbul persengketaan konsumen ini dikemudian hari.

b. Bagi Pihak Rumah Sakit

1) Pihak Rumah Sakit berkewajiban membayar ganti rugi kepada pihak pasien berupa ganti rugi uang sebesar Rp. 30.137.514 (Tiga Puluh Juta Seratus Tiga Puluh Empat Ribu Lima Ratus Empat Belas Rupiah). 2) Pihak Rumah Sakit berkewajiban untuk memberikan pelayanan yang

baik kepada masyarakat dimasa yang akan datang, hal ini merpakan sanksi moral terhadap pelaku usaha agar kedepannya pelaku usaha harus benar-benar memberikan pelayanan yang terbaik kepada seluruh masyarakat yang membutuhkan pertolongannya, tanpa harus membeda-bedakan status social.

3) Di luar putusan pihak rumah sakit sebagai pelaku usaha diwajibkan menseleksi calon dokter yang bekerja dirumah sakit sesuai dengan

keahliannya, agar dokter yang terpilih dapat memberikan pelayanan yang terbaik dan professional bagi para calon pasien yang akan dirawatnya.

Jika putusan BPSK tidak dipatuhi, maka pihak rumah sakit di wajibkan membayar ganti rugi kepada pasien sesuai yang tertera didalam putusan BPSK.

A. Kesimpulan

1. Tugas dan wewenang BPSK berdasarkan ketentuan pasal 52 meliputi melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi. BPSK juga bertugas memberikan konsultasi perlindungan konsumen, melakukan pengawasan terhadap pencatuman klausulabaku, melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran ketentuan dalam undang-undang ini, menerima pengaduan, baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen, melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen, memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen, memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan atau setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap undang-undang, meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli atau setiap orang yang tidak bersedia memenuhi panggilan BPSK, mendapatkan meneliti dan atau menilai surat, dokumen atau alat bukti lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan, memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak konsumen, memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan

pelanggaran terhadap perlindungan konsumen, dan menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang- undang ini.

Dalam kasus ini BPSK sudah mencapai dari tujuan Perlindungan Konsumen yang seharusnya, dimana terdapat tujuan dari perlindungan konsumen yakni umumnya dapat dibagi dalam tiga bagian utama,yaitu:

a. Memberdayakan konsumen dalam memilih,menentukan barang dan/atau jasa kebutuhannya,dan menuntut hak-haknya;

b. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang memuat unsur-unsur kepastian hukum,keterbukaan informasi,dan akses untuk mendapatkan informasi;

c. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap jujur dan bertanggung jawab.

Produk hukum BPSK dalam hal ini kepustusan yang ditetapkan oleh majelis BPSK sudah memberikan perlindungan hukum yang pasti kepada konsumen dan memberikan sanksi administratif serta sanksi moril dimana pelaku usaha dalam hal ini rumaha sakit santa Elisabeth untuk memberikan ganti rugi kepada konsumen serta memberikan pelayanan yang terbaik kepada seluruh masyarakat yang membutuhkan pertolangannya dimasa yang akan datang.

2. Dalam hal penyelesaian sengketa konsumen dengan pihak rumah sakit terdapat beberapa kendala dalam penyelesaian maslah tersebut, adapun kendala tersebut yakni:

a. Pihak rumah sakit pada awalnya tidak menerima mereka dinyatakan sebagai pelaku usaha dikarenakan dalam eksepsinya pihak rumah sakit menyatakan bahwa rumah sakit bukanlah pelaku usaha yang tunduk dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen, melainkan tunduk kepada Undang-Undang Kesehatan, sehingga pihak rumah sakit tidak dapat dituntut oleh pasien berhubung rumah sakit bukanlah pelaku usaha. Hal ini tentu saja sangat merugikan pihak pasien yang mengalami mal praktek oleh dokter rumah sakit santa elisabeth tersebut. Namun, majelis dalam pertimbangannya menyatakan bahwa teradu (pihak rumah sakit santa elisabeth) adalah pelaku usaha sebagaimana pelaku usaha yang berbentuk badan hukum adalah pelaku usaha sebagaimana dimaksud pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yaitu ”Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha , baik yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau yang melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian

menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.”

b. Bahwa selama dalam proses pemeriksaan pimpinan pelaku usaha sebagai teradu tidak hadir dan hanya diwakilkan oleh kuasanya sehinnga hal ini menyulitkan untuk menemukan titik terang dari perkara persengketaan konsumen ini

c. Bahwa dalam penyelesaian sengketa ini pelaku usaha dalam hal ini pihak rumah sakit santa Elisabeth tidak dapat menghadirkan saksi- saksi yang seharusnya dapat memperlihatkan titik terang dari apa sebenarnya persoalan yang dialami oleh pihak rumah sakit, mengapa mereka sampai salah mendiagnosa penyakit pasien tersebut. Sehingga dengan tidak bisanya pelaku usaha menghadirkan saksi-saksi maupun saksi ahli dari ikatan dokter Indonesia (IDI) maka titik terang dari sebab mengapa dokter bisa salah mendiagnosa penyakit pasien tersebut tidak ditemukan.

3. Dengan disahkannya keputusan tersebut maka lahir pula akibat hukum bagi para pihak. Adapun akibat hukum tersebut yakni:

a. Bagi Pihak Pasien

1) Pasien dengan disahkannya putusan ini dapat terlindungi haknya sebagai konsumen karena dalam amar putusan disebutkan bahwa pasien mendapatkan ganti rugi dari pihak rumah sakit berupa ganti rugi uang sebesar Rp. 30.137.514 (Tiga Puluh Juta Seratus Tiga Puluh Empat Ribu Lima Ratus Empat Belas Rupiah).

2) Pasien dengan disahkannya putusan ini dapat menrima dan mengambil uang ganti rugi tersebut untuk dipergunakannya.

3) Untuk selebihnya gugatan konsumen mengenai tambahan- tambahan biaya ganti rugi tidak diterima, dikarenakan hal tersebut diluar tanggung jawab dari pihak rumah sakit.

4) Diluar putusan, bagi seluruh pasien diharapkan mengerti dan memahami tentang perjanjian sebelum melakukan operasi (informed consen) agar nantinya tidak timbul persengketaan konsumen ini dikemudian hari.

b. Bagi Pihak Rumah Sakit

1) Pihak Rumah Sakit berkewajiban membayar ganti rugi kepada pihak pasien berupa ganti rugi uang sebesar Rp. 30.137.514 (Tiga Puluh Juta Seratus Tiga Puluh Empat Ribu Lima Ratus Empat Belas Rupiah).

2) Pihak Rumah Sakit berkewajiban untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dimasa yang akan datang, hal ini merpakan sanksi moral terhadap pelaku usaha agar kedepannya pelaku usaha harus benar-benar memberikan pelayanan yang terbaik kepada seluruh masyarakat yang membutuhkan pertolongannya, tanpa harus membeda-bedakan status social.

3) Di luar putusan pihak rumah sakit sebagai pelaku usaha diwajibkan menseleksi calon dokter yang bekerja dirumah sakit sesuai dengan keahliannya, agar dokter yang terpilih dapat memberikan pelayanan

yang terbaik dan professional bagi para calon pasien yang akan dirawatnya.

B. Saran

1. Sebaiknya BPSK lebih sering memberikan sosialisasi kepada masyarakat luas tentang kelebihan menyelesaikan perkara sengketa konsumen lewat badan arbitrase dalam hal ini BPSK, dikarenakan jika dibandingkan lewat litigasi (pengadilan), maka penyelesaian sengketa konsumen di BPSK jauh lebih cepat dan tidak bertele-tele menyelesaikan sengketa konsumen dengan pelaku usaha.

2. Sebaiknya BPSK membuat suatu aturan baru yang mengatur mengenai ketidak hadiran pelaku usaha dalam persidangan sengketa konsumen, dengan menambahkan sanksi yang berat mulai dari denda, sampai kepada pencabutan ijin usaha pelaku usaha, hal ini dimaksudkan agar pelaku usaha dpat lebih bertanggung jawab lebih kepada masyarakat luas.

3. Sebaiknya BPSK membuat direktori kumpulan putusan yang sudah dijatuhkan oleh BPSK kepada pelaku usaha secara online, agar masyarakat dapat dengan mudah melihat ataupun mengunduh putusan tersebut dan dapat digunakan sebagai wawasan baru untuk menyelesaikan masalah diluar jalur litigasi (pengdilan).

Bahder. J, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, Jakarta : PT. Rineka Cipta,2005

Barkatulah. H. A. Hukum Perlindungan Konsumen, Banjarmasin : FH Unlam Press,2008

Chrisdiono M.Achadiat, Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran Dalam Tantangan Zaman, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2007

Danny Wiradharma, Hukum Kedokteran, Binarupa Aksara, Jakarta, 1996

Hanafiah. DKK, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1999

Hardiati. K.H, Hukum Kedokteran di Dunia Internasional dalam Simposium Hukum Kedokteran (Medical Law), Jakarta, 1983

Komalawati. V, Peranan Informed Consent dalam Transaksi Terapeutik, Bandung : PT. Cipta Aditya Bakti, 1999

Komalawati. V .(I), Peranan Informed Consentdalam Transaksi Terapeutik (Persetujuan Dalam Hubungan Dokter dan Pasien) Suatu Tinjauan Yuridis, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002

Miru Ahmad, Hukum Kontrak Perancangan kontrak, PT.Rasi Grafindo Persada, Jakarta, 2001

Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, Thesis, Magister Ilmu Hukum Pascasarjana: Universitas Sebelas Maret, 2003. Raharjo. H, Hukum Perjanjian di Indonesia, Cet.1, Penerbit Pustaka Yustisia,

Yogyakarta

Rahardjo. S, Ilmu hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, Cetakan ke-V 2000 Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak di Luar KUH Perdata Buku Satu,

Jakarta,PT. Raja Grafindo Persada, 2007

Satrio. J, Hukum Jaminan,Hak-Hak Jaminan Kebendaan, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993

Setiawan, Tinjauan Elementer Perbuatan Melawan Hukum, Alumni, Bandung, 1982

, Hukum Perikatan-Perikatan Pada Umumnya, Bina Cipta, Bandung, 1987

, Hukum Perikatan-Perikatan Pada Umumnya, Bina Cipta, Bandung, 1987

Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), Thesis, Magister Ilmu Hukum Pascasarjana: Universitas Sebelas Maret, 2004

Sri Soedewi Masjachan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Liberty,Yogyakarta 1980

Subekti, Aneka Perjanjian, Alumni, Bandung, 1983,

, Hukum Perjanjian, Cet.Ke XII, PT Intermasa, Jakarta, 1987 , Bunga Rampai Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1992 , Hukum Perjanjian, PT.intermasa, Jakarta, 1996

Subekti DKK, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Jakarta, PT.Pradaya Paramita,2001

, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta, P.T.Intermasa, 2001 , Hukum Pembuktian, PT.Pradnya Paramita, Jakarta, 2001

Sunarto Ady Wibowo, Hukum Kontrak Terapeutik di Indonesia, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2009

Suryodiningrat, Perikatan-Perikatan Bersumber Perjanjian, Tarsito, Bandung, 1978

Sutedi. A, Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta,Penerbit Ghalia Indonesia,2008

Dokumen terkait